A. Membuat analisis yang menggunakan teori atau pendekatan dalam
formulasi kebijakan dari kasus policy brief (Pemukiman Kumuh yang Ada di Kota Padang) Teori Perencanaan Strategis Nirbala Secara internal, administrator sektor ketiga menolak perencanaan strategis karna lebih sulit membandingkan dengan organisasi publik dan swasta untuk mencapai kesepakatan di antara para pemangku kepentingan tentang apa sebenarnya tujuan organisasi, dengan ini dapat dikatakan kelompok pemukiman kumuh tidak bisa atau sulit dalam menjaga kebersihan dari organisasi lain yang bisa menjaga pemukimannya. Faktor – faktor pemukiman kumuh tersebut bermacam – macam ada yang mulai dari tidak mengindahkan kebersihan lingkungan sekitar, kurangnya kesadaran diri, kemiskinan dan lain hal. Organisasi nirbala menyerah pada keputusan yang “inspiratif” atau “otoriter” hanya karena alternatif yang tidak dapat diterima adalah mengakui kekacauan. Secara eksternal, alasan paling penting mengapa organisasi nirbala membuat rencana sama sekali adalah karena para donatur mereka memberikan tekanan paksaan untuk memaksa organisasi tersebut menyerahkan rencana tindakan, sehingga beberapa penulis menyimpulkan bahwa organisasi nirbala membuat rencana ketika mereka harus membuat rencana. Seperti bagaimana cara mengatasi pemukiman kumuh yang ada di kota padang ini dan organisasi nirbala harus membuat rencana ke depannya. Faktor keberhasilan strategis dari teori ini yaitu. Memiliki manajemen yang terdesentralisasi dan direktur eksekutif yang canggih dan memainkan (peran penting) dalam keberhasilan rencana merak tersebut yang diatur oleh dewan yang berfokus pada isu – isu kebijakan dan bukan pada administrasi dan memiliki tingkat kepercayaan tinggi serta hubungan kerja yang sehat di antara direktur. Perencanaan strategis harus berkelanjutan, konstan dan kolaboratif. Pertemuan rutin para eksekutif dan perencanaan harus diadakan untuk menyelesaikan rencana mengembangkan tujuan dan metode untuk mencapai, menetapkan tanggung jawab khusus, memastikan kolaborasi lintas fungsi, dan memeriksa tujuan – tujuan yang telah dicapai. Dapat di simpulkan teori nirbala ini bisa menghasilkan pemukiman baru yang layak huni atau di tinggali oleh masyarakat yang bisa menjamin kesejahteraan layak hidup masyarakat yang menempati pemukiman kumuh sebelumnya dan dapat menghilangkan pemukiman kumuh yang ada di kota padang.
B. Mengidentifikasi model formulasi kebijakan apa yang digunakan dalam
kebijakan digunakan oleh pemerintah dari kasus yang diangkat (Pemukiman Kumuh yang Ada di Kota Padang) Model 1. Model elite / massal, yang sering dikreditkan oleh C. Wright Mills berpendapat bahwa elit global pembuat kebijakan yang berkuasa, yang anggotanya memiliki nilai – nilai yang sama, memerintah massa yang pasif, apatis, dan kurang informasi. Kebijkan publik dirancang, di atas segalanya untuk mempertahankan status quo. Terlepas dari apakah publik apatis atau tidak, jelas bahwa kongres dikendalikan oleh para elit global pembuat kebijakan. Penelitian selama tiga dekade terhadap “1.779 isu kebijakan” menemukan hal – hal berikut ini : ketika elit ekonomi (dalam hal ini, sepersepuluh teratas dari penerima pendapatan individu) mendukung sebuah isu kebijakan, isu tersebut memiliki peluang 45% untuk diloloskan, dan jika mereka menentang, peluangnya akan menurun menjadi 18%; ketika pelobi bisnis besar mendukung, isu kebijakan tersebut memiliki peluang 47% untuk diloloskan, dan ketika pelobi tersebut menentang, peluangnya berkurang menjadi 16%. Ketika kedua elit dan bisnis mendukung perubahan kebijakan, pengesahannya melonjak menjadi 60% hingga 70%. Jika dukungan dari salah satu dari dua kepentingan tersebut berkurang, maka kebijakan yang diusulkan tidak akan pernah disahkan. 2. Model Pilihan Rasional (Eksternalitas) Menjalankan kebijakan publik adalah proses yang jauh dari kata rapi, dan kebijakan yang dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah di satu arena sosial dapat menyebabkan masalah di arena sosial lainnya. Fenomena ini disebut eksternalitas, atau efek limpahan, yaitu dampak dari suatu kebijakan publik di satu bidang yang “meluber” ke bidang lainnya (seperti pemukiman kumuh di kota padang yang mengakibatkan banyaknya tumpukan sampah dan penyakit yang terjadi). Eksternalitas dapat bersifat positif atau negatif, disengaja atau tidak di sengaja. Sebagai contoh, efek limpahan yang positif dan disengaja dari pengurangan pajak perusahaan dapat meningkatkan tingkat lapangan kerja. Eksternalitas negatif yang tidak di sengaja dari kebijakan yang sama dapat mengurangi sumber daya keuangan yang tersedia bagi pemerintah untuk program – program kesejahteraan.