Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

KEBUTUHAN KHUSUS; KORBAN PEMERKOSAAN, KORBAN


KDRT ,KORBAN TRAFICCING ,NARAPIDANA ,ANAK JALANAN.

Oleh kelmpok 4
1. Anjelina Susana Inna
2. Marco
3. Putri mboro
4. Tasya
5. Asry

UNIVERSITAS CITRA BANGSA FAKULTAS KESEHATAN

PRODI KEPERAWATAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
BAB ll
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang membutuhkan pendidikan
serta layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna.
Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan
bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus. Menurut
Heward, ABK ialah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.
Sedangkan menurut Ilahi menjelaskan ABK sebagai berikut. Anak berkebutuhan khusus
adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus sementara atau permanen sehingga
membutuhkan pelayanan pendidikan yang lebih intens. ABK adalah mereka yang memiliki
perbedaan dengan rata-rata anak seusianya atau anak-anak pada umumnya. Perbedaan yang
dialami ABK ini terjadi pada beberapa hal, yaitu proses pertumbuhan dan perkembangannya
yang mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial
maupun emosional.

2.2 Etiologi Anak Berkebutuhan KhusuS


Informasi tentang variabel yang menyebabkan kelainan pada manusia sangat beragam
meskipun demikian, kelainan dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori berdasarkan waktu
terjadinya sebelum lahir (prenatal), selama kelahiran (neonatal), dan setelah lahir (postnatal)
(postnatal). Kelainan neonatus adalah kelainan yang timbul pada saat kelahiran anak. Anak
yang lahir lebih awal (prematur), dengan penggunaan alat (tang verlossing). posisi bayi yang
tidak tepat, analgesia dan anestesi, kelahiran kembar, hipoksia, atau karena kesehatan anak
yang bersangkutan adalah semua kemungkinan penyebab kelainan kelahiran. Kelainan yang
muncul setelah anak lahir (postnatal), yaitu kelainan yang muncul setelah bayi lahir atau pada
saat anak sedang berkembang. Infeksi, luka, bahan kimia, kekurangan yang menyebabkan
malnutrisi dan meningitis, stuip, dan faktor lainnya dapat menyebabkan kelainan setelah anak
lahir

2.3 Deteksi dini anak berkebutuhan khusuS


Deteksi dini merupakan upaya awal yang harus dilakukan dalam pengumpulan berbagai
informasi yang terkait dengan tujuan permasalahan.s
Deteksi dini pada ABK merupakan salah satu usaha dengan cara yang spesifik untuk
mengamati tumbuh kembang anak secara fisik atau psikis, dalam rangka membantu anak
agar dapat perlakuan yang sesuai dengan kondisi subjek. Deteksi dini atau identifikasi dini
berbeda dengan asesmen. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang harus
dikembangkan aspek kelebihan yang dimiliki sehingga nanti ke depan anak mampu hidup
bermasyarakat dan beragama dengan baik. Hambatan yang dimiliki oleh siswa ABK baik
dari segi kognitif, emosi, maupun sosial, maka diperlukanupaya untuk membantu siswa ABK
beradaptasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya. Untuk itu,
diperlukan adanya pembangunan kesadaran seluruh warga sekolah untuk saling beradaptasi,
berinteraksi, dan bersosialisasi dengan siswa berkebutuhan khusus. Upaya pembangunan
kesadaran ini dilakukan melalui kegiatan sosialisasi mengenai pendidikan inklusi dan
karakter anak berkebutuhan khusus kepada seluruh warga sekolah.

2.4 KORBAN PEMERKOSAAN


2.4.1 PENGERTIAN
Perkosaan (rape) merupakan bagian dari tindakan kekerasan (violence),
sedangkankekerasan dapat berupa kekerasan secara fisik, mental, emosional dan hal-hal yang
sangatmenakutkan pada korban. Perkosaan adalah suatu penetrasi penembusan penis ke
vagina perempuan yang tidak dikehendaki, tanpa persetujuan dan tindakan itu diikuti dengan
pemaksaan baik fisik maupun mental.
Pengertian pemerkosaan berdasarkan Pasal 381 RUU KUHP :
1. Seorang laki-laki dengan perempuan bersetubuh, bertentangan dengan kehendaknya,
tanpa persetubuhan atau dengan persetubuhan yang dicapai melalui ancaman atau
percaya Ia suaminyaatau wanita dibawah 14 tahun dianggap perkosaan.
2. Dalam keadaan ayat (1), memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus atau mulut
perempuan, benda bukan bagian tubuhnya ke dalam vagina atau anus Perempuan
Perkosaan adalah tindakan kekerasaan atau kejahatan seksual berupa hubungan
seksualyang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan dengan kondisi atas kehendak
dan
persetujuaan perempuan, dengan persetujuan perempuan namun dibawah ancaman, denga
n persetujuan perempuan namun melalui penipuan. Dalam KUHP pasal 285 disebutkan p
erkosaan adalahkekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa seseorang perempuan
bersetubuh dengan dia (laki-laki) diluar pernikahan.Kalimat korban perkosaan menurut
arti leksikal dan gramatikal adalah suatu kejadian, perbuatan jahat, atau akibat suatu
kejadian, atau perbuatan jahat. Perkosaan adalah Menundukkandengan kekerasan,
memaksa dengan kekerasan, menggagahi, merogol. (Mendikbud,2010: 525,757)
Tindak pidana pemerkosaan merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap
perempuan yang merupakan contoh kerentanan posisi perempuan, utamanya terhadap
kepentingan seksual laki-laki. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian
hukum normatife dengan menggunakan pendekatan kasus dan pendekatan peraturan
perundang-undangan. Dari hasil penelitian menemukan konteks perlindungan terhadap
korban kejahatan terhadap perempuan yaitu perlindungan secara preventif maupun
represif dimana perlindungan serta pengawasan termaktub secara khusus dalam sebuah
peraturan perundang-undangan baik dalam proses penyelidikan maupun proses
pemeriksaan secara medis oleh penegak hukum sebagai instrument perlindungan hak asas
manusia serta instrument keseimbangan, selain itu upaya yang dapat dilakukan berupa
bantuan hukum serta pemberian restitus dan kompensasi
2.4.2 TANDA DAN GEJAJA
1. Terdapat stressor yang berat dan jelas (kekerasan, perkosaan), yang akan
menimbulkangejala penderitaan yang berarti bagi hampir setiap orang.
2. Penghayatan yang berulang-ulang dari trauma itu yang dibuktikan oleh
terdapatnya palingsedikit satu dari hal berikut :
 ingatan berulang dan menonjol tentang peristiwa itu;
 mimpi-mimpi berulang dari peristiwa itu
 timbulnya secara tiba-tiba perilaku atau perasaan seolah-olah peristiwa
traumatikitu sedang timbul kembali, karena berkaitan dengan suatu
gagasan ataustimulus/rangsangan lingkungan.
3. Penumpulan respons terhadap atau berkurangnya hubungan dengan dunia
luar (“psychicnumbing” atau “anesthesia emotional”) yang dimulai
beberapa waktu sesudah trauma, dan dinyatakan paling sedikit satu dari
hal berikut;
 berkurangnya secara jelas minat terhadap satu atau lebih aktivitas y
ang cukup berarti;
 perasaan terlepas atau terasing dari orang lain
 afek (alam perasaan) yang menyempit (constricted affect) atau afek
depresif(murung, sedih, putus asa

2.4.3 BATASAN KARAKTERISTIK


1. Fase akuta.
a. Respons somatic
 Peka rangsang gastrointerstinal (mual, muntah, anoreksia)
 Ketidaknyamanan genitourinarius (nyeri, pruritus)
 Ketegangan otot-otot rangka (spasme, nyeri). b.
b. Respons psikologis
 Menyangkal
 Syok emosional
 Marah
 Takut
 akan mengalami kesepian, atau pemerkosa akan Kembali
 Rasa bersalah
 Panik melihat pemerkosa atau adegan penyeranganc.
c. Respons seksual
 Tidak percaya pada laki-laki
 Perubahan dalam perilaku seksual

2. Fase jangka panjangSetiap respons pada fase akut dapat berlanjut jika tidak
pernah terjadi resolusi
a. Respons psikologis
 Fobia
 Mimpi buruk atau gangguan tidur
 Ansietas
 Depresi

ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai