Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Pertama

Hadirin, Jama’ah Ju’mat Rahimakumullah…


Mengawali khotbah siang ini, khatib mengajak kita semua, mari sama-sama kita meningkatkan kualitas
takwa kita kepada Allah SWT. Yakni dengan menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.
Hadirin, Jama’ah Ju’mat Rahimakumullah…
Hampir tiap hari, kita selalu dengar ada banyak sekali kabar duka. Hari-hari ini, kematian agaknya
bukan hal yang aneh. Si A meninggal dunia. Si B wafat. Dan lain sebagainya. Baik itu keluarga kita atau
orang lain.
Fakta ini hendaknya menambah keyakinan kita bahwa kematian sejatinya adalah hal yang sangat
dekat sekali dengan diri kita. Kematian adalah sebuah keniscayaan yang pasti akan dialami oleh setiap
yang ada. Hanya hidup adalah Allah SWT.

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan
kemuliaan tetap kekal.”
Masalah kapan kematian itu akan datang dan menghampiri kita, Wallahu a’lam. Hanya Allah yang
tahu.

Tak seorang pun yang mengetahui tempat dan waktu kapan ia akan meninggal dunia.

Hadirin, Jama’ah Ju’mat Rahimakumullah…


Yang harus diingat adalah datangnya kematian itu ada dua macam. Ada yang disertai sebab terlebih
dahulu, seperti sakit atau kecelakaan. Dan ada pula yang terjadi secara mendadak dan tak diawali
sebab. Kadang ada orang yang kemarin masih sehat-sehat saja, hari ini telah ada.
Ada yang minggu kemarin masih berangkat ke masjid, shalat jum’at, bersama kita, hari ini telah
meninggal dunia.
Kemarin si Fulan masih segar bugar, beraktivitas seperti biasa, hari ini, telah kembali ke hadirat Allah.
Kematian itu, cepat atau lambat, pasti juga akan datang juga kepada kita. Sekarang, mari kita tanyakan
kepada diri kita sendiri-sendiri, “Apa bekal kita untuk ke akhirat? Sudah cukupkah bekal kita bila
sewaktu-waktu akan dipanggil menghadapNya?”
Hadirin, Jama’ah Ju’mat Rahimakumullah…

Allah SWT berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok atau akhirat, dan bertakwalah kepada
Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Lewat ayat ini, Allah memerintahkan kepada kita untuk senantiasa mengerjakan terlebih dahulu hal-
hal yang mendatangkan manfaat untuk masa yang akan datang. Seperti halnya, kita mempersiapkan
segala sesuatu terlebih dahulu untuk menyambut datangnya tamu.

Masa depan atau masa yang akan datang itu ada dua: di dunia dan akhirat. Keduanya jelas berbeda.
Masa depan di dunia, jika kita gagal atau kurang berhasil, penyesalannya hanyalah sampai ketika hayat
masih dikandung badan saja.

Namun, kegagalan di alam akhirat adalah kegagalan yang hakiki. Kita akan merasakan penyesalan yang
tiada akhir. Kita, siap tidak siap, suka tidak suka, harus mempertanggungjawabkan apa yang telah kita
lakukan selama hidup di dunia.

Hadirin, Jama’ah Ju’mat Rahimakumullah…

Pada ayat tadi, kata ghad yang bermakna “akhirat”, disebutkan dalam bentuk nakirah atau umum. Hal
ini menunjukkan bahwa akhirat adalah suatu yang besar dan karenanya tak diketahui bagaimana
keadaannya.

Kebesaran dan ketidaktahuan seseorang tentang akhirat hendaknya menjadikan kita selalu
memperbaiki diri kapan dan dimanapun berada. Karena tak seorang pun mengetahui bagaimana
nasibnya di akhirat kelak. Yang bisa dilakukan adalah mempersiapkannya bekal dengan maksimal.

Apa bekal itu?

Tidak lain dan tidak bukan adalah ketakwaan kita kepada Allah selama di dunia.

Definisi ketakwaan, sebagaimana yang sering kita dengar, adalah menjalankan perintah dan
meninggalkan larangan. Yang mana pada ayat tadi, Allah menyebutkan perintah untuk bertakwa itu
sebanyak dua kali:

Dan

Penyebutan dua kali ini menunjukkan penekanan atau penguatan, betapa pentingnya takwa itu. Ada
pula yang berpendapat bahwa perintah takwa yang kedua adalah perintah untuk mengevaluasi dan
menyempurnakan amalan yang dilakukan atas dasar takwa pada perintah pertama.
Hadirin, Jama’ah Ju’mat Rahimakumullah…

Mengakhiri khotbah ini, khatib ingin mengajak kita semua untuk menginstropeksi diri kita masing-
masing. Mari kita tingkatan ibadah kita selama kita masih bisa bernapas. Karena, ketika kematian
datang, manusia, sehebat apapun dia, tak mungkin akan bisa menghindar.

“Ketika kematian datang, tak akan bisa diundur atau dimajukan sama sekali”

Anda mungkin juga menyukai