Anda di halaman 1dari 36

PETUNJUK TEKNIS

PENDAMPINGAN LITERASI DAN NUMERASI


KE SATUAN PENDIDIKAN
PELAKSANA PROGRAM SEKOLAH PENGGERAK (PSP)
JENJANG SMA

Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi DKI Jakarta


Kementerian Pendidikan , Kebudayaan, Riset Dan Teknologi
Tahun 2023
KATA PENGANTAR

BPMP Provinsi DKI Jakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal PAUD,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah mempunyai tugas melaksanakan penjaminan dan
peningkatan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan masyarakat di provinsi. Melalui kelompok kerja Inovasi dan Transformasi
Pembelajaran, BPMP akan melakukan fasilitasi peningkatan mutu pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat dalam penjaminan
mutu pendidikan melalui program Peningkatan Skor Rapor Pendidikan.

Salah satu tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah Pendampingan Literasi dan
Numerasi ke satuan Pendidikan pelaksana Program Sekolah Penggerak (PSP) sejumlah
366 sekolah, yang terdiri dari jenjang PAUD-TK, SD, SMP, SMA dan SLB yang ada di
Provinsi DKI Jakarta.

Buku Petunjuk Pelaksanaan ini berisi tentang konsep dan materi literasi numerasi, sasaran,
petugas, jadwal dan mekanisme pendampingan.

BPMP Provinsi DKI Jakarta mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini. Semoga
pelaksanaan Pendampingan Literasi dan Numerasi ke satuan Pendidikan pelaksana PSP
mampu memberikan kontribusi dalam membantu meningkatkan skor rapor Pendidikan.

Panitia
Pengarah :
1. Moch. Salim Somad, S.Kom.,M.Pd (Kepala BPMP Provinsi DKI Jakarta
2. Dr. Didang Setiawan (Kapokja Inovasi dan Transformasi Pembelajaran)

Tim Penyusun :
1. Sri Sulastri, S.Si., M.Pd
2. Dr. Iceu Rufiana, MM, M.Si
3. Juarni Siregar
4. Priskhilla Marbingah, M.Pd
5. Featy Octaviany,M.Pd
6. Nanang Burhan, M.Pd
7. Diah Prawita, S.Pd, M.Si
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan literasi dan numerasi peserta didik menjadi indikator prioritas dalam rapor
pendidikan, yang termasuk dalam indikator luaran / output. Kemampuan literasi dan
numerasi ini merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik sesuai dengan
tahap perkembangannya. Tingkat kemampuan yang harus dimiliki peserta didik Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) berbeda dengan peserta didik Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 tahun 2022, tentang
Standar Kompetensi Kelulusan, kemampuan literasi dan numerasi masing-masing jenjang
dapat dilihat pada tabel berikut :
No Jenjang Kemampuan Literasi Kemampuan Numerasi
1 Pendidikan Anak Usia mampu menyimak, memiliki memiliki kesadaran
Dini/ TK dan TKLB kesadaran akan pesan bilangan, mampu
teks, alfabet dan fonemik, melakukan pengukuran
memiliki kemampuan dasar dengan satuan tidak baku,
yang diperlukan untuk menyadari adanya
menulis, memahami instruksi persamaan dan perbedaan
sederhana, mampu karakteristik antar objek,
mengutarakan pertanyaan dan serta memiliki kesadaran
gagasannya serta mampu ruang dan waktu.
menggunakan kemampuan
bahasanya untuk bekerja
sama; dan

2 Sekolah dasar/ menunjukkan kemampuan menunjukkan kemampuan


madrasah dan kegemaran berliterasi numerasi dalam bernalar
ibtidaiyah/sekolah dasar berupa mencari dan menggunakan konsep,
luar biasa/paket A/ menemukan teks, prosedur, fakta dan alat
bentuk lain yang menyampaikan tanggapan matematika untuk
sederajat; atas bacaannya, dan mampu menyelesaikan masalah
menulis pengalaman dan yang berkaitan dengan diri
perasaan sendiri; dan dan lingkungan terdekat.

3 Sekolah menengah menunjukkan kemampuan menunjukkan kemampuan


pertama/madrasah dan kegemaran berliterasi numerasi dalam bernalar
tsanawiyah/sekolah berupa menginterpretasikan menggunakan konsep,
menengah dan mengintegrasikan teks, prosedur, fakta dan alat
untuk menghasilkan inferensi matematika untuk
sederhana, menyampaikan menyelesaikan masalah
No Jenjang Kemampuan Literasi Kemampuan Numerasi
pertama luar tanggapan atas informasi, dan yang berkaitan dengan
biasa/paket B/bentuk mampu menulis diri, lingkungan terdekat,
lain yang pengalaman dan pemikiran dan masyarakat sekitar.
sederajat. dengan konsep sederhana;

Sekolah menengah menunjukkan kemampuan menunjukkan kemampuan


atas/madrasah aliyah/ dan kegemaran numerasi dalam bernalar
sekolah menengah atas berliterasi berupa menggunakan konsep,
luar biasa/paket mengevaluasi dan prosedur, fakta dan alat
C/bentuk lain yang merefleksikan matematika untuk
sederajat. teks untuk menghasilkan menyelesaikan masalah
inferensi kompleks, yang berkaitan dengan
menyampaikan tanggapan diri, lingkungan terdekat,
atas informasi, serta masyarakat sekitar, dan
menulis ekspositori maupun masyarakat global.
naratif dengan berbagai
sudut pandang; dan

Mengacu pada tabel tersebut di atas, maka strategi pencapaian standar kelulusan setiap
jenjang berbeda-beda, bergantung pada target capaiannya. Untuk mendapatkan capaian
yang optimal, maka sekolah akan harus menyusun dan melaksanakan program yang tepat.
Dalam rangka memastikan sekolah melaksanakan strategi pencapaian kompetensi literasi
dan numerasi siswa yang tepat, BPMP Provinsi DKI Jakarta memiliki program
pendampingan bagi sekolah penggerak Angkatan 1 dan 2. Seperti kita ketahui Program
Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan Indonesia dalam
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui
terciptanya Pelajar Pancasila. Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan
hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan
karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru). Oleh karena itu
pendampingan di sekolah penggerak diharapkan dapat menjadi barometer bagi sekolah
lainnya dalam melaksanakan strategi pencapaian kompetensi literasi dan numerasi yang
tepat, dan berimbas pada peningkatan skor rapor Pendidikan sekolah penggerak.

B. Tujuan Pendampingan
Peningkatan Skor Literasi Numerasi pada Asesmen Nasional Sekolah Penggerak di
provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan gambaran tentang keterlaksanaan dan ketercapaian pembelajaran
berbasis Literasi Numerasi dalam rangka meningkatkan skor Rapor Pendidikan di
Sekolah Penggerak
2. Mengetahui gambaran yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan hasil yang
dicapai oleh sekolah penggerak dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis
literasi dan numerasi
3. Mengetahui permasalahan dan hambatan yang dihadapi sekolah terkait pelaksanaan
pembelajaran berbasis literasi dan numerasi serta solusinya;
4. Memberikan bantuan klinis terkait dengan masalah-masalah yang menghambat
keterlaksanaan dan ketercapaian peningkatan score asesmen nasional di sekolah
penggerak
5. Mendapatkan bahan evaluasi untuk pembinaan Sekolah Penggerak selanjutnya

C. Sasaran Pendampingan:
C.1. Sasaran adalah satuan Pendidikan pelaksana Program Sekolah Penggerak (PSP)
angkatan 1, 2 dan 3 di Provinsi DKI Jakarta, dengan rincian sebagai berikut :

Kota/Kabupaten
Jenjang Total
Barat Pusat Selatan Timur Utara Kep.Seribu
PAUD 21 4 21 33 10 1 90
SD 34 11 32 45 19 1 142
SMP 21 10 19 22 10 82
SMA 8 3 10 16 5 42
SLB 2 3 3 2 10
Total 86 28 85 119 46 2 366

C.2. Subyek Pendampingan


1. Kepala Sekolah
2. Wakil Kepala Sekolah
3. Guru Komite Pembelajaran
4. Guru Penggerak

C.3. Pendamping terdiri atas :


1. Fasilitator Sekolah Penggerak
2. Pengawas Sekolah
3. Widyaprada

D. Ruang lingkup Pendampingan


Mencakup antara lain
1. Memetakan keterlaksanaan dan ketercapaian pembelajaran berbasis Literasi Numerasi
dalam rangka meningkatkan skor Rapor Pendidikan di Sekolah Penggerak
2. Melihat dan mengamati gambaran yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan dan
hasil yang dicapai oleh sekolah penggerak dalam mengimplementasikan pembelajaran
berbasis literasi dan numerasi
3. Memetakan permasalahan dan hambatan yang dihadapi sekolah terkait pelaksanaan
pembelajaran berbasis literasi dan numerasi serta solusinya;
4. Memberikan bantuan klinis terkait dengan masalah-masalah yang menghambat
keterlaksanaan dan ketercapaian peningkatan score asesmen nasional di sekolah
penggerak
5. Menyimpulkan hasil pendampingan sebagai bahan evaluasi untuk pembinaan Sekolah
Penggerak selanjutnya

E. Mekanisme Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan Pendampingan


Kegiatan Pendampingan dilaksanakan mengikuti alur sebagai berikut :

F. Waktu Pelaksanaan pendampingan


Tanggal 31 Agustus s.d 29 September 2023
Selama rentang waktu tersebut, Pendamping hadir di sekolah sebanyak 2 kali pertemuan
tatap muka
Pendampingan 1 :
● Pendamping bersama sekolah menganalisis rapor Pendidikan (Catatan Rapor
pendidikan bisa diminta ke sekolah sebelum pelaksanaan pendampingan)
● Pendamping meminta sekolah mengisi instrumen Keterlaksanaan Strategi Sekolah
penggerak dalam upaya Peningkatan Skor Rapor Pendidikan
● Pendamping melakukan observasi, wawancara dan pengamatan untuk melengkapi
data
● Pendamping menganalisis dan memberi rekomendasi
● Sekolah membuat RTL
Pendampingan 2 :
● Pendamping bersama sekolah menganalisis hasil implementasi RTL
● Pendamping memberikan saran dan masukan (bantuan teknis) terhadap kendala yang
menghambat keterlaksanaan program
● Pendamping dan Sekolah menyimpulkan hasil pendampingan dan merumuskan
kembali program yang masih perlu ditindaklanjuti oleh sekolah

G. Pembiayaan Pendampingan
Bersumber dari : DIPA BPMP Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023

H. Laporan Pendampingan : (terlampir)


Laporan Pendampingan berisi :
▪ Pelaksanaan Pendampingan 1 dan 2,
▪ Pengolahan dan analisis hasil pendampingan 1 dan 2
▪ Rekomendasi solusi dari permasalahan yang ditemukan.
▪ Capaian setelah Tindak Lanjut oleh sekolah
▪ Pengembangan Program selanjutnya
BAB II
STRATEGI PENINGKATAN SKOR LITERASI PADA RAPOR
PENDIDIKAN JENJANG SMA

A. Pengertian Literasi
Sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan
Literasi Nasional (GLN), dengan membangun budaya literasi warga sekolah (keluarga,
sekolah, dan masyarakat), sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Dalam mewujudkan hal tersebut perlu dirumuskan suatu langkah melalui sebuah
Gerakan Literasi Sekolah(GLS). GLS merupakan sebuah program sekolah yang perlu
didukung pemerintah daerah, pihak swasta, dan masyarakat luas. Hal tersebut dapat
memperkuat budaya literasi khususnya pada ranah lingkungan fisik, sosio-afektif, dan
bidang akademik. Kesuksesan program literasi sekolah membutuhkan partisipasi aktif
semua unit kerja di lingkungan internal kemendikbud (Permendikbud No.11 tahun 2018
tentang organisasi dan tata kerja kemendikbud) dan juga kolaborasi dengan lembaga di
luar kemendikbud.
Kata “literasi” berasal dari bahasa Latin litteratus (littera), yang setara dengan kata letter
dalam bahasa Inggris yang merujuk pada makna kemampuan membaca dan menulis.
Literasi tersebut berkembang menjadi kemampuan menguasai pengetahuan bidang
tertentu. Secara harfiah literasi dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 diartikan
sebagai kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat
mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas
hidupnya.
Menurut World Economic Forum (2016), peserta didik memerlukan 16 keterampilan
agar mampu bertahan di abad XXI. Penerapan keterampilan berliterasi oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.1. Fondasi Literasi

KETERAMPILAN DEFINISI
Literasi BacaTulis Kemampuan membaca, memahami dan menggunakan bahasa
tulisan
Literasi Numerasi Kemampuan untuk menggunakan angka dan simbol lain untuk
memahami dan mengekspresikan hubungan kuantitatif
Literasi Sains Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan prinsip
ilmiah untuk memahami lingkungan dan menguji hipotesis
KETERAMPILAN DEFINISI
Literasi Digital Kemampuan untuk menggunakan dan menciptakan konten
berbasis teknologi termasuk menemukan dan berbagi informasi,
menjawab pertanyaan, berinteraksi dengan orang lain dan
pemrograman komputer.
Literasi Finansial Kemampuan menerapkan pemahaman tentang konsep dan risiko
dalam mengambil keputusan yang efektif dalam konteks
finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial.

Literasi Budaya dan Kemampuan memahami, menghargai, menganalisis dan


Kewargaan menerapkan pengetahuan tentang kebudayaan dan kewargaan

Sumber : world economic forum

A. Capaian Literasi dalam Profil Pendidikan


Capaian Literasi dalam Rapor Pendidikan
No Indikator Capaian Skor Definisi Capaian Perubahan Skor
Rapor Skor dari Rapor
2023 Tahun Lalu 2022
A.1 Kemampuan literasi Baik 88,89 Sebagian besar Turun 97,78
Persentase peserta didik (88,89% peserta didik 9,09%
berdasarkan kemampuan siswa telah mencapai
dalam memahami, sudah batas
menggunakan, mencapai kompetensi
merefleksi, dan kompetensi minimum untuk
mengevaluasi beragam minimum) literasi
jenis teks (teks membaca.
informasional dan teks
fiksi).
Proporsi peserta didik Di atas 53,33 Peserta didik Naik 46,67%
dengan kemampuan mampu 14,27%
literasi di atas mengintegrasika
kompetensi minimum n beberapa
informasi lintas
teks,
mengevaluasi
isi, kualitas, cara
penulisan suatu
teks, dan
bersikap
reflektif
terhadap isi
teks.
Proporsi peserta didik Mencapai 35,56 Peserta didik Turun 51,11%
dengan kemampuan mampu 30,42%
literasi mencapai membuat
kompetensi minimum interpretasi dari
informasi
No Indikator Capaian Skor Definisi Capaian Perubahan Skor
Rapor Skor dari Rapor
2023 Tahun Lalu 2022
implisit yang
ada dalam teks,
mampu
membuat
simpulan dari
hasil integrasi
beberapa
informasi dalam
suatu teks.
Proporsi peserta didik Di bawah 11,11 Peserta didik Naik 2,22%
dengan kemampuan mampu 400,45%
literasi di bawah menemukan
kompetensi minimum dan mengambil
informasi
eksplisit yang
ada dalam teks
serta membuat
interpretasi
sederhana.
Proporsi peserta didik Jauh di 0,00 Peserta didik Tidak 0,00%
dengan kemampuan bawah belum mampu berubah
literasi jauh di bawah menemukan
kompetensi minimum dan mengambil
informasi eks-
plisit yang ada
dalam ataupun
membuat inter-
pretasi
sederhana
A.1.1 Kompetensi membaca 78,22 Naik 3,56% 75,53
teks informasi
Kompetensi peserta didik
dalam memahami,
menggunakan,
merefleksi, dan
mengevaluasi teks
informasional (non-fiksi).
A.1.2 Kompetensi membaca 77,04 Naik 7,03% 71,98
teks sastra
Kompetensi peserta didik
dalam memahami,
menggunakan,
merefleksi, dan
mengevaluasi teks fiksi.
A.1.3 Kompetensi mengakses 80,94 Naik 72,97
dan menemukan isi teks 10,92%
(L1)
Kompetensi peserta didik
pada kemampuan
No Indikator Capaian Skor Definisi Capaian Perubahan Skor
Rapor Skor dari Rapor
2023 Tahun Lalu 2022
menemukan,
mengidentifikasi, dan
mendeskripsikan suatu
ide atau informasi
eksplisit dalam teks
informasional (non-fiksi)
dan sastra.
A.1.4 Kompetensi 74,65 Naik 1,17% 73,79
menginterpretasi dan
memahami isi teks (L2)
Kompetensi peserta didik
pada kemampuan
membandingkan dan
mengontraskan ide atau
informasi dalam atau
antar teks, membuat
kesimpulan,
mengelompokkan, serta
mengombinasikan ide
dan informasi dalam teks
atau antar teks
informasional (non-fiksi)
dan sastra.
A.1.5 Kompetensi 74,66 Naik 7,70% 69,32
mengevaluasi dan
merefleksikan isi teks
(L3)
Kompetensi peserta didik
pada kemampuan
menganalisis,
memprediksi, dan menilai
konten, bahasa, dan
unsur-unsur dalam teks
informasional (non-fiksi)
dan sastra.

1. STRATEGI PENINGKATAN SKOR LITERASI


a. Strategi Implementasi Penguatan Literasi pada Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah.
Untuk memenuhi fungsinya sebagai daya dukung penguatan literasi, lingkungan
fisik perlu dikembangkan dan ditata menjadi lingkungan yang kondusif, ramah,
dan aman untuk proses pembelajaran. Karya–karya peserta didik dipajang secara
berkala dan bergantian di seluruh area sekolah, termasuk koridor, ruang kepala
sekolah, dan ruang guru. Hal ini sebagai bentuk apresiasi kepada peserta didik
dengan memperhatikan nilai estetika di lingkungan sekolah.
Penataan lingkungan fisik perlu memperhatikan kemudahan akses peserta didik
terhadap bahan bacaan, sehingga perlu dibangun sudut baca di setiap kelas dan
area lain di sekolah. Bahan bacaan dapat disediakan dalam bentuk cetak maupun
digital. Seiring perkembangan teknologi dan media, pengembangan lingkungan
fisik memfasilitasi pembelajaran yang menguatkan keterampilan berpikir kritis,
pengembangan kreativitas, kemampuan berkomunikasi, dan berkolaborasi,
mengembangkan karakter serta cerdas menggunakan media dengan aman (media
safety).

b. Strategi Penguatan Literasi pada Lingkungan Sosio- Afektif

1. Konsep Lingkungan Sosio-Afektif


Lingkungan sosio afektif yang dimaksud adalah lingkungan yang mengacu
pada perasaan atau emosi yang biasanya dilakukan dengan spontan.
Lingkungan sosial emosional menurut Beers, Beers, dan Smith (2009) adalah
lingkungan sosial afektif. Lingkungan sosial emosional atau lingkungan
sosio afektif berperan penting untuk mendukung pengembangan budaya
literasi di sekolah. Lingkungan sosio afektif diwarnai oleh suasana di
hubungan antara kepala sekolah dan guru lebih bersifat kolegial, serta
kesetaraan antarguru dan interaksi antarpeserta didik dalam keseharian
aktivitas di sekolah.
Lingkungan sosio-afektif dapat melalui komunikasi dan interaksi yang
terbuka antara kepala sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua. Kepala
sekolah sebagai penanggung jawab dalam membangun komunikasi di
lingkungan sekolah. Guru merupakan kolega dalam proses komunikasi yang
bersifat terbuka. Orang tua dan guru bekerja bersama sebagai mitra. Guru
dan tenaga kependidikan terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan
dapat menerima saran yang datang dari warga sekolah.
Menurut Beers, Beers, dan Smith (2009), lingkungan sosio afektif adalah
lingkungan yang mendorong adanya rasa memiliki dan menumbuhkan sikap
positif. Hal ini dapat ditunjukkan dengan:
a. menghargai guru, tenaga kependidikan, peserta didik, dan orang tua;
b. memandang penting semua warga sekolah sebagai bagian dari
komunitas sekolah;
c. mengakomodasi masukan-masukan dari warga sekolah;
d. meningkatnya rasa saling percaya dan menghargai antarwarga sekolah;
e. menjunjung keramahan warga sekolah kepada seluruh pengunjung
sekolah;
f. melakukan pembicaraan yang bersifat konstruktif;
g. memberikan partisipasi yang tinggi terhadap agenda-agenda sekolah;
dan
h. menemukan dan menyelesaikan permasalahan bersama sebagai upaya
meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi.

B. Strategi Pembelajaran Berbasis Literasi


Penguatan literasi dalam pembelajaran dapat dilakukan sebelum, saat pelaksanaan
dan sesudah pembelajaran. Pembelajaran didorong agar kemampuan peserta didik
terus meningkat dalam memahami, menginterpretasi, merefleksi, mengevaluasi
informasi, dan menggunakan informasi itu secara kritis, logis, dan sistematis dalam
memecahkan masalah kehidupan. Strategi tersebut digambarkan oleh bagan berikut.

1. Sebelum Pembelajaran

Penguatan literasi sebelum pembelajaran dapat dilakukan melalui beberapa


kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran bersama peserta didik.

Keterlibatan peserta didik dalam merumuskan tujuan pembelajaran mendorong


minat baca sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan mutakhir secara
kontekstual.
b. Mengidentifikasi alat dan bahan yang diperlukan untuk dikonfirmasi dengan
alat dan bahan yang tersedia.
Literasi akan membantu pilihan yang dapat digunakan sebagai penunjang
kegiatan pembelajaran, termasuk pilihan media dan teknologi yang dapat
dimanfaatkan
c. Menyiapkan konten/materi dari berbagai sumber.
Guru dapat menyediakan beberapa sumber bacaan yang beragam untuk
memperkaya konten sesuai pembelajaran yang akan dilakukan.
d. Mencari konteks dalam kehidupan sehari-hari terkait konten atau materi.
Pencarian konteks melalui literasi akan meguatkan kualitas pembelajaran
bermakna bagi peserta didik

e. Melaksanakan asesmen diagnostik sebagai indentifikasi kondisi awal peserta


didik. Guru dapat melaksanakan asesmen diagnostik kognitif sesuai dengan
kebutuhan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Penguatan literasi dan numerasi dilakukan selama pembelajaran, antara lain


dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Identifikasi Kemampuan Awal

Identifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik adalah salah satu
upaya yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang tuntutan, bakat,
minat, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu
program pembelajaran tertentu. Tujuan identifikasi kemampuan peserta didik
adalah:
1) memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan
kemampuan serta karakteristik awal peserta didik sebelum mengikuti
program pembelajaran tertentu;
2) menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan
peserta didik berkaitan dengan pemilihan program-program
pembelajaran tertentu yang akan mereka ikuti; dan
3) menentukan desain program pembelajaran yang perlu dikembangkan
sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.
b. Tindak lanjut hasil identifikasi

Hasil identifikasi kemampuan awal digunakan untuk langkah selanjutnya


menentukan tindak lanjut dari masing-masing kategori level literasi numerasi
peserta didik.
1) Peserta didik di tingkat perlu intervensi khusus belum mampu memahami
isi
bacaan, peserta didik hanya mampu membuat interpretasi sederhana.
Guru tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Peserta didik
perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual, dan pendampingan
khusus.
2) Peserta didik di tingkat dasar telah mampu mengambil informasi dari
teks, namun tidak memahami secara utuh isi topik sehingga masih perlu
pembimbingan dalam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linier Tiga
Variabel dan dapat menyelesaikan SPLTV. Peserta didik dapat diberi
sumber belajar pendamping berupa latihan perhitungan dengan
memberikan kasus yang serupa atau beragam.
3) Peserta didik di tingkat cakap mampu memahami dengan baik isi teks
mengenai materi yang disajikan, namun belum mampu merefleksi secara
utuh. Peserta didik dapat diberikan bahan bacaan berupa contoh latihan
soal yang serupa dengan kasus yang beragam.
4) Peserta didik di tingkat mahir mampu memahami isi bacaan dan
merefleksi teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan
pembelajaran dengan memberikan beragam kasus yang berbeda dari
kejadian sehari-hari untuk membiasakan dalam penyelesaian soal.

c. Visualisasi Literasi

Visualisasi literasi adalah kemampuan peserta didik untuk menerapkan,


menafsirkan dan memaknai secara benar informasi berbentuk visual atau
menyajikan sebuah informasi secara visual yang dapat dijelaskan dan dapat
dipahami oleh orang lain di kelas. Kegiatan visualisasi dapat dilakukan pada
akhir pembelajaran sebagai bagian dari kegiatan refleksi dengan menggunakan
media dan cara yang sesuai dengan kemampuan dan bakat peserta didik.
Dalam hal ini peserta didik mengungkapkan dengan bahasanya sendiri atas
hal-hal yang telah dipelajari.
Pada bagian berikutnya peserta didik diharapkan mampu untuk menafsirkan
dan memaknai pesan visual dari pembelajaran, hingga pada bagian akhir
peserta didik mampu menyajikan sebuah informasi secara visual dalam
presentasi untuk dapat memperkuat pemahaman pembelajaran.

3. Setelah Pelaksanaan Pembelajaran

Penguatan literasi dan numerasi dilakukan setelah pembelajaran, antara lain


melalui kegiatan sebagai berikut:
a. melaksanakan tugas pengembangan seperti membuat kesimpulan hasil
eksperimen,
kegiatan observasi, atau tugas proyek;
b. menemukan konteks terkait konten/materi lebih luas dalam kehidupan;

c. mengembangkan ide kreatif penerapan konsep, prinsip, prosedur dalam konteks


kehidupan sesuai imajinasi peserta didik, proyek STEAM, atau proyek lintas
mata pelajaran sebagai perwujudan dari Profil Pelajar Pancasila; dan
d. memberikan tugas baca atau studi literasi untuk kegiatan pertemuan berikutnya.

4. Melakukan Penilaian

Penguatan literasi secara konsisten dilakukan dalam penilaian. Penilaian yang


dilakukan berfungsi sebagai pembelajaran (Assessment as Learning), untuk
pembelajaran (Assessment for Learning), dan atas pembelajaran (Assessment of
Learning). Hasil penilaian diharapkan mampu menunjukkan kemampuan peserta
didik dalam memahami, menginterpretasi, merefleksi, dan mengevaluasi
informasi, serta menggunakan informasi dalam menyelesaikan masalah
kontekstual secara kritis, logis, dan sistematis.
C. Ragam Kegiatan Pembelajaran Berbasis Literasi
Adapun contoh ragam kegiatan pembelajaran berbasis literasi yaitu:

1. 3 Area Penerapan Strategi Penguatan Literasi yaitu Menata Lingkungan Fisik Kaya
Teks, Program Ramah Literasi, Pembelajaran Dalam Kelas.
2. Membuat Lingkungan Fisik Kaya Teks yang bertujuan agar siswa terbiasa
membaca apa saja yang ada disekitarnya, dan bahan bacaan sengaja dipilih berisi
motivasi, gambar, dan lain-lain. Adapun manfaatnya adalah menyediakan bahan
bacaan bagi siswa, mengembangkan pengetahuan siswa tentang kata, kalimat, dan
maknanya, mendorong kerjasama Guru dan Murid dalam mewujudkan lingkungan
kelas kaya teks. Di Lorong sekolah, perpustakaan, kantin, gerbang, Toilet, UKS,
Ruang Kelas, serta Taman Sekolah seperti membuat pohon buku, membuat papan
bulletin penyedia informasi, membuat sudut baca kelas (pojok Baca), membuat
papan pajangan hasil karya siswa.
3. Program Ramah Literasi adalah Program yang menumbuhkan kecintaan murid
terhadap kegiatan membaca dan menulis, contoh:
a. Perpustakaan Keliling (dengan cara menaruh atau membawa buku-buku di area
santai siswa atau berkeliling membawa bahan bacaan ke daerah tempat tinggal
siswa berkolaborasi dengan layanan perpustakaan keliling yang
diselenggarakan Pemerintah Daerah),
b. Klub Buku (wadah untuk berdiskusi tentang isi buku, bisa diikuti oleh yang
pernah membaca ataupun yang belum membaca)
c. Majalah Dinding/ Digital (Memfasilitasi murid dalam mengasah keterampilan
mengekspresikan ide dan pemahaman dalam beragam karya, seperti menulis
liputan tentang acara sekolah, hobi atau tren yang sedang viral saat ini.
d. Mengundang Pembicara Tamu atau Mengunjungi Narasumber (Mengundang
blogger, penulis buku, vlogger, kreator konten, pembuat film, dan lainnya.
Setelah kegiatan selesai, murid diminta untuk membuat laporan melalui
berbagai bentuk karya mengenai kunjungan tersebut, misalnya mengunjungi
produsen batu bata dan mewawancarainya.
4. Area Pembelajaran Dalam Kelas (Tantangan terbesar Literasi adalah
dipisahkannya keterampilan tersebut dari mata pelajaran selain Bahasa). Adapun
strategi pembelajaran yang dapat dilakukan dalam rangka penguatan literasi yaitu:
a. Jurnal Interaktif (memfasilitasi anak bekerja dalam kelompok dan
mengkolaborasikan pemahaman masing-masing terhadap sebuah teks).
Contoh: Sebagai guru nonbahasa, guru dapat menggunakan buku nonteks
dalam pembelajaran, mengenalkan siswa dengan teks multimoda (teks, grafis,
video) baik sebagai bahan bacaan maupun produk pembelajaran, dan
memanfaatkan koleksi perpustakaan dalam pembelajaran nonbahasa.
Misalnya, Ibu dan Bapak dapat menggunakan strategi jurnal interaktif dalam
memahami kebudayaan daerah pada mata pelajaran IPAS, atau strategi rumus
kesimpulan pada mata pelajaran sejarah.
b. Rumus Kesimpulan (Melatih anak untuk memilah beberapa kata atau kalimat
kunci dari teks dan kemudian membuat kesimpulan)
c. Kata Kunci (mengumpulkan kata-kata kunci dalam sebuah teks lalu membuat
rangkuman)
d. Teks tidak hanya dalam bentuk teks cetak dalam buku, teks visual berupa
gambar, poster, infografis, teks audio visual berupa video dan film pendek juga
dapat dianalisis.
5. Penguatan literasi dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran misalnya dalam
pemilihan sumber belajar yang mempertimbangkan minat dan kebutuhan peserta
didik seta langkah-langkah pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa. Adapun Beberapa modul ajar yang dapat dijadikan inspirasi bagi
guru untuk meningkatkan kecakapan literasi peserta didik melalui proses
pembelajaran yaitu:
a. MA Matematika dengan Strategi Literasi
b. MA Bahasa dengan Strategi Literasi
c. MA IPAS/ IPA-S dengan Strategi Literasi
d. MA PJOK dengan Strategi Literasi
e. MA Seni dengan Strategi Literasi
6. Sebarkan kegembiraan Membaca setiap hari dengan cara Bangun Stamina
membaca dengan cara:
a. Pembiasaan membaca sejak dini,
b. Tumbuhkan Growth mindset bahwa membaca itu menyenangkan,
c. Upayakan lingkungan belajar kaya literasi,
d. Perbanyak koleksi buku fiksi,
e. dan biasakan kegiatan membaca hingga murid gemar membaca.
f. Tips lainnya untuk membuat kegembiraan membaca yaitu perbanyak variasi bahan
bacaan, jangan samakan kegiatan pembiasaan membaca dengan penugasan, jadilah
figur teladan membaca.
Instrumen Pengukuran Program pembelajaran Berbasis Litarasi
STRATEGI PENINGKATAN SKOR RAPOR PENDIDIKAN SMA
INSTRUMEN PENGUKURAN PROGRAM PEMBELAJARAN DIMENSI
LITERASI

Jawablah pertanyaan pelaksanaan literasi dibawah ini dengan tepat dengan memberi tanda (X)
dikolom sesuai jawaban
JAWABAN
NO PERTANYAAN
YA TIDAK
1 Sekolah memiliki program kegiatan pembiasaan literasi pada Program
Sekolah

2 Sekolah memiliki Tim kegiatan pembiasaan literasi

3 Sekolah melaksanakan kegiatan pembiasaan literasi

4 Setiap kelas mempunyai pojok baca dengan jenis buku yang bervariasi
minimal 5 jenis

5 Modul yang dibuat guru untuk semua matapelajaran yang ada disekolah
telah memuat kegiatan anak melakukan literasi

6 Siswa diberikan tugas untuk membuat laporan rangkuman dari buku yang
dibaca dengan bahasanya sendiri

7 Sekolah memperoleh predikat Baik pada persentase peserta didik


berdasarkan kemampuan dalam memahami beragam jenis teks (teks
informasional dan teks fiksi).

8 Sekolah memperoleh predikat Baik pada persentase peserta didik


berdasarkan kemampuan dalam menggunakan beragam jenis teks (teks
informasional dan teks fiksi).

9 Sekolah memperoleh predikat Baik pada persentase peserta didik


berdasarkan kemampuan dalam merefleksi beragam jenis teks (teks
informasional dan teks fiksi).
10 Sekolah memperoleh predikat Baik pada persentase peserta didik
berdasarkan kemampuan dalam mengevaluasi beragam jenis teks (teks
informasional dan teks fiksi).

11 Siswa memiliki Kompetensi dalam memahami teks informasional (non-


fiksi) dengan nilai baik

12 Siswa memiliki Kompetensi dalam menggunakan teks informasional (non-


fiksi) dengan nilai baik pada rapor Pendidikan

13 Siswa memiliki Kompetensi merefleksi teks informasional (non-fiksi)


dengan nilai baik pada rapor pendidikan

14 Siswa memiliki Kompetensi dalam mengevaluasi teks informasional (non-


fiksi) memperoleh nilai baik pada rapor Pendidikan
15 Siswa memiliki Kompetensi dalam memahami, teks fiksi. dengan nilai baik
pada rapor Pendidikan

16 Siswa memiliki Kompetensi dalam menggunakan, fiksi. memperoleh nilai


baik pada rapor Pendidikan

17 Siswa memiliki Kompetensi dalam merefleksi teks fiksi. memperoleh nilai


baik pada rapor Pendidikan

18 Siswa memiliki Kompetensi dalam mengevaluasi teks fiksi. memperoleh


nilai baik pada rapor Pendidikan

19 Siswa memiliki Kompetensi pada kemampuan menemukan suatu ide atau


informasi eksplisit dalam teks informasional (non-fiksi) dengan nilai baik
pada rapor Pendidikan

20 Siswa memiliki Kompetensi peserta didik pada kemampuan


mengidentifikasi suatu ide atau informasi eksplisit dalam teks sastra dengan
nilai baik pada rapor Pendidikan

21 Sekolah memiliki program untuk meningkatkan hasil literasi berdasarkan


hasil rapor pendidikan tahun sebelumnya

22 Sekolah melakukan sosialisasi hasil rapor pendidikan

23 Sekolah memasukkan hasil rapor mutu kedalam RKAS/RKS untuk


peningkatan literasi

24 Sekolah melakukan analisa dan evaluasi kegiatan pembiasaan literasi

25 Sekolah membuat rencana tindak lanjut untuk kegiatan literasi


BAB III
STRATEGI PENINGKATAN SKOR NUMERASI PADA RAPOR
PENDIDIKAN JENJANG SMA

A. Pengertian Numerasi
Numerasi merupakan bagian dari matematika. Numerasi bersifat praktis artinya digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip dasar numerasi antara lain bersifat kontekstual,
sesuai dengan kondisi geografis, sosio-budaya, dan sebagainya, selaras dengan cakupan
matematika dalam kurikulum 2013.
Numerasi mencakup tiga hal yaitu konten, konteks, dan level kognitif. Konten dibedakan
menjadi empat kelompok yaitu bilangan, pengukuran dan geometri, data dan
ketidakpastian, serta aljabar. Konteks dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosio-
budaya, dan saintifik. Konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten
yang digunakan. Level kognitif meliputi pemahaman, penerapan, dan penalaran. Level
kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat
menyelesaikan masalah.Numerasi adalah kemampuan untuk menerapkan konsep bilangan
dan keterampilan berhitung dalam kehidupan sehari-hari dan menginterpretasikan
informasi kuantitatif yang ada di sekitar kita. Kemampuandibuktikan dengan adanya rasa
nyaman terhadap bilangan dan kepandaian dalam mengaplikasikan keterampilan
matematika.
Menurut Alberta, numerasi adalah kemampuan, kepercayaan diri, dan kesediaan untuk
terlibat dengan informasi kuantitatif atau spasial untuk membuat keputusan berdasarkan
informasi dalam semua aspek kehidupan sehari-hari. Lebih lengkap dijelaskan numerasi
adalah:
▪ kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk
individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia;
▪ kemampuan menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait
dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam
konteks kehidupan sehari-hari; dan
▪ kemampuan menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik,
tabel, bagan, dsb) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk
memprediksi dan mengambil keputusan.

B. Capaian Numerasi dalam Profil Pendidikan


STRATEGI PENINGKATAN SKOR NUMERASI
1) Strategi Implementasi Penguatan Numerasi pada Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah. Untuk
memenuhi fungsinya sebagai daya dukung penguatan literasi dan numerasi, lingkungan
fisik perlu dikembangkan dan ditata menjadi lingkungan yang kondusif, ramah, dan
aman untuk proses pembelajaran. Karya–karya peserta didik dipajang secara berkala
dan bergantian di seluruh area sekolah, termasuk koridor, ruang kepala sekolah, dan
ruang guru. Hal ini sebagai bentuk apresiasi kepada peserta didik dengan
memperhatikan nilai estetika di lingkungan sekolah.
Penataan lingkungan fisik perlu memperhatikan kemudahan akses peserta didik
terhadap bahan bacaan, sehingga perlu dibangun sudut baca di setiap kelas dan area lain
di sekolah. Bahan bacaan dapat disediakan dalam bentuk cetak maupun digital. Seiring
perkembangan teknologi dan media, pengembangan lingkungan fisik memfasilitasi
pembelajaran yang menguatkan keterampilan berpikir kritis, pengembangan
kreativitas, kemampuan berkomunikasi, dan berkolaborasi, mengembangkan karakter
serta cerdas menggunakan media dengan aman (media safety).

2) Strategi Penguatan Numerasi pada Lingkungan Sosio- Afektif

a. Konsep Lingkungan Sosio-Afektif


Lingkungan sosio afektif yang dimaksud adalah lingkungan yang mengacu pada
perasaan atau emosi yang biasanya dilakukan dengan spontan. Lingkungan sosial
emosional menurut Beers, Beers, dan Smith (2009) adalah lingkungan sosial afektif.
Lingkungan sosial emosional atau lingkungan sosio afektif berperan penting untuk
mendukung pengembangan budaya literasi di sekolah. Lingkungan sosio afektif
diwarnai oleh suasana di hubungan antara kepala sekolah dan guru lebih bersifat
kolegial, serta kesetaraan antarguru dan interaksi antarpeserta didik dalam keseharian
aktivitas di sekolah.
Lingkungan sosio-afektif dapat melalui komunikasi dan interaksi yang terbuka antara
kepala sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua. Kepala sekolah sebagai
penanggung jawab dalam membangun komunikasi di lingkungan sekolah. Guru
merupakan kolega dalam proses komunikasi yang bersifat terbuka. Orang tua dan guru
bekerja bersama sebagai mitra. Guru dan tenaga kependidikan terlibat dalam proses

C. Capaian Numerasi dalam Profil Pendidikan


Contoh Rapor Pendidikan SMA
No Indikator Capaian Skor Definisi Capaian Perubahan Skor
Rapor Skor dari Rapor
2023 Tahun Lalu 2022

A.2 Kemampuan numerasi Baik 82,22 Sebagian besar Naik 12,12% 73,33
Persentase peserta didik (82,22% peserta didik telah
berdasarkan kemampuan siswa mencapai batas
dalam berpikir menggunakan sudah kompetensi
konsep, prosedur, fakta, dan mencapai minimum untuk
alat matematika untuk kompetens numerasi
menyelesaikan masalah i minimum)
sehari-hari pada berbagai
jenis konteks yang relevan.
Proporsi peserta didik dengan Di atas 60,00 Peserta didik Naik 24,44%
kemampuan numerasi di atas % mampu bernalar 145,50%
kompetensi minimum untuk
menyelesaikan
masalah kompleks
serta non-rutin
berdasarkan
konsep matematika
yang dimilikinya.
Proporsi peserta didik dengan Mencapai 22,22 Peserta didik Turun 48,89%
kemampuan numerasi % mampu 54,55%
mencapai kompetensi mengaplikasikan
minimum konsep matematik
yang dimiliki dalam
konteks yang lebih
beragam.
Proporsi peserta didik dengan Di bawah 17,78 Peserta didik Turun 26,67%
kemampuan numerasi di % memiliki 33,33%
bawah kompetensi minimum kemampuan dasar
matematika:
komputasi dasar
dalam bentuk
persamaan
langsung, konsep
dasar terkait
geometri dan
statistika, serta
menyelesaikan
masalah
matematika
sederhana yang
rutin.
Proporsi peserta didik dengan Jauh di 0,00% Peserta didik hanya Tidak 0,00%
kemampuan numerasi jauh di bawah memiliki berubah
bawah kompetensi minimum kemampuan dasar
matematika yang
terbatas: peng-
uasaan konsep
yang parsial dan
ketrampilan
komputasi yang
terbatas.
A.2.1 Kompetensi pada domain 58,55 Naik 2,90% 56,9
Bilangan
Kompetensi peserta didik
dalam berpikir menggunakan
konsep, prosedur, fakta, dan
alat matematika pada konten
bilangan untuk
menyelesaikan masalah
sehari-hari.
A.2.2 Kompetensi pada domain 62,32 Naik 17,56% 53,01
Aljabar
Kompetensi peserta didik
dalam berpikir menggunakan
konsep, prosedur, fakta, dan
alat matematika pada konten
aljabar untuk menyelesaikan
masalah sehari-hari.
A.2.3 Kompetensi pada domain 57,58 Naik 13,03% 50,94
Geometri
Kompetensi peserta didik
dalam berpikir menggunakan
konsep, prosedur, fakta, dan
alat matematika pada konten
geometri untuk
menyelesaikan masalah
sehari-hari.
A.2.4 Kompetensi pada domain 59,45 Naik 6,60% 55,77
Data dan Ketidakpastian
Kompetensi peserta didik
dalam berpikir menggunakan
konsep, prosedur, fakta, dan
alat matematika pada konten
data dan ketidakpastian untuk
menyelesaikan masalah
sehari-hari.
A.2.5 Kompetensi mengetahui 61,57 Naik 10,70% 55,62
(L1)
Kompetensi peserta didik
pada kemampuan memahami
fakta, proses, konsep, dan
prosedur.
A.2.6 Kompetensi menerapkan 62,25 Naik 13,93% 54,64
(L2)
Kompetensi peserta didik
pada kemampuan
menerapkan pengetahuan
dan pemahaman tentang
fakta-fakta, relasi, proses,
konsep, prosedur, dan
metode pada konten bilangan
dengan konteks situasi nyata
untuk menyelesaikan
masalah atau menjawab
pertanyaan.
A.2.7 Kompetensi menalar (L3) 58,97 Naik 7,24% 54,99
Kompetensi peserta didik
pada kemampuan
menganalisis data dan
informasi, membuat
kesimpulan, dan memperluas
pemahaman dalam situasi
baru, meliputi situasi yang
tidak diketahui sebelumnya
atau konteks yang lebih
kompleks.

D. Strategi Pembelajaran Berbasis Numerasi


Pelaksanaan sebelum dan sesudah pembelajaran. Pembelajaran didorong agar kemampuan
peserta didik terus meningkat dalam memahami, menginterpretasi, merefleksi,
mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi itu secara kritis, logis, dan sistematis
dalam memecahkan masalah kehidupan. Strategi tersebut digambarkan oleh bagan berikut:
1. Sebelum Pembelajaran
Penguatan numerasi sebelum pembelajaran dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan,
antara lain sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran bersama peserta didik.
Keterlibatan peserta didik dalam merumuskan tujuan pembelajaran mendorong
minat baca sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan mutakhir secara
kontekstual.
b. Mengidentifikasi alat dan bahan yang diperlukan untuk dikonfirmasi dengan alat
dan bahan yang tersedia.
Literasi akan membantu pilihan yang dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan
pembelajaran, termasuk pilihan media dan teknologi yang dapat dimanfaatkan
c. Menyiapkan konten/materi dari berbagai sumber.
Guru dapat menyediakan beberapa sumber bacaan yang beragam untuk
memperkaya konten sesuai pembelajaran yang akan dilakukan.
d. Mencari konteks dalam kehidupan sehari-hari terkait konten atau materi.
Pencarian konteks melalui literasi akan meguatkan kualitas pembelajaran
bermakna bagi peserta didik
e. Melaksanakan asesmen diagnostik sebagai indentifikasi kondisi awal peserta
didik. Guru dapat melaksanakan asesmen diagnostik kognitif sesuai dengan
kebutuhan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran
Penguatan numerasi dilakukan selama pembelajaran, antara lain dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut.

a. Identifikasi Kemampuan Awal


Identifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik adalah salah satu upaya
yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang tuntutan, bakat, minat,
kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program
pembelajaran tertentu. Tujuan identifikasi kemampuan peserta didik adalah:
1) memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan
serta karakteristik awal peserta didik sebelum mengikuti program pembelajaran
tertentu;
2) menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta didik
berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan
mereka ikuti; dan
3) menentukan desain program pembelajaran yang perlu dikembangkan sesuai
dengan kemampuan awal peserta didik.
b. Tindak lanjut hasil identifikasi
Hasil identifikasi kemampuan awal digunakan untuk langkah selanjutnya
menentukan tindak lanjut dari masing-masing kategori level literasi numerasi
peserta didik.
1) Peserta didik di tingkat perlu intervensi khusus belum mampu memahami
isi bacaan, peserta didik hanya mampu membuat interpretasi sederhana.
Guru tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Peserta didik
perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual, dan pendampingan
khusus.
2) Peserta didik di tingkat dasar telah mampu mengambil informasi dari teks,
namun tidak memahami secara utuh isi topik sehingga masih perlu
pembimbingan dalam menyelesaikan soal Sistem Persamaan Linier Tiga
Variabel dan dapat menyelesaikan SPLTV. Peserta didik dapat diberi
sumber belajar pendamping berupa latihan perhitungan dengan
memberikan kasus yang serupa atau beragam.
3) Peserta didik di tingkat cakap mampu memahami dengan baik isi teks
mengenai materi yang disajikan, namun belum mampu merefleksi secara
utuh. Peserta didik dapat diberikan bahan bacaan berupa contoh latihan soal
yang serupa dengan kasus yang beragam.
4) Peserta didik di tingkat mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi
teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran dengan
memberikan beragam kasus yang berbeda dari kejadian sehari-hari untuk
membiasakan dalam penyelesaian soal.

c. Visualisasi Numerasi
Visualisasi numerasi adalah kemampuan peserta didik untuk menerapkan,
menafsirkan dan memaknai secara benar informasi berbentuk visual atau
menyajikan sebuah informasi secara visual yang dapat dijelaskan dan dapat
dipahami oleh orang lain di kelas. Kegiatan visualisasi dapat dilakukan pada
akhir pembelajaran sebagai bagian dari kegiatan refleksi dengan menggunakan
media dan cara yang sesuai dengan kemampuan dan bakat peserta didik. Dalam
hal ini peserta didik mengungkapkan dengan bahasanya sendiri atas hal-hal yang
telah dipelajari.
Pada bagian berikutnya peserta didik diharapkan mampu untuk menafsirkan dan
memaknai pesan visual dari pembelajaran, hingga pada bagian akhir peserta
didik mampu menyajikan sebuah informasi secara visual dalam presentasi untuk
dapat memperkuat pemahaman pembelajaran.
3. Setelah Pelaksanaan Pembelajaran
Penguatan numerasi dilakukan setelah pembelajaran, antara lain melalui kegiatan
sebagai berikut:
a. melaksanakan tugas pengembangan seperti membuat kesimpulan hasil
eksperimen, kegiatan observasi, atau tugas proyek;
b. menemukan konteks terkait konten/materi lebih luas dalam kehidupan;
c. mengembangkan ide kreatif penerapan konsep, prinsip, prosedur dalam konteks
kehidupan sesuai imajinasi peserta didik, proyek STEAM, atau proyek lintas
mata pelajaran sebagai perwujudan dari Profil Pelajar Pancasila; dan
d. memberikan tugas baca atau studi literasi untuk kegiatan pertemuan berikutnya.

4. Melakukan Penilaian
Penguatan numerasi secara konsisten dilakukan dalam penilaian. Penilaian yang
dilakukan berfungsi sebagai pembelajaran (Assessment as Learning), untuk
pembelajaran (Assessment for Learning), dan atas pembelajaran (Assessment of
Learning). Hasil penilaian diharapkan mampu menunjukkan kemampuan peserta
didik dalam memahami, menginterpretasi, merefleksi, dan mengevaluasi informasi,
serta menggunakan informasi dalam menyelesaikan masalah kontekstual secara kritis,
logis, dan sistematis.

E. Contoh Ragam Kegiatan Pembelajaran Berbasis Numerasi


1. Membangun Koneksi Numerasi pada mata pelajaran Non Matematika dengan cara:
a. Memberikan motivasi kepada murid
Dalam memulai kegiatan awal pembelajaran, guru dapat menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memberikan motivasi kepada murid yang erat kaitannya dengan
numerasi. Contohnya pada 15 menit di awal pertemuan mata pelajaran PJOK, guru
membuka pembelajaran dengan menyapa dan memotivasi murid untuk selalu
berolahraga dan menjaga asupan makanan dan minuman sesuai dengan anjuran gizi
berimbang.
b. Menghubungkan masalah numerasi dengan hal yang familiar
Seringkali murid belum dapat memahami istilah 'numerasi'. Maka dari itu, guru
perlu untuk memberikan pertanyaan pemantik yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari yang sudah dikenal murid.
c. Memodifikasi masalah numerasi dengan mapel lainnya
Guru juga dapat bereksperimen dan mengeksplorasi masalah numerasi, agar dapat
memuat hubungan antar matematika dengan mata pelajaran lain. Contohnya tujuan
pembelajaran (TP) PJOK yakni "Peserta dapat mempraktikkan olahraga lompat
jauh."
d. Mengajak murid untuk meringkas hasil pembelajaran
Setelah murid mendapatkan pembelajaran numerasi, dapat dilakukan kegiatan
refleksi atau ringkasan kegiatan. Bisa dengan cara presentasi atau kegiatan mandiri
untuk menjelaskan apa yang telah dipelajari.
e. Menambahkan penugasan diluar jam pembelajaran
Setelah murid mendapatkan materi pembelajaran di kelas, guru mendorong murid
untuk terus mengasah keterampilan numerasinya dalam kehidupan sehari-hari dan
tidak berhenti pada pembelajaran di kelas saja. Misalnya memberikan tugas dengan
LKS atau worksheet yang dapat dikerjakan bersama orang tua. Bisa juga
menghitung waktu yang dibutuhkan menuju ke sekolah, ke pasar, atau ke tempat
umum lain. Aktivitas ini disesuaikan dengan jenjang kelas murid.

2. Penguatan numerasi dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran misalnya dalam


pemilihan sumber belajar yang mempertimbangkan minat dan kebutuhan peserta didik
seta langkah-langkah pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa. Adapun Beberapa modul ajar yang dapat dijadikan inspirasi bagi guru untuk
meningkatkan kecakapan numerasi peserta didik melalui proses pembelajaran yaitu:
a. MA Bahasa dengan Strategi Numerasi
b. MA IPAS/ IPA-S dengan Strategi Numerasi
c. MA PJOK dengan Strategi Numerasi
d. MA Seni dengan Strategi Numerasi
Instrumen Pengukuran Program pembelajaran Berbasis Numerasi
STRATEGI PENINGKATAN SKOR RAPOR PENDIDIKAN SMA
INSTRUMEN PENGUKURAN PROGRAM PEMBELAJARAN DIMENSI
NUMERASI
Jawablah pertanyaan pelaksanaan numerasi dibawah ini dengan tepat dengan memberi tanda
(X) dikolom sesuai jawaban
JAWABAN
NO PERTANYAAN
YA TIDAK
1 Sekolah memiliki program kegiatan pembiasaan numerasi pada Program
Sekolah
2 Sekolah memiliki Tim kegiatan peningkatan numerasi
3 Sekolah melaksanakan kegiatan pembiasaan numerasi
4 Setiap kelas mempunyai laporan dalam bentuk angka, grafik dan lainnnya
tentang pemanfaatan pojok baca dengan jenis buku yang bervariasi minimal
5 jenis
5 Siswa diberikan tugas untuk membuat laporan hasil kerja dengan angka,
grafik atau simbol-simbol lain.
6 Siswa memiliki kemampuan memahami angka dan simbol lain untuk
memahami dan mengekspresikan hubungan kuantitatif
7 Siswa pernah melakukan penelitian ilmiah kuantitatif dalam salah satu
pelajaran yang diampunya
8 Karya numerasi (hasil penelitian ilmiah) siswa dipajang di sekolah dan
dipublikasikan
9 Kompetensi pada domain Bilangan di rapor pendidikan telah memperoleh
nilai baik
10 Kompetensi pada domain Aljabar di rapor pendidikan telah memperoleh
nilai baik
11 Kompetensi pada domain Geometri dirapor pendidikan telah memperoleh
nilai baik
12 Kompetensi peserta didik pada kemampuan memahami fakta dirapor
pendidikan telah memperoleh nilai baik
13 Kompetensi peserta didik pada kemampuan memahami proses konsep
dirapor pendidikan telah memperoleh nilai baik
14 Kompetensi peserta didik pada kemampuan memahami konsep dirapor
pendidikan telah memperoleh nilai baik
15 Kompetensi peserta didik pada kemampuan memahami prosedur dirapor
pendidikan telah memperoleh nilai baik
16 Kompetensi peserta didik pada kemampuan menerapkan pengetahuan dan
pemahaman tentang fakta-fakta pada konten bilangan dengan konteks situasi
nyata untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan dirapor
pendidikan telah memperoleh nilai baik
17 Kompetensi peserta didik pada kemampuan menerapkan pengetahuan dan
pemahaman tentang relasi pada konten bilangan dengan konteks situasi
nyata untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan dirapor
pendidikan telah memperoleh nilai baik
18 Kompetensi peserta didik pada kemampuan menerapkan pengetahuan dan
pemahaman tentang proses pada konten bilangan dengan konteks situasi
nyata untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan dirapor
pendidikan telah memperoleh nilai baik
19 Kompetensi peserta didik pada kemampuan menerapkan pengetahuan dan
pemahaman tentang konsep pada konten bilangan dengan konteks situasi
nyata untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan dirapor
pendidikan telah memperoleh nilai baik
20 Kompetensi peserta didik pada kemampuan menerapkan pengetahuan dan
pemahaman tentang prosedur pada konten bilangan dengan konteks situasi
nyata untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan dirapor
pendidikan telah memperoleh nilai baik
21 Kompetensi peserta didik pada kemampuan menerapkan pengetahuan dan
pemahaman tentang metode pada konten bilangan dengan konteks situasi
nyata untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan dirapor
pendidikan telah memperoleh nilai baik
22 Kompetensi peserta didik pada kemampuan menganalisis data dan informasi
dalam situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui sebelumnya atau
konteks yang lebih kompleks dirapor pendidikan telah memperoleh nilai
baik
23 Kompetensi peserta didik pada kemampuan membuat kesimpulan, dalam
situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui sebelumnya atau konteks
yang lebih kompleks dirapor pendidikan telah memperoleh nilai baik
24 Kompetensi peserta didik pada kemampuan memperluas pemahaman dalam
situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui sebelumnya atau konteks
yang lebih kompleks dirapor pendidikan telah memperoleh nilai baik
25 Sekolah memiliki program untuk meningkatkan hasil numerasi berdasarkan
hasol rapor pendidikan tahun sebelumnya
26 Sekolah melakukan sosialisasi hasil rapor pendidikan
27 Sekolah memasukkan hasil rapor mutu kedalam RKAS/RKS untuk
peningkatan numerasi
28 Sekolah melakukan analisa dan evaluasi kegiatan pembiasaan numerasi
29 Sekolah membuat rencana tindak lanjut untuk kegiatan numerasi
30 Modul yang dibuat guru untuk semua matapelajaran yang ada disekolah
telah memuat kegiatan anak melakukan numerasi
LAMPIRAN
LK 1. TABEL ANALISIS DAN REKOMENDASI :
(diisikan oleh Pendamping pada Pendampingan 1)

N Komponen Capaian Kelemahan Kekuatan Peluang Tantangan Rekomendasi


o
1 Rapor
Pendidikan
2 Isian Instrumen

3 Observasi,
Pengamatan
Lapangan
4 Wawancara
5 Cek Fisik
Dokumen
6 Dst.

Pendamping

Nama
NIP
LK 2. Rencana Tindak Lanjut Sekolah (RTL)
(diisi oleh Kepala Sekolah berdasarkan Masukan dari Pendamping)

No Rekomendasi Program Tujuan Sasaran Waktu PJ


Terpilih/Prioritas Pelaksanaan
1
2
3
4

Kepala Sekolah

Nama
NIP

LK 3. PENGEMBANGAN PROGRAM LANJUTAN (Diisikan Oleh Pendamping


Berdasarkan Hasil Pelaksanaan RTL Sekolah )
No Rekomendasi Program Realisasi Hambatan Solusi Pengembanga
n Selanjutnya
1
2
3

Pendamping

Nama
NIP
LAPORAN
PENDAMPINGAN PENINGKATAN SKOR RAPOR PENDIDIKAN
DI SATUAN PENDIDIKAN PELAKSANA PROGRAN SEKOLAH PENGGERAK (PSP)

I. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : .................................................................................................
b. NPSN : .................................................................................................
c. Alamat : .................................................................................................
d. Nama Kepala sekolah : .................................................................................................
e. No HP : ..................................................................................................

II. Identitas Pendamping :


a. Nama : ..........................................................................................................
b. No HP : ..........................................................................................................
c. Jabatan : Fasilitator PSP/Pengawas/Widyaprada*)
*)coret yang tidak perlu

III. Jadwal Pendampingan


a. Pendampingan ke 1 : tanggal ................................................................................
b. Pendampingan ke 2 : tanggal ................................................................................

IV. Hasil Pendampingan


a. Pengolahan dan Analisis Hasil Pendampingan 1 dan 2 ( dari LK 1)

b. Rencana Tindak Lanjut (RTL) Sekolah (LK 2)

c. Rekomendasi dan Solusi (dari LK 3)

d. Capaian setelah tindak lanjut oleh sekolah

V. Dokumentasi

Jakarta, …………….
Pendamping

………………………
SUMBER 2A
Sumber : PENGUATAN LITERASI DAN NUMERASI, Direktorat Sekolah Menengah Atas,
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2021

Menurut Elizabeth Sulzby “1986”, Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh
seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang
berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan
menulis dan membaca
Menurut UNESCO “The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization”,
.Literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama ketrampilan dalam membaca dan menulis
yang terlepas dari konteks yang mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.
SUMBER : https://sevima.com/pengertian-literasi-menurut-para-ahli-tujuan-manfaat-jenis-dan-
prinsip/ PKL 11.46. Dunia Kampus, Pengertian Literasi Menurut Para Ahli, Tujuan, Manfaat, Jenis
dan Prinsip.

SUMBER 3A
Sumber : PENGUATAN LITERASI DAN NUMERASI, Direktorat Sekolah Menengah Atas,
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2021
Qasim, Kadir, & Awaludin. Dalam Programme for International Student Assessment, pengertian
numerasi adalah kemampuan siswa yang ditunjukkan dalam bentuk terampil menganalisis,
memecahkan masalah, memberikan alasan, menyampaikan ide secara efektif serta merumuskan dan
menginterpretasikan masalah matematika dalam berbagai situasi dan bentuk.

Cockroft, WH. Pengertian numerasi oleh Cockroft didefinisikan sebagai kemampuan seseorang
dalam menggunakan angka yang ditujukan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari.

SUMBER: Numerasi adalah: Apa Itu, Contoh Soal, dan Cara Mengasahnya
Debora Danisa Kurniasih Perdana Sitanggang, Stefani Ditamei - detikJabar
Senin, 01 Agu 2022 08:22 WIB

Sumber 4D
Modul LitNum
Buku Saku Benahi Literasi Melalui Asesmen
Buku Saku Benahi Literasi Melalui Lingkungan Belajar
PMM (Penyesuaian Pembelajaran-Strategi Litnum) https://guru.kemdikbud.go.id/pelatihan-
mandiri/video/31?materi=198&materi_name=Strategi+Literasi&modul=12&modul_name=&topik=7
&topik_name=Penyesuaian+Pembelajaran+dengan+Kebutuhan+dan+Karakteristik+siswa+SMP+-
+SMA%2F+Paket+B-C
PMM (Modul Ajar dengan Strategi Literasi) https://guru.kemdikbud.go.id/pelatihan-
mandiri/contextualized-learning/264
PMM (Modul Ajar dengan Strategi Numerasi) https://guru.kemdikbud.go.id/pelatihan-
mandiri/contextualized-learning/265
PMM Benahi Literasi: Sebarkan kegembiraan membaca setiap hari
https://guru.kemdikbud.go.id/cerita-praktik/oO16e1L6N2?source=ide-praktik
PMM Membuat Lingkungan Fisik kaya teks di Kelas https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-
karya/video/96253
PMM Membangun Koneksi Numerasi pada Mata Pelajaran Non Matematika
https://guru.kemdikbud.go.id/cerita-praktik/5qo683N0ax?source=ide-praktik

Anda mungkin juga menyukai