Anda di halaman 1dari 3

Karya tulis Al-Farabi, diantaranya:

Al-Jami'u Baina Ra'yai al-Hakimain Afalatoni al-Hahiy wa Aristhothails (pertemuan atau


penggabungan pendapat antara Plato dan Aristoteles).
Tahsilu as-Sa'adah (mencari kebahagiaan).
As-Syasatu al-Madinah (politik pemerintahan).
Fususu al-Taram (hakikat kebenaran).
Arroo'u Ahli al-Madinati al-Fadilah (pemikiran-pemikiran utama pemerintahan).
As-Syiyasyah (ilmu politik).
Fi Ma'ani al-Aqli.
Ihsho'ua al-Ulum (kumpulan berbagai ilmu).
At-Tangibu ala as-Sa'adah.
Isbatu al-Mufaraqat.
At-Ta'liqat.
Tahqiq Ghardh Aristhu fi Kitab ma Ba'da ath-Thabi'ah.
Syarah Risalah Zainun al-Kabir al-Kabir al-Yunani.
Risalah fima Yajibu Ma'rifat Qabla Ta'allumi al-Falsafah.
'Uyun al-Masa'il.
Al-Masa'il al-Falsafiyah wa al-Ajwibah Anha.
Pemikiran Filsafat Al-Farabi

Al-Farabi mendefinisikan filsafat sebagai Al Ilmu bilmaujudaat bima Hiya Al Maujudaat, berarti
suatu ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada. Beliau juga membagi
filsafat dalam beberapa bagian, yaitu:

Al-falsafah an-nadoriyah (filsafat teori), yaitu mengetahui sesuatu yang ada tanpa
mewujudkannya dalam perbuatan.
Al-falsafah al-'amaliyah (filsafat amalan), yaitu mengetahui sesuatu yang seharusnya diwujudkan
dalam perbuatan untuk mengerjakan suatu hal baik.
Al-falsafah al-madaniyah (filsafat politik), yaitu perbuatan-perbuatan baik yang seharusnya
dikerjakan oleh penduduk negeri.
Tujuan terpenting dalam mempelajari filsafat menurut Al-Farabi ialah mengetahui Tuhan Yang
Maha Esa yang mengatur alam ini dengan kemurahan, kebijaksanaan, dan keadilan-Nya. Wujud
selain Tuhan yaitu makhluk hidup yang tidak sempurna.

Oleh karena itu, pengetahuan tentang makhluk adalah pengetahuan yang tidak sempurna.
Mengenai ilmu mantik maka Al-Farabi menganggapnya sebagai alat filsafat. Beliau juga
mengatakan bahwa filsafat hanya bisa tercapai dengan kepandaian membedakan antara benar
dan salah.

Kepandaian ini hanya bisa tercapai dengan kekuatan pikiran dalam mengetahui kebenaran.
Karena itu kekuatan pikiran hanya bisa terwujud jika kita memiliki kesanggupan mengetahui
bahwa perkara itu salah dan kita menjauhinya. Al-Farabi berpendapat bahwa aliran filsafat yang
bermacam-macam pada hakikatnya hanya satu, yaitu sama-sama memikirkan kebenaran.
Sedangkan kebenaran itu hanya satu macam dan hakikatnya serupa. Beliau juga berhasil
meletakkan dasar-dasar filsafat ke dalam ajaran Islam.

Emanasi dan Filsafat Ketuhanan Al-Farabi: Emanasi adalah teori tentang wujud yang mumkin
(alam makhluk) dari zat yang wajibul wujud (zat yang pasti adanya: Tuhan). Menurut Al-Farabi,
Tuhan adalah pikiran yang bukan berupa benda. Konsep ini erat kaitannya dengan teori wujud
(eksistensi), yaitu:

(1) Wujud yang mungkin ada karena lainnya (mumkin al-wujud). Seperti wujud cahaya tanpa
matahari, maka tidak akan ada; (2) Wujud yang ada dengan sendirinya (wajib al-wujud). Kalau
wujud itu tidak ada, maka yang lainpun tidak akan ada. Al-Farabi berpendapat bahwa Tuhan
sebagai akal, berpikir tentang diri-Nya

dan pemikiran ini timbul suatu maujud lain. Tuhan merupakan wujud pertama (al-wajudul
awwal) dan dengan pemikirannya timbul wujud kedua (al-wujudul tsani). Tuhan disebut akal
pertama (al-aqlu awwal) yang tidak bersifat materi, sedangkan wujud kedua berpikir tentang
wujud pertama yang kemudian timbul wujud ketiga (wujudul tsalis) disebut akal kedua (al-aqlu
tsani). Urutan emanasi al-'Aqil itu dapat digambarkan sebagai berikut:

Wujud II atau akal pertama juga berpikir tentang dirinya hingga timbullah langit pertama (al-
Asmaul awwal).
Wujud III atau akal kedua menimbulkan Wujud IV atau akal ketiga, yaitu bintang-bintang.
Wujud IV atau akal ketiga menimbulkan Wujud V atau akal keempat, yaitu Planet Saturnus.
Wujud V atau akal keempat menimbulkan Wujud VI atau akal kelima, yaitu Planet Jupiter.
Wujud VI atau akal kelima menimbulkan Wujud VII atau akal keenam, yaitu Planet Mars.
Wujud VII atau akal keenam menimbulkan Wujud VIII atau akal ketujuh, yaitu Planet Matahari.
Wujud VIII atau akal ketujuh menimbulkan Wujud IX atau akal kedelapan, yaitu Planet Venus.
Wujud IX atau akal kedelapan menimbulkan Wujud X atau akal kesembilan, yaitu Planet
Mercurius.
Wujud X atau akal kesembilan menimbulkan Wujud XI atau akal kesepuluh, yaitu Bulan.
Sifat Tuhan: Sifat Tuhan tidak berbeda dari zat-Nya yang menjadi objek pemikiran makhluk-
Nya, karena Tuhan adalah tunggal (esa). Selain itu, Tuhan adalah zat yang Maha Mengetahui
('alim). Ilmu (pengetahuan) Tuhan terhadap diri-Nya tidak lain hanyalah zat-Nya sendiri.

Pembuktian Adanya Tuhan: Beberapa dalil tentang pembuktian adanya Tuhan dapat digunakan
sebagai dalil ontologi, teologi, dan kosmologi. Para mazhab Yunani menggunakan dalil-dalil
tersebut untuk memberikan kesimpulan tentang adanya Tuhan. Hal tersebut juga diikuti oleh
para mazhab Islam. Diantara dalil yang banyak dipakai adalah dalil ciptaan atau dalil kosmologi
menurut istilah metafisika. Dalil kosmologi melihat alam sebagai makhluk sebagai rangkaian
sebab-akibat.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pemikiran Filsafat Menurut Al-
Farabi", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/risanatih15386/62a5f264bb44860ce105f092/pemikiran-filsafat-
menurut-al-farabi?page=2&page_images=1

Kreator: Risanatih Maulida Putri

Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai