Anda di halaman 1dari 14

HADIST TENTANG SEBAIK-BAIKNYA MANUSIA ADALAH

YANG PALING BAIK AKHLAKNYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Hadist

Tarbawy di Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Fakultas Tarbiyah IAIN Bone Semester 2.

Oleh :

Kelompok 12

MAGFHIRAH FAZHA
862072022021

ST. NORLIANA
862072022023

FITRIANI
862072022024

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam atas

segala karunia nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan

sebaik-baiknya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan

nabi Muhammad SAW. Makalah dengan judul “Hadist tentang Sebaik-baiknya

Manusia Adalah Yang Paling Baik Akhlaknya” disusun untuk memenuhi salah

satu tugas mata kuliah “Hadist Tarbawy”. Meski telah kami susun secara

maksimal, akan tetapi kami sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa

makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik

dari pembaca agar kami dapat mengambil pelajaran sehingga hasil penulisan kami

selanjutnya dapat lebih baik lagi. Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami

berharap supaya makalah yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat

kepada setiap pembacanya. Dan bernilai ibadah disisi Allah SWT.

Watampone, 16 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengetian Manusia dan Akhak ............................................................ 3

B. Tujuan Penciptaan Manusia.................................................................. 5

C. Macam-Macam Akhlak ........................................................................ 6

D. Hadist tentang Sebaik-baiknya Manusia Adalah yang Paling Baik

Akhlaknya ............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 10

B. Saran................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada esensinya Islam memandang manusia dan kemanusiaan secara

positif. Menurut Islam manusia berasal dari satu asal yaitu dari Adam dan Hawa.

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling mulia, yang diciptakan Allah swt

dalam sebaik-baik bentuk. Di samping itu manusia dibekali dengan ilmu dan akal

serta kemauan, dengan demikian dia punya kapasitas sebagai khalifah Allah di

muka bumi. Oleh karena itu semua ciptaan Allah di langit dan bumi adalah untuk

manusia.

Setelah Allah menciptakan manusia pertama dari tanah selanjutnya Dia

menciptakan manusia setelah Adam dari saripati tanah, lalu berubah menjadi air

mani yang di simpan di rahim, lalu air mani berubah menjadi segumpal daging,

terus menjadi tulang-belulang, lalu tulang belulang itu dibungkus dengan daging,

akhirnya Allah menjadikannya sebagai makhluk. 1


Pencapaian akhlak yang baik yang diajarkan oleh Rasulullah Saw mampu

dilaksanakan oleh setiap manusia, jika ia berusaha sepenuh hati, diusahakan lahir

dan batin, maka ia pun akan mencapai akhlak yang baik dan mencapai kemuliaan

yang tinggi derajatnya sampai pada setingkat malaikat yang bisa terhindar dari

noda dan dosa. Namun sebaliknya, manusia yang tidak mempunyai tekad yang

kuat untuk membersihkan diri, menjaga kehormatan dirinya, mengumbar hawa

nafsunya serta tidak menghindari diri dari yang haram maka manusia itu pun bisa

lebih rendah derajatnya dari pada binatang. Oleh karena itu, seharusnya sifat dan

prilaku yang semacam itu harus dijauhkan dan selalu berusaha menjalankan

1
Muhammad Thaib Muhammad, “KUALITAS MANUSIA DALAM PANDANGAN
AL-QUR’AN”, Al-Mu‘ashirah, Vol. 13, No. 1, Januari 2016, h. 2.

1
2

akhlak-akhlak teladan Rasulullah Saw yang akan menjadikan manusia akan

sederajat seperti malaikat.2

Pesan pesan Rasulullah tercurahkan dalam sebuah hadist yang

menyampaikan pesan tentang sebaik-baiknya manusia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang di atas Penulis mendapatkan beberapa

Rumusan Masalah Diantaranya :

1. Bagaimana Pengertian Manusia dan Akhlak?

2. Bagaimana Tujuan Penciptaan Manusia?

3. Bagaimana Macam-Macam Akhlak?

4. Bagaimana Hadis tentang Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling baik

akhlaknya?

C. TujuanPenulisan

Berdasarkan Rumusan masalah diatas penulis memberikan tujuan

penulisan diantaranya:

1. Untuk Mengetahui Pengertian Manusia dan Akhlak.

2. Untuk Mengetahui Tujuan Penciptaan Manusia

3. Untuk Mengetahui Macam-Macam Akhlak.

4. Untuk Mengetahui Hadist tentang Sebaik-baiknya Manusia adalah Yang

Paling Baik Akhlaknya.

2
Muhammad Jauhar Kholish, “Etika dan Moral dalam Pandangan Hadis Nabi Saw”,
Jurnal Riset Agama , Vol. 1, No. 1, April 2021, h. 83-84.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia dan Akhlak

1. Manusia

Manusia adalah makhluk yang lain dari yang lain. Memang kalau

kita hanya sekedar memandang sistem pernafasan, peredaran darah, serta

bagaimana ia makan dan mengolah makanan tersebut lalu membuang

sisanya, dapat dikatakan bahwa makhluk ini sejenis hewan. Aristoteles,

memandang manusia seperti yang dikemukakan di atas. Hanya saja

ditambahkan olehnya bahwa ada faktor lain yang merupakan nilai hakiki

yang mengistimewakan makhluk ini dari hewan-hewan lain.

Keistimewaan tersebut adalah pikirannya. Oleh karena itu, ia

mendefinisikan manusia sebagai hewan yang berpikir (thinking animal).

Sebagian antropolog berpendapat bahwa cirikhas manusia adalah

kesadaran dan kemauannya untuk berteknik, membuat sesuatu yang baru


dari sesuatu yang telah ada, kemudian mengolahnya untuk kemaslahatan

dan perbaikan status hidupnya. Dengan demikian manusia adalah makhluk

berteknik.3

Para ahli yang berkecimpung dalam bidang etika menilai bahwa

ciri khas yang memisahkan manusia dengan makhluk lain adalah

pertanggung jawabannya. Ia dituntut oleh hati nuraninya, lingkungan

sosialnya, dan oleh Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan segala

tindakannya. Dengan demikian makhluk ini adalah makhluk yang

bertanggungjawab.4

3
M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1999), h. 227
4
M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1999), h. 227

3
4

2. Akhlak

Kedudukan yang paling tinggi dalam dasar ajaran Islam adalah

akhlak. Semua perilaku dan perkataan manusia dilandasi dengan akhlak,

dimana baik dan buruknya akhlak seseorang dapat dilihat dari cara mereka

berperilaku dan bagaimana dia berbicara kepada orang lain. Untuk

berperilaku yang baik, maka manusia membutuhkan bimbingan akhlak

yang mulia dalam kehidupnya, sebab dengan belajar akan mendatangkan

karakter yang baik pula dalam jiwa manusia itu sendiri. Dalam suatu

hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad

Rasulullah bersabda: “Bahwasannya aku diutus (Allah) untuk

menyempurnakan akhlak (budi pekerti).” (HR. Ahmad).5

Kata akhlak biasa disamakan dengan adab, budi pekerti, etika,

moral, watak dan karakter. Dalam bahasa Arab kata akhlak merupakan

asal kata dari kata “Akhlaq” yang memiliki arti tabiat, perangai, dan

kebiasaan. Sedangkan, khuluq adalah perbuatan manusia yang dapat

memisahkan antara baik dan buruk, sehingga perilaku yang baik untuk
dilaksanakan dan perilaku buruk untuk ditinggalkan.6

Secara linguistik, perkataan akhlak diambil dari bahasa arab,

bentuk jamak dari kata “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai,

tingkah laku atau tabiat. Kata khuluqun merupakan isim jamid lawan isim

musytaq. Secara terminologi akhlak merupakan sebuah sistem lengkap

yang terdiri dari karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat

seseorang menjadi lebih istimewa. Lebih ringkas lagi tentang defenisi

5
Al-Imam Ahmad bin Hambal, Musnad, Juz II, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiah, tt), h.
504.
6
Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia (Pengantar Studi Konsep-konsep Dasar Etika
dalam Islam), (Yogyakarta: Debut Wahana Press, 2009), h.14.
5

akhlak yang digagas oleh Hamid Yunus dalam Nasharuddin yaitu: “akhlak

iallah sifat-sifat manusia yang terdidik”.7

Berpijak pada sudut pandang kebahasaan, Zahruddin AR dan

Hasanuddin Sinaga dalam Zubaedi mengemukakan bahwa defenisi akhlak

dalam pengertian sehari-hari disamakan dengan “budi pekerti”, kesusilaan,

sopan santun, tata kerama (versi bahasa Indonesia) sedang dalam bahasa

Inggrisnya disamakan dengan istilah molal atau ethic.8

Dengan demikian, maka kata akhlak adalah sebuah kata yang

digunakan untuk mengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian

diukur dengan baik atau buruknya seseorang. Dan dalam Islam, ukuran

yang digunakan untuk menilai baik atau buruk itu tidak lain adalah ajaran

Islam itu sendiri (Al-Qur‟an dan Al-Hadist).9

. Menurut Al-Ghozali, akhlak adalah suatu sifat yang berada dalam

diri manusia yang dapat muncul dengan mudah, tanpa memerlukan

pertimbangan.10

Abd. Hamid Yunus dalam Zubaedi menyatakan bahwa: “Akhlak


ialah segala sifat manusia yang terdidik”. Dari ungkapan tersebut dapat

dimengerti bahwa sifat atau potensi yang dibawa setiap manusia sejak

lahir: Artinya, potensi ini sangat tergantung dari cara pembinaan dan

pembentukannya. Apabila pengaruhnya positif, maka hasilnya adalah

7
Nasharuddin, Akhlak, Ciri Manusia Paripurna, (Depok: PT. Raja Grapindi Persada,
2015), h. 206-207.
8
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kompetensi dan Aplikasinya Dalam Lembaga
pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015),h.66.
9
Nipan Abdul Halim, Menghias Diri Dengan Akhlak Terpuji, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset, 2000),h. 8-9.
10
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dab Karakter Mulia, (Jakarta: PT. RAJA GRAFINDO
PERSADA, 2015), h. 3.
6

akhlak yang mulia; sebaliknya apabila pembinaannya negatif; maka yang

terbentuk adalah akhlak yang tercela.11

B. Tujuan Penciptaan Manusia

Manusia diciptakan Tuhan mempunyai tujuan yang sangat mulia,

setiap makhluk yang diciptakan Tuhan sudah barang tentu mempunyai

tujuan dan hikmah bagi Allah yang tidak diketahui oleh manusia, karena

Allah tidak akan menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Apalagi penciptaan

manusia yang dibekali dengan akal. Allah tidak menciptakan manusia

untuk bersenang-senang sebagaimana hewan, tidak ciptakannya hanya

untuk hidup bertahun-tahun kemudian ditelan masa dan bumi begitu saja

sampai binasa di dalam tanah begitu saja tanpa di bangkit dan dihisab di

hari kiamat. Sesungguhnya manusia diciptakan untuk mengenal Allah dan

menyembahNya, dan dijadikan sebagai khalifahNya di bumi. Dia juga

diciptakan untuk membawa amanah yang sangat besar dalam kehidupan

yang singkat ini yaitu, amanah Taklif dan tanggung jawab dan untuk diuji

dengan bermacam- macam ujian untuk menghadapi hari esok


(akhirat/yang kekal abadi).12

Tujuan yang kedua diciptakannya manusia adalah sebagai khalifah

di bumi ini. Menurut Muhammad Quthub peran khalifah ini sangat luas

sekali, yaitu meliputi bermacam aktivitas, dalam kehidupan duniawi dalam

memakmurkan bumi ini. Oleh sebab itu manusia selaku khalifah Allah

harus mengetahui sumber daya yang terkandung di alam ini, dengan

menggunakannya untuk meningkatkan taraf hidup sesuai dengan

keinginan Allah swt. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menegakkan

11
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Kompetensi dan Aplikasinya Dalam Lembaga
pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015),h. 66.
12
Muhammad Thaib Muhammad, “KUALITAS MANUSIA DALAM PANDANGAN
AL-QUR’AN”, Al-Mu‘ashirah, Vol. 13, No. 1, Januari 2016, h. 6.
7

syariat Allah di bumi sehingga dengan demikian tercapailah metode Ilahi

yang sangat sinkron dengan rahasia alam yang sangat universal. 13

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan diciptakan

manusia hanya untuk beribadah kepada Allah Sang Pencipta. Ibadah yang

dimaksudkan disini sangat luas artinya, yaitu meliputi dalam segala tindak

tanduk manusia, tidak terbatas pada ibadah mahdhah saja. Oleh karena itu,

Allah menjadikan manusia sebagai khalifahNya di bumi, agar manusia

mengatur atau mengelola bumi ini sesuai dengan potensi yang ada pada

dirinya masing-masing, karena Allah tidak akan meminta

pertanggungjawaban di luar dari kemampuan yang telah diberikan

kepadanya.

C. Macam-Macam Akhlak

1. Akhlak manusia terhadap Allah SWT

Allah SWT yang menciptakan segalanya termasuk manusia dengan

segala kebutuhannya patut disembah dan diagungkan. Akhlak terhadap

Allah SWT adalah keseluruhan tingkah laku, perkataan dan suara hati
dalam menyembah dan mengagungkan Sang Pencipta, seperti dalam

mentauhidkan-Nya, berzikir, berdoa, bersyukur atas nikmat-Nya,

kepatuhan atas perintah dan larangan-Nya, serta totalitas beribadah

kepada-Nya.14

2. Akhlak manusia terhadap Manusia

Di dalam al Quran banyak sekali ayat yang menerangkan

hubungan manusia dengan manusia lainnya, diantaranya:

13
Muhammad Thaib Muhammad, “KUALITAS MANUSIA DALAM PANDANGAN
AL-QUR’AN”, Al-Mu‘ashirah, Vol. 13, No. 1, Januari 2016, h. 7.
14
Nurhayati, “Akhlak Dan Hubungannya Dengan Aqidah Dalam Islam,” Jurnal
Mudarrisuna, Vol.4, No. 2, Desember 2014, h. 296.
8

a. Akhlak terhadap Rasulullah SAW. Mencintai setulus hati dengan

mengikuti semua sunnah beliau, bershalawat kepada beliau dan

menjadikannya panutan dalam berakhlak.

b. Akhlak terhadap orang tua dengan menyayangi mereka, bertutur

kata dengan lemah lembut, membantu mereka, tidak membuat

susah dan membanggakan mereka Akhlak terhadap guru,

menghormati, mengikuti nasehat baiknya, karena guru yang

mengajar dan mendidik, juga menjadi pengganti orang tua kita

disekolah.

c. Akhlak terhadap diri sendiri dengan memelihara nama baik diri,

menjaga kesucian diri seperti berpakaian yang pantas, menutup

aurat, menghiasi diri dengan sikap baik, jujur, amanah, pemaaf dan

sifat baik lainnya.

d. Akhlak terhadap masyarakat, karena manusia membutuhkan

pertolongan dari orang lain, maka perlunya kerja sama, saling

menolong, saling menghormati antar sesama.15


3. Akhlak manusia terhadap Alam

Alam adalah seluruh apa yang ada dilangit, dibumi, baik

tumbuh tumbuhan, hewan, serta apa yang dikandungnya. Manusia

sebagai khalifah di bumi sepatutnya berakhlak terhadap alam dalam

menjaga kelestarian dari kerusakan-kerusakan oleh tangan-tangan yang

tidak bertanggung jawab. Jangan sampai manusia merusak lingkungan

dan alam sekitar karena akan berdampak kembali ke manusia seperti

15
Nurhayati, “Akhlak Dan Hubungannya Dengan Aqidah Dalam Islam,” Jurnal
Mudarrisuna, Vol.4, No. 2, Desember 2014, h. 299.
9

tanah longsor akibat penggundulan hutan, banjir karena membuang

sampah ke sungai dan sebagainya. 16

D. Hadist Tentang Sebaik-Baiknya Manusia adalah Yang Paling Baik

Akhlaknya

Hadist yang memberikan pesan mengenai sebaik-baiknya manusia

adala yang paling baik akhlaknya adalaah hadist yang diriwayatkan oleh

imam Bukhari, Muslim, dan Ahmad yang berbunyi sebagai berikut:

“Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya”

Hal tersebut tentunya selaras dengan pembahasan sebelumnya

bahwa pembagian akhlak terbagi atas tiga yakni akhlak kepada Allah,

Akhlak kepada Sesama Manusia dan Akhlak kepada Alam yang

notabenenya tiga pembagian tersebut telah mewakili kehidupan baik dunia

maupun akhirat.

16
Nurhayati, “Akhlak Dan Hubungannya Dengan Aqidah Dalam Islam,” Jurnal
Mudarrisuna, Vol.4, No. 2, Desember 2014, h. 300.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia adalah makhluk yang lain dari yang lain. Memang kalau kita

hanya sekedar memandang sistem pernafasan, peredaran darah, serta bagaimana ia

makan dan mengolah makanan tersebut lalu membuang sisanya, dapat dikatakan

bahwa makhluk ini sejenis hewan. Sedangkan Kata akhlak biasa disamakan

dengan adab, budi pekerti, etika, moral, watak dan karakter. Dalam bahasa Arab

kata akhlak merupakan asal kata dari kata “Akhlaq” yang memiliki arti tabiat,

perangai, dan kebiasaan.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan diciptakan manusia hanya

untuk beribadah kepada Allah Sang Pencipta. Ibadah yang dimaksudkan disini

sangat luas artinya, yaitu meliputi dalam segala tindak tanduk manusia, tidak

terbatas pada ibadah mahdhah saja.

Pembagian Akhlak terbagi atas tiga yakni akhlak kepada Allah, sesama
manusia dan Alam. Sedangkan Hadis yang membahas tentang Sebaik-baiknya

manusia adalah yang paling baik akhlaknya adalah hadis yang diriwayatkan oleh

bukhari no.6035.

B. Saran

Makalah ini masih berada di bawah kata sempurna maka dari itu penulis

berharap pembaca memberikan saran maupun kritik yang membangun demi

kesempurnaan makalah ini dan demi bergunanya makalah ini di masa yang akan

dating.

10
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Nipan Abdul. Menghias Diri Dengan Akhlak Terpuji, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset, 2000.
Hambal, Al-Imam Ahmad bin. Musnad, Juz II, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiah, tt.
Kholish, Muhammad Jauhar. “Etika dan Moral dalam Pandangan Hadis Nabi
Saw”, Jurnal Riset Agama , Vol. 1, No. 1, April 2021.
Marzuki. Prinsip Dasar Akhlak Mulia (Pengantar Studi Konsep-konsep Dasar
Etika dalam Islam), Yogyakarta: Debut Wahana Press, 2009.
Muhammad, Muhammad Thaib. “KUALITAS MANUSIA DALAM
PANDANGAN AL-QUR’AN”, Al-Mu‘ashirah, Vol. 13, No. 1, Januari
2016.
Nasharuddin. Akhlak, Ciri Manusia Paripurna, Depok: PT. Raja Grapindi
Persada, 2015.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dab Karakter Mulia, Jakarta: PT. RAJA
GRAFINDO PERSADA, 2015.
Nurhayati. “Akhlak Dan Hubungannya Dengan Aqidah Dalam Islam,” Jurnal
Mudarrisuna, Vol.4, No. 2, Desember 2014.
Shihab, M. Quraisy. Membumikan Al-Qur’an, Bandung : Mizan, 1999.
Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter, Kompetensi dan Aplikasinya Dalam
Lembaga pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2015.

11

Anda mungkin juga menyukai