Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Landasan Hukum dan Politik Pendidikan


Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Dasar-Dasar Pendidikan

Dosen Pengampu:

ALFIATUS SYAROFAH, M.P

OLEH:
Azizatiz Zahra : 220104110061
Lailia Rahmawati: 220104110033
M. Syahri Ramadhan: 220104110087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Sholawat dan salam semoga tersampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan rahmat dan berkah-Nya,
penyusun mampu menyelasaikan makalah “Dasar-Dasar Pendidikan” guna
memenuhi tugas sebagai seorang mahasiswa/I UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang yang juga taat kepada orang tua dan guru.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada kedua orang


tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan baik moral maupun
material kepada penulis setiap saat. Sehingga, para penulis memiliki kekuatan
dalam menyelesaikan makalah ini, Selanjutnya kepada Ustadzah Alfiatus
Syarofah, M.Pd yang selalu membimbing dan memberikan ilmunya dengan ikhlas
kepada kami selaku mahasiswa, dan teman-teman yang selalu mengingatkan akan
semua tugas kampus khususnya mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh
para penulis. Namun dengan penuh kesabaran, kerja keras, dan pertolongan dari
Allah akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Semoga makalah ini dapat
menambah khazanah keilmuan di kelas. Kami sadar bahwa makalah rancangan ini
masih memiliki banyak kekurangan dan juga jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kami memohon masukan demi perbaikan di masa yang akan datang dan memohon
kritik dan saran dari para pembaca, khususnya dosen kami Ustadzah Alfiatus
Syarofah, M.Pd.

Malang, 09 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................6

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4

2.1 Apa Pengertian Landasan Pendidikan?.......................................................................4

2.2 Apa Sajakah Landasan Hukum Pendidikan di Indonesia............................................9

2.3 Bagaimana Landsan Politik Pendidikan di Indonesia...............................................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia masa kini tengah dilanda krisis karakter, secara factual, data realistik
menunjukan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini sedang runtuh. Runtuhnya
moralitas dan karakter bangsa tersebut telah mengundang berbagai musibah dan bencana di
negeri ini. Musibah dan bencana tersebut meluas pada ranah social-keagamaan, budaya,
hukum maupun politik (Suyadi, 2015). Musibah hukum maupun politik dapat kita lihat dari
peristiwa korupsi dewasa ini yang menyeret ketua DPR, selain itu masih banyak lagi kasus-
kasus korupsi yang seakan menjadi “budaya” di negeri Indonesia ini. Kondisi demikian
membuat masyarakat Indonesia melupakan jati dirinya, yaitu manusia yang Pancasilais.
Manusia yang paham akan dasar negaranya. Manusia yang mampu mengamalkan setiap sila-
silanya. Jika hal ini terus dibiarkan hingga moralitas dan karakter bangsa hilang.
Pendidikan dalam pelaksanaanya memerlukan sebuah peraturan yang tegas sebagai dasar
dan pedoman dalam perumusan kebijakan-kebijakan pendidikan itu sendiri. Jika tidak ada
perundang-undangan yang mengikat pelaksanaan pendidikan tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Selain itu di dalam perundangan-undangan terdapat tujuan yang hendak dicapai
dalam pelaksanaan pendidikan itu sendiri. Inilah yang menjadi alasan pentingnya landasan
politis dalam pendidikan. Budiarjo melihat dan mencoba memahami dalam politik terdapat
lima makna, yakni politik adalah negara, politik adalah kekuasaan, politik adalah
pengambilan keputusan, politik adalah kebijaksanaan, dan politik adalah distribusi dan
alokasi (Lebe, 2015).
Pentingnya landasan hukum pendidikan adalah dasar atau fondasi perundang-undangan
yang menjadi pijakan dan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan di suatu negara (Lestari
& Rahmawati., 2012). Kebijakan pokok penyelenggaraan pendidikan yang terdapat dalam
UU Sisdiknas 2003 dalam implementasinya memunculkan kebijakan-kebijakan pendidikan.
Sebagai contoh, kebijakan wajib belajar sembilan tahun berkonsekuensi adanya kebijakan
sekolah gratis bagi peserta didik yang mengikuti program wajib belajar sembilan tahun di
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sempat mengalami
perubahan masa wajib belajar pada pergantian era pemerintahan.

4
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan
serta mengindahkan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut
sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia
dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah
landasan filosofi, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam
menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong
pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu
akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan
yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat
memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program
pendidikan yang tepat wawasan.
Landasan politis bersifat ideal dan normatif bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
kegiatan penyelenggaraan pendidikan, sehingga mau tidak mau pihak-pihak yang terlibat
dalam proses penyelenggaraan pendidikan harus patuh terhadap perundang-undangan yang
ada. Meskipun kondisi social geografis tiap daerah berbeda-beda. Politik memegang peran
kunci dalam aspek perumusan hingga perumusan suatu kebijakan pendidikan karena
memiliki legitimasi yang kuat untuk melakukan itu. Oleh karena itu, landasan politis
menjadi bagian yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan selain secara komprehensif
dengan landasan lain seperti landasan filosofi, histori, psikologi, sosiologi, ekonomi, dan
antropologi. . Landasan politis dapat menjadi kerangka awal untuk memajukan sistem
pendidikan yang ada sehingga hasil yang tentunya diharapkan adalah adanya kerja sama yang
baik antara pemerintah dengan penyelenggara pendidikan dengan tujuan penyelengaraan
pendidikan dapat semakin maju. Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai
landasan hukum dan politik pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan
penerapannya. Landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, cultural,
psikologis, dan iptek.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Landasan Pendidikan?

5
2. Apa Sajakah Landasan Hukum Pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana landasan politik Pendidikan di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian landasan Pendidikan
2. Mengetahui landasan hukum Pendidikan
3. Memahami landasan politik Pendidikan

6
BAB 11

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Landasan Pendidikan

Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan
tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat
bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh:
landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi, adapun asumsi
dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut praktik
sehingga kita mengenal istilah praktik pendidikan, dan kedua dari sudut studi sehingga kita kenal
istilah studi pendidikan. Praktik pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang
atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pedidikan. Kegiatan bantuan dalam praktik pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan
(makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau
latihan).Studi Pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka
memahami pendidikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan
pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka
praktik pendidikan dan atau studi Pendidikan.

Macam-Macam Landasan Pendidikan


1. Landasan Filosofis
Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu,
mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.

7
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah).
Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani, philein berarti mencintai, dan sophos
atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal,
menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan
dunia. Konsepsi-konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya
bersumber dari dua faktor, yaitu:
a. Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
b. Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai
cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan estetika, metafisika dan lain-lain) akan besar
pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian
tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan
c. Masyarakat dan kebudayaannya.
Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan dan Perlunya
landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan.
2. Landasan Sosiologis
Manusia yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi dengan yang lain sama halnya
hewan, tetapi pengelompokan pada manusia lebih rumit dari pada hewan. Pengertian tentang
landasan sosiologi adalah dimana suatu proses interaksi antar dua individu, bahakan dua generasi
dan memungkinkan generasi muda untuk mengembangkan diri. Sehingga melahirkan cabang
cabang sosiologi antara lain sosiologi pendidikan dan ruang lingkup yang di pelajari.
3.Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbale balik, sehingga kebudayaan
dapat dilestarikan/dikembang dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupan formal. Pengertian tentang
Landasan Kultural merupakan sebuah kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta
hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan Pendidikan
4. Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan
psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada
umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman
manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar. Pengertian Landasan

8
Psiklogis merupakan pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan,
merupakan faktor keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan
sejumlah informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-
gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah. Iptek merupakan salah satu hasil dari
usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan
kehidupan manusia. Bukti historis menunjukkan bahwa usaha mula bidang keilmuan yang
tercatat adalah bangsa Mesir purba, dimana banjir tahunan sungai Nil menyebabkan
berkembangnya system almanac, geometri dan kegiatan survey.

2.2 Pengertian landasan hukum pendidikan

Hukum adalah peraturan baku yang disusun sebagai tempat berpijak atau titik tolak
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan tersebut ialah pendidikan.
Diantara kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan-aturan baku tersebut seperti aturan
kurikulum, aturan cara mengajar, cara membuat persiapan, supervise, dan lain sebagainya. Akan
tetapi tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan baku itu.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang didasarkan pada beberapa landasan serta asas
tertentu yang disusun secara terencana(Saputra et al., 2020). Pendidikan merupakan Lembaga
yang mewadahi sekelompok orang dalam mengembangkan bakat, sikap dan tata laku melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Landasan hukum pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dijadikan titik tumpu dalam
pendidikan, terutama pendidikan nasional(effrata, 2021).
Adapun pasal-pasal yang berkaitan dengan pendidikan dalam Undang-Undang Dasar
1945 hanya 2 pasal, yaitu Pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan
yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 ayat 1 berbunyi: “Tiap-tiap warga negara
berhak mendapatkan pengajaran”. Ayat 2 pasal ini berbunyi: “setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Ayat 3 pasal ini berbunyi:
“pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu Sistem Pendidikan Nasional”.

9
Pasal 32 Undang-Undang Dasar pada ayat 1 bermaksud memajukan budaya nasional
serta memberi kebebasan kepada masyarakat untuk mengembangkannya dan Ayat 2
menyebutkan negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai bagian dari budaya
nasional. Pasal ini berhubungan dengan pendidikan dikarenakan pendidikan merupakan bagian
dari kebudayaan dan kebudayaan adalah hasil dari budi daya manusia dan kebudayaan ini akan
berkembang jika budi daya manusia meningkat.

2.2.a Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Berikut pasal-pasal yang membahas tentang Sistem Pendidikan Nasional serta
penjelasannya yang dijadikan acuan untuk mengembangkan pendidikan:
a. Pasal 1 Ayat 2 berbunyi: “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman”.
Selanjutnya Pasal 1 Ayat 5 berbunyi: “tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan.”
b. Dalam Pasal 39 Ayat 1, mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga
administrasi, pengelola/ kepala Lembaga pendidikan, pustakawan, laboran, dan
teknisi sumber belajar.
c. Pasal 5 undang-undang pendidikan bermakna: setiap warga negara berhak atas
kesempatan yang samauntuk memperoleh pendidikan yang bermutu, baik bagi
mereka yang berlainan fisik, didaerah terpencil, maupun yang cerdas atau berbakat
khusus, yang bisa berlangsung sepanjang hayat.

Disamping norma-norma tersebut diatas masih terdapat lagi beberapa pasal di dalam
UUD 1945 yang menginstruksikan kepada pemerintah sebagai penyelenggara negara
agar dalam usaha menyelenggarakan pendidikan mengarahakan pelaksanaannya uantuk
membantu pertumbuhan pribadi anak didik menjadi warga negara yang menyadari
tentang:
a. Bahwa negara merupakan negara kesatuan yang berbentuk republic dengan
kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR (pasal 1
UUD). Selanjutnya untuk menyelenggarakan negara dimiliki berbagai perangkat

10
seperti presiden dan wakil presiden (pasal 4 dan 7 UUD) serta DPR (pasal 11 dan
pasal 19 s.d 22) dan lain-lain yang memiliki kekuasaan hukum masing-masing.
b. Bahwa setia warga negara dan penyelenggara negara berkewajiban
menyelenggarakan dan mewujudkan kesejahteraan sosial (pasal 23, 29, 31, 32 dan 33
UUD).
c. Bahwa pembelaan negara merupakan kewajiban seluruh rakyat demi kelestarian
negara (pasal 30 UUD).
d. Dan lain-lain yang merupakan tuntutan dalam pola tingkah laku dan perlindungan hak
bagi setiap warga negara yang tersurat dan tersirat dalam teks UUD 1945.
Berdasarkan norma-norma dasar itu, jelas bahwa sejak kemerdekaan pada tahun 1945
pemerintah sebagai penyelenggara negara harus mewujudkan:
a. Memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia bagi tiap-tiap warga negara
Indonesia untuk mendapat pendidikan yang dinyatakan dalam perkataan pengajaran.
b. Perlindungan hukum terhadap hak asasi yang berarti juga penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia tidak membedakan warga negaranya berdasarkan warna
kulit, ras/ suku, keturunan, agama, kebudayaan, dan lain-lain.
c. Pendidikan harus diselenggarakan untuk seluruh lapisan masyarakat guna
mewujudkan tujuan kemerdekaan suatu negara.
d. Penyelenggaraan pendidikan merupakan salh satu aspek kehidupan yang semestinya
dikendalikan dan diawasi pemerintah sebagai pihak yang berwenang menetapkan
suatu sistem pengajaran nasional.
e. Pemerintah sebagai penyelenggara negara berkewajiban menentapkan Undang-
Undang Organik tentang pokok-pokok pendidikan dan kebudayaan yang menjadi
pedoman dalam mewujudkan sistem pengajaran nasional.

Adapun undang-undang yang mengatur tentang pokok-pokok pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-
Undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan nasional, juga
terdiri dari 77 pasal yang mengatur tentang ketentuan umum (istilah-istilah terkait
dalam dunia pendidikan), dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, prinsip
penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga negara, orang tua dan

11
masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa pengantar,
standar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana pendidikan, pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, evaluasi
akreditasi dan sertifikasi, pendirian satuan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan
oleh Lembaga negara lain, pengawasan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan
ketentuan penutup.
b. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang ini
memuat 84 pasal yang mengatur tentang ketentuan umum (istilah-istilah dalam
undang-undang ini), kedudukan, fungsi dan tujuan, prinsip profesionalitas, seluruh
peraturan tentang guru dan dosen dari kualifikasi akademik, hak dan kewajiban
sampai organisasi profesi dan kode etik, sanksi bagi guru dan dosen yang tidak
menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya, ketentuan peralihan dan ketentuan
penutup.
Undang-Undang tersebut diperjelas dan diperkuat lagi dalam beberapa peraturan
pemerintah, diantaranya:
1. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP).
2. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
3. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
(Uno, 2022)

2.3 Landasan Politik Pendidikan


Kaitan antara pendidikan dan politik sangat erat bahkan selalu berhubungan sehingga
dengan keadaan tersebut dapat kita ketahui bahwa politik negara sangat berperan menentukan
arah perkembangan pendidikan di suatu negara. Tidak berlebihan kiranya bila banyak ahli yang
berpendapat bahwa pendidikan sebagai salah satu upaya atau sarana untuk melestarikan
kekuasaan negara. Michael W. Apple dalam Tilaar (2003: 145) menjelaskan bahwa politik
kebudayaan suatu negara disalurkan melalui lembaga-lembaga pendidikannya sehingga dalam
pendidikan tersalur kemauan-kemauan politik atau sistem kekuasaan dalam suatu masyarakat.

12
Upaya menanamkan suatu prinsip, doktrin dan kesepakatan-kesepakatan negara melalui
pendidikan dilakukan dengan cara yang tidak dapat ditelusur secara sekilas karena biasanya
berada secara implisit dalam suatu materi pendidikan atau kurikulum sehingga secara tidak sadar
sebenarnya masyarakat yang mengikuti dan memperoleh pendidikan telah mendukung pula
tujuan khusus negara tersebut.
Keterkaitan antara pendidikan dan politik dipahami oleh masyarakat dalam dua hal.
Pertama ada kelompok masyarakat yang mengatakan bahwa pendidikan adalah pendidikan dan
politik adalah politik atau antara keduanya terpisah. Kedua ada kelompok masyarakat yang
berpendapat bahwa antara keduanya saling berkaitan. Politik dalam bidang pendidikan
sebenarnya ada, sebuah contoh; seorang kepala sekolah SMK yang memutuskan kebijakan
tentang pola magang bagi siswa-siswanya, apakah keputusan itu tidak dapat dianggap sebagai
sebuah keputusan politik. Contoh lain adalah peraturan-peraturan tentang pendidikan yang
diputuskan pemerintah baik berupa kebijakan atau pedoman sebenarnya merupakan keputusan
politik juga. Hal itu beralasan karena sebelum sebuah peraturan tentang pendidikan diputuskan
harus melalui pembahasan yang sangat sengit baik pada lembaga legislatif maupun eksekutif.
Kita masih ingat bagaimana Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang tertunda penetapannya untuk waktu yang tidak sebentar hanya karena ada salah
satu pasal yang menjadi perdebatan. Di sana terjadi tarik menarik antara berbagai kelompok dan
itu merupakan sesuatu yang lazim dalam dunia politik.
Politik memegang peran kunci dalam aspek perumusan hingga perumusan suatu
kebijakan pendidikan karena memiliki legitimasi yang kuat untuk melakukan itu. Oleh karena
itu, landasan politis menjadi bagian yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan selain
secara komprehensif dengan landasan lain seperti landasan filosofi, histori, psikologi, sosiologi,
ekonomi, dan antropologi. Landasan politis bersifat ideal dan normatif bagi pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan pendidikan, sehingga mau tidak mau pihak-pihak yang
terlibat dalam proses penyelenggaraan pendidikan harus patuh terhadap perundang-undangan
yang ada. Meskipun kondisi social geografis tiap daerah berbeda-beda. Adanya landasan politis
dalam pendidikan mempermudah pekerjaan pemerintah dalam mengembangkan aspek kemajuan
kualitas pendidikan yang ada. Landasan politis dapat menjadi kerangka awal untuk memajukan
sistem pendidikan yang ada sehingga hasil yang tentunya diharapkan adalah adanya kerja sama
yang baik antara pemerintah dengan penyelenggara pendidikan dengan tujuan penyelengaraan

13
pendidikan dapat semakin maju.
Realitas Politik Pendidikan Dalam rancangan pembangunan jangka menengah (2005-
2009) yang dituangkan dalam Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005, secara logis seharusnya
rencana pembangunan jangka menengah tersebut di jabarkan dalam UU jangka panjang, akan
tetapi baru rancangan Undang-undang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (2005-2025) yang
disusun oleh pemerintah. Sampai sekarang RUU tersebut belum berhasil di sepakati oleh DPR
dalam bentuk undang-undang (Tilaar, 2006). Pemerintah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini
memberikan perhatian yang sangat besar terhadap kemajuan pendidikan. Pemerintah berupaya
terus menerus menguatkan pembangunan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional. walaupun pada kenyataan dan komitmen pemerintah yang masih rendah terhadap
pemenuhan angka 20% anggaran pendidikan artinya pemenuhan angka tersebut belum bisa
dijalankan sekaligus. Hal tersebut bukan karena pertimbangan finansial semata, akan tetapi
berdasarkan penilaian di lapangan yang bersifat teknis pada Departemen Pendidikan Nasional
dan Departemen Agama untuk melaksanakan pendidikan yang bermutu dan relevan dengan
kebutuhan daerah dalam rangka pembangunan negara Indonesia yang bersatu (Tilaar, 2006).
Pemerintah telah menyediakan anggaran pendidikan melalui Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) untuk jenjang pendidikan dasar, namun pada kenyataanya ada dbeberapa sekolah
yang masih melakukan pungutan sehingga sangat memberatkan para orang tua dari keluarga pra
sejahtera atau keluarga miskin. Semakin kesini semakin mencolok kesenjangan partisipasi
pendidikan terutama pada pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Beberapa kebijakan
pemerintah yang perlu menjadi perhatian sebagai dasar pengambilan keputusan politik dalam
pendidikan di masa datang adalah: (1) Menghapus dikotomi dualisme penyelenggaraan
pendidikan, tidak adanya diskriminasi antara pendidikan yang berada di bawah naungan
Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Pendidikan Agama. Berjalan seimbang dalam
hal mutu, kualitas dan kemajuannya; (2) Merealisasikan anggaran pendidikan sebesar 20 % dari
APBN dan APBD jika pemerintah serius untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa.
Pembebasan biaya pendidikan sekolah pada jenjang pendidikan dasar sebagaimana amanat UUD
1945 Pasal 31 ayat 2 “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayai”. Perbaikan kurikulum untuk membentuk insan Indonesia yang cerdas,
beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, dan mengembangkan potensi dirinya. Penghargaan pada
pendidik dengan peningkatan kualifikasi, profesionalisme dan kesejahteraan guru.

14
Dengan dana BOS sekolah dapat menjalankan seluruh kegiatan akademik yang ada di
sekolah. Dalam implementasinya, kebijakan BOS ini berjalan dengan baik, meskipun juga ada
kelemahan dan kekurangannya. Marzuki dalam penelitiannya mengemukakan secara umum
dapat dianalisis bahwa kebijakan pendidikan di Indonesia, terutama yang didasarkan pada
Undang-undang Sisdiknas 2003 dan peraturan perundang-undangan di bawahnya (PP dan
Permendiknas) diarahkan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut:
(1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu
tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi
dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti. Alokasi dana pendidikan 20% dari
APBN dan APBD merupakan rekor tertinggi selama ini
(2) Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan
kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal
terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan
wibawa lembaga dan tenaga kependidikan
(3) Melakukan pembaruan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip
desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen
(4) Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat
maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta dalam rangka
menyongsong globalisasi yang menghadapkan pendidikan nasional dengan pendidikan di
negara-negara lain
(5) Meningkatkan mutu dan kualitas lembaga pendidikan serta pendidik dan tenaga
pendidikannya beserta sarana dan prasarananya melalui penetapan berbagai standar pendidikan
(6) Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik (guru dan dosen) dengan memberikan
fasilitas yang memadai baik sarana dan prasarana maupun kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi demi peningkatan kualitas mereka. Kebijakan ini juga
disertai dengan kebijakan pemberian tunjangan profesi bagi guru dan dosen yang cukup
memberikan tambahan motivasi dalam melaksanakan tugas mereka serta memberikan harapan
besar untuk menambah kesejahteraan mereka (Marzuki, 2012).
Seberapa penting pendidikan dalam pembangunan politik menjadi sebuah pertanyaan
yang menarik. Ada beberapa faktor yang menjadi alasan pentingnya pendidikan bagi

15
pembangunan politik yaitu sebagai berikut:
a. Pendidikan berlangsung pada lingkup formal, non-formal dan informal
b. Pendidikan melatarbelakangi atau sebagai basic bagi seseorang dalam kehidupan politik
c. Kondisi politik yang kondusif dapat diciptakan oleh pelaku-pelaku politik yang professional
dan bertanggungjawab
Dapat kita simpulkan bahwa didalam dunia pendidikan politik juga berperan dan
merupakan hal yang krusial bukan sekedar pelengkap saja. Hingga saat ini pandangan
masyarakat masih menganggap bahwa hal pokok bagi kemajuan suatu bangsa adalah ekonomi
dan politiknya. Hal itu tercermin dari pola pikir politikus kita yang selalu berorientasi pada dua
bidang itu. Sangat jarang politikus yang memprioritaskan pada sektor pendidikan dalam agenda
politiknya. Kondisi demikian juga terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita,
prioritas pembangunan kita masih saja pada sector ekonomi, politik hankam, politik luar negeri
dan belum pernah sampai pada wacana untuk memprioritaskan pada sector pendidikan. Hal
demikian barang kali juga dipicu oleh pemahaman bahwa pendidikan tidak secara langsung
dapat diketahui hasilnya dan memerlukan biaya yang sangat besar sedangkan sektor lainnya bisa
dengan cepat diketahui hasilnya. Pendidikan merupakan sebuah investasi, karena sebagai sebuah
investasi tentu hasilnya tidak dapat kita ketahui dengan cepat. Sebenarnya kalau kita mau
menengok kebelakang pada masa sebelum tahun 1945 disana kita akan menjumpai banyak tokoh
besar yang membangun pondasi bangsa ini, bukankah mereka adalah produk pendidikan yang
berkualitas? Para tokoh terdepan kita saat itu adalah orang-orang yang bersih dan tulus ikhlas
mencurahkan segala kempuannya untuk bangsa, apakah pada saat itu terbersit nanti setelah
berhasil mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia mereka akan korupsi atau memanfaatkan
posisinya? kami kira tidak terlintas sedikitpun dalam diri mereka. Kondisi yang terjadi saat ini
cukup memprihatinkan, dimana terjadi kemerosotan dalam perilaku
politik kita.

16
BAB III

PENUTUP

Dapat kita simpulkan bahwa Pendidikan bukan alat politik tetapi politik adalah
pendidikan dan sebaliknya pendidikan yang tidak dapat memilih bukan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan negara. (memilih dalam hal ini adalah kebijakan-kebijakan yang sesuai atau
bermanfaat bagi individu warga negara). Di sisi lain supremasi hukum dapat tercapai lewat
pendidikan, pendidikan politik. Tujuan negara Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat dengan
sistem politik yang berkedaulatan rakyat. Masyarakat Indonesia yang bhineka yaitu terbentuknya
masyarakat yang terdidik yang telah memiliki suatu pandangan yang luas (sebagian besar dikota)
yang dibentuk oleh pendidikan dan kesempatan. Pendidikan terletak dalam tatanan politik.
Didalam dunia pendidikan politik juga berperan dalam hal yang krusial bukan sekedar pelengkap
saja. Hingga saat ini pandangan masyarakat masih menganggap bahwa hal pokok bagi kemajuan
suatu bangsa adalah ekonomi dan politiknya. Hal itu tercermin dari pola pikir politikus kita yang
selalu berorientasi pada dua bidang itu. Sangat jarang politikus yang memprioritaskan pada
sektor pendidikan dalam agenda politiknya. Kondisi demikian juga terjadi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara kita, prioritas pembangunan kita masih saja pada sector ekonomi,
politik hankam, politik luar negeri dan belum pernah sampai pada wacana untuk
memprioritaskan pada sector pendidikan

17
Daftar Pustaka
effrata. (2021). Landasan Hukum Pendidikan di Indonesia. Meretas: Jurnal Ilmu Pendidikan, 08(32),
121–133.
Saputra, B. R., Darmaji, D., Supriyanto, A., & Ulfatin, N. (2020). Urgensi Landasan Yuridis-Politis
dalam Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 20(2), 74–79.
https://doi.org/10.24036/pedagogi.v20i2.784
Uno, H. B. (2022). Landasan pendidikan. Bumi Aksara.

https://jurnal.alhamidiyah.ac.id/index.php/al-fikrah/article/download/20/23
https://www.academia.edu/download/54535380/
Pembiayaan_Pendidikan_Landasan_Teori_dan_Studi_Empiris.pdf
http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/download/784/283
https://ejournal.iainutuban.ac.id/index.php/tadris/article/download/75/69
https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/483506/mod_resource/content/1/Pengaruh-politik-dalam-
bidang-pendidikan.PDF

18

Anda mungkin juga menyukai