Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DISUSUN OLEH :
GUSTIA MEGA NANDA
(2314901028)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Dx medik
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi,
yang disebabkan oleh bakteri bakteri S.aurcus dan Streptococcus. Selulitis
menyebabkan kemerahan atau peradangan pada ekstermitas bawah juga bisa pada
wajah, kulit menjadi bengkak, licin disertai nyeri yang terasa panas. Gejala lainnya
adalah demam, merasa tidak enak badan, bisa terjadi kekakuan (Susanto dan Made,
2013).
Selulitis adalah infeksi dermis dan jaringan subkutan akut yang menyebabkan
inflamasi sel, dapat mengakibatkan kerusakan kulit seperti gigitan atau luka,
prognosis biasanya baik dengan terapi yang teratur, dengan penyakit lainnya seperti
diabetes meningkatkan resiko terbentuknya Selulitis atau penyebaran selulitis
(Kimberly, 2012).
Jika pasien menderita selulitis harus dilakukan perawatan untuk mengurangi
kesakitan serta mengecilkan pembengkakan sehingga penyebaran infeksi ke darah dan
organ lain dapat dicegah, selulitis merupakan penyakit serius yang bisa menjadi ulkus
dengan infeksi berat sehingga harus dilakukan tindakan pembedahan (Susanto dan
Made, 2013).

B. Etiologi Dx medik
Penyakit Selulitis menurut (Kimberly, 2012) disebabkan oleh:
a. Infeksi bakteri dan jamur :
1) Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
2) Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
3) Infeksi dari jamur, tapi infeksi yang diakibatkan jamur termasuk jarang
4) Aeromonas Hydrophila.
5) S. Pneumoniae (Pneumococcus
b. Penyebab lain :
1) Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
2) Kulit kering
3) Kulit yang terbakar atau melepuh
4) Diabetes Mellitus
5) Pembekakan yang kronis pada kaki
6) Cacar air

C. Patofisiologi / pathway
Kejadian selulitis terjadi akibat adanya bakteri patogen yang menembus
lapisan luar sehingga menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan
peradangan. Penyakit selulitis ini sering menyerang orang gemuk, rendah gizi,
kejemuan atau orang tua pikun dan pada penderita diabetes mellitus yang
pengobatannya tidak adekuat. Setelah menembus bagian luar lapisan kulit, infeksi
tersebut akan menyebar ke jaringan dan menghancurkannya. Hyaluronidase memecah
substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier fibrin, dan lecithinase
menghancurkan membran sel (Fitzparick, 2018). Selulitis yang tidak berkomplikasi
paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A, sterptokokus lain atau
staphilokokus aureus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi
microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala
sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses
ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri
aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram
menunjukkan adanya organisme campuran (Becker et al.,2018).
Pathway
D. Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi. Kulit
tampak merah, nyeri tekan, dan teraba hangat. Ruam muncul secara tiba-tiba dan
memiliki batas yang tegas. Gejala lainnya adalah :
a. Demam
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
e. Tidak enak badan
f. Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.
g. Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat.
h. Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas.
i. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil
Menurut Fitzparick, 2018, manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronis
pada sistem vena dan limfatik pada kedua ekstermitas.

E. Pemeriksaan Penunjang
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk
melakukan diagnosa membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan
pemeriksaan lab seperti :
a. Menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit.
Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah
e. Culture pus pada luka selulitis
f. CT (computet tomograhphy)
Baik plain-film radiography maupun CT keduanya dapatkan digunakan saat tata
klinis menyarankan subject osteomyelitis.
g. MRI (magnetic resinance imaging)
Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis akut yang parah,
mengidentifikasi pymyositis, necrotizing fasciitis dan infeksi selulitis dengan atau
tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-ora/ (ditelan). Biasanya sebelum
diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
 penderita berusia lanjut
 selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
 demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi
terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Untuk mengurangi edema dan nyeri, direkomendasikan untuk elevasi /
meninggikan dan mengistirahatkan ekstremitas yang mengalami keluhan.
b. Perlu dipertimbangkan hospitalisasi untuk monitoring ketat dan pemberian
antibiotik intravena pada kasus yang berat, pada bayi, pasien usia lanjut, dan
pasien dengan imunokompromis.
c. Pada kondisi yang sangat parah dengan nekrosis luas disertai supurasi, perlu
dipertimbangkan dilakukan debridement insisi dan drainase secara bedah.
d. Memberikan edukasi kepada penderita yaitu diberikan informasi mengenai
perawatan kulit dan higiene kulit yang benar, misalnya mandi teratur, minimal 2
kali sehari, jika terdapat luka hindari kontaminasi dengan kotoran
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian

a. Identitas
meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medik.
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise
2) Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya
mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat
pemakaian obat.
3) Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna
merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan
mengkilap
4) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis
atau penyekit kulit lainnya
c. Keadaan emosi psikologi : Pasien tampak tenang, dan emosional stabil
d. Keadaan sosial ekonomi : Biasanya menyerang pada social ekonomi yang
sederhana
e. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : Lemah
- TD : Hipotensi/Hipertensi
- Nadi : Bradikardi
- Suhu : Hipertermi
- RR : Normal/Meningkat
1) Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
2) Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
3) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
4) Mulut : Kebersihan, tidak pucat
5) Telinga : Tidak ada serumen
6) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
7) Jantung : Denyut jantung meningkat
8) Ekstremitas :Adakah luka pada ekstremitas
9) Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa
di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi meniadi panas
dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau
d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi
cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
B. Diagnosa, Tujuan dan Intervensi Keperawatam
No Diagnosa Tujuan intervensi Intervensi
keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakuka tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
b.d agen selama 1x24 jam diharapkan tingkat nyeri Observasi
pencedera menurun. Kriteria hasil :  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
fisiologis  Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
(inflamasi)  Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
 Sikap protektif menurun  Identifikasi respons nyeri non verbal
 Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing.
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Mobilisasi
mobilitas 2x24 jam diharapkan mobilitas fisik Observasi
fisik b.d nyeri meningkat. Kriteria hasil :  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Pergerakan ekstremitas meningkat  Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
 Kekuatan otot meningkat  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
 5/5 memulai mobilisasi
5/5  Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
 Rentang gerak (ROM) meningkat Terapeutik
 Nyeri menurum  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar
tempat tidur)
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3. Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Integritas Kulit
integritas selama 3 x24 jam diharapkan keutuhan Observasi
kulit/jaringan kulit atau jaringan meningkat dengan  Identifikasipenyebal.gangguanintegritaskulit
b.d neuropati kriteria hasil : Terapeutik
perifer  Kerusakan jaringan menurun  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
 Kerusakan lapisan kulit menurun  Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit
 Nyeri menurun kering
 Nekrosis menurun  Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab
 Anjurkan minum air yang cukup.
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
 Anjurkan mandi dan menggunk an sabun secukupnya
Daftar Pustaka
Muttaqin Arif, (2013), Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen, Jakarta,
selemba medika.
Eron LJ., (2008) Cellulitis and Soft-Tissue Infections. American College of
Physicians.
Gillespie Stephen, Kaathleen bamford, (2009), At a Glance Mikrobiologi medis dan
infeksi, Jakarta, Erlanga.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DISUSUN OLEH :
FEBRI ANI CESARIA
(2314901024)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023

Anda mungkin juga menyukai