Oleh:
Vania Putri Riyanto
NIM. 24020119130064
Bekicot biasa disebut keong racun atau keong gondang yang merupakan
hewan sejenis siput (keong), kerang, dan tiram. Dalam biologi bekicot
termasuk kelas Gastropoda. Gastro berarti perut sedangkan poda berarti kaki,
dengan demikian bekicot disebut binatang berkaki perut. Bekicot adalah hewan
malam karena semua kegiatannya dilakukan pada malam hari, kecuali bila
mereka berada pada tempat gelap dan teduh. Biasanya pada siang hari bekicot
selalu menyembunyikan dirinya di dalam cangkangnya untuk istirahat atau
tidur . Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam perkembangan bekicot
sangat banyak. Faktor-faktor tersebut dapat berupa suhu, PH, kelembapan,
Intensitas cahaya, dan media tumbuh. Media yang baik dalam penetasan telur
merupakan hal yang paling penting dalam proses peternakan bekicot. Media
penetasan telur dapat berupa tanah, sekam, kerikil, dan pasir. Keempat media
tersebut memiliki perbedaan kandungan dan struktur yang akan mempengaruhi
faktor lain seperti PH dan kelembapan. Faktor-faktor itu akan mempengaruhi
daya tetas telur dan daya hidup bekicot. Media penetasan telur yang baik
tentunya akan menghasilkan anak bekicot yang sehat dan jumlahnya
banyak.Telur sekitar 100-300 butir dengan tiga sampai empat kali bertelur
dalam satu tahun (Nastiti, 2013:1).
Telur bekicot mulai menetas paling cepat pada hari ke 4 (tiga hari) dan
paling lambat pada hari ke 14 (13 hari). Rata-rata telur bekicot menetas pada
hari ke 8 (7 hari). Penetasan berakhir paling cepat pada hari ke 6 (5 hari) dan
paling lambat pada hari ke 23 (22 hari). Rata-rata telur bekicot mengalami
penetasan pada hari ke 13 (12 hari). Dengan demikian, maka lama penetasan
telur bekicot adalah berkisar antara 3-22 hari dan umumnya antara 7-12 hari.
Perbedaan lama penetasan telur bekicot berkaitan erat dengan perbedaan
status embrional telur saat dilepaskan induknya, yang kebanyakan berada pada
fase kedua dari tujuh fase perkembangan morfologik embrio bekicot (Djohar,
2006).
1
Hari: Senin, 16-03-2020
Intensitas cahaya: 13lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 58%
Warna: Putih
Keterangan: Telur rangrang berwarna putih,
bentuknya oval, terdapat sedikit cairan
bening pada telurnya.
2
Hari: Selasa, 17-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 62%
Warna: Putih
Keterangan: Telur rangrang berwarna putih,
berbentuk oval, beberapa mulai terbentuk
dua bintik hitam (bakal mata) dan kaki.
3
Hari: Rabu, 18-03-2020
Intensitas cahaya: 22lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 69%
Warna: Putih
Keterangan: Telur berwarna putih, beberapa
ujungnya berwarna cokelat, dan beberapa
mulai membentuk pupa, bakal mata dan
bakal kaki semakin jelas, bentuk badan mulai
terlihat.
4
Hari: Kamis, 19-03-2020
Intensitas cahaya: 10lx
Suhu: 27°C
Kelembaban: 78%
Warna: Putih
Keterangan: Telur berwarna putih, beberapa
berubah warna menjadi cokelat,
5
Hari: Jumat, 20-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 66%
Warna: Putih
Keterangan: Telur berwarna putih, beberapa
berubah warna menjadi cokelat, dan
beberapa telur menghitam
6
Hari: Sabtu, 21-03-2020
Intensitas cahaya: 19lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 69%
Warna: Putih
Keterangan: Telur berwarna putih, beberapa
berubah warna menjadi cokelat, dan sebagian
besar membentuk pupa, mata dan kaki
semaki jelas, bentuk badan semakin jelas,
beberapa telur menghitam, beberapa pupa
menjadi cokelat.
7
Hari: Minggu, 22-03-2020
Intensitas cahaya: 21lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 62%
Warna: Putih
Keterangan: Telur berwarna putih, beberapa
berubah warna menjadi cokelat, dan sebagian
besar membentuk pupa, mata dan kaki
semaki jelas, bentuk badan semakin jelas,
beberapa telur menghitam, beberapa pupa
menghitam.
8
Hari: Senin, 23-03-2020
Intensitas cahaya: 17lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 65%
Warna: Putih kecokelatan
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada
yang berwarna hitam, pupa berwarna putih,
mata dan kaki terlihat jelas, bentuk badan
semakin
9
Hari: Selasa, 24-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 70%
Warna: Cokelat
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada
yang berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian kecil kecokelatan, mata dan kaki
terlihat jelas, bentuk badan jelas
10
Hari: Rabu, 25-03-2020
Intensitas cahaya: 14lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 70%
Warna: Cokelat
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada
yang berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian besar kecokelatan, mata dan kaki
tezrlihat jelas, bentuk badan jelas.
11
Hari: Kamis, 26-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 62%
Warna: Cokelat
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada
yang berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian besar kecokelatan, ada pupa yang
menghitam. Mata dan kaki terlihat jelas,
bentuk badan jelas.
12
Hari: Jumat, 27-03-2020
Intensitas cahaya: 21lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 68%
Warna: Cokelat
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada yang
berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian besar kecokelatan, beberapa pupa
yang menghitam. Mata dan kaki terlihat
jelas, bentuk badan jelas.
13
Hari: Sabtu, 28-03-2020
Intensitas cahaya: 10lx
Suhu: 27°C
Kelembaban: 78%
Warna: Cokelat kehitaman
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada yang
berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian besar kecokelatan, sebagian kecil
pupa menghitam. Mata dan kaki terlihat
jelas, bentuk badan jelas.
14
Hari: Minggu, 29-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 66%
Warna: Cokelat kehitaman
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada yang
berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian besar kecokelatan, sebagian besar
pupa menghitam. Mata dan kaki terlihat
jelas, bentuk badan jelas.
IV.2 Kokon Ulat
Hari Gambar Keterangan
Ke-
1.
Hari: Sabtu, 14-03-2020
Intensitas cahaya: 22lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 66%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna cokelat agak
kekuningan, terdapat belang warna hitam, dan
terdapat serbuk berwarna putih.
2.
Hari: Minggu, 15-03-2020
Intensitas cahaya: 17lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 73%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna cokelat agak
kekuningan, terdapat belang warna hitam, dan
terdapat serbuk berwarna putih.
3.
Hari: Senin, 16-03-2020
Intensitas cahaya: 13lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 58%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna cokelat agak
kekuningan, terdapat belang warna hitam, dan
terdapat serbuk berwarna putih.
4. Hari: Selasa, 17-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 62%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna cokelat agak
kekuningan, terdapat belang warna hitam, dan
terdapat serbuk berwarna putih.
Intensitas cahaya : 45
Suhu : 25,6°C
1.
Kelembaban : 62%
Telur berwarna putih susu cerah, berbentuk bulat
(Dok. Pribadi, 13 Maret
2020)
Intensitas cahaya : 40
Suhu : 26°C
Kelembaban : 44%
Telur berwarna putih tulang dan putih susu, berbentuk
2. bulat
Bentuk : Bulat
Warna : Merah Muda
(Dok.Pribadi, 2020)
Bentuk : Bulat
Warna : Merah Muda
Bentuk : Bulat
Warna : Merah Muda
Bentuk : Bulat
Warna : Merah muda.
Bentuk : Bulat
Warna : Pink keabuan
Bentuk : sudah
berbentuk keong.
Warna : keabuan, dan
yang akan menetas
berwarna putih.
Kokon ulat daun pisang mempunyai nama latin Eritonia thrax L. yang merupakan
kelompok dari ordo lepidoptera. Hal ini sesuai dengna pendapat Kalshoven (dalam
Aufa, Adlin, 2017) bahwa E. thrax L. termasuk ke dalam ordo Lepidoptera, family
Hesperiidae dengan metamorfosis holometabola. Secara morfologi bentuk kokon ulat
pada saat berupa larva akan berwarna kuning kehijauan semakain lama warna
tersebut akan mengalami perubahan menuju warna kekuningan dengan tubuh yang
dilapisi oleh lilin. Hal ini sesuai dengan pendapat Kalshoven (dalam Aufa, Adlin,
2017) bahwa larva yang masih muda warnanya sedikit kehijauan dan tubuhnya tidak
dilapisi lilin. Larva yang ukurannya lebih besar berwarna putih kekuningan dan
tubuhnya dilapisi lilin. Larva muda yang baru menetas memotong daun pisang secara
miring mulai dari bagian tepi daun lalu menggulung potongan tersebut. Larva makan
dari bagian dalam gulungan tersebut, kemudian membentuk gulungan yang lebih
besar sesuai dengan perkembangan larva sampai instar akhir. Mortalitas larva cukup
tinggi pada larva muda karena pada permukaan tubuhnya belum ditutupi lilin dan
gulungan daunnya masih terbuka. Pada saat menjadi pupa ulat daun pisang akan
mempunyai morfologi dengan warna tubuh putih dan permukaan tubuhnya terdapat
seperti serbuk tepung. Hal ini sesuai dengan pendapat Fariyanro, Ari (2015) bahwa
pupa berukuran 60 mm, berwarna putih dan dilapisi oleh tepung serta mempunyai
belalai (proboscis) yang panjang. Siklus hidup dari ulat daun pisang berlangsung
selama 5-6 minggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutiyoso, Y., Widodo (2010)
bahwa di Bogor, perkembangan satu siklus membutuhkan waktu 5-6 minggu.
Telur diletakkan pada daun utuh dan berkelompok dengan jumlah 25 butir.
Setelah menetas, larva akan tumbuh pesat hingga akhirnya menjadi pupa dan
serangga kupu-kupu. Pada stadium mulai dari prapupa dan hingga menjadi pupa
siklus hidup ulat daun pisang berlangsung kurang lebih 18-21 hari. Hal ini sesuai
dengan pendapat Aufa, Adlin (2017) bahwa stadium prapupa lamanya adalah tiga
hari, sedangkan stadium pupa 7 hari. Memasuki stadium pupa, warna tubuh menjadi
kuning terang. Sesuai perkembangan, lambat laun tubuh pupa akan berubah warna
menjadi agak gelap dan akhirnya menjadi coklat agak gelap. Pupa berada di dalam
gulungan daun, dan dilapisi lilin. Panjang pupa ± 6 cm dan mempunyai probosis.
Stadium pupa berlangsung selama 8-12 hari. Ada beberapa faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kokon ulat yaitu suhu atau
temperature, kelembapan dan predator. Namun, faktor yang paling berpengaruh
adalah suhu. Hal ini sesuai dengan pendapat Samsiyah dan Kusumaputra (dalam
Nuraeni, Sitti dan Beta Putranto, 2010), besar kecilnya ukuran kokon tergantung dari
jenis ulat, suhu dan kelembaban, mutu, banyaknya daun murbei yang dimakan dan
lain-lain. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 14 hari. Pada hari
pertama kokon ulat berwarna coklat kekuningan, terdapat belang dan tubuh tertutupi
serbuk putih. Namun akhirnya mati diakibatkan karena kokon ulat dikeluarkan dari
gulungan daun pisang. Kemudian dihari kedua diganti denga kokon baru lagi. Pada
hari ke 2-7 kokon ulat berwarna coklat kekuningan dengan belang hitang dan tubuh
yang tertutupi oleh serbuk putih. Pada hari ke 8-11 kokon berubah warna menjadi
kecoklatan dengan belang hitam dan tubuh yang tertutupiserbuk putih. Pada hari
ke12-14 kokon berwarna kehitaman dengan adanya lubang dibagian permukaan dan
serbuk putih. Pada saat pengamatan suhu yang terpantau berkisar 27ºC-32ºC dengan
kelembapan 58%-78% dan intensitas cahaya 101x-221x. Pada pertumbuhan dan
perkembangan kokon faktor suhu adalah faktor yang paling berpengaruh karena
dengan adanya suhu yang normal dan optimal perkembangan kokon dalam
berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutiyoso, Y., Widodo (2010) siklus lama
kokon ulat penggulung daun pisang dari telur sampai dewasa (imago) akan
berlangsung 35-39 hari dengan temperature normal 27-30oC.
V.3Telur Ikan
Jenis telur ikan molly yaitu makrolechital, dimana kuning telur dengan jumlah
yang lebih banyak dengan keping sitoplasma di bagian kutub animanya. Telur ikan
molly yang awalnya berwarna merah kemudian berubah menjadi coklat muda dengan
bentuk bulat. Telur yang dihasilkan telur molly sekitar 20-55 butir. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Muhammad mahi, Achmanu, dan Muharlien (2012) yang
menyatakan bahwa telur megalechital adalah tipe telur yang mempunyai jumlah yolk
yang sangat banyak sehingga inti dengan sedikit ooplasma terdesak ke kutub anima.
Menurut Lingga dan Susanto (2013) ikan Molly (Phocilia sphenops) merupakan
salah satu ikan hias yang memiliki warna yang cantik, termasuk ke dalam family
Poecilidae yang berasal dari Meksiko, Florida, Virginia. Ukuran maksimal ikan ini
dapat mencapai 12-13 cm.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan telur ikan yaitu suhu,
kelembapan, oksigen, dan pH. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Patrick
(2018) bahwa faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan telur
ikan. Faktor tersebut terdiri atas suhu, tingkat keasinan (salinitas), tekanan,
penyinaran atau cahya, gelombang, arus dan pasang surut. Menurut Green dan Fisher
(2014) Suhu mempengaruhi perilaku larva seperti kecepatan, pertumbuhan dan durasi
larva speerti yang ditemukan pada larva ikan karang Amphiprion melanopus. Cahaya
memiliki peran yang sangat dalam perkembangan telur karena cahaya mempengaruhi
dalam pergerakan ruaya (vertical migration). Hal tersebut sesuai dengan pendapat
dari Sebates (2014) bahwa cahaya mempunyai pengaruh secara tidak langsug yakni
sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis fitoplakton yang menjadi tumpuan
hidup hewan laut karena menjadi sumber makanan selain itu pada peelitian yang
dilakukan oleh Sebates (2014) menemukan bahwa distrubusi larva ikan secara
vertical pada siang hari berada pada kolom air bagian atas sedangkan pada malam
hari larva ikan lebih banyak ditemukan di lapisan air yang lebih dalam.
Daur hidup ikan diawali dari telur (ova) yang berhasil dibuahi. Embrio akan
tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudin,
telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan membunyai kantong
kuning telur yang berukuran rellatif besar sebagai cadangan makanan larva. Larva
berubah menjadi kebul (larva stadia akhir). Seanjutnya akan bertumbuh menjadi ikan
dewasa. Menurut Yuniar (2017), siklus hidup ikan meliputi, telur yang dibuahi
selanjutnya berkembang menjadi embrio dan menetas menjadi larva, sedangkan telur
yang tidak dibuahi (mati). Larva adalah anak ikan yang memiliki morfologi, anatomi,
dan fisiologi yang masih sederhana dan terus berkembang menuju kesempurnaan.
Selanjutnya berkembang menjadi benih, yaitu anak ikan yang memiliki bentuk tubuh
definitive seperti induknya. Fase berikutnya adalah juvenile, ikan yang memiliki
bentuk tubuh seperti induknya, tetapi lebih kecil dan organ reproduksinya masih
dalam perkembangan sehingga belum berfungsi. Dewasa, organ reproduksi ikan
dewasa dan ikan induk sudah berfungsi sehingga berpotensi melakukan reproduksi
dalam rangka melanjutkan keturunan.
Berdasarkan hasil pengamatan selama dua minggu, telur ikan berada pada
kondisi suhu air 24-29℃ dan kelembapan 35-64% serta intensitas cahaya 12-145 lux,
dengan demikian sudah berada dalam kondisi yang aman. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Lesmana dan Iwan (2016) yang menyatakan bahwa suhu oftimal
untuk ikan tropis terutama ikan hias adalah 22 - 28 (°C), tergantug jenisnya,
sedangkan suhu yang optimal untuk ikan Molly (Poecilia sphenops) berkisar 25-
28°C. Namun perkembangan ikan tidak ada (mati) , dikarenakan pada habitatnya ikan
kekurangan oksigen. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Lesmana (2016),
yang menyatakan bahwa kebutuhan oksigen oleh ikan tentunya diambil dari air.
Oksigen digunakan ikan untuk pernafasan, yaitu pertukaran gas yang dilakukan di
dalam insang. Pada proses ini oksigen akan diserap, sedangkan karbondioksida
dibuang.
V.4Telur Bekicot
Telur bekicot termasuk jenis telur yaitu isolechital, dimana kuning telur relatif
tersebar merata didaerah sitoplasma sel. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Slamet (2010) yang menyatakan bahwa telur isolesital atau homolesital atau
oligolesital adalah tipe telur yang jumlah yolk-nya relatif sedikit dan tersebar merata
di dalam ooplasma atau bahkan ada yang tanpa ada yolk. Telur bekicot berwarna
putih kekuningan, ukurannya kecil dan tertutupi cangkang. Telur bekicot memiliki
diameter ±5mm dan berbentuk bulat lojong. Menurut Sativani (2011), ukuran telur
bekicot rata-rata memiliki panjang 6,3 mm dan lebar 5,6 mm dan mengeluarkan telur
berkisar antara 82-315 butir. Jumlah telur yang dilepaskan bekicot sangat tergantung
pada daerah tempat hidup.
Telur bekicot dibuahi secaara internal di dalam tubuh betina. Meskipun bekicot
merupakan hewan hemafrodit, ada yang disebut bekicot betina yang menghasilkan
ovum dan yang jantan menghasilakan sperma. Menurut (Sativani, 2011), Bekicot
bersifat hermaphrodit ambiseksual dimana sperma dan oosit dihasilkan secara
simultan. Bekicot pada umumnya menghasilkan sperma sebelum dimulainya
oogenesis (protandri).
Menurut Khairunnisa (2016) bekicot dan keong (hewan lunak) memiliki siklus
hidup yang hampir sama. Dalam satu kali siklus hidupnya memerlukan waktu antara
2 – 2,5 bulan. Keong mas dapat mencapai umur kurang lebih 3 tahun. Keong mas ini
membutuhkan waktu setiap fase telur sekitar 1 sampai 2 minggu, pada pertumbuhan
awal membutuhkan waktu 2 sampai 4 minggu lalu keong mas siap kawin kembali
pada umur 2 bulan. Keong mas selama hidupnya mampu menghasilkan telur
sebanyak 15 sampai 20 kelompok kelompok, dengan tiap kelompok telur berjumlah
kurang lebih 500 butir, dengan persentase penetasan pada telur lebih dari 85%.Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi dalam perkembangan bekicot sangat banyak. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Khairunnisa (2016) , yang menyatakan bahwa
faktor-faktor tersebut dapat berupa suhu, PH, kelembapan, Intensitas cahaya, dan
media tumbuh. Media yang baik dalam penetasan telur merupakan hal yang paling
penting dalam proses peternakan bekicot. Media penetasan telur dapat berupa tanah,
sekam, kerikil, dan pasir. Keempat media tersebut memiliki perbedaan kandungan
dan struktur yang akan mempengaruhi faktor lain seperti PH dan kelembapan. Faktor-
faktor itu akan mempengaruhi daya tetas telur dan daya hidup bekicot. Media
penetasan telur yang baik tentunya akan menghasilkan anak bekicot yang sehat dan
jumlahnya banyak.
Hari pertama pengamatan telur bekicot berwarna putih kekuningan, diameternya
sekitar 5mm. Hari kedua suhunya menjadi kondisi telur masih sama dengan kondisi
awal namun warnanya berubah menjadi putih tulang pekat. Hari ketiga kondisi telur
msih sama seperti hari kedua. Hari keempat hingga hari ketujuh kondisi telur tidak
ada perubahan dan masih sama dengan kondisi awal, namun warnanya menjadi
semakin kusam. Kemungkinan telur tidak akan menetas karena media yang
disediakan tidak mendukung, karena hanya diletakkan di dalam botol plastik.
Menurut Khairunnisa (2016), media penetasan telur dapat berupa tanah, sekam,
kerikil, dan pasir. Selain itu, telur yang diamati juga belum masak sepenuhnya karena
telur diambil dari dalam induk, bukan dari telur yang sudah dikeluarkan.
V.5Telur Nyamuk
Telur yang digunakan dalam praktikum embriologi hewan menggunakan telur
nyamuk yang telak menetas menjadi jentik nyamuk. Jentik nyamuk bebentuk silinder
menterupai benang dengan panjang ±8mm. jentik nyamuk berwarna hitam, pada
media aie jenting nyamuk dapat bergerak aktif. Nyamuk dapr menbghasilkan telur
menvapai 300 butir. Menurut Susanti (2017), setiap kali bertelur nyamuk betina dapat
mengeluarkan kurang lebih 100 butir telur dengan berukuran 0,7 mm per butir. Ketika
pertama kali dikeluarkan oleh induk nyamuk, telur berwarna putih dan juga lunak.
Kemudian telur tersebut menjadi warna hitam dan keras.
Nyamuk siklus hidupnya mempunyai empat fase yaitu dari mulai telur, jentik,
pupa, sampai menjadi nyamuk dewasa. Telurnya dapat menetes dalam waktu 1-2 hari
kemudian akan berubah jentik (Susanti, 2017). Telur dapat menetas menjadi jentik
hingga menjadi pupa dan berkembang hingga stadium imago disebabkan karena
media perindukan memiliki faktor lingkungan yang memungkinkan untuk
berkembanganya nyamuk stadium pradewasa. Siklus hidup nyamuk berkisar antara
10 sampai dengan 32 hari. Lama hidup nyamuk dewasan berkisar antara 10-20 hari
(Agustin, 2017).
Tipe telur nyamuk merupakan sentrolesital, dimana yolk atau kuning telur banyak
terkonsentrasi di tengah. Sehingga pembelahan membentuk pola meroblastic dimana
pembelahan tidak mengenai seluruh bagian sel telur. Nymauk betinya menghisap
darah untuk menutrisi telur di dalamnya, karena telur membutuhkan protein untuk
berkembang. Telur nyamuk biasanya dapat ditemukan pada genangan air yang
tertampung disuatu tempat atau bejana. (Oleymi et, al.,2011).
Telur nyamuk biasanya dapat ditemukan pada genangan air yang tertampung
disuatu tempat atau bejana. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Tri Wuristuti
(2013) yang menyatakan bahwa media air yang berbeda – beda memiliki pengaruh
yang berbeda pula terhadap kesukaan nyamuk Aedes aegypti bertelur. Dalam hal ini,
media air tidak tercemar adalah air kran dan media air tercemar yang disukai nyamuk
untuk bertelur adalah media air dengan kotoran sapi, media air dengan tanah serta
media air dengan kotoran kuda. Diantara keempat media air yang disukai nyamuk
untuk bertelur, media campuran air dengan kotoran sapi merupakan media yang
paling disukai nyamuk Aedes aegypti bertelur. Hal ini mengindikasikan adanya
perubahan perilaku Aedes aegypti dalam memilih tempat perindukan dan
membuktikan adanya perubahan perilaku nyamuk Aedes aegypti dalam beradaptasi
dengan lingkungan, artinya bila tidak menemukan tempat perindukan dari air bersih
maka nyamuk Aedes aegypti beralih ke tempat lain yang sudah tercemar Beberapa
faktor yang mempengaruhi nyamuk betina memilih tempat untuk bertelur adalah,
temperatur, pH. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Oleymi (2011) bahwa
faktor yang mepengaruhi nyamuk betina untuk bertelur adalah suhu, pH, kadar
ammonia, nitrat, sulfat serta kelembapan dan biasanya nyamuk memilih tempat yang
letaknya tidak terpapar matahari secara langsung . Telur dapat menetas menjadi jentik
hingga menjadi pupa dan berkembang hingga stadium imago disebabkan karena
media perindukan memiliki faktor lingkungan yang memungkinkan untuk
berkembanganya nyamuk stadium pradewasa (Agustin, 2017).
Hari pertama jentik nyamuk dalam keadaan bergerak aktif. Warna dari jentik
tersebut adalah hitam dengan ukuran panjang ±8mm. Hari kedua terdapat satu ekor
jentik yang telah berubah menjadi nyamuk, namun nyamuk tersebut hanya menempel
pada dinding dan tidak aktif bergerak. Hari ketiga, ukuran jenti-jentik yang semula
kecil bertambah besar. Jentik yang berubah menjadi nyamuk bertambah lagi menjadi
dua ekor, tetapi hanya diam dan tidak aktif bergerak. Hari keempat terdapat tiga ekor
jentik yang berubah menjadi nyamuk. Dua ekor nyamuk berukuran kecil hanya diam
di dinding, dan satu ekor lebih besar aktif bergerak dan dapat terbang. Hari kelima
jentik nyamuk masih aktif bergerak dan jumlah nyamuk berkurang karena mati.
Nyamuk yang tersisa ada dua dan aktif terbang. Hari keenam jumlah jentik yang
menjadi nyamuk bertambah menjadi tiga. Dua ekor nyamuk berukuran lebih besar
dan satu lainnya masih kecil. Hari ketujuh semua nyamuk mati karena ruang yang
tersedia cukup sempit sehingga nyamuk tidak leluasa untuk terbang. Nyamuk yang
terbang juga mudah masuk ke dalam air dan mati karena tidak ada ruang bagi mereka
untuk terbang. Jentik dapat berubah menjadi nyamuk pada lingkungan yang berbeda
dengan lingkungan aslinya karena nyamuk termasuk spesies yang adaptif, dapat
berkembang biak di berbagai tempat. Suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya juga
sesuai sehingga jentik dapat berubah menjadi nyamuk. Menurut Oleymi et, al. (2011),
beberapa faktor yang mempengaruhi nyamuk betina memilih tempat untuk bertelur
adalah, temperatur, pH, kadar ammonia, ntrat, sulfat serta kelembapan dan biasanya
nyamuk memilih tempat yang letaknya tidak terpapar matahari secara langsung
V.6Telur Keong Sawah
Jenis telur keong sawah yaitu isolechital, dimana kuning telur relatif tersebar
merata didaerah sitoplasma sel. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Slamet (2010)
yang menyatakan bahwa telur isolesital atau homolesital atau oligolesital adalah tipe
telur yang jumlah yolk-nya relatif sedikit dan tersebar merata di dalam ooplasma atau
bahkan ada yang tanpa ada yolk. Telur keong sawah hidup secara berkelompok dan
mampu menghasilkan telur sebanyak 15-20 kelompok , dimana tiap kelompok
mampu menghasilkan telur dengan jumlah kurang lebih 500-1000 butir. Dengan fase
telur matang 1-2 minggu. Telur keong sawah mempunyai warna merah jambu
dengan bentuk seperti buah murbei dan memiliki diameter berkisar 2,2-3,5 mm. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Slamet (2010) yang menyatakan bahwa keong
rawa mampu tumbuh dan berproduksi dengan cepat dimana satu ekor keong dapat
bertelur 300-3000 butir per bulan dengan daya tetas lebih kurang 80% dalam kisaran
waktu 7 – 14 hari. Menurut Siti (2016) telur Pomacea canaliculata berwarna merah
muda dengan bentuk telur memanjang dari 2 cm – 4,5 cm bahkan ada yang sampai 7
cm dan lebarnya 2 – 3,5 cm mirip seperti buah murbei.
Siklus hidup keong sawah dimulai dari telur yang menetas, kemudian keong
sawah yang baru lahir mengalami masa pertumbuhan lalu menjadi dewasa. Hal ini
sesuai dengan Andriyanto (2013) bahwa daur hidup keong mas dari stadium telur
sampai stadium telur berikutnya membutuhkan waktu tiga bulan sedangkan untuk
keong sawah memerlukan waktu 6-7 bulan. Pada unur 15 hari keong sawah mencapai
ukuran lebar 4,1 mm dan tinggi 5,8 mm. Selanjutnya tiga bulan sejak telur menetas
keong sawah telah dianggap dewasa dan siap bereproduksi dimana ukuran panjang
tubuhnya mencapai 3-4 cm dengan berat 10-20 gram. Secara terperinci telur akan
mengalami masa inkubasi selama 7-14 hari. Kemudian telur akan menetas dan
menjadi keong sawah dewasa selama 15-25 hari, lalu mengalami masa pertumbuhan
selama 49-59 hari dan akan tumbuh menjadi keong sawah yang dewasa secara
kelamin yang siap untuk bereproduksi yang berumur 60 hari-3 tahun.Menurut IRRI
(2003), Keong mas dapat bertahan hidup lama di dalam tanah sampai 6 bulan dan
akan berkembangbiak kembali apabila mendapat pengairan. Keong mas memerlukan
waktu antara 2-2,5 bulan. Dalam satu kali siklus hidupnya dan dapat mencapai umur
kurang lebih 3 tahun.
Faktor yang memepengaruhi yaitu suhu, keong hidup pada suhu yang stabil. Hal
tersebut berdasarkan pernyataan dari Riyanto (2013) yang menyatakan bahwa keong
mas sangat menyukai lingkungan yang jernih, mempunyai suhu air antara 10-35 C,
dengan demikian mudah ditemukan di daerah sawah, waduk, situ, rawa dan genangan
air. Menurut Riyanto (2013) apabila habitatnya dalam keadaan kekurangan air maka
keong mas akan membenamkan diri pada lumpur yang dalam, hal ini dapat bertahan
selama beberapa bulan. Bila habitatnya sudah ada airnya maka keong mas akan
muncul kembali pada saat pengolahan lahan. Faktor keberadaan dan kanabalisme
keong sawah juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan dan
perntumbuhan keong sawah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Slamet
(2010) bahwa kemampuan telur-telur keong sawah untuk menetas sangat dipengaruhi
oleh kelembaban udara, tingkat oksigen di udara, keberadaan predator terrestrial, dan
kanibalisme keong sawah dewasa. Jika telur-telur tersebut terendam air, maka
keberhasilan telur-telur tersebut untuk menetas akan berkurang. Telur-telur tersebut
dapat bertahan jika waktu telur-telur tersebut tercelup air cukup pendek. Akan tetapi,
jika waktu tercelupnya cukup lama dan terjadi berulang kali, maka tingkat toleransi
telur-telur tersebut akan menurun. Air diduga dapat mengurangi ketersediaan oksigen
di sekitar telur sehingga berpengaruh pada pertumbuhan embrio. Kanibalisme terjadi
ketika telur-telur tersebut dimakan oleh keong-keong dewasa.
Berdasarkan pengamatan selama dua minggu, telur keong sawah berada pada
temperature lingkungan 24-30℃, kelembapan 35-55% serta intensitas cahaya 15-145
lux. Setelah beberapa hari telur berubah warna menjadi pucat dan gelap serta
beberapa telur menetas pada hari ke 6-7. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Riyanto (2013) yang menyatakan bahwa bahwa keong mas sangat menyukai
lingkungan yang jernih, mempunyai suhu air antara 10-35 C, dengan demikian
mudah ditemukan di daerah sawah, waduk, situ, rawa dan genangan air. Namun, telur
tidak menetas semuanya karena lingkungannya berbeda dengan habitat asalnya. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Riyanto (2013) yang menyatakan bahwa apabila
habitatnya dalam keadaan kekurangan air maka keong mas akan membenamkan diri
pada lumpur yang dalam, hal ini dapat bertahan selama beberapa bulan. Bila
habitatnya sudah ada airnya maka keong mas akan muncul kembali pada saat
pengolahan lahan.
VI. KESIMPULAN
VI.1 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan embrio meliputi,
suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya.
VI.2 Pada telur semut rang-rang temperature yang didapat selama satu minggu
pengamatan antara 26-34 C, kelembapan rata rata 67,35%, serta intesitas cahaya rata
rata 15,85 lux. Hasil akhir dari pengamatan (hari ke-14) yaitu sebagian telur
berkembang menjadi pupa, dan sebagian lainnya mati. Sedangkan pada kokon ulat
pisang pengamatan suhu yang terpantau berkisar 27ºC-32ºC dengan kelembapan
58%-78% dan intensitas cahaya 101x-221x. Akan tetapi kokon ulat tidak mengalami
perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
[IRRI] International Rice Research Institute. 2013. Panduan Sistem Karakterisasi dan
Evaluasi Tanaman Padi. Silitonga TS et al., penerjemah; Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor. 58
hlm. Terjemahan dari : Standard Evaluation System (SES) for Rice 4th
edition, July 1996.
Agustin Indira, Udi Tarwotjo, Rully Rahardian. 2017. Perilaku Bertelur dan Siklus
Hidup Aedes aegypti pada Berbagai Media Air. Jurnal Biologi. Volume 6
No 4.
Andrew, D.K., N.G. Zimmermann. 2010. A comparison of energy efficient broiler
house lighting sources and photoperiods. Poult. Sci. 69: 1471-1479.
Anita, 2017. Perilaku Semut Rangrang (Oechophylla smaragdina) Dalam
Membangun Sarang Sebagai Referensi Yang Bernilai Islami Pada Mata
Kuliah Entomologi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh.
Aufa, Adlin. 2017. Uji Preferensi Predator Sycanus dichotomus (Hemiptera:
Reduviidae) terhadap Beberapa Ulat Pemakan Daun Tanaman.
Universitas Sumatera Utara.
Awan, H. 2017. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera Saturniidae)
dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Destryani, T. A. N., Robi’ah, R., Pratondo, P., Berliana, A. F., & Umami, M. (2020,
March). Pemanfaatan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) berbasis
indigenous knowledge sebagai upaya konservasi berkelanjutan.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi. 127-133.
Farianro, Ari. 2015. Hama Bermetamorfosis Holometabola. Universitas Lampung.
Froese R, Pauly D (eds.). 2014. Fishbase. World Wide Web electronic publication.
Green SB, Fisher R. 2004. Temperature influences swimming speed, growth and
larval duration in coral reef fish larvae. Journal Experimental Marine
Biology and Ecology 299 (2004) : 115-132.
Guslim., 2010. Agroklomatologi. USU Press. Medan.
Khaerunisah Lulu. 2016. Pengaruh Perbedaan Media Penetasan terhadap Daya Tetas
dan Daya Hidup Bekicot (Achatina fulica). Jurnal Biologi. Vol 5 No 3.
Koutsikos N, Vardakas L, Kalogianni E, Economou AN. 2018. Global distribution
and climatic match of a highly traded ornamental freshwater fish, the
sailfin molly Poecilia latipinna (Lesueur, 1821). Knowledge &
Management of Aquatic Ecosystems, 419(23): 11.
Lesmana, D dan Iwan D. 2016. Budidaya Ikan Hias Maanvis (Pterophylum sclarae).
Jakarta : Penebar Swadaya.
Lingga, P., dan H. Susanto. 2013. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta
Muhammad mahi, Achmanu, dan Muharlien .2012. Pengaruh Bentuk Telur dan
Bobot Telur Terhadap Jenis Kelamin, Bobot Tetas dan Lama Tetas
Burung. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
Mulyani. 2018. Strategi dan Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Mendukung
Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Litbang Pertanian. 27 (2) : 43-49
Nuraeni, Sitti dan Beta Putranto. 2010. “Aspek Biologis Ulatsutera (Bombyx mori L.)
Dari Dua Sumber Bibit di Sulawesi Selatan”. Jurnal Perennial, 4(1) : 10-
17.
Nurdin Riyanto.2009. Panas dan Suhu Tubuh Manusia. Bandung: Remaja Karier,
Olayemi, I. K., Omalu, I. C. J., Famotele, O. I., Shegna, S. P., & Idris, B. 2010.
Distribution Of Mosquito Larvae In Relation To Physico-Chemical
Characteristics Of Breeding Habitats In Minna, North Central Nigeria.
Reviews in Infection. Volume1(1). pp 49-53.
Patrick L, Paul J, Hart B. 2013, An individual-based model for the spatial population
dynamics of pacific skipjack tuna Katsuwonus pelamis: model structure.
Symposium on Fish Behaviour in Exploited Ecosystems. 23–26 June 2003.
ICES Bergen, Norway
Putri, dkk. 2013. Hidrolisis Selulosa Eceng Gondok (Eichhornia Crassipe) Menjadi
Glukosa dengan Katalis Arang Aktif Tersulfonasi. Jurnal Teknologi Kimia
dan Industri, Vol. 2 No. 3 Hal 63-69. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro
Ratri LD, Basuki E, Darsono. 2017. Kuantitas Anakan Kultur Semut Rangrang,
(Oecophylla smaragdina) Secara Artifisial Dengan Menggunakan
Beberapa Jenis Pakan Berbeda. Purwokerto.
Ratri, L. D., Basuki, E., & Darsono, D. (2017). Kuantitas anakan kultur semut
rangrang, oecophylla smaragdina, secara artifisial dengan menggunakan
beberapa jenis pakan berbeda. Scripta Biologica, 4(1), 47-51.
Riyanto. 2013. Aspek-Aspek Biologi Keong Mas (Pomacea canaliculata L.).
FORUM MIPA Edisi Januari 2003 Vol. 8 No. 1 Hal: 20-26.
Sativani Riza. 2011. Mengenal Bekicot (Achatina fulica).
Sebates A. 2014. Diel vertical distribution of fish larvae during the winter-mixing
period in the Northwestern Mediterranean. ICES Journal of Marine
Science, 61: 1243-1252
Slamet. 2010. Pengendalian dan Pemanfaatan Keong Mas. Serambi Pertanian.
Jakarta
Slembrouck, J., Van der Werf, H. M. and Legendre, M., 2013. Life Cycle
Assessment for Environmentally Sustainable Aquaculture Management: A
Case Study of Combined Aquaculture Systems for Carp and Tilapia.
Journal of Cleaner Production, 57: 249 – 256 pp.
Supartini. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC
Suryanti dan Supriyadi.2018. .Pisang:Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Asisten Praktikan
I. TUJUAN
Mampu menggunakan berbagai alat bantu untuk pengamatan embrio katak dan dapat
membedakan setiap tahap perkembangan embrio katak
II.2Pembelahan morulasi
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus
menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi yaitu
proses terbentuknya morula.Pada fase ini zigot mengalami pembelahan. Pembelahan
sel dimulai dari satu menjadi dua, dua menjadi empat, dan seterusnya. Pada saat
pembelahan sel terjadi pembelahan yang tidak bersamaan. Stadium morula
merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan berakhir bila
sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan tetapi
ukurannya lebih kecil.Sel tersebut memadat untuk menjadi blatodik kecil yang
membentuk dua lapisan sel.Pada saat ini ukuran sel mulai beragam,sel membelah
secara melintang dan mulai membentuk formasi lapisan kedua secara samar pada
kutub anima.Stadium morula berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan
blastomer.Pada akhir pembelahan akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama
kelompok sel-sel dalam (inner mass cell) fungsinya membentuk tubuh embrio. Kedua
adalah kelompok sel-sel pelengkap yang meliputi trophoblast,periblast,dan auxilliary
cell fungsinya untuk melindungi dan menghubungi antara embryo dengan induk atau
lingkungan(Campbell,2010)
Tropoblas melekat pada dinding uterus.Sel-selnya memperbanyak diri dengan
cepaat dan memasuki epitelium uterus pada tahap awal implantasi.Setelah 9
hari,seluruh blastokista bertahan dalam dinding uterus.Sewaktu ini berlangsung,sel-
sel yang berada disebelah bawah dari masa sel dalam menyusun diri menjadi suatu
lapisan yang disebut endoderm primer yang akan membentuk saluran pencernaan
makanan.Sel-sel sisa dari masa sel dalam memipih membentuk suatu keping yaitu
keping embrio.Antara (rongga amnion) berisi cairan. Dinding rongga yaitu
amnion,menyebar mengelilingi embrio dan dikelilingi bantalan yaitu cairan amnion.
(Adnan,2010)
II.3Pembelahaan blastulasi
Proses sintesis protein baru pada stadium blastula memang belum aktif. Pada
akhir blastula sintesis DNA maupun RNA baru mulai meningkat sebagai persiapan
diferensiasi. Protein khusus di masing masing daerah peta blastula ini disintesis khas
dan berfungsi sebagai pemberi sifat karakteristik masing-masing bagian blastula
tersebut. Struktur seluler blastula katak di daerah tertentu berbeda. Epimer di bagian
polus animalis, mesomer di equator dan hipomer di polus vegetativus. Pada blastula
ayam dikenal centroblast, periblast dan hypoblast. Pada umumnya sel pada tingkat
blastula berstruktur sebagai epitel dan disebut blastoderm (Gilbert, 2011).
II.4Pembelahan gastrulasi
II.5Neurulasi
Neurulasi merupakan tahap perkembangan embrio yang ditandai dengan
terbentuknya sistem syaraf pertama kali. Tahap pembentukan sistem syaraf pada
vertebrata memiliki pola yang serupa. Pertama terbentuk lembaran neural (lamina
neuralis), kemudian melipat menjadi lipatan neural (sulcus neuralis) dan akhirnya
menjadi bumbung neural (canalis neuralis). Diferensiasi yang terjadi adalah
terbentuknya calon otak di ujung anterior dan di bagian caudalnya membentuk
medulla spinalis. Crista neuralis yang berkembang di bagian kiri-kanan medulla
spinalis akan menjadi sistem syaraf periferal (Balinsky, 2010).
Inisiasi sistem syaraf terbentuk setelah inisiasi sistem pencernaan. Sistem
pencernaan berasal dari rongga archenteron (gastrocoel) tahap gastrula. Dalam proses
morfogenesis, kedua sistem tersebut saling berinteraksi. Mesoderm yang berada di
antara kedua sistem tersebut berfungsi sebagai induktor pembentukan sistem syaraf.
Tahap neurula ditandai dengan semakin jelasnya organisasi tubuh maupun sistem
sumbu tubuh (anterior-posterior maupun dorsal-ventral). Pada masing-masing lapis
benih (germ layer : ecto, meso dan entoderm) mulai terdiferensiasi membentuk organ
primer (Balinsky, 2010)
II.6Organogenesis
II.7Embrio Katak
(Tahap
Perkembangan )
V.2Morulasi
Morula merupakan tahap perkembangan 64 sel. Pada tahap morula tidak terjadi
pertumbuhan organisme namun terjadi penambahan massa sel yang berfungsi sebagai
cadangan makanan bagi calon organisme. Tipe pembelahan yang terjadi pada morula
adalah pembelahan latitudinal atau pembelahan yang sejajar dengan equatorial yang
mendekati kutub anaimal dan kutub vegetal. Pertambahan terhambat di daerah yang
mengandung yolk. Kecepatan pembelahan blastomere berbeda-beda sesuai dengan
jumlah dan penyebaran kuning telur di dalam sitoplasma. Pembelahan berikutnya
adalah sel-sel hitam membelah menjadi mikromer sehingga blastomere semakin
mengecil. Diantara kutub vegetative dan kutub animal terdapat mesomere. Selama
morulasi, zona pelusida tetap utuh dan berfungsi sebagai pemersatu blastomere.
Menurut Ciptono (2011) fase morulasi merupakan fase penambahan massa sel yang
berfungsi sebagai cadangan makanan bagi calon organisme . Ciri-ciri fase morulasi
yang diungkapan oleh Adnan (2010) adalah pade fase morulasi merupakan tahap
perkembangan 64 sel, dimana bidang pembelahannya sudah tidak teratur lagi
mendekati latitudinal. Sugiyarto (2010) mengatakan bahwa hasil pembelahan akan
terbentuk rongga-rongga (segmentasi cavity) dan perluasan pembelahan sel-sel
(epiboli). Namun pembelahan sel-sel masih berjalan lambat karena adanya vitellus.
Pada fase morulasi sudah mulai tampak intercellular cavity yang merupakan calon
blastocoels yang terdapat pada fase blastula
V.3Blastulasi
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan.
Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan
pelekukan yang tidak beraturan. Menurut Adnan (2010) blastula memiliki 3 daerah
yang berbeda yaitu daerah disekitar kutub anima, daerah disekitar kutub vegetal, dan
daerah sub equatorial yang berupa sel-sel cicin marginal. Blastula berbentuk seperti
bola dan memebentuk celah yang disebut sengan blastocoel. Hal tersebut sebut sesuai
dengan pernyataan dari Campbell bahwa blastula berbentuk blastula padat dan
terdapat daerah sub equatorial berupa sel cincin marginal meliputi daerah kelabu yang
akan membentuk sel-sel mesoderm
Tahap blastula terjadi pembelahan berselang-seling akan terbentuk 128 dan 256
sel yang Menyusun atau membentuk bola (blastula) dan berongga (blastocoels).
Tahap blastula memebentuk batas antara lutub animal dan kutub vegetal dibagian
marginal disebut marginal zone. Terjadi invaginasi yang menyebabkan blastocoel
mulai terdesak yang dikuti oleh inovasi sel-sel didaerah marginal yang akan
membentuk dorsal yang kemudian membentuk celah blastopore. Menurut Adnan
(2010) pada tahap blastula bagiannnya meliputi mikromer, makromer, mesomere, dan
blastocoel. Menurut Rough Balinsky (2010) Pelekukan terjadi di daerah Batasan
anatar mikromer dan makromer yang selanjutnya menjadi bibir dorsal blastoporus
yang merupakan tahapan menuju tahap gastrula awal.
V.4Gastrulasi
Gastrulasi adalah proses perubahan blastula menjadi gastrula. Dalam gastrulasi sel
masih terus membelah dan memperbanyak diri. Selain terjadi perbanyakan sel, di
dalam gastrulasi juga terjadi berbagai gerakan untuk mengatur dan menyusun deretan
sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh dari individu spesies masing-masing, yaitu
gerakan epiboli dan gerakan emboli. Gastrulasi pada katak juga melibatkan beberapa
gerakan yang di mulai dengan berinvaginasinya hypoblast pada celah yang terbentuk
pada awal proses. Menurut Adnan (2010) Invaginasi ini disertai oleh pre-chorda di
daerah dorso-median bibir dorsal yang bergerak ke arah anterior bakal embrio.
Gerakan ini di ikuti oleh bakal notochord yang bergerak ke posterior ke arah bibir
dorsal yang kemudian berinvolusi di daerah dorso-median menyertakan pre-chorda.
Sel-sel notochord yang terletak di bibir lateral berkonvergensi secara perlahan menuju
bibir dorsal. Notochord akan berada persis di bawah bakal actoderm saraf dorsal-
median.Menurut Balinsky (2010) Bakal mesoderm yang terletak pada ke dua sisi
bakal notochord bekonvergensi ke bibir dorsal kemudian berinvolusi ke celah antara
ectoderm dan endoderm. Di kedua sisi embrio dan juga ke arah ventral.
V.5Neurulasi
Neurulasi adalah proses penempatan jaringan yang tumbuh menjadi jaringan
saraf, jaringan ini berasal dari diferensiasi ectoderm, sehingga disebut sebagai neural
ectoderm. Neurulasi juga sering disebut sebagai proses awal pembentukan sistem
saraf yang melibatkan perubahan sel-sel ectoderm bakal neural, dimulai dengan
pembentukankeping neural (neural plate), lipatan neural (neural folds) serta
penutupan lipatan ini untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding
tubuh dan berdiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis dan berakhir dengan
terbentuknya bumbung neural atau neural tube. Neurulasi pada katak notokord
terbentuk dari mesoderm dorsal yang berkondensasi menjadi persis di atas
archenteron. Tabung neuron berawal dari lempengan notokord terbentuk dari
ectoderm dorsal, persis diatas notokord yang berkembang. Setelah notokord
berkembang atau terbentuk maka lempeng neuron akan melipat kedaam dan
membentuk tabung neuron (neuron tube) yang akan menjadi pusat sistem saraf. Hal
ini sesuai dengan pernyataan dari Tenser (2011) bahwa setelah tahap gastrulasi adalah
pembentukan neurula. Stadium ini dimuali dari terbentuknya penebalan ectoderm
neural dibagian dorsak disebut keeping neural (neural plate). Perkembangan
selanjutnya menjadi lekuk neural dan perubahan menjadi bumbung neural (neural
tube)
V.6Organogenesis Tailbud
Tahap organogenesis tailbud merupakan proses pembentukan tunas ekor embrio.
Menurut Mahfudhoh (2017), tahap organogenesis terjadi pembentukan tunas ekor.
Setelah embrio umur 84 jam, masuk ke tahap tailbud stage (awal organogenesis).
Ciri-ciri dari tahap ini adalah blastoporus menghilang, muncul canalis mesoentericus.
neuroporus menutup, badan memanjang, bagian dorsal cekung, mulai terbentuk calon
- calon organ seperti mesenchym jantung, arches visceralis, blok mesoderm,
pronephros, sense plate, gill plate, vesicula optica dan sebagainya. Menurut Kasmer
(2014), pada tahap organogenesis terjadi proses perkembangan dari lapisan lembaga
ektoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan lapisan ektoderm akan
membentuk sistem saraf, otak dan mata. dengan proses pembentukan jantung dan
sistem sirkulasi. Menurut Lestari (2014), lapisan mesoderm dibagi menjadi lima
bagian, bagian pertama kordamesoderm yang membentuk notokord. Kedua
mesoderm dorsal yang membentuk somit yang akan berkembang menjadi tulang, otot
rawan, dan dermis. Ketiga, mesoderm intermediet yang membentuk system
urogenital. Keempat, mesoderm lateral yang terbagi lagi menjadi mesoderm
splanknik. Kelima mesoderm kepala membentuk jaringan ikat dan otot. Menurut
Campbell (2010), lapisan endoderm akan berkembang membenepitel pelapis saluran
pencernaan, epitel pelapis saluran respirasi, pelapis uretra, pelapis kandung kemih,
pelapis system reproduksi, hati, pancreas, timus, kelenjar tirois, dan paratiroid
V.7Free Swimming Padpole
Free Swimming Tadpole merupakan fase dimana embrio katak telah mengalami
organogenesis membentuk struktur yang mendukung pergerakannya di air. Menurut
Cheng (2011), Tadpole memiliki ukuran yang sangat bervariasi, baik selama
perkembangannya maupun antar spesies. Misalnya, dalam satu keluarga,
Megophryidae, panjang berudu tahap akhir bervariasi antara 3,3 sentimeter (1,3 inci)
dan 10,6 sentimeter (4,2 inci). Tadpole atau berudu adalah amfibi muda yang
biasanya hidup di air, meskipun beberapa berudu bersifat semi-terestrial (Indirana
beddomii dan Thoropa miliaris) dan terestrial (Indirana semipalmata dan Adenomera
andreae). Selama tahap kecebong dari siklus hidup amfibi, sebagian besar bernafas
melalui insang eksternal atau internal otonom. Mereka biasanya tidak memiliki
lengan atau kaki sampai transisi menuju kedewasaan, dan biasanya memiliki ekor
yang besar dan pipih untuk berenang dengan undulasi lateral, mirip dengan
kebanyakan ikan. Pada stadium 21 bentuk embrio mengalami perubahan mencolok
dari larva ke berudu. Mulut mulai membuka pada umur 162 jam, kornea mata mulai
tampak transparan. calon cerebrum mulai terbentuk. Tahap sirkulasi ekor pada umur
192 jam, ukuran embrio 8 mm, dimana bagian jantung mulai lengkap dan mulai
berfungsinya sistem sirkulasi bagian ekor secara sempurna. Muncul bakal paru –
paru. Tahap pembentukan operculum dan gigi tanduk pada umur 216 jam, ukuran
embrio 9 mm. tahap ini ditandai dengan menutupnya insang. Gigi tanduk mulai
muncul bersamaan dengan calon lidah, kelenjar carotid terbentuk, calon pankreas
mulai tampak. Tahap penutupan insang kanan pada umur 240 jam, ukuran embrio 10
mm. Diamana kelenjar mukus mengalami atropi dan mulut mulai melebar denagn
susunan gigi tanduknya. Berudu mulai makan tumbuh-tumbuhan. intestinum cukup
panjang dan tampak sebagai lingkaran-lingkaran kelenjar tiroid mulai berfungsi.
Tahap penutupan insang sempurna pada umur 284 jam dengan ukuran embrio 11 mm,
ditandai dengan silia menghilang kecuali pada ekor, gigi parut mulai tampak,
diferensiasi esofagus dan ventriculus, retina mengalami deferensiasi. Menurut
Ningsih (2013), berudu banyak dijumpai pada kisaran tahap 24-28 (berudu belum
terlihat kaki) baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Kisaran ukuran tubuh
terbesar terjadi pada berudu tahap 25. Besarnya kisaran ukuran tubuh berudu diduga
berkaitan dengan lamanya proses perkembangan berudu ke tahap berikutnya. Tahap
pertumbuhan berudu mulai dari pembelahan sel telur sampai terbentuk sistem
pernafasan dan ekor.
VI. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dilaksanakan secara online, sehingga alat yang digunakan
yaitu aplikasi Ms. Teams dan model gambar pada tiap fase perkembangan embrio katak.
Perkembangan katak terbagi fase pembelahan 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel dan 32 sel yang
dimana pada fase tersebut dinamakan tahap morula, tahap blastulasi mulai pada fase
pembelahan 64 sel, yang dicirikan terdapat blastocoel, tahap gastrulasi yang diawali dengan
pembentukan bibir dorsal blastoporus dan diakhiri dengan terbentuknya tiga lapisan
germinal, tahap neurulasi terbentuk tabung syaraf, dan diakhiri dengan tahap organogenesis
dimana mulai terbentuk sistem organ awal pada embrio
DAFTAR PUSTAKA
Alberio, R., V. Zakhartchenko, J. Motlik, and E. Wolf E. 2011. “Mammalian oocyte activation:
Lessons from the sperm and implication for nuclear transfer.” Int. J. Dev. Biol.Vol 45:797-
809
Campbell, Neil. A and Reece, Jane. B. 2010. Biologi Edisi Kedelapan (Terjemahan Oleh
Damaring Tyas Wulandari). Jakarta: Erlangga.
Cheng, Li; Guo, Xian-Guang; Wang, Yue-Zhao. 2011. "Tadpole types of Chinese megophryid
frogs (Anura: Megophryidae) and implications for larval evolution". Current Zoology.Vol.
57 (1): 93–100.
Gilber, S.F.2011. Development Biology 4th ed. Massachusetts: Sianuer Associates Inc Publisher
Kasmeri Ria, Elza Safitri. 2014. “Induksi Kejutan Suhu 36oC terhadap Perkembangan EMBRIO
dan Keberhasilan Poloplidasi Katak (Rana cancrivora)”. Jurnal Pelangi. Vol. 6 No.2 (142-
151).
Mahfudhoh Ainun, dkk. 2017. Struktur Perkembangan Embrio Katak Rana sp. Universitas
Negeri Malang.
McGeady TA, Quinn PJ, FitzPatrict ES, Ryan MT. 2016. Veterinary Embryology. Oxford (UK):
Blackwell Publishing Ltd.
Ningsih.2013. Embriologi Perbandingan Pada Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada
Asisten Praktikan
I. Tujuan
I.1 Mahasiswa mampu membedakan dan menjelaskan setiap perbedaan tahap
perkembangan embrio ayam menggunakan preparat awetan maupun preparat
segar.
II.2Morulasi
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel
terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.
Morulasi yaitu proses terbentuknya morula.Pada fase ini zigot mengalami
pembelahan. Pembelahan sel dimulai dari satu menjadi dua, dua menjadi empat,
dan seterusnya. Pada saat pembelahan sel terjadi pembelahan yang tidak
bersamaan. Stadium morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel
berjumlah 32 sel dan berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer
yang berukuran sama akan tetapi ukurannya lebih kecil.Sel tersebut memadat
untuk menjadi blatodik kecil yang membentuk dua lapisan sel.Pada saat ini
ukuran sel mulai beragam,sel membelah secara melintang dan mulai membentuk
formasi lapisan kedua secara samar pada kutub anima.Stadium morula berakhir
apabila pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer.Pada akhir pembelahan
akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama kelompok sel-sel dalam (inner mass
cell) fungsinya membentuk tubuh embrio. Kedua adalah kelompok sel-sel
pelengkap yang meliputi trophoblast,periblast,dan auxilliary cell fungsinya untuk
melindungi dan menghubungi antara embryo dengan induk atau
lingkungan(Campbell,2010)
Tropoblas melekat pada dinding uterus.Sel-selnya memperbanyak diri
dengan cepaat dan memasuki epitelium uterus pada tahap awal implantasi.Setelah
9 hari,seluruh blastokista bertahan dalam dinding uterus.Sewaktu ini
berlangsung,sel-sel yang berada disebelah bawah dari masa sel dalam menyusun
diri menjadi suatu lapisan yang disebut endoderm primer yang akan membentuk
saluran pencernaan makanan.Sel-sel sisa dari masa sel dalam memipih
membentuk suatu keping yaitu keping embrio.Antara (rongga amnion) berisi
cairan. Dinding rongga yaitu amnion,menyebar mengelilingi embrio dan
dikelilingi bantalan yaitu cairan amnion.(Adnan,2010)
II.3Blastulasi
Blastula adalah tahapan perkembangan embrio yang terdiri dari blastomer
yang belum terdiferensiasi. Struktur blastula ada yang coeloblastula;
discoblastula; stereoblastula dan blastocyst (blastosis). Pada umumnya blastula
berongga bulat atau pipih. Rongga itu berfungsi untuk memberi ruang dan
kesempatan gerak sel-sel pada proses gastrulasi. Kelompok sel-sel di suatu daerah
blastula akhir menunjukkan kemampuan yang berbeda sebagai awal diferensiasi.
Untuk mengetahui perbedaan itu dapat dilakukan dengan cara perunutan kembali
(trace back) zat warna vital yang diteteskan pada permukaan blastula hidup,
kemudian diikuti perpindahan zat warna itu sampai stadium akhir gastrula. Hasil
dari perunutan itu dipetakan sebagai peta blastula yang terdiri dari : epidermal;
neuroectodermal; chordadorsalis; mesodermal dan entodermal (Gilbert, 2011).
Proses sintesis protein baru pada stadium blastula memang belum aktif.
Pada akhir blastula sintesis DNA maupun RNA baru mulai meningkat sebagai
persiapan diferensiasi. Protein khusus di masing masing daerah peta blastula ini
disintesis khas dan berfungsi sebagai pemberi sifat karakteristik masing-masing
bagian blastula tersebut. Struktur seluler blastula katak di daerah tertentu berbeda.
Epimer di bagian polus animalis, mesomer di equator dan hipomer di polus
vegetativus. Pada blastula ayam dikenal centroblast, periblast dan hypoblast. Pada
umumnya sel pada tingkat blastula berstruktur sebagai epitel dan disebut
blastoderm (Gilbert, 2011).
II.4Gastrulasi
Gastrula adalah tingkatan perkembangan embrio di mana terjadi proses
pembentukan lapis benih (germ layer). Tanda khas tahapan ini adalah
terbentuknya calon sistem pencernaan yaitu gastrocoel (archenteron). Pada tingkat
ini juga terjadi diferensiasi yang pertama kali yaitu terbentuknya lapis benih
ectoderm, mesoderm dan entoderm. Pada tingkat sebelumnya yaitu tingkat
blastula belum terjadi diferensiasi, sel-sel masih berpotensi sama. Secara teoritis
pada akhir blastula terjadi pengelompokan sel sebagai daerah calon pembentuk
organ yang dapat dipetakan sebagai fate map (peta nasib). Gastrulasi adalah
proses yang berlangsung secara dinamik, terjadi gerakan sel dari satu tempat ke
tempat lain, menuju lokasi organ definitif yang akan dibentuk. Stadium gastrula
merupakan tahapan perkembangan embrio yang dinamis karena terjadi
perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embrio dalam suatu
sistem sumbu (Balinsky, 2010).
Sintesis protein sebelum gastrulasi dikendalikan oleh gen parental,
sedangkan sintesis protein pada stadium gastrula dikendalikan oleh inti sel
gastrula. Oleh karena itu gastrulasi merupakan stadium perkembangan yang kritis.
Berbagai percobaan fertilisasi antar genera dapat berkembang sampai blastula
saja, tetapi tidak pernah sampai gastrula. Hal itu dapat terjadi karena gen parental
masih beroperasi sampai blastula. Pada gastrulasi terjadi diferensiasi ektoderm;
mesoderm dan entoderm, masingmasing berbeda dalam kualitas RNA. tRNA
disintesis lebih banyak pada entoderm Xenopus. Untuk membuktikan sintesis
RNA dilakukan percobaan transplantasi nukleus pada tahap perkembangan yang
berbeda. Nukleus endoderm yang aktif sintesis tRNA ditransplantasikan ke dalam
sel telur yang sudah diaktifasi. Hasilnya adalah sintesis tidak terjadi, karena
hambatan ooplasma. Kondisi inti dalam lingkungan ooplasma tidak sinkron
karena dalam tingkat perkembangan yang berbeda (Balinsky, 2010).
II.5Neurulasi
Neurulasi merupakan tahap perkembangan embrio yang ditandai dengan
terbentuknya sistem syaraf pertama kali. Tahap pembentukan sistem syaraf pada
vertebrata memiliki pola yang serupa. Pertama terbentuk lembaran neural (lamina
neuralis), kemudian melipat menjadi lipatan neural (sulcus neuralis) dan akhirnya
menjadi bumbung neural (canalis neuralis). Diferensiasi yang terjadi adalah
terbentuknya calon otak di ujung anterior dan di bagian caudalnya membentuk
medulla spinalis. Crista neuralis yang berkembang di bagian kiri-kanan medulla
spinalis akan menjadi sistem syaraf periferal (Balinsky, 2010).
nisiasi sistem syaraf terbentuk setelah inisiasi sistem pencernaan. Sistem
pencernaan berasal dari rongga archenteron (gastrocoel) tahap gastrula. Dalam
proses morfogenesis, kedua sistem tersebut saling berinteraksi. Mesoderm yang
berada di antara kedua sistem tersebut berfungsi sebagai induktor pembentukan
sistem syaraf. Tahap neurula ditandai dengan semakin jelasnya organisasi tubuh
maupun sistem sumbu tubuh (anterior-posterior maupun dorsal-ventral). Pada
masing-masing lapis benih (germ layer : ecto, meso dan entoderm) mulai
terdiferensiasi membentuk organ primer (Balinsky, 2010)
II.6Organogenesis
Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh.
Pertumbuhan ini di awali dari pembentukan embryo yaitu bentuk primitif menjadi
fetus yaitu bentuk defenitif dan kemudian berdeferensiasi dan memeliki bentuk
dan rupa yang spesfifik bagi keluarga hewan dalam satu spesies (Campbell,
2010). Organogenesis merupakan proses pembentukan organ pada embrio yang
bersal dari 3 lapisan germinal yaitu ektoderm,endoderm dan mesoderm.
Mesoderm merupakan lapisan ketiga yang letaknya ditengah-tengah antara
endoderm dan mesoderm dapat berasal dari kedua lapisan lembaga,karena itu juga
dinamakan eksoderm atau endoderm. Mesodern sesungguhnya mempunyai sifat
epitelial. Biasanya membentuk badan-badan berupa kantung,sepertikantung
selom,rongga badan sekunder dansebagainya, sedangkan mesenkim merupakan
jaringan dimana bentuk-bentuk sel selnya tidak beraturan dan mempunyai
substansi-substansi interseluler (Djuhanda, 2011).
Organogenesis terdiri dari dua periode yaitu pertumbuhan awal dan
pertumbuhan akhir. Selama pertumbuhan ini terjadi transformasi dan diferensiasi
bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitif menjadi bentuk defenitif yang
khas bagi suatu spesies seperti adanya bentuk katak, ayam, sapi dan lain–lain nya.
Untuk itu sangat lah penting mempelajari organogenesis turunan mesoderm ini
karena kita dapat memahami terjadi nya perubahan bentuk dan pembentukan
bermacam–macam organ atau organogenesis (Yatim, 2016).Macam–macam
organogenesis ini berasal dari lapisan lembaga ektoderm, endodern dan juga
mesoderm. Periode pertumbuhan akhir berupa penyelesaian bentuk defenitif
menjadi suatu bentuk individu seperti pertumbuhan jenis kelamin, roman atau
wajah yang khas bagi individu (Kimball,2016). Pada saat diferensiasi sel dan
organogenesis pada embryo sangatlah penting peranan asam retionat dan hormon
tyroid. Ekspresi transporter MTC–8 yang banyak ditemukan pada otak dan
plasenta merupakan mediator yang menyerap hormon tyroid dari peredaran darah
menuju kedalam sel yang di perlukan bagi pertumbuhan neuron yang aktifasi
oleh asam retionat (Campbell, 2010).
II.7Embrio Ayam
Embrio adalah sebuah eukariota diploid multisel dalam tahap paling awal
dari perkembangan.Dalam organisme yang berkembang biak secara seksual.
Embriologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tahapan-tahapan
perkembangan embrio ayam. ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya
adalah satu sel yang disebut zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang
tuanya. Dalam tumbuhan, hewan, dan beberapa protista, zigot akan mulai
membelah oleh mitosis untuk menghasilkan organisme multiselular. Hasil dari
proses ini disebut embrio.Pada hewan, perkembangan zigot menjadi embrio
terjadi melalui tahapan yang dikenal sebagai blastula, gastrula, dan organogenesis.
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama
berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur
berupa kuning telur, albumen, dankerabang telur. Itulah sebabnya telur unggas
selalu relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat seluruhnya dilihat,
dengan mata telanjang, melainkan perlu bantuan alat khusus seperti mikroskop
atau kaca pembesar. Namun, untuk menggambarkan bagaimana
perkembangannya, berikut dijelaskan ciri-ciri embrio pada ayam berbagai
umur. Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur,
amnion, dan alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan
enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio.
Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi pembawa sebagai
ke oksigen embrio,menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa
pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta
membantu alantois, serta membantu mencerna albumen.
III. Metode Penelitian
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Mikroskop cahaya
2. Mikroskop stereo binokuler
3. Buku laporan sementara
4. Alat tulis
III.1.2 Bahan
1. Sediaan awetan preparat whole mount embrio ayam umur 24-28
jam
2. Sediaan awetan preparat whole mount embrio ayam umur 32- 40
jam
3. Sediaan awetan preparat whole mount embrio ayam umur 48-50
jam
4. Sediaan awetan preparat whole mount embrio ayam umur 72-96
jam
III.2 Cara Kerja
1. Preparat whole mount embrio ayam umur 24-28 jam diambil dan diletakkan
dibawah mikroskop cahaya dengan hati-hati
2. Dengan perbesaran kecil dan sedang, preparat diamati secara teliti, serta
diperhatikan bagian-bagian yang tampak.
3. Preparat yang di amati di gambar dan di beri keterangan pada buku laporan
sementara
4. Kemudian di lanjutkan dengan mengganti preparat whole mount embrio ayam
pada fase berikutnya
5. Pengamatan dilakukan sebagaimana cara mengamati preparat yang pertama
IV. Hasil Pengamatan
No Fase / Tahap Dokumetasi/Gambar Keterangan
Perkembangan Referensi
1. 16-24 Jam Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 24
jam dapat dibedakan antara daerah intra
embrional dengan daerah ekstra embrional.
Daerah ekstra embrional terdiri dari area pelusida
dan area opaka. Daerah kepala mengalami
perkembangan agak cepat, namun karena adanya
daerah batas pertumbuhan (zone of over growth),
terjadi lipatan kepala (head fold), mula-mula ke
ventral lalu daerah kepala agak terangkat dan
melipat ke posterior. Hal ini diikuti oleh lipatan
entoderm, terbentuklah kantung buntu sebelah
anterior yang membuka ke arah kunir, disebut
anterior intestinal portal. Kantung buntu
disebelah anterior adalah fore gut (usus depan),
sedangkan ke sebelah posterior endoderm masih
lurus sampai ke primitive streak. Celah di sebelah
ventral kepala akibat terjadinya lipatan kepala
disebut subcephalic pocket. Lapisan tepi yang
membatyasi fore gut disebut margin of intestinal
portal
V.1Tahap 16 – 24 Jam
Pada embrio stadium 24 jam bagian – bagian yang terbentuk masih
sederhana. Adapun struktur embrio yang telah terbentuk yaitu stria primitive,
mesoderma, proaminion, mesenkim, pulau-pulau darah, somit, usus depan,
notochord, lipatan neural dan vesikula amnio kardiak. Pada saat embrio berumur
22 jam dearah sealik mengalami perkembangan yang cepat dan peninggiannya di
atas blastoderm menjadi lebih luas dan meluas ke anterior serta menyusup daerah
proamnioin. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Soeminto (2010) bahwa
tahap perkembangan embrio pada saat berumur 22 jam adalah daerah sepalik
yang mengalami pertumbuhan yang cepat dan peninggiannya di atas blastoderm
menjad lebih jelas dan meluas ke anterior dan menyusup ke daerah proamnion.
Somit merupakan bagian mesoderma yang tertata rapi dalam bentuk
bersegmen-segmen sehingga di sebut somite mesoderma. Menurut Djuanda
(2011) bahwa somit mesodema adalah tanda yang seksama dari tingkat
pertumbuhan embrio, embrio dengan jumlah somit yang sam, merupakan tingkat
pertumbuhan yang sama. Embrio umur 24 jam telah membentuk 4-5 pasang somit
mesoderm. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Djuanda (2011) bahwa
pada saat embrio berumur 24 jam telah membentuk 4-5 pasang somit mesoderm
yang keduanya dikiri dan kanan notochord di bagian tengah embrio. Menurut
Soeminto (2010) bahwa Somites akan berkembang menjadi myotomy,
sklerotomy, dan dermotomy. Myotomy akan menginisiasi dan membentuk otot
pada ayam, sklerotomy akan menyusun tulang pada embrio ayam, dan dermotomy
berperan dalam pembentukkan lapisan kulit pada ayam.
Pada embrio ayam yang telah diinkubasi selama 24 jam dapat dibedakan
antara daerah intra embryonal dan daerah ekstra embryonal. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Kastowo (2010) bahwa pada embrio yang berumur 24 jam
sudah dapat dibedakan daerah intra embrional dan daerah ekstra embryonal.
Menurut Soeminto (2010) bahwa daerah ekstra embryonal terdiri atas area ur
pelucida dan area opacca. Embrio ayam pada umur 24 jam terlihat struktur neural
fold yang nantinya mengalami perkembangan dari neural plate menjadi neural
tube. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Kaswoto (2010) bahwa stuktur
neural fold yang nantinya akan mengalami perkembangan menjadi neural plate
dan akan berkembang menjadi neural tube dan perkembangan tersebut diinduksi
oleh notochord. Daerah kepala mengalami perkembangan yang sangat pesat saat
embrio berumur 24 jam, namun karena adanya daerah batas pertumbuhan (zone of
over growth) tejadi lipatan kepala (head fold), yang mula-mula kea rah ventral
lalu daerah kepala aga terangkat dan melipat ke arah posterior. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Kaswato (2010) bahwa Daerah kepala mengalami
perkembangan agak cepat, namun karena adanya daerah batas pertumbuhan (zone
of over growth), terjadi lipatan kepala (head fold). Pada embrio ayam umur 24
jam notochord timbul dari bawah lipatan embrio pada sumbu tengah embrio. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Yatim (2013) bahwa Notochord ini tidak
timbul karena delaminasi mesoderm seperti pada embrio katak, tetapi asalnya
adalah dari sel-sel yang tidak mengalami diferensiasi di antara kedua lapisan
mesoderm. Hal ini disebabkan pula karena perbanyakan sel-sel di muka daerah
nodus Hensen.
V.2Tahap 25 – 33 Jam
Embrio ayam berumur 33 jam mulai memuculkan struktur dan
karakteristik baru. Bumbung neural telah terbentuk dan dapat dibedakan bagian
anterior, bagian tengah posterior menyerupai bumbung. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Balinsky (2010) bahwa pada saat embrio ayam berumur
33 jam bumbung neural telah terbentuk serta dapat dibedakan bagian anterior,
bagian tengah serta bagian posterior. Embrio berumur 33 jam telah memiliki 12-
13 pasang somit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Balinsky (2010)
bahwa pada saat embrio berumur 33 jam maka Panjang embrio telah mencapai
4nm dan somit yag telah terbentuk mencapai 12-13 pasang. Primitive streak
tumbuh rudiment dan terlihat optic vesicle yang besar. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Patten (2012) bahwa primitive streak tumbuh rudiment dan
teelihat optic vesicle yang besar. Menurut Balinsky (2010) optic vesicle
merupakan diferensiasi dari dinding lateral dienchephalon yang terevaginasi.
Optic vesicle melakukan invaginasi membentuk optic cip yang akan membentuk
cikal bakal organ pengelihatan embrio ayam. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Larsen (2011) bahwa optic vesicle melalukan invaginasi
membentuk optic cup yang akan membentuk bagian dalam mata sperti syaraf
mata, retina dan pigmen retina.
Persatuan lipatan neural yang paling akhir akan menyebabkan terjadinya
lubang-lubang neuropus anterior dan posterior. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Balinsky (2010) bahwa Persatuan lipatan neural yang paling akhir
di muka dan di belakang, terjadinya lubang-lubang neuroporus-anterior dan
posterior. Neuromeri terjadi pada bagian anterior dari lipatan neural sebagai
indikasi pertama tentang organisasi otak yang metamer. Struktur yang muncul
pada saat embrio berumur 33 jam dibagi menjadi ectodermal structure,
mesodermal structure dan endodermal structure. Hal tersebut sesuai denga
pernytaan dari Patten (2012) bahwa struktur pada embrio ayam pada umur 33 jam
dibagi menjadi tiga yaitu ectodermal structure, mesodermal structure, dan
endodermal structure.
Struktur ectodermal yang muncul terdiri atas bagian-bagian otak yang
mulai muncul yaitu prosencephalon, mesencephalon dan rhombencephalon.
Prosencephalon merupakan bagian anterior otak yang nantinya terbagi menjadi
telencephalon dan diaencephalon. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Patten (2012) bahwa Prosencephalon terjadi dari tiga neuromer pertama dan
merupakan bagian anterior otak yang terbagi menjadi Telencephalon dan
Diencephalon. Sedangkan pada struktur mesodermal yang baru muncul terdiri
atas Heart atau jantung. Perkembanga jantung akan mengalami elongasi di bantu
oleh vitelin vein yang tersebar pada bagian ekstra embrionik. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Djuanda (201) bahwa Perkembangan jantung akan
mengalami elongasi dan dibantu oleh vitelin vein yang tersebar pada bagian
ekstraembrionic akan masuk kedalam jantung melalui bagian posterior sehingga
akan menghasilkan beberapa ruang, disebut sinus venosus. Perkembangan
berlanjut dengan membentuk atrium dan kemudian ventrikel hingga membentuk
jantung secara utuh.
V.3Tahap 34 – 42 Jam
Perkembang embrio pada tahap ini dimulai dengan lipatan saraf di kedua
sisi lempang saraf di daerah cephalic. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Lumsangkul (2018) bahwa perkembangan tahap ini dimulai dengan pelipatan
saraf muncul di kedua sisi lempeng saraf di dearah cephalic. Notochord
diperpanjang dan simpuk hensen mulai bermigrasi secara kaudal. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa pada saat embrio
berumur 34 jam maka notochord akan mengalami pemanjangan dan simpul
hensen akan mulai bermigrasi secara kaudal disertai dengan pemendakan garis
primitive.
Pada embrio berumur 42 jam inkubasi primordia jantung pasangan akan
mulai melebur. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018)
bahwa pada inkubasi 42 jam primordia jantung pasangan akan mulai melebur.
Pada embrio berumur 42 jam perkembangan awal yang dijumpai adalah vesicle
optic primer akan mulai terbentuk sempurna . Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa vesicle optic primer sudah terbentuk
semurna pada saat embrio berumur 42 jam inkubasi yang nantinya akan
melakukan diferensiasi dan invaginasi untuk membentuk organ optic yang lain.
Neural groove sudah mulai tertutup sempurna dan membentuk tabung sraf. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa pada saat
embrio berumur 42 jam neural groove sudah tertutup sempurna dan akan
membentuk tabung sraf disertai dengan meningkatnya ukuran kantung
subkephalus.
V.4Tahap 43 – 51 Jam
Embrio ayam pada umur 48 jam mengalami perbedaan yang jelas yaitu
terbentuknya torsi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Sarjono (2011)
bahwa pada saat embrioayam berumur 48 jam sudah ditemukan adanya torsi.
Pada saat embrio berumur 48 jam sudah terbentuk lensa mata, jantung, hasil yang
diperoleh adalah pada embrio tersebut telah terlihat rhombensefalon,
mesensefalon, cawan optik, prosensefalon, ventrikel, aorta, somit, dan bumbung
neural. dan vesicle optica yang merupakan penepalan dari ateral proenchephalon.
Menurut Sarjono (2011) pada saat embrio berumur 48 jam sudah mulai tampak
mesensefalon, rhombensefalon, diensefalon, telensefalon, notokhor, saraf kranial,
bumbung neural, aorta, arteri omfalomesenterika, vena omfalomesenterika,
farings, usus preoral, ventrikel, plat oral, dan kantong Rathke.
Perkembangan embrio ayam 48 jam mulai terjadi diferensiasi beberapa
organ dan struktur baru yang muncul. Otak terbagi menjadi lima vesicle yaitu dan
mytelencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Djuanda (2010) bahwa pada saat embrio berumur
48 jam maka embrio terluhat membungkin seperti membentuk huruf C dan
perkembangan otak terbagi menjadi 5 vesicle yaitu elencephalon, diencephalon,
mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon. Menurut Djuanda (2010)
bahwa lens placode mulai berkembang yang selanjutnya membentuk les vesicle.
Optic vesicle berkembang menjadi dua lapisan dan berkembang menjadi optical
cup. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Patten (2012) bahwa Lens
placode mulai berkembang (placode=plate) yang selanjutnya akan membentuk
lens vesicle. Optic vesicle berkembang menjadi 2 lapisan dan berkembang
menjadi optic cup. Invaginasi optic vesicle sudah selesai dan dihubungkan oleh
duktus endolimpatikus.
Pada saat embrio berumur 48 jam ginjal sederhana (pronephros) sudah
mulai terbentuk serta jantung masih berbentuk segilima dan tubular dan belum
membentuk ruangan jantung. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Djuanda
(2010) bahwa jantung berbentuk tubular dan segilima. Belum membentuk ruangan
jantung. Ginjal sederhana (Pronephros) sudah terbentuk. Jumlah somit yang terbentuk
pada saat embrio berumur 48 jam adalah 25 pasang. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Djuanda (2010) bahwa jumlah somit yang terbentuk saat embrio berumur
48 jam adalah 25 pasang somit. Memran ekstraembional seperti selaput amnion sudah
mulai terbentuk. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Djuanda (2010) bahwa pada
saat embrio berumur 48 jam selaput amnion mulai terbentuk dan pada saat embrio ayam
berumur 72 jam struktur selaput amnion sudah lengkap.
Perbedaan tahap ini dengan sebelumnya dengan bagian anterior memutar
ke kanan. Menurut Kusumawati et al. (2016) memasuki umur 48 jam embrio
mulai memperlihatkan perbedaan spesifik dibanding umur sebelumnya karena
bagian anterior memutar ke arah kanan, lubang auditorius mulai terbuka, jantung
membentuk S, lekukan kepala amnion menutupi seluruh region telenchepalon,
dienchepalon, dan mesenchepalon, serta plat oral, batang mata, dan tuba neural
yang sudah mulai terbentuk.
V.5Tahap 52 – 60 Jam
Pada tahap ini Neuropore sudah tertutup sempurna dan terjadi pembesaran
proencephalon yang terletak di bagian anterior kepala. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Lumsangkul bahwa pada saat embrio inkubasi selama 56 jam
bagian neuropore sudah tertutup sempurna bagian neupore akan berkembang
membentuk fleksura yang menjadi batas antar bagian otak. Menurut Sarjono
(2011) pada saat embrio berumur 56 jam terjadi pembesaran proencephalon yang
terdapat pada bagian anterior kepala. Pada tahap ini optic vesikel utama dan
tangkai optic sudah terbentuk sempuran. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
dari Lumsangkul (2018) bahwa pada tahap perkembangan berumur 56 jam
tangkai optic dan juga vesicle optic utama sudah memiliki struktur dan
perkembangan yang sempurna. Lubang pendengaran sudah terbuka lebar dan juga
jantung yang berkembang dan berbentuk sperti huruf “S”. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa pada perkembangan embrio
ayam yang telah diinkubasi selama 58 jam alat pendengaran sudah terbuka
sempurna dan juga jantung akan berkembang menjadi bentuk huruf “S”.
Pada tahap ini telencephalon tampak membesar. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa pada saat embrio berumur 58
jam telencephalon tampak membesar. Embrio yang telah diinkubasi selama 58
jam akan memperlihatkan bagian kepala terlipat dari amnion secara bertahap
menutupi otak depan, otak tengah dan juga bagian depan otak belakang. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa pada saat
embrio telah diinkubasi selama 58 jam maka bagian kepala akan terlipat dari
amnion secara bertahapdan akan menutupi bagian otak depan, otak tengah dan
juga bagian depan otak belakang.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya yaitu pada tahap ini
terbentuk optic cup, diencephalon, mesencephalon, myelencephalon,
metencephalon, first branchial arch, second branchial arch, first branchial
groove, second branchial groove, dan tailbud. Perbedaan pada tahap sebelumnya,
pada tahap ini sudah terdapat tail bud.
V.6Tahap 61 – 72 Jam
Pada stadium ini embio sudah memiliki kuntum kaku somit, kuntum
sayap,ventrikel dan atrium. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Harlita
(2015) ahwa pada saat embrio erumur 72 jam sudahterbentuk kuntum kaki somit,
kunum sayap, ventrikel dan atrium. Sistem respirasi pada ayam sudah mulai
terbentuk dan vang selanjutnya terbagi menjadi dua yaitu vena amphla mesentrica
kanan dan kiri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Sarjono (2011) bahwa
Embrio ayam pada sistem respirasi setelah tumbuh vena yang selanjutnya erbagi
menjadi dua yaitu vena amphala mesentrica kanan dan kiri. Pada daerah anterior
embrio terjadi invaginasi yang nantinya akan berkembangmenjadi mulut. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Sarjono (2011) bahwa Pada daerah
anterior tubuh terjadi invaginasi membentuk mesoderm yang akan bertemu
dengan bumbung endoderm yang kemudian berkembang menjadi mulut.
Pada bagian ventra , ketiga lapisan benih bersatu dari arah lateral. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Harlita (2015) bahwa Pada bagian ventral,
ketiga lapisan benih bersatu dari arah lateral dan pada daerah posterior terjadi
invaginasi yang akan bertemu bumbung endoderm menjadi dubur.Embrio ayam
yang telah diinkubasi selama 72 jam memiliki 35 pasang somit. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Wildan (2010) bahwa embrio ayam yang telah
diinkubasi selama 72 jam memiliki kurang lebih 35 pasang somit. Notochord pada
embrio berumur 72 jam sudah berkembang menjadi vertebrata. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Harlitta (2015) bahwa embrio ayam yang
diinkubasi selama 72 jam notochord akan berkembang menjadi vertebrata.
Pada embrio berumur 72 jam telah berkembnag derivate neural crest yang
berupa pasangan ganglion saraf- saraf kranial. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari (Huettner, 2011) bahwa pada daerah ventro-lareral
rhombencephalon berkembang derivat neural crest berupa pasangan ganglion
saraf-saraf kranial. Mesoderm mengalami penebalan yang nantinya akan
berkembang menjadi primordia sayap. Sedangkan pada daerah kauda dibentuk
lowe bud yang nantinya akan berkembang menjadi primordia kaki Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Huetnerr (2011) bahwa pada daerah setinggi AIP,
terjadi penebalan mesoderm yang akan berkembang menjadi upper limb bud atau
wing bud, merupakan primordia sayap danpada daerah kauda akan dibentuk lower
bud yang akan berdiferensiasi menjadi primordia kaki. Pada embrio berumur 72
jam jantung sudah mulai berdtak dan dapat dilihat menggunakan mikroskop
bahwa gelembung bening, kantung amnion yang sudah memiliki struktur yang
lengkap serta awal dari perkembangan allantois. Menurut Aspan (2011) bahwa
gelembung-gelembung bening nantinya akan menjadi otak sementara kantoong
atau selaput amnion berfungsi untuk melindungi embrio dari goncangang dan
membuat embrio dapat bergera bebas.
Perbedaan embrio ayam tahap 72 jam terbentuk Myelencephalon,
Metencephalon, Mesencephalon, Diencephalon, Epiphyse, Telencephalon,
Branchial arches, Forelimb (wing) bud, Vitelline arteria/vein, Hindlimb (leg) bud
dan Tail. Sedangkan pada tahap sebelumnya belum terbentuk Epiphyse,
Telencephalon dan Tailbud mengalami perkembangan menjadi ekor.
V.7Tahap 73 – 84 Jam
Tahap pada hari ke-3 terbentuk hidung sayap kaki dan saluran pernapasan.
Menurut Sugianto (2016), hari ke-3, dimulainya pembentukan formasi hidung,
sayap, kaki, dan jaringan pernafasan. Pada masa ini, selaput cairan juga sudah
menutup seluruh bagian embrio. Peneropongan telur pada hari ke-3 biasanya
sudah terlihat jelas untuk membedakan telur yang berembrio dan telur yang
kosong atau embrio mati. Jantung yang mulai berdenyut, sudah adanya cikal
bakal dari kepala dan pembuluh darah yang melebar serta tampaknya cikal bakal
adanya ekor pada embrio tersebut. Pembentukan jantung dimulai setelah terjadi
pembentukan kepala jam ke-24 dimana terjadi penebalan mesoderm splanchis
pada kaki-kaki portae usus depan di daerah pembentukan jantung. Respirasi
dilakukan oleh selaput alantois. Endocardium yang terbentuk berupa satu tabung.
Pada ayam endocardium pada mulanya berasal dari 2 tabung yang bergabung
menjadi satu. Bentuk embrio sudah mulai tampak ditandai dengan adanya
gelembung. Alantois mulai berkembang. Gelembung bening menjadi bakal
pertumbuhan otak, sementara kantong amnion yang berisi cairan warna putih
berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak
bebas. Embrio terletak agak ke tepi dan ukurannya lebih besar. Ada cairan corio
alantois, umbilicalis fungsinya menyalurkan makanan ke embrio atau memfiksir
embrio.
Midbrain sudah terbentuk jelas dan bisa dibedakan antara kepala dan
badan. Menurut Bulletin cipta pangan (2017), kepala dan badan dapat dibedakan
demikian juga otak. Olfactori pit sudah mulai berkembang jelas, somit yang
menjadi tulang belakang semakin melengkung. Menurut Kusumawati et al.
(2016), tulang belakang semakin melengkung dan tunas ekor semakin menekuk
mendelati tubuh. Posterior limb bud atau tunas sayap sudah mulai berkembang.
Menurut Kusumawati et al. (2016), kuntum sayap dan kaki terlihat lebih panjang
dan lebar meskipun plat jari pada kuntum sayap belum terpisah. Vitelline artery
menyebar di sekeliling embrio. Menurut Bulletin Cipta pangan (2017) membran
vitelin menyebar diatas permukaan kuning telur. Jantung sudah mulai
memperlihatkan denyutnya, dan gelembung alantois jelas terlihat sesuai dengan
pernyataan Sophie (2010), alantois muncul untuk pertama kali dengan struktur
jantung yang mulai berdenyut. Mata yang terlihat seperti pudar warnanya.
Menurut Sophie (2010), warna mata pada tahap ini memudar.
Neural tube terbentuk akibat adanya proses pelekukan atau invaginasi dari
lapisan ectoderm neural yang diinisiasi oleh nothocord. Neural tube akan
berkembang menjadi otak dan sumsum tulang belakang, saraf tepi otak dan tulang
belakang, bagian persarafan indera seperti mata, hidung, dan kulit. Menurut
Puspitawati (2014), melalui proses neurulasi, neural plate kemudian membentuk
lekukan tubulus disebut neural tube. Bagian caudal neural tube akan menjadi
chorda spinalis sedangkan bagian rostral akan membentuk otak / susunan saraf
pusat.
Mesencephalon adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai
stasiun relai untuk informasi pendengaran (inferior colliculi) dan penglihatan
(superior colliculi). Otak tengah mengontrol berbagai fungsi penting seperti
sistem visual dan pendengaran serta gerakan mata. Mesencephalon akan
berkembang menjadi aquaductus silvii. Menurut Wardhana (2016),
mesencephalon adalah bagian penting dari divisi perkembangan otak Anda dan
melakukan fungsi-fungsi penting yang berhubungan dengan SSP (sistem saraf
pusat), yaitu gerakan otot, tidur, sirkulasi, keseimbangan, gairah dan refleks
jantung. Mesenchepalon (midbrain) atau otak tengah adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah
mengontrol penglihatan dan pendengaran. Mesencephalon akan berkembang
menjadi aquaductus silvii.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya yaitu pada tahap ini sudah
banyak terdapat somit dan mata sudah terbentuk. Bagian – bagian pada tahap ini
yaitu midbrain, olfactory pit, somite, posterior limb bud, vitelline artery, neural
tube, anterior limb bud, heart, dan eye.
V.8Tahap 85 – 96 Jam
Embrio ayam umur 96 jam organogenesisnya sudah mulai tampak lebih
jelas dari sebelumnya. Sistem urogenital dan sistem pencernaan telah terbentuk,
bakal alat genitalia mula-mula berpisah dari bakal ginjal pada mesomere,
pembentukan sistem genital merupakan suatu rangkaian pembentukan gonad yang
berasal dari mesonefros, selaput embrio pada janin ayam terdiri dari lantois,
kantung yolk, amnion, dan serosa. Otak tampak sudah terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu otak bagian depan, tengah dan belakang. Adanya bakal sayap, kaki dan ekor.
Somitnya sudah mulai tidak terlalu tampak karena sudah mulai membentuk
begian embrio yang utuh. Menurut Hamburger dan Hamilton (2011) dalam
Kusumawati et al. (2016), terbentuk bakal sayap, bakal kaki, dan bakal ekor. Otak
sudah tampak jelas, terbagi menjadi tiga bagian yaitu otak bagian depan, bagian
tengah dan bagian belakang. Embrio ayam umur 96 jam juga mengalami
pembentukan dan perkembangan Mesencephalon, Diencephalon, epifisis,
hemisfer serebral, allantois, tunas ekor, somit, tunas sayap, bulbus cordis,
lengkung hyoid, dan Myelencephalon.
Mesencephalon adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai
stasiun relai untuk informasi pendengaran (inferior colliculi) dan penglihatan
(superior colliculi). Otak tengah mengontrol berbagai fungsi penting seperti
sistem visual dan pendengaran serta gerakan mata. Mesencephalon akan
berkembang menjadi aquaductus silvii. Menurut Wardhana (2016),
mesencephalon adalah bagian penting dari divisi perkembangan otak dan
melakukan fungsi-fungsi penting yang berhubungan dengan SSP (sistem saraf
pusat), yaitu gerakan otot, tidur, sirkulasi, keseimbangan, gairah dan refleks
jantung. Mesenchepalon (midbrain) atau otak tengah adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah
mengontrol penglihatan dan pendengaran. Mesencephalon akan berkembang
menjadi aquaductus silvii.
Diencephalon adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan struktur-
struktur di sekitar ventrikel ke 3 dan membentuk inti serebrum (otak besar).
Diencephalon akan berkembang menjadi talamus, hipotalamus, subtalamus, dan
epitalamus. Diencephalon berperan dalam pengendalian motorik, penggantian
informasi alat indera, dan pengendalian fungsi otonomi dari berbagai bagian
tubuh. Menurut Wardhana (2016), bagian otak depan yang pertama adalah
diencephalon yang akan berkembang menjadi thalamus dan hipotalamus yang
termasuk dalam sistem limbik. Sistem limbik berada di bagian otak tengah.
Beberapa fungsi otak dalam mengatur perilaku antara lain dalam menjalankan
fungsi intelektual, fungsi bahasa, fungsi komunikasi, dan lain-lain.
Epifisis adalah suatu bagian tulang yang bentuknya membesar dan terletak
pada ujung tulang. Menurut Tillman et al. (1998), bagian permukaan epifisis
seiring dengan perkembangannya akan mengalami kalsifikasi secara terus-
menerus sampai pertumbuhan memanjang dari kerangka terbentuk. Hemisfer
serebral merupakan belahan dari cerebrum, hemisfer serebral terdapat beberapa
celah dangkal yang membagi hemisfer serebral atas empat lobus. Allantois adalah
selaput yang terdapat pada bagian posterior embrio yang akan berdiferensiasi
lebih lanjut membentuk saluran pencernaan dan pernafasan. Menurut Campbell
(2017), Alantois adalah kantung yang memanjang ke dalam selom
ekstraembrionik. Alantois berfungsi sebagai kantung pembuangan untuk asam
urat, yaitu limbah bernitrogen yang tidak larut dari embrio. Tunas ekor
merupakan bagian yang akan berkembang menjadi ekor. Somit berkembang pada
tahap ini. Menurut Bellair dan Osmond (2005), somit sudah berkembang menjadi
tulang belakang. Tunas sayap merupakan bagian yang akan berkembang menjadi
sayap. Bulbus cordis, pembengkakan yang paling distal dari tabung jantung
primitif, memiliki dua sub bagian yang dibagi oleh pemisahan sejak awal.
Lengkungan faring kedua atau lengkung hyoid adalah lengkung faring kedua dari
enam yang berkembang dalam kehidupan janin selama minggu keempat
perkembangan dan membantu membentuk sisi dan bagian depan leher.
Myelencephalon adalah bagian otak paling belakang (posterior), dengan
medula oblongata sebagai komponen utamanya. Komponen ini merupakan pusat
untuk menyalurkan rangsangan keluar melalui syaraf cranial. Myelencephalon
bertanggung jawab dalam mengontrol fungsi – fungsi otonomi, seperti bernapas,
denyut jantung, menelan, bersin, dan pencernaan. Myelencephalon terdapat di
bagian inferior brain stem. Myelencephalon akan berkembang menjadi dua
lapisan, berwarna kelabu dan lapisan luar berwarna putih. Menurut Wardhana
(2016), myelencephalon terdiri dari bagian bawah batang otak (atau otak
belakang) dan berisi pusat kontrol yang berbeda, yaitu jantung, vasomotor dan
pernapasan untuk melakukan berbagai kegiatan saraf otonom dan tak sadar di
dalam tubuh, seperti, pernapasan, tekanan darah, denyut jantung, dan sebagainya.
Myencephalon adalah titik saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju
bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Myencephalon berfungsi untuk
kontrol fungsi otomatis otak, seperti pernafasan, detak jantung, sirkulasi darah,
pernafasan dan pencernaan. Sumsum lanjutan myencephalon terbagi menjadi dua
lapis, yaitu lapisan dalam yang berwarna kelabu karena banyak mengandung
badan sel-sel saraf dan lapisan luar berwarna putih karena berisi neurit (akson).
Sumsum lanjutan berfungsi sebagai pusat pengendali pernapasan, menyempitkan
pembuluh darah, mengatur denyut jantung, mengatur suhu tubuh dan kegiatan-
kegiatan lain yang tidak disadari.
Embrio ayam umur 96 jam terus mengalami perkembangan kuntum sayap
dan kaki berkembang menjadi bakal sayap dan bakal kaki. Bagian-bagian otak
yang semula terlihat telenchepalon, dienchepalon, mesencenchepalon, dan
rombenchepalon, mengalami perkembangan organ sehingga tampak organ otak
yang jelas terdiri dari otak bagian depan, bagian tengah dan bagian belakang.
Menurut Hamburger dan Hamilton (2011) dalam Kusumawati et al. (2016),
kuntum ekor akan mulai menekuk ke arah depan tubuh. kuntum sayap dan kaki
terlihat lebih panjang dan lebar. Plat jari pada kuntum sayap belum terpisah
sedangkan plat jari pada kuntum kaki namun jari-jari belum terpisah dan celah
pada protuberensia prosesus mandibularis mulai membentuk garis
Perbedaan embrio ayam umur 96 jam tampak dari terbentuknya organ-
organ yang tampak jelas atau disebut organogenesis. Mengalami permbentukan
dan perkembangan pembentukan dan perkembangan Mesencephalon,
Diencephalon, epifisis, hemisfer serebral, allantois, tunas ekor, somit, tunas
sayap, bulbus cordis, lengkung hyoid, dan Myelencephalon. Sedangkan pada
tahap sebelumnya bulbus cordi dan lengkung hyoid belum terbentuk dan
berkembang.
VI. Kesimpulan
Tahap perkembangan embrio ayam dimulai dari pembelahan sel, morulasi, blastulasi,
neurulasi, dan organogenesis. Tahap yang diamati pada praktikum ini adalah tahap 16-24
jam, 25-33 jam, 34-42 jam, 43-51 jam, 51-60 jam, 61-72 jam, 72-82 jam, dan 85-96 jam.
Setiap tahap embrio ayam selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan ciri khas
yang berbeda. Mulai dari pembelahan sel, embrio ayam terus mengalami perkembangan
hingga terbentuk organ-organ yang tampak jelas atau disebut organogenesis. embrio
ayam umur 16-24 jam memiliki strukur tertentu yang masih sederhana yaitu proamnion,
neural fold, neural groove, notochord, somite, primitive streak, area pellucida,
area opaca, dan margin of fore-gut Bagian-bagian yang dapat diamati pada embrio ayam
umur 25-33 jam adalah cranial neuropore, head fold, prosencephalon,
mesencephalon,rhombencephalon, optic vesica, fore-gut, heart, lateral mesoderm,
somite,notochord, primitive streak, area pellucida, dan area vasculosa. Bagian-bagian
yang dapat diamati pada embrio ayam umur 34-42 jam yaitu prosencephalon, eye vesicle,
mesencephalon, rhombencephalon, jantung, somite, spine, sinur rhomboidalis, dan
primitive streak. Memasuki umur 48 jam embrio mulai memperlihatkan perbedaan
spesifik dibanding umur sebelumnya karena bagian anterior memutar ke arah kanan,
lubang auditorius mulai terbuka, jantung membentuk S, lekukan kepala amnion menutupi
seluruh region telenchepalon, dienchepalon, dan mesenchepalon, serta plat oral, batang
mata, dan tuba neural yang sudah mulai terbentuk. Pada tahap 51-60 jam terbentuk optic
cup, diencephalon, mesencephalon, myelencephalon, metencephalon, first branchial
arch, second branchial arch, first branchial groove, second branchial groove, dan
tailbud. Tahap 61-72 terbentuk Audiotive (optic) vesicle, Myelencephalon,
Metencephalon, Amnion, Mesencephalon, Optic vesicle, Diencephalon, Epiphyse,
Telencephalon, Branchial arches, Heart, Forelimb (wing) bud, Vitelline arteria/vein,
Hindlimb (leg) bud, dan Tail. Tahap 73-84 terbentuk midbrain, olfactory pit, somite,
posterior limb bud, vitelline artery, neural tube, anterior limb bud, heart, dan eye. Tahap
85-96 terbentuk Mesencephalon, Mulut, Diencephalon, Epifisis, Hemisfer serebral,
Allantois, Tunas Ekor, Lipatan ekor, Vena dan arteri vitellin, Somit, Lubang olfaktori,
Tunas sayap, Ventrikel, Hati, Atrium, Bulbus cordis, Lengkung hyoid, dan
Myelencephalon.
DAFTAR PUSTAKA
Bulletin Cipta Pangan. 2017. Perkembangan Embrio dari Hari ke Hari. 8 (87).
Campbell, Neil. A and Reece, Jane. B. 2010. Biologi Edisi Kedelapan (Terjemahan Oleh
Damaring Tyas Wulandari). Jakarta: Erlangga.
Gilber, S.F.2011. Development Biology 4th ed. Massachusetts: Sianuer Associates Inc Publisher
Hamburger V. and Hamilton HL.2011. A Series of Normal Stages In The Development of The
Chick Embryo. J Morphol, 88(1): 49-92.
Harlita. (2015). SPH 3. Surakarta: UNS Press
McGeady TA, Quinn PJ, FitzPatrict ES, Ryan MT. 2016. Veterinary Embryology. Oxford (UK):
Blackwell Publishing Ltd.
Odho, dkk. (2009). Pengaruh Perbedaan Waktu Koleksi Sel Blastoderm terhadap Perkembangan
Pasca Inokulasi pada Embrio Ayam Kedua. Semarang : Laboratorium Ilmu Permuliaan dan
Reproduksi Ternak, UNDIP.
Patten, B.M. 1971. Foundations of Embriology. Mc Graw-Hill Inc., New Delhi.
Puspitawati, Ria. 2014. Neurogenesis dan faktor – faktor yang berpengaruh. Indonesian Journal
of Dentistry. 11 (3) : 115-122. Radboud University Nijmegen. 2011. Embryology chicken.
Sophie J., Ainsworth, Rachael L. Stanley, and Darrell J. R. Evans. 2010. Developmental stages
of the Japanese quail. Journal of Anatomy. Brighton and Sussex Medical School,
University of Sussex, Falmer, Brighton, UK.
Sugianto. 2016.Perkembangan Hewan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Wardhana, Made. 2016. Pengantar Psikoneuroimunologi. Bali : Vaikuntha International
Publication
Yatim,Wildan.2016. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten Praktikan
(24020116130059) (24020119130064)
ACARA IV
PREPARAT SEGAR EMBRIO AYAM
I. TUJUAN
I.1 Mampu membedakan dan menjelaskan setiap tahap perkembangan embrio ayam
menggunakan preparat segar
II.4.4 96 Jam
Pada hari ke-4 inkubasi jantung mulai terbentuk dan berdetak sama
seperti hari ke-3. Sudah mulai terbentuk bakal mata, bakal kaki dan
cairan amnion walaupun masih sedikit. Pembuluh darah semakin lebih
banyak. Mulai terbentuk tunas ekor. Mulai terbentuk hemispere otak
dan mesenchepalon. Terlihat adanya mata sebagai bintik gelap pada
sebelah kanan jantung yang mulai membesar. Kutub animal dan
vegetal sudah tampak jelas. Sebelum proenchepalon pad asisi lateral
akan membentuk tonjolan seperti kantung yang disebut vestibula
optik. Penebalan ini kemudian memisahkan diri proenchepalon
dihubungkan dengan bagian otak ini oleh bagian yang menyempit
yang disebut tangkai otak. Dengan berkembang, otak lebih lanjut maka
tangkai otak ini terdapat pada dienchepalon. Setelah terbentuk
bumbung neural awal sistem saraf, dinding bumbung neural akan
membentuk bagian-bagian otak yang disebut proenchepalon,
mesenchepalon dan rombenchepalon. (Syahrum, 2014).
Asisten Praktikan
(24020116130059) (24020119130064)