Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Faisal

Nim : 2210843038
Mata Kuliah : Kebijakan Publik

A. Membuat analisis yang menggunakan teori atau pendekatan dalam


formulasi kebijakan dari kasus policy brief (Pemukiman Kumuh yang Ada
di Kota Padang)
Teori Perencanaan Strategis Nirbala
Secara internal, administrator sektor ketiga menolak perencanaan strategis
karna lebih sulit membandingkan dengan organisasi publik dan swasta untuk
mencapai kesepakatan di antara para pemangku kepentingan tentang apa
sebenarnya tujuan organisasi, dengan ini dapat dikatakan kelompok pemukiman
kumuh tidak bisa atau sulit dalam menjaga kebersihan dari organisasi lain yang
bisa menjaga pemukimannya. Faktor – faktor pemukiman kumuh tersebut
bermacam – macam ada yang mulai dari tidak mengindahkan kebersihan
lingkungan sekitar, kurangnya kesadaran diri, kemiskinan dan lain hal.
Organisasi nirbala menyerah pada keputusan yang “inspiratif” atau “otoriter”
hanya karena alternatif yang tidak dapat diterima adalah mengakui kekacauan.
Secara eksternal, alasan paling penting mengapa organisasi nirbala membuat
rencana sama sekali adalah karena para donatur mereka memberikan tekanan
paksaan untuk memaksa organisasi tersebut menyerahkan rencana tindakan,
sehingga beberapa penulis menyimpulkan bahwa organisasi nirbala membuat
rencana ketika mereka harus membuat rencana. Seperti bagaimana cara mengatasi
pemukiman kumuh yang ada di kota padang ini dan organisasi nirbala harus
membuat rencana ke depannya.
Faktor keberhasilan strategis dari teori ini yaitu. Memiliki manajemen yang
terdesentralisasi dan direktur eksekutif yang canggih dan memainkan (peran
penting) dalam keberhasilan rencana merak tersebut yang diatur oleh dewan yang
berfokus pada isu – isu kebijakan dan bukan pada administrasi dan memiliki
tingkat kepercayaan tinggi serta hubungan kerja yang sehat di antara direktur.
Perencanaan strategis harus berkelanjutan, konstan dan kolaboratif. Pertemuan
rutin para eksekutif dan perencanaan harus diadakan untuk menyelesaikan rencana
mengembangkan tujuan dan metode untuk mencapai, menetapkan tanggung jawab
khusus, memastikan kolaborasi lintas fungsi, dan memeriksa tujuan – tujuan yang
telah dicapai.
Dapat di simpulkan teori nirbala ini bisa menghasilkan pemukiman baru yang
layak huni atau di tinggali oleh masyarakat yang bisa menjamin kesejahteraan
layak hidup masyarakat yang menempati pemukiman kumuh sebelumnya dan
dapat menghilangkan pemukiman kumuh yang ada di kota padang.

B. Mengidentifikasi model formulasi kebijakan apa yang digunakan dalam


kebijakan digunakan oleh pemerintah dari kasus yang diangkat
(Pemukiman Kumuh yang Ada di Kota Padang)
Model
1. Model elite / massal,
yang sering dikreditkan oleh C. Wright Mills berpendapat bahwa elit
global pembuat kebijakan yang berkuasa, yang anggotanya memiliki nilai –
nilai yang sama, memerintah massa yang pasif, apatis, dan kurang informasi.
Kebijkan publik dirancang, di atas segalanya untuk mempertahankan status
quo.
Terlepas dari apakah publik apatis atau tidak, jelas bahwa kongres
dikendalikan oleh para elit global pembuat kebijakan. Penelitian selama tiga
dekade terhadap “1.779 isu kebijakan” menemukan hal – hal berikut ini :
ketika elit ekonomi (dalam hal ini, sepersepuluh teratas dari penerima
pendapatan individu) mendukung sebuah isu kebijakan, isu tersebut memiliki
peluang 45% untuk diloloskan, dan jika mereka menentang, peluangnya akan
menurun menjadi 18%; ketika pelobi bisnis besar mendukung, isu kebijakan
tersebut memiliki peluang 47% untuk diloloskan, dan ketika pelobi tersebut
menentang, peluangnya berkurang menjadi 16%. Ketika kedua elit dan bisnis
mendukung perubahan kebijakan, pengesahannya melonjak menjadi 60%
hingga 70%. Jika dukungan dari salah satu dari dua kepentingan tersebut
berkurang, maka kebijakan yang diusulkan tidak akan pernah disahkan.
2. Model Pilihan Rasional (Eksternalitas)
Menjalankan kebijakan publik adalah proses yang jauh dari kata rapi, dan
kebijakan yang dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah di satu arena
sosial dapat menyebabkan masalah di arena sosial lainnya. Fenomena ini
disebut eksternalitas, atau efek limpahan, yaitu dampak dari suatu kebijakan
publik di satu bidang yang “meluber” ke bidang lainnya (seperti pemukiman
kumuh di kota padang yang mengakibatkan banyaknya tumpukan sampah dan
penyakit yang terjadi).
Eksternalitas dapat bersifat positif atau negatif, disengaja atau tidak di
sengaja. Sebagai contoh, efek limpahan yang positif dan disengaja dari
pengurangan pajak perusahaan dapat meningkatkan tingkat lapangan kerja.
Eksternalitas negatif yang tidak di sengaja dari kebijakan yang sama dapat
mengurangi sumber daya keuangan yang tersedia bagi pemerintah untuk
program – program kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai