Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI – TEORI ETIKA

DISUSUN OLEH :

INGGRID PERMATASARI (235331002)


STEVANUS ANTONI R
TRIANA SAVIRA

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Siska, S.E., M.Si, Ak, CA

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga masalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun,
terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersikap membangun. Demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik dan penulis akan terbuka terhadap saran dan
masukan dari semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Pekanbaru, Agustus 2023

i
DAFTAR ISI
.

Kata Pengantar……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………… …………………….. ii
Bab I……………………………………..………………………………………………… 1
Pendahuluan……………………………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….... 1
1.3Tujuan ……………………………………………………………………………… 2

Bab II ………………………………………………………………………………………. 3
Pembahasan……………………………………………………………………………….. 3
2.1 Sejarah Teori Etika………………………………………………………………... 3
2.2 Etika Absolut Versus Etika Relatif………………………………………………… 4
2.3 Konsep Dasar Teori-teori Etika…………………………………………………… 5
2.4 Berbagai Teori Etika yang Berkembang dan Perbedaan Antara Teori yang Ada Saat
ini…………………………………………………………………………………… 6
2.5 Perkembangan Perilaku Moral…………………………………… 10
2.6 Pendekatan Dari Masing-Masing Teori Etika Dalam Pengambilan Keputusan
Moral……………………………………………………………………………… 11
2.7 Adaptasi Teori-Teori Etika Dalam Organisasi Bisnis…………………………… 12
2.8 Perdebatan Dan Kritik Terhadap Teori-Teori Etika Dalam Membentuk Perkembangan
Organisasi Bisnis………………………………………………………………… 14

Bab III ……………………………………………………………………………………… 16


Kesimpulan …………………………………….………………………………………….. 16
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………… 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Etika menjadi persoalan yang penting dalam aktivitas bisnis saat ini, bahkan menjadi
pusat sorotan bisnis kontemporer. Hal ini dikarenakan aktivitas bisnis menimbulkan
banyak perdebatan dan dilema khususnya terkait etika dalam operasional perusahaan.
Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan yang melakukan praktik yang tidak etis untuk
mencapai tujuannya. Praktik tidak etis yang dilakukan perusahaan antara lain adalah
penyalahgunaan penentuan harga terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan, tidak
adanya kesejahteraan dalam organisasi, perlakuan tidak adil terhadap karyawan, tidak etis
saat menjalin kerjasama dengan sesama rekan bisnis, tidak adanya tanggung jawab sosial
dan lingkungan, serta berbagai pelanggaran etika lainnya (Haurissa dan Praptiningsih:
2014).
Permasalahan dari teori-teori etika meliputi perkembangan pemikiran tentang moralitas
dan nilai-nilai manusia dari waktu ke waktu. Teori-teori etika mengajukan berbagai
pandangan tentang bagaimana kita seharusnya bertindak dan mengambil keputusan moral.
Ini termasuk pendekatan seperti etika kesusilaan, utilitarianisme, deontology, etika
kebajikan, dan banyak lagi. Makalah ini akan menjelaskan bagaimana teori-reori ini
muncul, bervolusi, dan berinteraksi dengan konteks sosial, budaya, dan filosofis pada
masanya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah tentang teori-teori etika mungkin mencangkup


beberapa pertanyaan sentral, seperti :
1. Bagaimana teori-teori etika muncul dan berkembang sepanjang sejarah?
2. Bagaimana konsep etika absolut versus etika relatif?
3. Apa konsep dasar di balik setiap teori etika dan bagaimana teori-teori tersebut
memandang sifat moralitas?
4. Apa saja teori etika yang berkembang dan bagaimana perbedaannya satu sama lain?
5. Bagaimana perkembangan perilaku moral?
6. Bagaimana teori-teori etika berbeda satu sama lain dalam pendekatan terhadap
pengambilan keputusan moral?
7. Bagaimana teori etika beradaptasi dalam lingkup organisasi bisnis saat ini?
8. Bagaimana perdebatan dan kritik terhadap teori-teori etika telah membentuk
perkembangan organisasi bisnis?

1
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah tentang teori-teori etika adalah :
1. Pemahaman Mendalam
Untuk memberikan pemahaman mendalam tentang berbagai teori etika yang telah
muncul sepanjang sejarah dan bagaimana masing-masing teori mengartikan moralitas.
2. Analisis Komparatif
Untuk menganalisis pernedaan dan persamaan antara teori-teori etika,
mengidentifikasi pendekatan, prinsip, dan tujuan yang berbeda.
3. Konteks Kontemporer
Untuk menjelaskan bagaimana teori-teori etika beradaptasi dengan perubahan sosial,
budaya, dan teknologi di era modern.
4. Penerapan Praktis
Untuk menjelaskan bagaimana teori-teori etika dapat diaplikasikan dalam
pengambilan keputusan moral sehari-hari dan dalam situasi kompleks.
5. Pemahaman Dampak
Untuk membahas dampak dan implikasi menerapkan berbagai teori etika terhadap
individu, masyarakat, dan lingkungan.
6. Pertimbangan Kritis
Untuk mengajuka pertanyaan kritis tentang kelebihan, kelemahan, dan tantangan yang
dihadapi oleh masing-masing teori etika.
7. Kontribusi Filosofis
Untuk menjunjukkan bagaimana pemikiran etika telah memberikan kontribusi pada
perkembangan filsafat dan pemahaman manusisa tentang moralitas.
8. Stimulasi Diskusi
Untuk mendorong pembaca berpikir kritis, merenungkan posisi mereka sendiri tentang
etika, dan mendorong diskusi lebih lanjut tentang isu-isu moral.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH TEORI ETIKA


Sejarah teori etika telah melibatkan perkembangan berbagai pandangan filosofis
tentang moralitas dan nilai-nilai manusia. Berikut adalah gambaran umum tentang
perkembangan teori etika sepanjang sejarah, yaitu :
1. Etika Yunani kuno
Filsuf seperti Socrates, Plato, dan Aristotle membahas konsep kebajikan, kebahagiaan,
dan Tindakan yang baik dalam konteks etika.
Plato membahas ide-ide mengenai keadilan dan kebajikan, sedangkan Aristotle
mengembangkan etika kebajikan, yang menekankan pada pengembangan karakter
moral.
2. Etika Agama
Dalam banyak tradisi agama, termasuk agama Yahudi, Kristen, dan Islam, etika berakar
dalam ajaran dan prinsip agama. Hukum agama dan ajaran moral diartikan sebagai
panduan bagi perilaku etis.
3. Era Pencerahan
Pada abad ke -17 hingga ke-18, filsuf-filsuf seperti Immanuel Kant dan Jeremy
Bentham mendorong perkembangan teori etika yang lebih sistematis.
Kant mengembangkan deontology, dimana tindakan dinilai berdasarkan niat dan
prinsip moral, sementara Bentham mengusulkan utilitarianisme, dimana tindakan
dinilai berdasarkan dampaknya terhadap kebahagiaan sebanyak mungkin orang.
4. Era abad ke-19 dan ke-20
Filsuf seperti John Stuart Mill mengembangkan utilitarianisme lebih lanjut,, mengatasi
beberapa kritik terhadap pandangan tersebut. Sementara itu, Friederich Nietzche
mengeksplorasi etika berdasarkan kritik terhadap nilai-nilai tradisonal, sambal Albert
Schweitzer mengajukan etika kebajikan universal.
5. Etika Kontemporer
Abad ke-20 hingga sekarang melihat perkembangan berbagai pendekatan etika,
termasuk etika kebajikan yang ditekankan oleh Alasdair Macintyre dan Martha
Nussabaum, serta pendekatan etika perhatian yang diajukan oleh Caril Gilligan. Etika
lingkungan dan etika teknologi juga menjadi fokus perhatian dalam konteks modern.
Selama sejarah, teori-teori etika telah berkembang ddan berubah sesuai dengan
perubahan budaya, nilai. Dan tantangan masyarakat. Perkembangan ini terus berlanjut
dengan penemuan baru dan pertimbangan etis dalam konteks global yang terus berubah.

3
2.2 ETIKA ABSOLUT VERSUS ETIKA RELATIF

Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan di antara para
etikawan tentang apakah etika bersifat absolut atau relatif. Para penganut paham etika
absolut dengan berbagai argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada prinsip-
prinsip etika yang bersifat mutlak, berlaku universal kapan pun dan dimana pun.
Sementara itu, para penganut etika relatif dengan berbagai argumentasi yang juga tampak
masuk akal membantah hal ini. Mereka justru mengatakan bahwa tidak ada prinsip atau
nilai moral yang berlaku umum. Prinsip atau nilai moral yang ada dalam masyarakat
berbeda-beda untuk masyarakat yang berbeda dan untuk situasi yang berbeda pula.

Rachels (2004) memberikan contoh menarik mengenai keyakinan dua suku yang
sangat berbeda, yaitu suku Callatia di India dan orang-orang Yunani tentang perlakuan
terhadap orang tua mereka saat meninggal dunia. Sebagai wujud rasa hormat kepada
orang tua mereka yang telah meninggal dunia, suku Callatia akan memakamkan jenazah
orangtua mereka, sedangkan orang- orang Yunani akan membakar jenazah orang tua
mereka. Ini sekadar salah satu ilustrasi yang barangkali dapat dipakai untuk mendukung
argumentasi para penganut etika relatif di mana kebudayaan yang berbeda akan
menghasilkan kode moral yang berbeda pula.

Di antara tokoh-tokoh berpengaruh yang mendukung paham etika relatif ini adalah
Joseph Fletcher (dalam Suseno 2006), yang terkenal dengan teori etika situasional nya.
La menolak adanya norma-norma moral umum karena kewajiban moral selalu
bergantung pada situasi konkret, dan situasi konkret ini dalam kesehariannya tidak
pernah sama. Tokoh berpengaruh pendukung paham etika absolut antara lain Immanuel
Kant dan James Rachels. Rachels sendiri, yang walaupun membuka pemikirannya
dengan memberikan argumentasi bagi pendukung etika relatif melalui contoh ilustrasi
perlakuan berbeda terhadap jenazah orang tua dari dua suku/bangsa yang berbeda (suku
Callatia dan orang-orang Yunani), sebenarnya merupakan pendukung etika absolut. la
mengatakan bahwa ada pokok teoretis yang umum dimana ada aturan-aturan moral
tertentu yang dianut secara bersama-sama oleh semua masyarakat karena aturan-aturan
itu penting untuk kelestarian masyarakat. Misalnya, aturan melawan kebohongan dan
pembunuhan hanyalah dua contoh yang masih berlaku dalam semua kebudayaan yang
tetap hidup, walaupun juga diakui bahwa dalam setiap aturan umum tentu saja ada
pengecualiannya.

4
2.3 KONSEP DASAR TEORI-TEORI ETIKA
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma perilaku manusia yang di anggap baik atau tidak baik.
Dalam etika masih di jumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu
tindakan, sifat atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau prespektif yang
berlainan. Berikut adalah konsep dasar di balik beberapa teori etika utama :
1. Deontologi (Etika Kewajiban)
• Konsep Dasar : Tindakan dianggap baik atau buruk berdasarkan kewajiban moral
yang diikuti, bukan akibat yang dihasilkan.
• Tokoh utama : Immanuel Kant
• Contoh : menjalankan tindakan yang dianggap pantas, tanpa memamandang
konsekuensinya.
• Memandang moralitas sebagai kewajiban dan prinsip yang harus diikuti.
• Tindakan yang benar atau salah ditentukan oleh kepatuhan terhadap aturan moral
dan norma yang tidak boleh dilanggar.
2. Utilitarianisme
• Konsep Dasar : tindakan dianggap baik jika menghasilkan akumulasi kebahagiaan
(utilitas)yang paling besar bagi sebanyak orang.
• Tokoh Utama : Jeremy Bentham, John Stuart Mill
• Contoh : memilih tindakan yang menghasilkan hasil terbesar dalam hal
kebahagiaan, meskipun mengorbankan individu tertentu.
• Memandang moralitas sebagai dampak yang dihasilkan oleh tindakan pada
kebahagiaan atau penderitaan manusia.
• Tindakan yang benar adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar
bagi orang banyak, dengan mempertimbangkan kuantitas dan kualitas
kebahagiaan.
3. Etika Kebajikan
• Konsep Dasar : fokus pada pengembangan karakter dan kebajikan individu dalam
mencapai kehidupan yang bermakna dan baik.
• Tokoh Utama : Aristotle
• Contoh : mempraktikkan kebajikan seperti keberanian, kebijaksanaan, dan
kesedehanaan untuk mencapai tujuan hidup yang baik.
• Memandang moralitas sebagai pembentukan karakter dan kebajikan yang
membimbing perilaku.
• Tindakan yang benar adalah tindakan yang sejalan dengan kebajikan atau nilai-
nilai positif, seperti keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan.
4. Etika Perhatian (Etika Pencapaian Etika)
• Konsep Dasar : menyoroti pentingnya hubungan dan perhatian terhadap individu
dalam pengambilan keputusan etis.
• Tokoh Utama : Carol Giligan
• Contoh : mengutamakan empati dan perhatian terhadap dampak tindakan pada
individu dan hubungan.
5
• Memandang moralitas sebagai hubungan an perhatian terhadap invidu dan
kelompk.
• Tindakan yang benar adalah tindakan yang memperhatikan dan memahami
pengalaman serta dampak pada invidu dan hubungan.
5. Etika kebebasan
• Konsep Dasar : Menekankan pentingnya otonomi dan kebebasan individu dalam
memuat keputusan moral.
• Tokoh Utama : Jean-Paul Sartre.
• Contoh : memilih tindakan berdasarkan pertimbangan sendiri, tanpa campur tangan
eksternal.
• Memandang moralitas sebagai kemampuan untuk membuat pilihan bebas dri
campur tangan eksternal.
• Tindakan yang benar adalah tindakan yang muncul dari pilihan yang bebas dan
disadari, berdasarkan nilai-nilai dan pertimbangan pribadi.
6. Etika Lingkungan
• Konsep Dasar : menilai tindakan berdasarkan dampaknya pada ingkungan alam
dan ekosistem.
• Tokoh Utama : Aldo Leopold, Arne Naess.
• Contoh : memilih tindakan yang mempertimbangkan keseimbangan ekologis dan
keberlanjutan alam.
• Memandang moralitas sebagai tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan
ekosistem.
• Tinakan yang benar adalah tindakan yang mempertimbangkan dampak apada alam,
menjaga keseimbangan ekologis, dan mendorong keberlajutan.

2.4 BERBAGAI TEORI ETIKA YANG BERKEMBANG DAN PERBEDAAN ANTARA


TEORI YANG ADA
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma perilaku manusia yang di anggap baik atau tidak baik.
Dalam etika masih di jumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu
tindakan, sifat atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau prespektif yang
berlainan. Berikut ini beberapa teori etika.
1. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme.
Pertama, egoisme psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua
tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (self servis). Menurut teori
ini, orang bolah saja yakin ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban,
namun semua tindakan yang terkesan luhur dan/ atau tindakan yang suka berkorban
tersebut hanyalah sebuah ilusi.
Pada kenyataannya, setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri. Menurut teori ini,
tidak ada tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme, yaitusuatu tindakan yang
peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan
6
mengorbankan kepentingan dirinya.
Kedua, egoisme etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-
interest). Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan
kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri sendiri tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain. Berikut adalah pokok-pokok pandangan egoisme
etis:
• Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela kepentingannya
sendiri maupun kepentingan orang lain.
• Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tuga adalah kepentingan diri.
• Meski egois etis berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela
kepentingan diri, tetapi egoisme etis juga tidak mengatakan bahwa anda harus
menghindari tindakan menolong orang lain.
• Menurut paham egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai
tindakan untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja kepentingan orang lain
tersebut bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong orang lain
sebenarnya juga dalam rangka memenuhi kepentingan diri.
• Inti dari paham egoisme etis adalah apabila ada tindakan yang menguntungkan
orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alasan yang membuat
tindakan itu benar. Yang membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa
tindakan itu menguntungkan diri sendiri.

Alasan yang mendukung teori egoisme:


▪ Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri. Tindakan
peduli terhadap orang lain merupakan gangguan ofensif bagi kepentingan sendiri.
Cinta kasih kepada orang lain juga akan merendahkan martabat dan kehormatan
orang tersebut.
▪ Pandangan terhadap kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan
moralitas akal sehat. Pada akhirnya semua tindakan dapat dijelaskan dari prinsip
fundamental kepentingan diri.
Alasan yang menentang teori egoisme etis:
• Egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik kepentingan. Kita
memerlukan aturan moral karena dalam kenyataannya sering kali dijumpai
kepentingan-kepentingan yang bertabrakan.
• Egoisme etis bersifat sewenang-wenang. Egoisme etis dapat dijadikan sebagai
pembenaran atas timbulnya rasisme.

2. Utilitarianisme
Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika membawa manfaat bagi
sebanyak mungkin anggota masyarakat (the greatest happiness of the greatest number).
Paham utilitarianisme sebagai berikut: (1) Ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat
dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu, apakah memberi manfaat atau
tidak, (2) dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang
penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan, (3) kesejahteraan
setiap orang sama pentingnya. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme
etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut
7
pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut
pandang kepentingan orang banyak (kepentingan orang banyak).
Kritik terhadap teori utilitarianisme:
• Utilitarianisme hanya menekankan tujuan/mnfaat pada pencapaian kebahagiaan
duniawi dan mengabaikan aspek rohani.
• Utilitarianisme mengorbankan prinsip keadilan dan hak individu /minoritas demi
keuntungan mayoritas orang banyak.

3. Deontologi
Paradigma teori deontologi saham berbeda dengan paham egoisme dan
utilitarianisme, yang keduanya sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan
memberikan manfaat entah untuk individu (egoisme) atau untuk banyak
orang/kelompok masyarakat (utilitarianisme), maka tindakan itu dikatakan etis.
Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan merugikan individu atau sebagian besar
kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut dikatakan tidak etis. Teori yang menilai
suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut
disebut teori teleologi. Sangat berbeda dengan paham teleologi yang menilai etis atau
tidaknya suatu tindakan berdasarkan hasil, tujuan, atau konsekuensi dari tindakan
tersebut, paham deontologi justru mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak
ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan
tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjdi pertimbangan untuk menilai
etis atau tidaknya suatu tindakan.
Kant berpendapat bahwa kewajiban moral harus dilaksanakan demi kewajiban
itu sendiri, bukan karena keinginan untuk memperoleh tujuan kebahagiaan, bukan juga
karena kewajiban moral iu diperintahkan oleh Tuhan. Moralitas hendaknya bersifat
otonom dan harus berpusat pada pengertian manusia berdasarkan akal sehat yang
dimiliki manusia itu sendiri, yang berarti kewajiban moral mutlak itu bersifat rasional.
Walaupun teori deontologi tidak lagi mengkaitkan kriteria kebaikan moral
dengan tujuan tindakan sebagaimana teori egoisme dan tlitarianisme, namun teori ini
juga mendapat kritikan tajam terutama dari kaum agamawan. Kant mencoba
membangun teorinya hanya berlandaskan pemikiran rasional dengan berangkat dari
asumsi bahwa karena manusia bermartabat, maka setiap perlakuan manusia terhadap
manusia lainnya harus dilandasi oleh kewajiban moral universal. Tidak ada tujuan lain
selain mematuhi kewajiban moral demi kewajiban itu sendiri.

4. Teori Hak
Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan
tersebut sesuai dengan HAM. Menurut Bentens (2000), teori hak merupakan suatu
aspek dari deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan
kewajiban. Bila suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang, maka sebenarnya
tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang lain. Teori hak sebenarnya
didsarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat dan semua manusia
mempunyai martabat yang sama.
Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu

8
• Hak hukum (legal right), adalah hak yang didasarkan atas sistem/yurisdiksi
hukum suatu negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu negara adalah
Undang-Undang Dasar negara yang bersangkutan.
• Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dihubungkan dengan
pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan
dengan kelompok bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak moral
berkaitan dengan kepentingan individu sepanjang kepentingan individu itu tidak
melanggar hak-hak orang lain
• Hak kontraktual (contractual right), mengikat individu-individu yang membuat
kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing
kontrak.

Teori hak atau yang lebih dikenal dengan prinsip-prinsip HAM mulai banyak mendapat
dukungan masyarakat dunia termasuk dari PBB. Piagam PBB sendiri merupakan salah
satu sumber hukum penting untuk penegakan HAM. Dalam Piagam PBB disebutkan
ketentuan umum tentang hak dan kemerdekaan setiap orang. PBB telah
mendeklarasikan prinsip-prinsip HAM universal pada tahun 1948, yang lebih dikenal
dengan nama Universal Declaration of Human Rights. (UdoHR). Diaharapkan semua
negara di dunia dapat menggunakan UdoHR sebagai dasar bagi penegakan HAM dan
pembuatan berbagai undang-undang/peraturan yang berkaitan dengan penegakan
HAM. Pada intinya dalam UdoHR diatur hak-hak kemanusiaan, antara lain mengenai
kehidupan, kebebasan dan keamanan, kebebasan dari penahanan, peangkapan dan
pengasingan sewenang-wenang, hak memperoleh memperoleh peradilan umum yang
bebas, independen dan tidak memihak, kebebasan dalam mengeluarkan pendapat,
menganut agama, menentukan sesuatu yang baik atau buruk menurut nuraninya, serta
kebebasan untuk berkelompok secara damai.

5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)


Teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 2000). Teori keutamaan
tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang tidak etis. Teori
ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan
mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut
sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina.
Karakter/sifat utama dapat didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah
melekat/dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku
yang secara moral dinilai baik. Mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secar
amoral disebut manusia hina. Bertens (2000) memberikan contoh sifat keutamaan,
antara lain: kebijaksanaan, keadilan, dan kerendahan hati. Sedangkan untuk pelaku
bisnis, sifat utama yang perlu dimiliki antara lain: kejujuran, kewajaran (fairness),
kepercayaan dan keuletan.

6. Teori Etika Teonom


Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan
akhir yang ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, eight untuk
memperoleh kebahagiaan surgawi. Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat kristen,
yang mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh
kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral
9
dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap
tidak baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah sebagaiman dituangkan dalam
kitab suci.
Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban tak bersyarat
diperlukan untuk mencapai tujuan tertinggi yang bersifat mutlak. Kelemahan teori etika
Kant teletak pada pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai
umat manusia, walaupun ia memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas
dikatakan bersifat mutlak hanya bila moralitas itu dikatakan dengan tujuan tertinggi
umat manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan
pendekatan rasional karena semua yang bersifat mutlak melampaui tingkat kecerdasan
rasional yang dimiliki manusia.

2.5 PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

Teori perkembangan moral banyak dibahas dalam ilmu psikologi salah satu teori yang
sangat berpengaruh dikemukakan oleh Kohlberg (dalam Atkinson 1906) dengan
mengemukakan tiga tahap perkembangan moral dihubungkan dengan pertumbuhan usia
anak. Masing-masing tahap dibagi lagi ke dalam dua tahap sehingga secara keseluruhan
ada 6 tahap perkembangan. Beberapa konsep yang memerlukan penjelasan antara lain
perilaku moral (moral behavior), Perilaku tidak bermoral (Immoral behavior), perilaku di
luar kesadaran moral (unmoral behavior) dan perkembangan moral (moral development)
itu sendiri.

Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat
tertentu moral dalam hal ini berarti adat kebiasaan atau tradisi. Perilaku tidak bermoral
berarti perilaku yang gagal mematuhi harapan kelompok sosial tersebut. Ketidakpatuhan
ini bukan karena ketidakmampuan memahami harapan kelompok tersebut, tetapi lebih
disebabkan ketidaksetujuan terhadap kelompok sosial tersebut atau karena merasa wajib
tidak mematuhinya. Perilaku di luar kesadaran moral adalah perilaku yang menyimpang
dari harapan kelompok sosial yang lebih disebabkan oleh ketidakmampuan yang
bersangkutan dalam memahami harapan kelompok social.

Pada Tabel 1.1 Kohlberg ingin menyimpulkan bahwa ada hubungan antara
pertambahan umur dengan tingkat perkembangan moral. Seseorang pada usia dini
kesadaran moral seseorang belum berkembang, setiap tindakannya akan disadarkan atas
kepentingan diri sehingga yang dapat mengontrol atau membatasi tindakannya adalah
faktor-faktor eksternal atau kekuatan dari luar dirinya. Semakin bertambah usia seseorang
diharapkan makin meningkat pula kesadaran moralnya. Kode etik atau prinsip etika etika
10
akan makin mudah diimplementasikannya dalam suatu masyarakat yang kesadaran moral
nya telah mencapai tingkat tinggi.

Tabel 1.1 Tahap-Tahap Perkembangan Moral Anak Menurut Kohlberg

2.6 PENDEKATAN DARI MASING-MASING TEORI ETIKA DALAM


PENGAMBILAN KEPUTUSAN MORAL
Adapun cara-cara yang dilakukanoelh masing-masing teori-teori etika yang berbeda
dalam pendekatan terhadap pengambilan keputusan moral adalah sebagai berikut :
1. Deontologi (Etika Kewajiban)
• Pendekatan : menekankan pentingnya mengikuti kewajiban moral dan prinsip tanpa
memandang akibatnya.
• Pengambilan keputusan : keputusan diambil berdasarkan aturan moral atau prinsip
kewajiban yang harus siikuti, tanpa mempertimbangkan hasil atau akibatnya.
2. Utilitarianisme
• Pendekatan : meilai tindakan berdasarkan dampaknya pada kebahagiaan atau penderitaan.
• Pengambilan keputusan : keputusan diambil dengan mempertimbangkan dampak tindakan
pada kebahagiaan dan penderitaan orang banyak. Tujuannya adalah mencapai hasil yang
menghasilkan kebahagiaan terbesar.
3. Etika kebajikan
• Pendekatan : membentuk karakter moral yang baik dan mengikuti nilai-nilai positif.
• Pengambilan keputusan : keputusan diambil dengan mempertimbangkan bagaimana
tindakan tersebut mencerminkan kebajikan dan karakter yang diupayakan untuk
dikembangkan.

4. Etika Perhatian (Etika Pencapaian Etika)


• Pendekatan : mementingkan perhatian dan empati terhadap individu dan hubungan.
• Pengambilan keputusan : keputusan diambil dengan mempertimbangkan dampak tindakan
pada individu dan hubungan, serta melibatkan perhatian terhadap pengalaman.

11
5. Etika kebebasan
• Pendekatan : menghargai kebebasan individu dalam membuat keputusan moral.
• Pengambilan keputusan : keputusan diambil berdasarkan pertimbangan pribai, nilai-nilai,
dan prinsip yang muncul dari otonomi individu.
6. Etika Lingkungan
• Pendekatan : memandang dampak tindakan pada lingkungan alam dan ekosistem.
• Pengambilan keputusan : keputusan diambil dengan mempertimbangkan dampak pada
lingkngan alam dan keseimbangan ekologis dalam jangka Panjang.

2.7 ADAPTASI TEORI-TEORI ETIKA DALAM ORGANISASI BISNIS

Organisasi bisnis mengacu pada entitas yang didirikan untuk tujuan komersial atau
ekonomi. Organisasi bisnis mencakup berbagai entitas yang beroperasi dalam dunia bisnis
untuk mencapai keuntungan atau tujuan lain yang berhubungan dengan ekonomi. Adapun
jenis -jenis organisasi bisnis meliputi :
1. Perusahaan
Adalah entitas independent yang memiliki tujuan komersial dan beroperasi dengan
tujuan menghasilkan keuntungan bagi pemilik atau pemegang saham.
2. Perusahaan Tunggal (Sole Proprietotship)
Adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh satu orang. Pemeilik
pribadi bertanggung jawab penuh atas operasi dan kewajiban perusahaan.
3. Perusahaan Patungan (Partnership)
Adalah organisasi bisnis yang dimiliki oleh dua atau lebih orang, yang berbagi
tanggung jawab, keuntungan, dan kewajiban bisnis.
4. Perseroan Terbatas (Lilited Liability Company / LCC)
Adalah bentuk organisasi bisnis yang memberikan perlindungan terhadap tanggung
jawab pribadi pemilik terhadap hutang perusahaan, serupa dengan perusahaan, tetapi
lebih fleksibel dalam administrasi.
5. Perseroan Terbuka (Public Company)
Adalah perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham terbuka dan dapat
dimiliki oleh banyak investor.
6. Perseroan Tertutup (Private Company)
Adalah perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh sejumlah terbatas pemegang saham
dan tidak diperdagangkan secara publik.
7. Koperasi
Adalah organisasi yang dimiliki oleh anggota yang memiliki kepentingan Bersama,
dengan tujuan saling membantu dan menghasilkan manfaat ekonomi.
Teori-teori etika telah mengalami adaptasi penting dalam lingkup organisasi bisnis saat
ini. Perubahan dalam dunia bisnis dan tuntutan sosial telah mendorong perusahaan untuk
mempertimbangkan nilai-nilai etika dalam pengambilan keputusan dan operasi mereka.
Beberapa cara dimana teori-teori etika beradaptasi dalam lingkup prganisasi bisnis adalah
sebagai berikut :
1. Penerapan Prinsip Etika

12
Perusahaan mengadopsi prinsip-prinsip etika seperti integritas, transparansi, dan
tanggung jawab sosial perusahaan dalam strategi dan operasi mereka.
2. Etika Bisnis Utilitarian
Perusahaan cenderung mempertimbangkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan
dari tindakan mereka, serta mencari cara mencapai keseimbangan yang menguntungkan
semua pihak.
3. Etika Bisnis Kebajikan
Perusahaan lebih fokus pada pengembangan budaya perusahaan yang menghargai
kebajikan dan nilai-nilai positif, seperti kerja tim, kejujuran, dan inovasi.
4. Etika Bisnis Deontologi
Perusahaan mengikuti pedoman etika dan prinsip kewajiban dalam pengambilan
keputusan, bahkan jika itu melibatkan pengorbanan keuntungan jangka pendek demi
integritas jangka panjang.
5. Etika Lingkungan dalam Bisnis
Perusahaan mempertimbangkan dampak lingkungan dari operasi mereka dan
menerapkan praktik yang berkelanjutan, termasuk pengelolaan limbah dan
pengurangan emisi.
6. Etika Perhatian dalam Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang memperhatikan kebutuhan dan perspektif karyawan semakin
dihargai, memungkinkan kolaborasi dan perkembangan pribadi.
7. Etika dalam Rantai Pasokan
Perusahaan mulai memperhatikan etika dalam rantai pasokan meeka, memastikan
bahwa mitra bisnis dan pemasok juga mematuhi standar etika yang sama.
8. Pemberdayaan Karyawan
Pendekatan etika memperhatikan kesejahteraan karyawan dan memberdayakan mereka
untuk berkontribusi secara positif dalam organisasi.

Adaptasi teori etika dalam bisnis membantu perushaan membangun reoutasi yang
baik, menjaga hubungan dengan pelanggan dan pemangku kepentingan, serta berkontribusi
pada keberlajutan jangka Panjang. Prinsip-prinsip etika semakin diakui sebagai bagian
intergral dari keberhasilan dan pertumbuhan bisnis modern.
Teori-teori etika memiliki dampak baik dan buruk yang dapat dirasakan di dalam
organisasi bisnis. Dampaj tersebut tergantung pada bagaimana teori rtika
diimplementasikan dan bagaimana nilai-nilai etika diintegrasikan ke dalam budaya
organisasi. Berikut adalah beberapa dampak baik dan buruk dari teori etika di dalam
orgnisasi bisnis.
1. Dampak Baik
• Reputasi yang Baik. Teori etika dapat membantu membangun reputasi positif di
mata pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat luas, yang berkontribusi pada citra
perusahaan.
• Loyalitas Karyawan. Praktik Etika yang kuat dapat meningkatkan loyalitas
karyawan, meningkatkan moral, dan mengurangi turnover karyawan.

13
• Kepercayaan Pemangku Kepentingan. Menerapkan prinsip-prinsip etika dapat
membangun kepercayaan dari pemegang saham, investor, dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan.
• Inovasi dan Kretivitas. Lingkungan yang didasarkan pada nilai-nilai etika dapat
mendorong inovasi dan kreativitas, karena karyawan merasa didukung dan
dihargai.
• Manfaat Sosial dan Lingkungan. Penerapan etika ingkungan dan tanggung jawab
sosial perusahaan dapat memberikan dampak positif pada lingkungan dan
masyarakat.

2. Dampak Buruk :
• Kesulitan Keuangan. Mematuhi standar etika tertentu kadang-kadang dapat
menyebabkan biaya tambahan atau mengurangi profitabilitas sementara.
• Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan. Dilema moral dapat menyulitkan
pengambilan keputusan yang cepat dan efisien.
• Konflik Nilai. Karyawan dengan nilai etika berbeda-beda mungkin mengalami
konflik nilai yang dapat mengganggu kerja tim dan kinerja.
• Pematuhan yang Berlebihan. Terlalu ketat mematuhi prinsip etika tertentu bisa
menghambat fleksibilitas dan adaptasi dalam lingkungan bisnis yang berubah-
ubah.
• Greenwashing atau Etika Palsu. Beberapa organisasi mungkin mengklaim
komitmen etika atau lingkungan hanya bertujuan pemasaran, tanpa mengambil
tindakan sesuai.

2.8 PERDEBATAN DAN KRITIK TERHADAP TEORI-TEORI ETIKA DALAM


MEMBENTUK PERKEMBANGAN ORGANISASI BISNIS

Perdebatan dan kritik terhadap tepri-teori etika telah memainkan peranan penting
dalam membentuk perkembangan organisasi bisnis. Kritik terhadap berbagai teori etika
telah mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan dampak etika dalam pengambilan
keputusan dan operasi mereka dengan lebih kritis. Berikut adalah beberapa cara diman
perdebatan dan kritik terhadap teori-teori etika telah membentuk perkembangan bisnis,
yaitu :
1. Mendorong Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
kritik terhadap pengarh bisnis terhadap masyarakat dan lingkungan telah mendorong
perusahaan untuk mengadopsi tanggung jawab sosial yang lebih besar, menciptakan
dampak positif di luar keuntungan ekonomi.
2. Memperluas Fokus pada Lingkungan
Kritik terhadap dampak lingkungan bisnis telah mendorong perushaan untuk
mempertimbangkan praktik berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
3. Pemantauan Etika dalam Rantai Pasokan.

14
Perdebatan tentang etika dalam rantai pasokan telah mendorong perusahaan untuk
memeriksa dan memastikan bahwa mitra bisnis dan pemasok mereka memathi standar
etika yang sama.
4. Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas
Kritik terhadap praktik bisnis yang tidak transparan telah mendorong perusahaan untuk
meningkatkan akuntabilitas mereka dan memberikan informasi yang lebih jelas kepada
pemangku kepentingan.
5. Mengintegrasikan Nilai-nilai dalam Buadaya Organisasi
Kritik terhadap etika palsu (Greenwashing) dan konsentrasi hanya pada keuntungan
telah mendorong perusahaan untuk lebih mendalam untuk mengintegrasikan nilai-nilai
etika dalam budaya organisasi dan operasi sehari-hari.
6. Inovasi Etika
Kritik terhadap keterbatasan teori-teori etika telah mendorong penhembangan
pendeketan baru untuk mengatasi dilemma moral yang kompleks dalam bisnis.
7. Perhatian Terhadap Karyawan
Perdebatan tentang etika dalam hal hak karyawan dan kondisi kerja telah mendorong
perusahaan untuk memberikan perhatian lebih pada kesejahteraan dan pengembangan
karyawan.

15
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Etika memainkan peran yang sangat signifikan dalam pengambilan keputusan dan
operasi perusahaan. Melalui pehamanan mendalam tentang berbagai tepri etika, kita dapat
melihat bagaimana nilai-nilai moral memperngaruhi keputusan yang diambil oleh individu dan
organisasi.
Dalam sejarah, teori-teori etika telah berevolusi untuk mengatasi dilemma moral yang
semakin kompleks dalam dunia bisnis yang terus berubah. Berbagai pendekatan seperti
deontology, utilitarianisme, etika kebajikan, dan lainnya teah memberikan kerangka kerja yang
memandu perusahaan dalam mempertimbangkan akibat moral dari tindakan mereka.
Dampak baik dan buruk dari penerapan teori etika dalam organisasi bisnis tidak bisa
diabaikan. Sementara adopsi nilai-nilai etika dapat membangun reputasi yang baik,
meningkatkan loyalitas, dan menciptakan dampak positif dalam masyarakat, ada juga
tantangan sperti kesulitan keuangan, konflik nilai, dan pematuhan yang berlebihan yang perlu
diatasi.
Dengan demikian, perusahaan perlu mengintegrasikan nilai-nilai etika dalam budaya
organisasi mereka dengan hati-hati. Penerapan nilai-nilai etika harus mempertimbangan
konteks industry, nilai-nilai karyawan, dan tuntutan pemangku kepentingan. Melalui
perdebatan dan kritik terhadap teori-teori etika, perusahaan dapat terus berkembang dalam cara
yang lebih beretika dan bertanggung jawab, untuk mencapai tujuan ekonomi mereka.

16
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Leonard J dan Dunn Paul. 2015. Etika Bisnis Dan Profesi. Jakarta : Salemba Empat.
Kant, I. 1785. Groundwork of the Metaphysics od Morals. Cambridge University Press.
Bentham, J. 1789. An Introductiin to the Principles od Morals and legislation. Dover
Publications.
Aristoyle. 350 BC. Nicomachean Ethics. Translaterd by W.D. Ross. Oxford University Press.
Giligan, C. 1982. In a Different Voice : Psychological Theory and Women’s Development.
Harvard University Press.
Friedman, M. 1970. The Social responsibility of Business Is to Increase Its Profits. The New
York Times Magazine.
Carrol, A.B. 1991. The Pyramid of Corporate Social responsibility : Toward the Moral
Management od Organizational Stakeholders. Business Horizons, 34(4), 39-48.
Velsquez, M.G. 2018. Business Ethics : Concepts and Cases. Pearson.
Crane, A., & Matten, D.2016. Business Ethics : Managing Corporate Citizenship and
Sustainability in the Age of Globalization. Oxford University Press.
Donaldson, T., & Dunfee, T.W. 1999. Ties That Bind : A Social Contracts Approach to
Business Ethics. Harvard Business Press.
Macintyre, A. 1981. After Virtue : A Study in Mral Theory. University of Notre Dame Press.
Naess, A. 1973. The Shallow and the Deep, Long-Range Ecology Movement : A Summary.
Inqury, 16(4), 95-100.

17

Anda mungkin juga menyukai