Disusun Oleh:
Dimas Danang Bagus Sadewa, S.Pd
NIP. 19940718 201903 1 005
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Metode Pendekatan
Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Permasalahan
Menurut Norman dan Schmidt (1992), pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam beberapa hal, yakni: mentransfer konsep dan permasalahan baru,
integrasi konsep, ketertarikan/minat belajar, belajar dengan arahan sendiri; dan keterampilan
belajar.
5
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
- Tahap 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan
6
Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan mahasiswa untuk berperan sebagai pemecah
masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan mahasiswa pada situasi yang
mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan
dugaan dan rencana penyelesaian. (ii) Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang
mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi. (iii) Performansi
(performance) yaitu menyajikan temuan. (iv) Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan
dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat diterapkan untuk menyelesaikan
permasalahan sesuai dalam contoh sub pokok bahasan Identitas Nasional buku Pendidikan
Kewarganegaraan Tahun 2016 halaman 43. Berikut kutipan tugas permasalahan kontekstual
mengenai sub bahasan identitas nasional dasar negara Pancasila dalam pengamalan di masyarakat:
Pertanyaan: Apakah Pancasila sebagai identitas sudah tercermin dalam sikap dan perilaku
bangsa Indonesia? Bentuklah kelas menjadi 5 kelompok untuk melakukan kegiatan
mewawancarai seorang Tokoh Masyarakat guna mencara jawab tentang:
a. Kelompok 1: Apakah masyarakat Indonesia sudah bersikap dan berperilaku yang
mencerminkan sila 1?
b. Kelompok 2: Apakah masyarakat Indonesia sudah bersikap dan berperilaku yang
mencerminkan sila 2?
c. Kelompok 3: Apakah masyarakat Indonesia sudah bersikap dan berperilaku yang
mencerminkan sila 3?
d. Kelompok 4: Apakah masyarakat Indonesia sudah bersikap dan berperilaku yang
mencerminkan sila 4?
e. Kelompok 5: Apakah masyarakat Indonesia sudah bersikap dan berperilaku yang
mencerminkan sila 5?
Selain wawancara, kelompok Anda perlu melakukan pengamatan sesuai dengan tugas wawancara.
Bandingkan hasil wawancara tersebut dengan hasil pengamatan Anda. Hasil pengerjaan tugas
disusun dalam bentuk tulisan dan dibagikan kepada kelompok lain, selain diserahkan kepada
dosen Pengampu.
7
ASESMEN DAN
EVALUASI
Asesmen
Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan tujuan
untuk menilai keterampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan mahasiswa terhadap
tanggung jawab belajar, kemampuan belajar bagaimanan belajar (learning to learn), penyelesaian
dan penggunaan sumber serta pengembangan keterampilan memecahkan masalah. Dalam
pembelajaran berbasis masalah dosen berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan
metakognitif peserta didik, bukan sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi.
Disamping itu peserta didik bukan sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai
pemecah masalah (problem solver).
Penelitian Arends (2004) menemukan ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh
peserta didik dalam pembelajaran berbasis masalah yaitu: (i) Belajar berbasis inkuiri
(merumuskan pertanyaan investigasi) dan keterampilan melakukan pemecahan masalah. Ini dapat
memicu keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan
melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning; (ii) Belajar
pemeranan orang dewasa (adult role behaviors); dan (iii) Keterampilan belajar mandiri (skills for
independent learning).
Evaluasi
8
Anderson &
9
Evaluation Creativing
Synthesis Evaluating
Analysis Analysing
Application Applying
Comprehension Understanding
Knowledge Remembering
Gambar 2. Perbandingan Klasifikasi Dimensi Kognitif Bloom dan Anderson & Krothwohl
10
a. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan
pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu
arah (teacher centered learning).
b. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBL terkadang membutuhkan waktu yang lebih
banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang
diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
c. PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui
metode pengajaran yang berbeda.
d. Mahasiswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk
belajar, terutama di domain yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
e. Seorang dosen mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai
bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk
melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi dosen. Ini bisa
sulit pada awalnya bagi dosen untuk “melepaskan kontrol” dan menjadi fasilitator,
mendorong mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan
mereka solusi.
11
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
12
Saran dan Rekomendasi
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15