Anda di halaman 1dari 125

LAPORAN HASIL KEGIATAN PRAKTIKUM

EMBRIOLOGI HEWAN (ABL21325)

Oleh:
Vania Putri Riyanto
NIM. 24020119130064

PROGRAM STUDI BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Acara I
1. Tujuan
2. Tinjauan Pustaka
3. Metode Penelitian
4. Hasil Pengamatan
5. Pembahasan
6. Kesimpulan
7. Daftar Pustaka
8. Lembar Pengesahan
Acara II
1. Tujuan
2. Tinjauan Pustaka
3. Metode Penelitian
4. Hasil Pengamatan
5. Pembahasan
6. Kesimpulan
7. Daftar Pustaka
8. Lembar Pengesahan
Acara III
1. Tujuan
2. Tinjauan Pustaka
3. Metode Penelitian
4. Hasil Pengamatan
5. Pembahasan
6. Kesimpulan
7. Daftar Pustaka
8. Lembar Pengesahan
Acara IV
1. Tujuan
2. Tinjauan Pustaka
3. Metode Penelitian
4. Hasil Pengamatan
5. Pembahasan
6. Kesimpulan
7. Daftar Pustaka
8. Lembar Pengesahan
ACARA I
FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERPENGARUH PADA PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN EMBRIO HEWAN
I. TUJUAN
I.1 Mampu memahami dan mengenal berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan embrio.
I.2 Mampu membuat deskripsi singkat mengenai hasil pengamatan perkembangan
embrio hewan .

II. TINJUAN PUSTAKA


II.1Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya merupakan dua peristiwa yang
berbeda namun keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan merupakan suatu
peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dan dihasilkan oleh adanya pembelahan
sel dan sintesis protein. Pertumbuhan berhubungan dengan perubahan pada kuantitas
yang maknanya terjadi perubahan pada jumlah dan ukuran sel tubuh yang
ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh.
Perkembangan adalah Peningkatan keterampilan dan kapasitas untuk berfungsi secara
bertahap dan terus-menerus. Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara
kualitas, diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang
dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan, dan pembelajaran. proses tersebut
terjadi secara terus-menerus dan saling berhubungan serta ada keterkaitan anatara satu
komponen dan komponen lain. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu secara bertahap
akan semakin bertambah berat dan tinggi. Sedangkan perkembangan adalah suatu
proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas
individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses
belajar dari lingkungannya (Supartini, 2014).
II.2 Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara faktor dalam
dan faktor luar. Faktor dalam adalah faktor yang terdapat dalam tubuh organisme
antara lain gentik yang ada di dalam gen, dan hormon yang merangsang
pertumbuhan. Faktor luar adalah faktor lingkungan misalnya nutrien, air, cahaya,
suhu, kelembapan atau pH dan oksigen. Potensi genetik hanya akan berkembang jika
ditunjang oleh lingkungan yang cocok. Dengan demikian, karakteristik yangmpilkan
oleh hewan di tentukan oleh faktor genetik dan lingkungan secara bersama-sama
(Ani, 2010).
II.2.1 Suhu
Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu
benda atau sistem. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan
benda yang dingin memiliki suhu yang rendah. Pada hakikatnya, suhu adalah
ukuran energi kinetik rata-rata yang dimiliki oleh molekul-molekul suatu
benda. Dengan demikian suhu menggambarkan bagaimana gerakan-gerakan
molekul benda (Nurdin Riyanto,2010).
Suhu memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup suatu ikan dan
menunjang pertumbuhan rata-rata yang baik, serta suhu juga berpengaruh
secara langsung terhadap perkembangan fisiologis dan biologis embrio dan
larva (Putri dkk, 2013). Suhu penetasan yang tinggi dapat mengakibatkan telur
dapat menetas dengan cepat, akan tetapi juga dapat mengakibatkan larva lahir
secara tidak sempurna (abnormal) sehingga larva tidak dapat hidup dengan
baik dan mengakibatkan kematian. Suhu juga berpengaruh terhadap tingkat
metabolisme, pertumbuhan dan konsumsi pakan, perkembangan embrio dan
larva, penurunan kualitas dan kuantitas dari telur ikan (Slembrouck dkk.,
2012).
II.2.2 Kelembapan
Kandungan uap air atmosfer dapat diperlihatkan dengan berbagai cara.
Tekanan uap yang dinyatakan dalam minibar, tetapi dalam penggunaanya
yang lebih sering, satuan lainya dipakai untuk menyatakan kandungan uap air
(Guslim, 2010). Keadaan kelembaban diatas permukaan bumi berbeda-beda.
Pada umumnya, kelembapan tertinggi ada di khatulistiwa sedangkan terendah
ada pada lintang 40o daerah rendah ini disebut horse latitude, curah hujanya
kecil . Kandungan uap air atmosfer dapat diperlihatkan dengan berbagai cara.
Tekanan uap yang dinyatakan dalam minibar, tetapi dalam penggunaanya
yang lebih sering, satuan lainya dipakai untuk menyatakan kandungan uap air
( Guslim, 2010 ).

II.2.3 Intensitas Cahaya


Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan, karena cahaya adalah faktor yang dapat
mempercepat proses penetasan telur. Salah satu contohnya adalah pada telur
ikan, cahaya yang baik untuk penetasan telur ikan adalah dengan jumlah
cahaya yang masuk tidak terlalu besar sehingga proses perkembangan telur
dapat berjalan seimbang. Lamanya penetasan diakibatkan tingginya tingkat
kepadatan telur yang tinggi sehingga mengakibatkan cahaya yang masuk
tidak merata dan menyebar keseluruh telur. Hal seperti inilah yang kemudian
akan mengakibatkan lamanya telur menetas. Selain itu, kepadatan yang
rendah menyebabkan cahaya yang secara langsung menyinari telur dan bisa
mengakibatkan perkembangan embrionya terhambat, sehingga telur itu perlu
dinaungi agar bisa menetas sempurna (Andrew, 2019).

II.3Jenis telur yang Digunakan


2.3.1. Telur Semut Rang-rang
Ciri-ciri larva semut rangrang di antaranya berwarna putih seperti susu,
tidak berkaki, dan tidak bersayap. Larva yang akan berubah menjadi calon ratu
bentuknya lebih besar seperti kapsul, sedangkan larva semut pekerja dan
pejantan bentuknya kecil seperti beras. Perbedaannya, larva semut jantan
memiliki garis hitam di bagian tengahnya. Sepintas, larva dan telur semut
rangrang memiliki bentuk yang menyerupai ulat. Jika ingin membedakan
keduanya, gunakanlah kaca pembesar atau lup ketika umurnya sudah delapan
hari. Organ mata dan mulut sudah terbentuk pada larva, sedangkan pada telur
belum ada kedua organ tersebut. Larva akan mengalami ganti kulit berulang
kali selama masa pertumbuhan. Larva yang akan membentuk calon ratu
biasanya lebih cepat berkembang karena diberikan makanan khusus oleh para
semut pekerja. Setelah mengalami beberapa kali ganti kulit, larva pun berubah
menjadi pupa (Yusdira dan Waldi, 2015).

2.3.2 Kokon Ulat Pisang


Ulat Erionota thrax yang kulit luarnya berwarna hijau muda seperti daun
dan biasanya tertutup oleh lapisan tepung berwarna putih. Panjang ulat sekitar
7 cm. Telurnya berwarna kuning yang diletakkan oleh serangga betina dewasa
di bagian tepi permukaan bawah daun dan terkadang pada buah pisang. Telur
akan menetas setelah mencapai umur 6-8 hari. Ulat yang keluar dari telur
biasanya memotong helaian daun mulai dari pinggir sambil menggulung daun
ke arah ibu tulang daun. Selanjutnya, ulat ini akan bertahan hidup di dalam
gulungan selama 25–30 hari, yakni sampai kepompong terbentuk. Dari
kepompog, akan terbentuk kupu-kupu berwarna cokelat yang biasanya akan
terbang pada malam hari (Supriyadi dan Suyanti , 2018)

2.3.3 Telur Ikan


Ikan molly Poecilia latipinna adalah salah satu jenis ikan hias asing di
Indonesia. Ikan ini berasal dari Meksiko), tersebar secara luas ke seluruh dunia
termasuk Indonesia (Koutsikos et al. 2018). Famili Poecilidae selain terkenal
sebagai ikan hias juga dimanfaatkan sebagai pengendali hayati nyamuk,
khususnya nyamuk demam berdarah dan sumber protein (makanan) di
beberapa negara meskipun ukurannya kecil. Ikan molly umumnya berukuran
kecil, namun dapat mencapai panjang 15 cm. Lama hidupnya kurang lebih tiga
tahun dan melakukan proses reproduksi kurang lebih 15 bulan (Froese & Pauly
2014). Ikan molly mempunyai fekunditas tinggi, periode kehamilan pendek,
dan proses reproduksinya cepat . Selain itu musim reproduksi umumnya
berlangsung panjang yaitu kurang lebih tujuh bulan . Ikan Molly dapat
mengeluarkan telur sebanyak 2000 butir telur. Telur-telur akan menetas setelah
3 hari saat peneluran. Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan
makanan, karena masih mengandung kuning telur atau yolk egg. Setelah empat
sampai lima hari anak ikan baru dapat diberi makan berupa kutu air yang sudah
disaring, atau kuning telur yang telah direbus, dan dihancurkan. Setelah
mencapai ukuran medium dua sampai tiga sentimeter dapat diberi makanan
cacing(Froese & Pauly 2014).

2.3.4 Telur Bekicot

Bekicot biasa disebut keong racun atau keong gondang yang merupakan
hewan sejenis siput (keong), kerang, dan tiram. Dalam biologi bekicot
termasuk kelas Gastropoda. Gastro berarti perut sedangkan poda berarti kaki,
dengan demikian bekicot disebut binatang berkaki perut. Bekicot adalah hewan
malam karena semua kegiatannya dilakukan pada malam hari, kecuali bila
mereka berada pada tempat gelap dan teduh. Biasanya pada siang hari bekicot
selalu menyembunyikan dirinya di dalam cangkangnya untuk istirahat atau
tidur . Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam perkembangan bekicot
sangat banyak. Faktor-faktor tersebut dapat berupa suhu, PH, kelembapan,
Intensitas cahaya, dan media tumbuh. Media yang baik dalam penetasan telur
merupakan hal yang paling penting dalam proses peternakan bekicot. Media
penetasan telur dapat berupa tanah, sekam, kerikil, dan pasir. Keempat media
tersebut memiliki perbedaan kandungan dan struktur yang akan mempengaruhi
faktor lain seperti PH dan kelembapan. Faktor-faktor itu akan mempengaruhi
daya tetas telur dan daya hidup bekicot. Media penetasan telur yang baik
tentunya akan menghasilkan anak bekicot yang sehat dan jumlahnya
banyak.Telur sekitar 100-300 butir dengan tiga sampai empat kali bertelur
dalam satu tahun (Nastiti, 2013:1).

2.3.5 Telur Nyamuk


Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.
Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki
panjang. Antar spesies berbeda-beda tetapi jarang sekali panjangnya melebihi
15 mm. Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup yaitu telur, larva,
pupa dan dewasa. Nyamuk menghisap darah bukan untuk mendapatkan
makanan melainkan untuk mendapatkan protein yang terdapat dalam darah
sebagai nutrisi telurnya. Nyamuk jantan dan betina hanya memakan cairan
nektar bunga, sedangkan nyamuk menghisap darah demi kelangsungan
spesiesnya. Urutan daur hidup tersebut terdiri dari: telur, larva (jentik), pupa
dan nyamuk dewasa. Setiap tahapan perkembangan nyamuk menunjukkan
perubahan yang khusus. Perubahan inilah yang menyebabkan nyamuk
termasuk golongan hewan yang bermetamorfosis sempurna. Telur nyamuk
betina akan meletakkan telur-telurnya di tempat berair seperti kolam, danau
atau tempat penampungan air lainnya. Pada umumnya nyamuk betina akan
meletakkan telur setelah menghisap darah dan diletakkan di permukaan air
yang tergenang. Setiap telur yang diletakkan oleh induk betina memiliki ciri
khusus baik bentuk maupun cara meletakkan telurnya. Waktu yang dibutuhkan
pada fase telur ini sangat bervariasi, tergantung pada jenisnya dan lingkungan.
Fase telur dapat berlangsung satu hari sampai sembilan bulan, bahkan beberapa
nyamuk dalam fase telur selama musim dingin. Telur akan menetas dalam satu
sampai tujuh hari menjadi larva. Larva ini memiliki gigi kecil yang sementara
di bagian kepala yang digunakan untuk memecah cangkang telur (Nugraheni,
2017).
2.3.6 Telur Keong Sawah
Menurut Gonzales dan Olive (2001) menyatakan bahwa bahwa keong
sawah mampu tumbuh dan berproduksi dengan cepat dimana satu ekor keong
dapat bertelur 300-3000 butir per bulan dengan daya tetas lebih kurang 80%
dalam kisaran waktu 7 – 14 hari. Telur Pomacea canaliculata berwarna merah
muda dengan bentuk telur memanjang dari 2 cm – 4,5 cm. Bahkan ada yang
sampai 7 cm dan lebarnya 2–3,5 cm mirip seperti buah murbei (Siti, 2016).
Telur keong mas umumnya berdiameter 2,2-3,5 mm tergantung pada
lingkungan, serta memiliki daya tetas antara 61-75%. Telur keong emas diduga
memiliki kadar kalsium yang tinggi pada cangkangnya yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan makanan (Ameliawati, 2013).
II.4Siklus Hidup
II.4.1 Telur Semut Rang-rang
Perkembangbiakkan semut rangrang (O. smaragdina) mengalami
metamorfosis yang sempurna (helometabola) yaitu dari telur, larva, pupa dan
semut dewasa (imago).
a. Telur
Ratu semut meletakkan telur di dalam sarang. Telur berukuran sangat
kecil sekitar 0,5 mm x 1 mm dan berbentuk elips. Lama fase telur adalah
14 hari. Telur diproduksi 10 - 20 hari setelah kopulasi antara ratu dan
semut jantan (Anita, 2017)
b. Larva
Telur menetas menjadi larva yang berukuran 5-10 kali lebih besar. Bentuk
larva dan telur sangat mirip menyerupai belatung. Larva mempunyai kulit
halus yang berwarna putih seperti susu, tidak memiliki kaki dan sayap.
Pada larva sudah terbentuk mata dan mulut. Lama fase larva adalah 15
hari (Anita, 2017)
c. Pupa
Setelah beberapa kali ganti kulit, maka larva berkembang menjadi pupa.
Pupa menyerupai semut dewasa karena telah mempunyai kaki, mata,
mulut, dan sayap tetapi warnanya masih putih dan tidak aktif. Lama fase
pupa adalah 14 hari. Pada saat berbentuk pupa semut rangrang mengalami
masa tidak makan (Anita, 2017)
d. Imago (semut dewasa)
Pupa akan berkembang menjadi semut rangrang dewasa (imago). Pupa
akan berubah warna sesuai dengan kastanya. Pada fase imago organ tubuh
mulai berfungsi, dan mulai terpisah menurut kastanya. Setiap koloni lebih
banyak menghasilkan semut pekerja dari pada kasta-kasta yang lain yang
bertujuan untuk meringankan tugas ratu karena sebagian besar aktivitas
koloni akan dilaksanakan oleh semut pekerja (Anita, 2017).

II.4.2 Kokon Ulat Pisang


Ulat sutera liar (Attacus atlas) adalah salah satu serangga nokturnal yang
berukuran besar, memiliki sayap hingga berukuran 30 cm, dan banyak
ditemukan di wilayah Asia seperti Thailand, Filipina, dan. Daerah penyebaran
A. atlas hampir meliputi seluruh Indonesia diantaranya pulau Sumatera, Jawa,
Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Awan, 2007) karena daya
adaptasi terhadap lingkungan tropis, hewan ini dapat melakukan perkawinan
pada lingkungan yang tidak terlalu dingin (suhu minimal 150C) dan tidak
terlalu kering (kelembaban minimal 50%). Hasil penelitian Mulyani (2008),
suhu dan kelembaban dalam ruangan selama pemeliharaan larva A. atlas
adalah 24- 280C dan 46-78%. Kondisi ini sesuai untuk pemeliharaan maupun
pengokonan. A. atlas merupakan serangga holometabola, yaitu serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna adalah telur – larva – pupa – imago.
Awan (2007) menyatakan bahwa siklus hidup A. atlas yang diberi pakan
daun sirsak dan daun teh memiliki kesamaan dengan yang dilaporkan Peigler
(1989), kecuali pada lama setiap siklus. Siklus larva ulat sutera liar yang
diberi pakan daun teh terdiri dari enam tahapan atau stadium yang disebut
dengan instar. Instar satu berlangsung selama 4-6 hari ditandai dengan kepala
berwarna hitam, instar dua selama 4-6 hari mulai ditutupi serbuk putih, instar
tiga sampai instar empat 4-6 hari dengan perubahan yang terjadi yaitu terdapat
warna merah di bagian lateral segmen tubuhnya, instar lima selama 7-8 hari
tubuhnya mulai gemuk dan instar enam mencapai 10-12 hari terdapat bintik-
bintik berwarna hitam di bagian dorsal toraks. Larva instar enam
membutuhkan waktu paling lama dibandingkan dengan instar lain. Hal ini
disebabkan pada instar enam, larva akan memasuki stadium pupa dan akan
mengokon yang secara morfologis dan fisiologis berbeda dengan stadium
yang lain (Awan, 2017). Masa inkubasi telur A. atlas yaitu 10-12 hari, lama
periode pupa adalah 20-26 hari, kemunculan imago betina dan jantan masing-
masing adalah 23-26 hari dan 20-25 hari (Awan, 2017). Menurut Awan
(2017), stadium telur berlangsung selama 1-4 minggu, larva 40-75 hari,
sedangkan pupa 4-10 minggu. Total waktu yang diperlukan A. atlas yang
diberikan pakan daun sirsak untuk menyelesaikan sekali daur hidupnya, mulai
dari telur sampai imago bertelur lagi memerlukan waktu 63-82 hari (Awan,
2017).
II.4.3 Telur Ikan
Siklus hidup ikan Mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad
(ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan
yang menghasilkan sperma). Sebenarnya, pemijahan ikan Mas dapat terjadi
sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya
ikan Mas sering memijah pada awalmusim hujan, karena adanya rangsangan
dari aroma tanah kering yang tergenang air. Secara alami, pemijahan terjadi
pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan
Mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan
yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan
sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika
terjadi pemijahan (Suseno, 2000). Sifat telur ikan Mas adalah menempel pada
substrat. Telur ikan Mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-
1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari
umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang
telah dibuahi oleh spermatozoa (Susanto, 2017)

II.4.4 Telur Bekicot

Telur bekicot mulai menetas paling cepat pada hari ke 4 (tiga hari) dan
paling lambat pada hari ke 14 (13 hari). Rata-rata telur bekicot menetas pada
hari ke 8 (7 hari). Penetasan berakhir paling cepat pada hari ke 6 (5 hari) dan
paling lambat pada hari ke 23 (22 hari). Rata-rata telur bekicot mengalami
penetasan pada hari ke 13 (12 hari). Dengan demikian, maka lama penetasan
telur bekicot adalah berkisar antara 3-22 hari dan umumnya antara 7-12 hari.
Perbedaan lama penetasan telur bekicot berkaitan erat dengan perbedaan
status embrional telur saat dilepaskan induknya, yang kebanyakan berada pada
fase kedua dari tujuh fase perkembangan morfologik embrio bekicot (Djohar,
2006).

II.4.5 Telur Nyamuk


Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga dewasa sangat
menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakan di atas daun lembab atau
kolam kering selama musim panas atau musim gugur. Sebelumnya si induk
memeriksa permukaan tanah secara menyeluruh dengan reseptor halus
dibawah perutnya reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban.
Setelah menemukan tempat yang cocok nyamuk mulai bertelur. Telur-telur
tersebut panjangnya kurang dari 1mm,tersusun dalam satu baris secara
berkelompok atau satu-satu. Beberapa spesies nyamuk meletakan telurnya
saling bergabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Telur
berwarna putih dan tersusun rapi segera menjadi gelap warnanya, lalu
menghitam dalam beberapa jam. Warna hitam ini memberikan perlindungan
bagi larva agar tidak terlihat oleh burung atau serangga lain. Selain telur
warna kulit sebagian larva juga berubah sesuai dengan lingkungan sehingga
mereka lebih terlindungi. (http//harun Yahya.com) Setelah masa inkubasi,
(musim dingin) larva mulai keluar dari telur secara hampir bersamaan. Larva
yang terus menerus makan, tumbuh dengan cepat. Kulit mereka menjadi
sempit, sehingga tidak bisa tumbuh menjadi lebih besar lagi, lalu melakukan
pergantian kulit yang pertama. Pada tahap ini kulit yang keras dan rapuh
mudah pecah. Larva nyamuk berganti kulit dua kali sampai selesai
berkembang. Larva membuat pusaran kecil di dalam air dengan menggunakan
dua anggota badan yang berbulu dan mirip kipas angin. Pusaran ini membuat
bakteri atau mikroorganisme mengalir ke mulut. Sambil bergantung di dalam
air,larva bernafas melalui pipa udara yang mirip “snorkel” yang digunakan
para penyelam. Tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang mencegah
masuknya air ke lubang yang digunakan untuk bernafas Waktu yang
diperlukan nyamuk untuk pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa
lebih pendek (1-2 minggu) tempat perindukan nyamuk dapat di air jernih dan
air keruh. (Spielman. 2010)

II.4.6 Telur Keong Sawah


Keong mas sangat menyukai lingkungan yang jernih, mempunyai suhu air
antara 10-35C. Dengan demikian mudah ditemukan di daerah sawah, waduk,
situ, rawa dan genangan air (Riyanto, 2003). Keong mas dapat bertahan hidup
lama di dalam tanah sampai 6 bulan dan akan berkembangbiak kembali
apabila mendapat pengairan. Keong mas memerlukan waktu antara 2-2,5
bulan. dalam satu kali siklus hidupnya dan dapat mencapai umur kurang lebih
3 tahun . Siklus hidup keong emas memerlukan waktu 60-80 hari dalam
menghasilkan telur. Satu induk dapat menghasilkan 10 kelompok telur dan
mampu bertelur sebanyak 15 kali. Sementara 1 kelompok dapat menetas
hingga 15.000 ekor keong emas. Penetasan satu kelompok telur memerlukan
waktu antara 3-5 hari. Satu kelompok telur berukuran mencapai 1,5×10 cm.
Masa berkembang biaknya dari satu telur menetas sampai menjadi dewasa ,
siap kawin, dan berkembang biak memerlukan waktu 60 hari hari terus sampai
berumur 3 tahun. (IRRI, 2013).
III. METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Botol/gelas plastic bekas
2. Karet gelang
3. Kantong plastic bekas
4. Jarum pentul
5. Handphone
6. Buku laporan sementara
7. Alat tulis
III.1.2 Bahan
1. Kokon ulat gulung pisang
2. Telur semut rangrang
III.2 Cara Kerja
1) Alat dan bahan disiapkan.
2) Telur semut rangrang yang sudah diambil dimasukkan kedalam botol plastic bekas.
3) Kokon ulat gulung pisang yang sudah diambil dimasukkan kedalam gelas plastic
bekas dalam keadaan masih tergulung di dalam daun pisang.
4) Gelas plastic berisi telur ikan diberi penutup dari kantong plastic dan diberi lubang.
5) Pada masing-masing telur diukur suhu dan kelembapan menggunakan aplikasi
Term humidity.
6) Intensitas cahaya dihitung menggunakan aplikasi Light meter.
7) Masing-masing telur diamati setiap hari selama satu minggu.
8) Suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya serta perubahan yang terjadi setiap hari
dicatat di buku laporan sementara.
IV. HASIL PENELITIAN
IV.1 Semut Rangrang

Hari Gambar Keterangan


Ke-

1
Hari: Senin, 16-03-2020
Intensitas cahaya: 13lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 58%
Warna: Putih
Keterangan: Telur rangrang berwarna putih,
bentuknya oval, terdapat sedikit cairan
bening pada telurnya.
2
Hari: Selasa, 17-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 62%
Warna: Putih
Keterangan: Telur rangrang berwarna putih,
berbentuk oval, beberapa mulai terbentuk
dua bintik hitam (bakal mata) dan kaki.
3
Hari: Rabu, 18-03-2020
Intensitas cahaya: 22lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 69%
Warna: Putih
Keterangan: Telur berwarna putih, beberapa
ujungnya berwarna cokelat, dan beberapa
mulai membentuk pupa, bakal mata dan
bakal kaki semakin jelas, bentuk badan mulai
terlihat.
4
Hari: Kamis, 19-03-2020
Intensitas cahaya: 10lx
Suhu: 27°C
Kelembaban: 78%
Warna: Putih
Keterangan: Telur berwarna putih, beberapa
berubah warna menjadi cokelat,
5
Hari: Jumat, 20-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 66%
Warna: Putih
Keterangan: Telur berwarna putih, beberapa
berubah warna menjadi cokelat, dan
beberapa telur menghitam
6
Hari: Sabtu, 21-03-2020
Intensitas cahaya: 19lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 69%
Warna: Putih
Keterangan: Telur berwarna putih, beberapa
berubah warna menjadi cokelat, dan sebagian
besar membentuk pupa, mata dan kaki
semaki jelas, bentuk badan semakin jelas,
beberapa telur menghitam, beberapa pupa
menjadi cokelat.
7
Hari: Minggu, 22-03-2020
Intensitas cahaya: 21lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 62%
Warna: Putih
Keterangan: Telur berwarna putih, beberapa
berubah warna menjadi cokelat, dan sebagian
besar membentuk pupa, mata dan kaki
semaki jelas, bentuk badan semakin jelas,
beberapa telur menghitam, beberapa pupa
menghitam.
8
Hari: Senin, 23-03-2020
Intensitas cahaya: 17lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 65%
Warna: Putih kecokelatan
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada
yang berwarna hitam, pupa berwarna putih,
mata dan kaki terlihat jelas, bentuk badan
semakin

9
Hari: Selasa, 24-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 70%
Warna: Cokelat
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada
yang berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian kecil kecokelatan, mata dan kaki
terlihat jelas, bentuk badan jelas
10
Hari: Rabu, 25-03-2020
Intensitas cahaya: 14lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 70%
Warna: Cokelat
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada
yang berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian besar kecokelatan, mata dan kaki
tezrlihat jelas, bentuk badan jelas.

11
Hari: Kamis, 26-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 62%
Warna: Cokelat
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada
yang berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian besar kecokelatan, ada pupa yang
menghitam. Mata dan kaki terlihat jelas,
bentuk badan jelas.
12
Hari: Jumat, 27-03-2020
Intensitas cahaya: 21lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 68%
Warna: Cokelat
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada yang
berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian besar kecokelatan, beberapa pupa
yang menghitam. Mata dan kaki terlihat
jelas, bentuk badan jelas.

13
Hari: Sabtu, 28-03-2020
Intensitas cahaya: 10lx
Suhu: 27°C
Kelembaban: 78%
Warna: Cokelat kehitaman
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada yang
berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian besar kecokelatan, sebagian kecil
pupa menghitam. Mata dan kaki terlihat
jelas, bentuk badan jelas.

14
Hari: Minggu, 29-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 66%
Warna: Cokelat kehitaman
Keterangan: Telur berwarna cokelat ada yang
berwarna hitam, pupa berwarna putih
sebagian besar kecokelatan, sebagian besar
pupa menghitam. Mata dan kaki terlihat
jelas, bentuk badan jelas.
IV.2 Kokon Ulat
Hari Gambar Keterangan
Ke-
1.
Hari: Sabtu, 14-03-2020
Intensitas cahaya: 22lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 66%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna cokelat agak
kekuningan, terdapat belang warna hitam, dan
terdapat serbuk berwarna putih.
2.
Hari: Minggu, 15-03-2020
Intensitas cahaya: 17lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 73%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna cokelat agak
kekuningan, terdapat belang warna hitam, dan
terdapat serbuk berwarna putih.

3.
Hari: Senin, 16-03-2020
Intensitas cahaya: 13lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 58%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna cokelat agak
kekuningan, terdapat belang warna hitam, dan
terdapat serbuk berwarna putih.
4. Hari: Selasa, 17-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 62%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna cokelat agak
kekuningan, terdapat belang warna hitam, dan
terdapat serbuk berwarna putih.

5. Hari: Rabu, 18-03-2020


Intensitas cahaya: 22lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 69%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna cokelat agak
kekuningan, terdapat belang warna hitam, dan
terdapat serbuk berwarna putih.

6. Hari: Kamis, 19-03-2020


Intensitas cahaya: 10lx
Suhu: 27°C
Kelembaban: 78%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna cokelat agak
kekuningan, terdapat belang warna hitam, dan
terdapat serbuk berwarna putih.
7 Hari: Jumat, 20-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 66%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna cokelat agak
kekuningan, terdapat belang warna hitam, dan
terdapat serbuk berwarna putih.
8 Hari: Sabtu, 21-03-2020
Intensitas cahaya: 18lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 65%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna kecokelatan,
terdapat belang warna hitam, dan terdapat
serbuk berwarna putih.
9 Hari: Minggu, 21-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 70%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna kecokelatan,
terdapat belang warna hitam, dan terdapat
serbuk berwarna putih.
10 Hari:Senin, 23-03-2020
Intensitas cahaya: 17lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 65%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat berwarna menjadi
cokelat , terdapat belang warna hitam, terdapat
dua lubang pada kokon, dan terdapat serbuk
berwarna putih.
11 Hari: Selasa, 24-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 70%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat menjadi, terdapat
belang warna hitam, terdapat dua lubang pada
kokon, dan terdapat serbuk berwarna putih.
12 Hari: Rabu, 25-03-2020
Intensitas cahaya: 14lx
Suhu: 31°C
Kelembaban: 70%
Warna: Cokelat
Keterangan: Kokon ulat menjadi kehitaman,
terdapat belang warna hitam, terdapat tiga
lubang pada kokon, dan terdapat serbuk
berwarna putih.
13 Hari: Kamis, 26-03-2020
Intensitas cahaya: 15lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 62%
Warna: Hitam
Keterangan: Kokon ulat menjadi hitam,
terdapat tiga lubang pada kokon, dan terdapat
serbuk berwarna putih.

14 Hari: Jumat, 27-03-2020


Intensitas cahaya: 21lx
Suhu: 32°C
Kelembaban: 68%
Warna: Hitam
Keterangan: Kokon ulat menjadi hitam,
terdapat empat lubang pada kokon, dan
terdapat serbuk berwarna putih.

IV.3 Telur Ikan


No. Foto Telur Keterangan
1. Intensitas cahaya : 45
Suhu : 25,6°C
Kelembaban : 62%
Telur ikan berbentuk seperti dua bulatan
(Dok. Pribadi 13 Maret 2020) yang menjadi satu, berwarna krem hingga
kuning dengan spot hitam.
Intensitas cahaya : 40
Suhu : 26°C
Kelembaban : 44%
2.
Telur ikan berbentuk seperti dua bulatan
yang menjadi satu, berwarna krem hingga
(Dok. Pribadi 14 Maret 2020) kuning dengan spot hitam. Ukuran tetap
Intensitas cahaya : 42
Suhu : 26,2°C
Kelembaban : 42%
3. Telur ikan semakin mengecil, warna
semakin memucat, media menjadi
berwarna keruh.
(Dok. Pribadi 15 Maret 2020)
Intensitas cahaya : 42
Suhu : 26,2°C
Kelembaban : 52,4%
4. Telur ikan lebih kecil, bentuk tidak
beraturan, media keruh. Telur ikan mati
(Dok. Pribadi 16 Maret 2020) sehingga pengamatan dihentikan.

IV.4 Telur Bekicot


No
Foto Telur Keterangan
.

Intensitas cahaya : 45
Suhu : 25,6°C
1.
Kelembaban : 62%
Telur berwarna putih susu cerah, berbentuk bulat
(Dok. Pribadi, 13 Maret
2020)
Intensitas cahaya : 40
Suhu : 26°C
Kelembaban : 44%
Telur berwarna putih tulang dan putih susu, berbentuk
2. bulat

(Dok. Pribadi, 14 Maret


2020)
Intensitas cahaya : 42
Suhu : 26,2°C
Kelembaban : 42%
Telur berwarna putih susu dan putih tulang, berbentuk
3. bulat

(Dok. Pribadi, 15 Maret


2020)
Intensitas cahaya : 42
Suhu : 26,2°C
Kelembaban : 52,4%
Telur berwarna putih tulang, berbentuk bulat, ukuran
4. mengecil dari sebelumnya

(Dok. Pribadi, 16 Maret


2020)
Intensitas cahaya : 41
Suhu : 26,2°C
Kelembaban : 51,3%
Telur berwarna putih tulang, berbentuk bulat dengan
ukuran tetap
5.

(Dok. Pribadi, 17 Maret


2020)
Intensitas cahaya : 40
Suhu : 23,5°C
Kelembaban : 51,8%
6. Telur berwarna putih tulang, berbentuk bulat dan
berukuran tetap

(Dok. Pribadi, 18 Maret


2020)
Intensitas cahaya : 40
Suhu : 26,8°C
Kelembaban : 53,2%
Telur berwarna putih tulang, berbentuk bulat dan
7. berukuran tetap

(Dok. Pribadi, 19 Maret


2020)
Intensitas cahaya : 42
Suhu : 26,2°C
Kelembaban : 51,1%
8. Telur berwarna putih tulang, berbentuk bulat dan
berukuran tetap

(Dok. Pribadi, 20 Maret


2020)
Intensitas cahaya : 37,7
Suhu : 26°C
Kelembaban : 43%
Berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat dengan
9. ukuran sedikit menyusut.

(Dok. Pribadi, 21 Maret


2020)
Intensitas cahaya : 38
Suhu : 26,5°C
Kelembaban : 42%
Telur berwrna putih tulang, sebagian mongering,
10. berbentuk bulat da nada yang pecah. Ukuran semakin
mengecil.
(Dok. Pribadi, 22 Maret
2020)
Intensitas cahaya : 38
Suhu : 26,8°C
Kelembaban : 41%
warna telur mulai menguning, berbentuk bulat, ada
11.
yang retak, ukuran tetap.

(Dok. Pribadi, 23 Maret


2020)

IV.5 Telur Nyamuk


No Tanggal Dokumentasi Keterangan
1 12 Maret Intensitas cahaya : 145
2020 Suhu : 29,2°C
Kelembaban : 78%
Bentuk : Memanjang
Warna : Hitam
Aktivitas : Jentik-jentik aktif berenang
Ukuran : + 1 cm
(Dok. Pribadi, 2020)
2 13 Maret Intensitas cahaya : 58
2020 Suhu : 24°C
Kelembaban : 55,2%
Bentuk : 1/3 jentik sdh menjadi nyamuk
muda
Warna : Jentik-jentik = hitam; Nyamuk
muda = hitam belang putih
(Dok. Pribadi, 2020) Aktivitas : Jentik –jentik dan nyamuk
bergerak aktif
Ukuran : + 1 cm
3 14 Maret Intensitas cahaya : 28
2020 Suhu : 26°C
Kelembaban : 44%
Jumlah : Nyamuk = 5; Pupa = 3; Sisanya
masih berupa jentik
Bentuk :Nyamuk sempurna; Jentik =
(Dok. Pribadi, 2020) memanjang; Pupa = sempurna dan bulat
dikepala
Warna : Nyamuk = hitam belang putih;
Jentik = abu kecokelatan; Pupa = hitam
Aktivitas :Jentik dan pupa berenang aktif;
Nyamuk muda bergerak aktif
Ukuran : + 1 cm
4 15 Maret Intensitas cahaya : 33
2020 Suhu : 25,1°C
Kelembaban : 58,7%
Jumlah : Nyamuk = 7; Sisanya masih
berupa jentik
Bentuk : Nyamuk sempurna; Jentik =
memanjang
Warna : Nyamuk = hitam belang putih;
Jentik = abu kecokelatan
Aktivitas : Jentik berenang aktif; Nyamuk
(Dok.Pribadi, 2020)
muda bergerak aktif
Ukuran : Jentik : + 1 cm; Nyamuk : + 1 cm
5 16 Maret Intensitas cahaya : 18
2020 Suhu : 30°C
Kelembaban : 44,1%
Jumlah : Nyamuk hidup = 5, mati =3; Pupa
= 3; Sisanya masih berupa jentik
Bentuk : Nyamuk sempurna; Jentik =
memanjang; Pupa = sempurna dan bulat
dikepala
(Dok. Pribadi, 2020)
Warna : Nyamuk = hitam belang putih;
Jentik = abu kecokelatan; Pupa = hitam
Aktivitas :Jentik dan pupa berenang aktif;
Nyamuk muda bergerak aktif dan menempel
di dinding dan permukaan air
Ukuran : Nyamuk Hidup = 3 besar (+ 1,5
cm), 3 kecil (+ 1 cm); Jentik = + 1 cm dan
gemuk
6 17 Maret Intensitas cahaya : 22
2020 Suhu : 29,7°C
Kelembaban : 46,5%
Jumlah : Nyamuk hidup = 8, mati =5; Pupa
= -; Sisanya masih berupa jentik
Bentuk : Nyamuk sempurna; Jentik =
memanjang
Warna : Nyamuk = hitam belang putih;
(Dok. Pribadi, 2020)
Jentik = abu kecokelatan
Aktivitas : Jentik berenang aktif; Nyamuk
muda bergerak aktif, menempel di dinding
media dan permukaan air
Ukuran : Nyamuk hidup(8) = 2 relatif lebih
besar, lainnya kecil; Jentik = lebih kecil dan
kurus
7 18 Maret Intensitas cahaya : 7
2020 Suhu : 29,6°C
Kelembaban : 58%
Jumlah : Nyamuk hidup = 2, mati =11; Pupa
= -;
Sisanya masih berupa jentik
Bentuk : Nyamuk sempurna,
2 nyamuk yang telah mati, tubuhnya mulai
(Dok. Pribadi, 2020)
hancur;
Jentik = memanjang
Warna : Nyamuk = hitam belang putih;
Jentik = abu kecokelatan
Aktivitas : Sebagian dari jentik berenang
aktif, lainnya melemah dan bertaut di bagian
atas; Nyamuk muda sangat lemah dan
hinggap di permukaan air
Ukuran :Nyamuk hidup(2) = 1 relatif lebih
besar, 1 lebih kecil; Jentik = kecil dan kurus

IV.6 Telur Keong Sawah


No. Tanggal Foto Keterangan
1. Kamis , 12 Maret  Intensitas Cahaya :
2020 145
 Suhu : 29,2 %
 Kelembapan : 78%

Bentuk : Bulat
Warna : Merah Muda

(Dok.Pribadi, 2020)

2. Jumat, 13 Maret  Intensitas Cahaya :


2020 45
 Suhu : 26℃
 Kelembapan : 55%

Bentuk : Bulat
Warna : Merah Muda

(Dok. Pribadi, 2020)

3. Sabtu, 14 Maret  Intensitas Cahaya :


2020 15
 Suhu : 25℃
 Kelembapan : 51,5 %

Bentuk : Bulat
Warna : Merah Muda

(Dok. Pribadi, 2020)


4. Minggu, 15  Intensitas Cahaya :
Maret 2020 36
 Suhu : 24℃
 Kelembapan : 35%

Bentuk : Bulat
Warna : Merah muda.

(Dok. Pribadi, 2020)

5. Senin, 16 Maret  Intensitas cahaya : 32


2020  Suhu : 33℃
 Kelembapan : 49,1%

Bentuk : Bulat
Warna : Pink keabuan

(Dok. Pribadi, 2020)

6. Selasa, 17 Maret  Intensitas Cahaya :


2020 33
 Suhu : 29,3℃
 Kelembapan : 33,7%

Bentuk : yang sudah


menetas terdapat
cangkang
Warna : pink, terdapat
selaput tipis.

(Dok. Pribadi, 2020)


7. Rabu, 18 Maret  Intensitas Cahaya :
2020 35
 Suhu : 28,5℃
 Kelembapan : 49,1%

Bentuk : sudah
berbentuk keong.
Warna : keabuan, dan
yang akan menetas
berwarna putih.

(Dok. Pribadi, 2020)


V. PEMBAHASAN
Praktikum Embriologi Hewan Acara I yang berjudul “Faktor Lingkungan yang
Berpengaruh Pada Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio Hewan” memiliki tujuan
untuk memahami dan mengenal berbagai factor lingkungan yang berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan embrio hewan dan mampu membuat deskripsi singkat
mengenai hasil pengamatan perkembangan embrio hewan. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari Kamis, 12 Maret 2020 di lskukan secara online Alat dan bahan yang
dibutuhkan adalah gelas dan botol plastic, karet gelang, air, kamera, alat tulis, buku
laporan sementara, telur keong sawah, telur ikan, telur bekicot, telur semut rangrang, dan
kokon ulat. Cara kerjanya meliputi, alat dan bahan disiapkan, lakukan pengamatan
selama satu minggu, serta hasil pengamatan di tulis di buku laporan sementara.

V.1Telur Semut Rang -Rang


Kroto merupakan sebutan atau nama untuk telur semut rangrang (Oecophylla
smaragdina). Menurut Prayoga dalam Destriyani et al., (2020) kroto adalah anakan
semut rangrang berupa telur, larva, da pupa. Kroto memiliki ukuran yang kecil serta
berwarna putih. Menurut Destriyani et al., (2020) tampilan fisik kroto sekilas mirip
dengan butiran nasi, yakni berukuran lonjong dan berwarna putih, ukuran sebutir
kroto sekitar 1 cm dengan diameter 5 mm. Adapun panjang kroto kecil 5-6 mm
dengan diameter 2mm. Rangrang hidup dan berkembang biak di pepohonan, biasanya
rangrang menggunakan daun sebagai sarangnya. Menurut Ratri et al., (2017) Semut
rangrang disebut juga sebagai weaver ant yang memiliki cara hidup khas yaitu
merajut daun-daun pada pohon untuk membuat sarang. Pada pengamatan telur kali
ini, jenis telur semut yang digunakan yaitu telur semut rangrang (Oecophylla
smaragdina).Telur ini dihasilkan oleh induk atau ratu semut dimana pada suatu
koloni semut.terdapat ratu semut yang bertugas menghasilkan anak. Menurut
Destriyani et al., (2020) seperti halnya jenis semut lainnya, semut rangrang memiliki
struktur yang terdiri atas: Ratu; betina, berukuran 20-25 mm, berwarna hijau atau
coklat, bertugas untuk menelurkan bayi-bayi semut.
Tahap perkembangan atau siklus hidup semut rangrang yaitu dimulai dari telur
kemudian menjadi larva, pupa, imago, dan menjadi semut dewasa. Menurut
Destriyani et al., (2020) tahap perkembangbiakan semut rangrang dimulai dari telur,
larva, pupa, imago (semut rangrang muda), lalu menjadi semut pekerja, calon ratu.
Dari tahap perkembangannya semut rangrnagn merupakan serangga yang memiliki
siklus hidup dengan cara metamorfosis sempurna. Menurut Wenda et al., (2018)
tahaptahap perubahan hewan yang mengalami metemorfosis sempurna adalah telur,
telur berubah menjadi larva, larva berubah menjadi pupa, pupa berkembang menjadi
dewasa (imago), dan begitu seterusnya membentuk daur atau siklus hidup.
Untuk bereproduksi atau menghasilkan telur, reproduksi semut rangrang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti nutrisi, suhu udara, dan kelembaban.
Menurut Destriyani et al., (2020) faktor yang mempengaruhi semut rangrang unuk
hidup dan berkembangbiak antara lain suhu, udara, kelembaban tanah, jenis pohon,
ketersediaanya makanan dan musuh (predator dan manusia). Nutrisi merupakan
faktor yang berpengaruh pada reproduksi rangrang. Nutrisi yang diperlukan untuk
mendukung reproduksi semut rangrang yaitu protein dan karbohidrat. Menurut
Prayoga dalam Ratri et al., (2017) pakan merupakan komponen yang sangat penting
sebagai sumber nutrisi bagi ternak semut rangrang untuk berproduksi, zat gizi utama
yang diperlukan oleh semut rangrang sama dengan hewan ternak lain, yakni protein
dan karbohidrat (gula), protein merupakan salah satu zat makanan yang sangat
dibutuhkan oleh semut terutama untuk tujuan produksi, karena protein ini setelah
dimetabolismekan dalam tubuh, dicerna dan diserap, maka akan didapatkan hasil
akhir yang merupakan hasil produksi (output) dari ternak. Faktor lingkungan seperti
suhu dan intensitas cahaya merupakan faktor yang berpengaruh pada siklus hidup
rangrang. Menurut Ratri et al., (2017) ratu mulai bertelur dalam sarang dengan suhu
23–27 °C dan intensitas cahaya sekitar 0,01–0,06 lm/m2.
Pada pengamatan kali ini, suhu rata-rata selama empat belas hari yaitu 30,85 oC.
Kelembaban juga turut diukur, pada pengamatan ini kelembaban rata-rata selama
empat belas hari yaitu 67, 35%. Menurut Rahman dalam Ratri et al., (2017) semut
rangrang menyukai lingkungan dengan suhu antara 26–34 °C dan kelembaban relatif
antara 62–92%. Pada hasil pengamatan selama empat belas hari dengan suhu rata-rata
30,85oC, beberapa telur mengalami pertumbuhan sampai dengan tahap larva.
Beberapa lainnya berubah menjadi coklat dari yang awalnya berwarna putih, sampai
akhirnya menjadi hitam dan mengering. Sementara itu menurut Suhara dalam Ratri et
al., (2017) pada suhu 30 °C, telur akan berubah menjadi larva dalam jangka waktu
sekitar 8 hari. Sedangkan menurut Zakaria dalam Destriyani et al., (2020) suhu udara
yang baik sebagai tempat berkembangbiak semut rangrang adalah 18-30 derajat
celcius. Selain suhu intensitas cahaya juga turut di ukur, pada pengamatan ini
intensitas cahaya rata-tata selama empat belas hari pengamatan yaitu 15, 85 lx.
Pengamatan telur rangrang dilakikan selama empat belas hari. Hasil akhir dari
pengamatan (hari ke-14) yaitu sebagian telur berkembang menjadi pupa, dan sebagian
lainnya mati. Menurut Wenda et al., (2018) perkembangan rata-rata telur akan
menetas dalam 17-24 hari sedangkan periode larva akan memakan waktu 24-27 hari
dan periode pupa berlangsung selama 13-22 hari.

V.2Kokon Ulat Pisang

Kokon ulat daun pisang mempunyai nama latin Eritonia thrax L. yang merupakan
kelompok dari ordo lepidoptera. Hal ini sesuai dengna pendapat Kalshoven (dalam
Aufa, Adlin, 2017) bahwa E. thrax L. termasuk ke dalam ordo Lepidoptera, family
Hesperiidae dengan metamorfosis holometabola. Secara morfologi bentuk kokon ulat
pada saat berupa larva akan berwarna kuning kehijauan semakain lama warna
tersebut akan mengalami perubahan menuju warna kekuningan dengan tubuh yang
dilapisi oleh lilin. Hal ini sesuai dengan pendapat Kalshoven (dalam Aufa, Adlin,
2017) bahwa larva yang masih muda warnanya sedikit kehijauan dan tubuhnya tidak
dilapisi lilin. Larva yang ukurannya lebih besar berwarna putih kekuningan dan
tubuhnya dilapisi lilin. Larva muda yang baru menetas memotong daun pisang secara
miring mulai dari bagian tepi daun lalu menggulung potongan tersebut. Larva makan
dari bagian dalam gulungan tersebut, kemudian membentuk gulungan yang lebih
besar sesuai dengan perkembangan larva sampai instar akhir. Mortalitas larva cukup
tinggi pada larva muda karena pada permukaan tubuhnya belum ditutupi lilin dan
gulungan daunnya masih terbuka. Pada saat menjadi pupa ulat daun pisang akan
mempunyai morfologi dengan warna tubuh putih dan permukaan tubuhnya terdapat
seperti serbuk tepung. Hal ini sesuai dengan pendapat Fariyanro, Ari (2015) bahwa
pupa berukuran 60 mm, berwarna putih dan dilapisi oleh tepung serta mempunyai
belalai (proboscis) yang panjang. Siklus hidup dari ulat daun pisang berlangsung
selama 5-6 minggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutiyoso, Y., Widodo (2010)
bahwa di Bogor, perkembangan satu siklus membutuhkan waktu 5-6 minggu.

Telur diletakkan pada daun utuh dan berkelompok dengan jumlah 25 butir.
Setelah menetas, larva akan tumbuh pesat hingga akhirnya menjadi pupa dan
serangga kupu-kupu. Pada stadium mulai dari prapupa dan hingga menjadi pupa
siklus hidup ulat daun pisang berlangsung kurang lebih 18-21 hari. Hal ini sesuai
dengan pendapat Aufa, Adlin (2017) bahwa stadium prapupa lamanya adalah tiga
hari, sedangkan stadium pupa 7 hari. Memasuki stadium pupa, warna tubuh menjadi
kuning terang. Sesuai perkembangan, lambat laun tubuh pupa akan berubah warna
menjadi agak gelap dan akhirnya menjadi coklat agak gelap. Pupa berada di dalam
gulungan daun, dan dilapisi lilin. Panjang pupa ± 6 cm dan mempunyai probosis.
Stadium pupa berlangsung selama 8-12 hari. Ada beberapa faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kokon ulat yaitu suhu atau
temperature, kelembapan dan predator. Namun, faktor yang paling berpengaruh
adalah suhu. Hal ini sesuai dengan pendapat Samsiyah dan Kusumaputra (dalam
Nuraeni, Sitti dan Beta Putranto, 2010), besar kecilnya ukuran kokon tergantung dari
jenis ulat, suhu dan kelembaban, mutu, banyaknya daun murbei yang dimakan dan
lain-lain. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 14 hari. Pada hari
pertama kokon ulat berwarna coklat kekuningan, terdapat belang dan tubuh tertutupi
serbuk putih. Namun akhirnya mati diakibatkan karena kokon ulat dikeluarkan dari
gulungan daun pisang. Kemudian dihari kedua diganti denga kokon baru lagi. Pada
hari ke 2-7 kokon ulat berwarna coklat kekuningan dengan belang hitang dan tubuh
yang tertutupi oleh serbuk putih. Pada hari ke 8-11 kokon berubah warna menjadi
kecoklatan dengan belang hitam dan tubuh yang tertutupiserbuk putih. Pada hari
ke12-14 kokon berwarna kehitaman dengan adanya lubang dibagian permukaan dan
serbuk putih. Pada saat pengamatan suhu yang terpantau berkisar 27ºC-32ºC dengan
kelembapan 58%-78% dan intensitas cahaya 101x-221x. Pada pertumbuhan dan
perkembangan kokon faktor suhu adalah faktor yang paling berpengaruh karena
dengan adanya suhu yang normal dan optimal perkembangan kokon dalam
berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutiyoso, Y., Widodo (2010) siklus lama
kokon ulat penggulung daun pisang dari telur sampai dewasa (imago) akan
berlangsung 35-39 hari dengan temperature normal 27-30oC.

V.3Telur Ikan
Jenis telur ikan molly yaitu makrolechital, dimana kuning telur dengan jumlah
yang lebih banyak dengan keping sitoplasma di bagian kutub animanya. Telur ikan
molly yang awalnya berwarna merah kemudian berubah menjadi coklat muda dengan
bentuk bulat. Telur yang dihasilkan telur molly sekitar 20-55 butir. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Muhammad mahi, Achmanu, dan Muharlien (2012) yang
menyatakan bahwa telur megalechital adalah tipe telur yang mempunyai jumlah yolk
yang sangat banyak sehingga inti dengan sedikit ooplasma terdesak ke kutub anima.
Menurut Lingga dan Susanto (2013) ikan Molly (Phocilia sphenops) merupakan
salah satu ikan hias yang memiliki warna yang cantik, termasuk ke dalam family
Poecilidae yang berasal dari Meksiko, Florida, Virginia. Ukuran maksimal ikan ini
dapat mencapai 12-13 cm.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan telur ikan yaitu suhu,
kelembapan, oksigen, dan pH. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Patrick
(2018) bahwa faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan telur
ikan. Faktor tersebut terdiri atas suhu, tingkat keasinan (salinitas), tekanan,
penyinaran atau cahya, gelombang, arus dan pasang surut. Menurut Green dan Fisher
(2014) Suhu mempengaruhi perilaku larva seperti kecepatan, pertumbuhan dan durasi
larva speerti yang ditemukan pada larva ikan karang Amphiprion melanopus. Cahaya
memiliki peran yang sangat dalam perkembangan telur karena cahaya mempengaruhi
dalam pergerakan ruaya (vertical migration). Hal tersebut sesuai dengan pendapat
dari Sebates (2014) bahwa cahaya mempunyai pengaruh secara tidak langsug yakni
sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis fitoplakton yang menjadi tumpuan
hidup hewan laut karena menjadi sumber makanan selain itu pada peelitian yang
dilakukan oleh Sebates (2014) menemukan bahwa distrubusi larva ikan secara
vertical pada siang hari berada pada kolom air bagian atas sedangkan pada malam
hari larva ikan lebih banyak ditemukan di lapisan air yang lebih dalam.
Daur hidup ikan diawali dari telur (ova) yang berhasil dibuahi. Embrio akan
tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudin,
telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan membunyai kantong
kuning telur yang berukuran rellatif besar sebagai cadangan makanan larva. Larva
berubah menjadi kebul (larva stadia akhir). Seanjutnya akan bertumbuh menjadi ikan
dewasa. Menurut Yuniar (2017), siklus hidup ikan meliputi, telur yang dibuahi
selanjutnya berkembang menjadi embrio dan menetas menjadi larva, sedangkan telur
yang tidak dibuahi (mati). Larva adalah anak ikan yang memiliki morfologi, anatomi,
dan fisiologi yang masih sederhana dan terus berkembang menuju kesempurnaan.
Selanjutnya berkembang menjadi benih, yaitu anak ikan yang memiliki bentuk tubuh
definitive seperti induknya. Fase berikutnya adalah juvenile, ikan yang memiliki
bentuk tubuh seperti induknya, tetapi lebih kecil dan organ reproduksinya masih
dalam perkembangan sehingga belum berfungsi. Dewasa, organ reproduksi ikan
dewasa dan ikan induk sudah berfungsi sehingga berpotensi melakukan reproduksi
dalam rangka melanjutkan keturunan.
Berdasarkan hasil pengamatan selama dua minggu, telur ikan berada pada
kondisi suhu air 24-29℃ dan kelembapan 35-64% serta intensitas cahaya 12-145 lux,
dengan demikian sudah berada dalam kondisi yang aman. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Lesmana dan Iwan (2016) yang menyatakan bahwa suhu oftimal
untuk ikan tropis terutama ikan hias adalah 22 - 28 (°C), tergantug jenisnya,
sedangkan suhu yang optimal untuk ikan Molly (Poecilia sphenops) berkisar 25-
28°C. Namun perkembangan ikan tidak ada (mati) , dikarenakan pada habitatnya ikan
kekurangan oksigen. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Lesmana (2016),
yang menyatakan bahwa kebutuhan oksigen oleh ikan tentunya diambil dari air.
Oksigen digunakan ikan untuk pernafasan, yaitu pertukaran gas yang dilakukan di
dalam insang. Pada proses ini oksigen akan diserap, sedangkan karbondioksida
dibuang.

V.4Telur Bekicot
Telur bekicot termasuk jenis telur yaitu isolechital, dimana kuning telur relatif
tersebar merata didaerah sitoplasma sel. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Slamet (2010) yang menyatakan bahwa telur isolesital atau homolesital atau
oligolesital adalah tipe telur yang jumlah yolk-nya relatif sedikit dan tersebar merata
di dalam ooplasma atau bahkan ada yang tanpa ada yolk. Telur bekicot berwarna
putih kekuningan, ukurannya kecil dan tertutupi cangkang. Telur bekicot memiliki
diameter ±5mm dan berbentuk bulat lojong. Menurut Sativani (2011), ukuran telur
bekicot rata-rata memiliki panjang 6,3 mm dan lebar 5,6 mm dan mengeluarkan telur
berkisar antara 82-315 butir. Jumlah telur yang dilepaskan bekicot sangat tergantung
pada daerah tempat hidup.
Telur bekicot dibuahi secaara internal di dalam tubuh betina. Meskipun bekicot
merupakan hewan hemafrodit, ada yang disebut bekicot betina yang menghasilkan
ovum dan yang jantan menghasilakan sperma. Menurut (Sativani, 2011), Bekicot
bersifat hermaphrodit ambiseksual dimana sperma dan oosit dihasilkan secara
simultan. Bekicot pada umumnya menghasilkan sperma sebelum dimulainya
oogenesis (protandri).
Menurut Khairunnisa (2016) bekicot dan keong (hewan lunak) memiliki siklus
hidup yang hampir sama. Dalam satu kali siklus hidupnya memerlukan waktu antara
2 – 2,5 bulan. Keong mas dapat mencapai umur kurang lebih 3 tahun. Keong mas ini
membutuhkan waktu setiap fase telur sekitar 1 sampai 2 minggu, pada pertumbuhan
awal membutuhkan waktu 2 sampai 4 minggu lalu keong mas siap kawin kembali
pada umur 2 bulan. Keong mas selama hidupnya mampu menghasilkan telur
sebanyak 15 sampai 20 kelompok kelompok, dengan tiap kelompok telur berjumlah
kurang lebih 500 butir, dengan persentase penetasan pada telur lebih dari 85%.Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi dalam perkembangan bekicot sangat banyak. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Khairunnisa (2016) , yang menyatakan bahwa
faktor-faktor tersebut dapat berupa suhu, PH, kelembapan, Intensitas cahaya, dan
media tumbuh. Media yang baik dalam penetasan telur merupakan hal yang paling
penting dalam proses peternakan bekicot. Media penetasan telur dapat berupa tanah,
sekam, kerikil, dan pasir. Keempat media tersebut memiliki perbedaan kandungan
dan struktur yang akan mempengaruhi faktor lain seperti PH dan kelembapan. Faktor-
faktor itu akan mempengaruhi daya tetas telur dan daya hidup bekicot. Media
penetasan telur yang baik tentunya akan menghasilkan anak bekicot yang sehat dan
jumlahnya banyak.
Hari pertama pengamatan telur bekicot berwarna putih kekuningan, diameternya
sekitar 5mm. Hari kedua suhunya menjadi kondisi telur masih sama dengan kondisi
awal namun warnanya berubah menjadi putih tulang pekat. Hari ketiga kondisi telur
msih sama seperti hari kedua. Hari keempat hingga hari ketujuh kondisi telur tidak
ada perubahan dan masih sama dengan kondisi awal, namun warnanya menjadi
semakin kusam. Kemungkinan telur tidak akan menetas karena media yang
disediakan tidak mendukung, karena hanya diletakkan di dalam botol plastik.
Menurut Khairunnisa (2016), media penetasan telur dapat berupa tanah, sekam,
kerikil, dan pasir. Selain itu, telur yang diamati juga belum masak sepenuhnya karena
telur diambil dari dalam induk, bukan dari telur yang sudah dikeluarkan.

V.5Telur Nyamuk
Telur yang digunakan dalam praktikum embriologi hewan menggunakan telur
nyamuk yang telak menetas menjadi jentik nyamuk. Jentik nyamuk bebentuk silinder
menterupai benang dengan panjang ±8mm. jentik nyamuk berwarna hitam, pada
media aie jenting nyamuk dapat bergerak aktif. Nyamuk dapr menbghasilkan telur
menvapai 300 butir. Menurut Susanti (2017), setiap kali bertelur nyamuk betina dapat
mengeluarkan kurang lebih 100 butir telur dengan berukuran 0,7 mm per butir. Ketika
pertama kali dikeluarkan oleh induk nyamuk, telur berwarna putih dan juga lunak.
Kemudian telur tersebut menjadi warna hitam dan keras.
Nyamuk siklus hidupnya mempunyai empat fase yaitu dari mulai telur, jentik,
pupa, sampai menjadi nyamuk dewasa. Telurnya dapat menetes dalam waktu 1-2 hari
kemudian akan berubah jentik (Susanti, 2017). Telur dapat menetas menjadi jentik
hingga menjadi pupa dan berkembang hingga stadium imago disebabkan karena
media perindukan memiliki faktor lingkungan yang memungkinkan untuk
berkembanganya nyamuk stadium pradewasa. Siklus hidup nyamuk berkisar antara
10 sampai dengan 32 hari. Lama hidup nyamuk dewasan berkisar antara 10-20 hari
(Agustin, 2017).
Tipe telur nyamuk merupakan sentrolesital, dimana yolk atau kuning telur banyak
terkonsentrasi di tengah. Sehingga pembelahan membentuk pola meroblastic dimana
pembelahan tidak mengenai seluruh bagian sel telur. Nymauk betinya menghisap
darah untuk menutrisi telur di dalamnya, karena telur membutuhkan protein untuk
berkembang. Telur nyamuk biasanya dapat ditemukan pada genangan air yang
tertampung disuatu tempat atau bejana. (Oleymi et, al.,2011).
Telur nyamuk biasanya dapat ditemukan pada genangan air yang tertampung
disuatu tempat atau bejana. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Tri Wuristuti
(2013) yang menyatakan bahwa media air yang berbeda – beda memiliki pengaruh
yang berbeda pula terhadap kesukaan nyamuk Aedes aegypti bertelur. Dalam hal ini,
media air tidak tercemar adalah air kran dan media air tercemar yang disukai nyamuk
untuk bertelur adalah media air dengan kotoran sapi, media air dengan tanah serta
media air dengan kotoran kuda. Diantara keempat media air yang disukai nyamuk
untuk bertelur, media campuran air dengan kotoran sapi merupakan media yang
paling disukai nyamuk Aedes aegypti bertelur. Hal ini mengindikasikan adanya
perubahan perilaku Aedes aegypti dalam memilih tempat perindukan dan
membuktikan adanya perubahan perilaku nyamuk Aedes aegypti dalam beradaptasi
dengan lingkungan, artinya bila tidak menemukan tempat perindukan dari air bersih
maka nyamuk Aedes aegypti beralih ke tempat lain yang sudah tercemar Beberapa
faktor yang mempengaruhi nyamuk betina memilih tempat untuk bertelur adalah,
temperatur, pH. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Oleymi (2011) bahwa
faktor yang mepengaruhi nyamuk betina untuk bertelur adalah suhu, pH, kadar
ammonia, nitrat, sulfat serta kelembapan dan biasanya nyamuk memilih tempat yang
letaknya tidak terpapar matahari secara langsung . Telur dapat menetas menjadi jentik
hingga menjadi pupa dan berkembang hingga stadium imago disebabkan karena
media perindukan memiliki faktor lingkungan yang memungkinkan untuk
berkembanganya nyamuk stadium pradewasa (Agustin, 2017).
Hari pertama jentik nyamuk dalam keadaan bergerak aktif. Warna dari jentik
tersebut adalah hitam dengan ukuran panjang ±8mm. Hari kedua terdapat satu ekor
jentik yang telah berubah menjadi nyamuk, namun nyamuk tersebut hanya menempel
pada dinding dan tidak aktif bergerak. Hari ketiga, ukuran jenti-jentik yang semula
kecil bertambah besar. Jentik yang berubah menjadi nyamuk bertambah lagi menjadi
dua ekor, tetapi hanya diam dan tidak aktif bergerak. Hari keempat terdapat tiga ekor
jentik yang berubah menjadi nyamuk. Dua ekor nyamuk berukuran kecil hanya diam
di dinding, dan satu ekor lebih besar aktif bergerak dan dapat terbang. Hari kelima
jentik nyamuk masih aktif bergerak dan jumlah nyamuk berkurang karena mati.
Nyamuk yang tersisa ada dua dan aktif terbang. Hari keenam jumlah jentik yang
menjadi nyamuk bertambah menjadi tiga. Dua ekor nyamuk berukuran lebih besar
dan satu lainnya masih kecil. Hari ketujuh semua nyamuk mati karena ruang yang
tersedia cukup sempit sehingga nyamuk tidak leluasa untuk terbang. Nyamuk yang
terbang juga mudah masuk ke dalam air dan mati karena tidak ada ruang bagi mereka
untuk terbang. Jentik dapat berubah menjadi nyamuk pada lingkungan yang berbeda
dengan lingkungan aslinya karena nyamuk termasuk spesies yang adaptif, dapat
berkembang biak di berbagai tempat. Suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya juga
sesuai sehingga jentik dapat berubah menjadi nyamuk. Menurut Oleymi et, al. (2011),
beberapa faktor yang mempengaruhi nyamuk betina memilih tempat untuk bertelur
adalah, temperatur, pH, kadar ammonia, ntrat, sulfat serta kelembapan dan biasanya
nyamuk memilih tempat yang letaknya tidak terpapar matahari secara langsung
V.6Telur Keong Sawah

Jenis telur keong sawah yaitu isolechital, dimana kuning telur relatif tersebar
merata didaerah sitoplasma sel. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Slamet (2010)
yang menyatakan bahwa telur isolesital atau homolesital atau oligolesital adalah tipe
telur yang jumlah yolk-nya relatif sedikit dan tersebar merata di dalam ooplasma atau
bahkan ada yang tanpa ada yolk. Telur keong sawah hidup secara berkelompok dan
mampu menghasilkan telur sebanyak 15-20 kelompok , dimana tiap kelompok
mampu menghasilkan telur dengan jumlah kurang lebih 500-1000 butir. Dengan fase
telur matang 1-2 minggu. Telur keong sawah mempunyai warna merah jambu
dengan bentuk seperti buah murbei dan memiliki diameter berkisar 2,2-3,5 mm. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Slamet (2010) yang menyatakan bahwa keong
rawa mampu tumbuh dan berproduksi dengan cepat dimana satu ekor keong dapat
bertelur 300-3000 butir per bulan dengan daya tetas lebih kurang 80% dalam kisaran
waktu 7 – 14 hari. Menurut Siti (2016) telur Pomacea canaliculata berwarna merah
muda dengan bentuk telur memanjang dari 2 cm – 4,5 cm bahkan ada yang sampai 7
cm dan lebarnya 2 – 3,5 cm mirip seperti buah murbei.

Siklus hidup keong sawah dimulai dari telur yang menetas, kemudian keong
sawah yang baru lahir mengalami masa pertumbuhan lalu menjadi dewasa. Hal ini
sesuai dengan Andriyanto (2013) bahwa daur hidup keong mas dari stadium telur
sampai stadium telur berikutnya membutuhkan waktu tiga bulan sedangkan untuk
keong sawah memerlukan waktu 6-7 bulan. Pada unur 15 hari keong sawah mencapai
ukuran lebar 4,1 mm dan tinggi 5,8 mm. Selanjutnya tiga bulan sejak telur menetas
keong sawah telah dianggap dewasa dan siap bereproduksi dimana ukuran panjang
tubuhnya mencapai 3-4 cm dengan berat 10-20 gram. Secara terperinci telur akan
mengalami masa inkubasi selama 7-14 hari. Kemudian telur akan menetas dan
menjadi keong sawah dewasa selama 15-25 hari, lalu mengalami masa pertumbuhan
selama 49-59 hari dan akan tumbuh menjadi keong sawah yang dewasa secara
kelamin yang siap untuk bereproduksi yang berumur 60 hari-3 tahun.Menurut IRRI
(2003), Keong mas dapat bertahan hidup lama di dalam tanah sampai 6 bulan dan
akan berkembangbiak kembali apabila mendapat pengairan. Keong mas memerlukan
waktu antara 2-2,5 bulan. Dalam satu kali siklus hidupnya dan dapat mencapai umur
kurang lebih 3 tahun.

Faktor yang memepengaruhi yaitu suhu, keong hidup pada suhu yang stabil. Hal
tersebut berdasarkan pernyataan dari Riyanto (2013) yang menyatakan bahwa keong

mas sangat menyukai lingkungan yang jernih, mempunyai suhu air antara 10-35 C,

dengan demikian mudah ditemukan di daerah sawah, waduk, situ, rawa dan genangan
air. Menurut Riyanto (2013) apabila habitatnya dalam keadaan kekurangan air maka
keong mas akan membenamkan diri pada lumpur yang dalam, hal ini dapat bertahan
selama beberapa bulan. Bila habitatnya sudah ada airnya maka keong mas akan
muncul kembali pada saat pengolahan lahan. Faktor keberadaan dan kanabalisme
keong sawah juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan dan
perntumbuhan keong sawah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Slamet
(2010) bahwa kemampuan telur-telur keong sawah untuk menetas sangat dipengaruhi
oleh kelembaban udara, tingkat oksigen di udara, keberadaan predator terrestrial, dan
kanibalisme keong sawah dewasa. Jika telur-telur tersebut terendam air, maka
keberhasilan telur-telur tersebut untuk menetas akan berkurang. Telur-telur tersebut
dapat bertahan jika waktu telur-telur tersebut tercelup air cukup pendek. Akan tetapi,
jika waktu tercelupnya cukup lama dan terjadi berulang kali, maka tingkat toleransi
telur-telur tersebut akan menurun. Air diduga dapat mengurangi ketersediaan oksigen
di sekitar telur sehingga berpengaruh pada pertumbuhan embrio. Kanibalisme terjadi
ketika telur-telur tersebut dimakan oleh keong-keong dewasa.

Berdasarkan pengamatan selama dua minggu, telur keong sawah berada pada
temperature lingkungan 24-30℃, kelembapan 35-55% serta intensitas cahaya 15-145
lux. Setelah beberapa hari telur berubah warna menjadi pucat dan gelap serta
beberapa telur menetas pada hari ke 6-7. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Riyanto (2013) yang menyatakan bahwa bahwa keong mas sangat menyukai

lingkungan yang jernih, mempunyai suhu air antara 10-35 C, dengan demikian

mudah ditemukan di daerah sawah, waduk, situ, rawa dan genangan air. Namun, telur
tidak menetas semuanya karena lingkungannya berbeda dengan habitat asalnya. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Riyanto (2013) yang menyatakan bahwa apabila
habitatnya dalam keadaan kekurangan air maka keong mas akan membenamkan diri
pada lumpur yang dalam, hal ini dapat bertahan selama beberapa bulan. Bila
habitatnya sudah ada airnya maka keong mas akan muncul kembali pada saat
pengolahan lahan.
VI. KESIMPULAN
VI.1 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan embrio meliputi,
suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya.
VI.2 Pada telur semut rang-rang temperature yang didapat selama satu minggu
pengamatan antara 26-34 C, kelembapan rata rata 67,35%, serta intesitas cahaya rata
rata 15,85 lux. Hasil akhir dari pengamatan (hari ke-14) yaitu sebagian telur
berkembang menjadi pupa, dan sebagian lainnya mati. Sedangkan pada kokon ulat
pisang pengamatan suhu yang terpantau berkisar 27ºC-32ºC dengan kelembapan
58%-78% dan intensitas cahaya 101x-221x. Akan tetapi kokon ulat tidak mengalami
perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA

[IRRI] International Rice Research Institute. 2013. Panduan Sistem Karakterisasi dan
Evaluasi Tanaman Padi. Silitonga TS et al., penerjemah; Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor. 58
hlm. Terjemahan dari : Standard Evaluation System (SES) for Rice 4th
edition, July 1996.

Agustin Indira, Udi Tarwotjo, Rully Rahardian. 2017. Perilaku Bertelur dan Siklus
Hidup Aedes aegypti pada Berbagai Media Air. Jurnal Biologi. Volume 6
No 4.
Andrew, D.K., N.G. Zimmermann. 2010. A comparison of energy efficient broiler
house lighting sources and photoperiods. Poult. Sci. 69: 1471-1479.
Anita, 2017. Perilaku Semut Rangrang (Oechophylla smaragdina) Dalam
Membangun Sarang Sebagai Referensi Yang Bernilai Islami Pada Mata
Kuliah Entomologi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh.
Aufa, Adlin. 2017. Uji Preferensi Predator Sycanus dichotomus (Hemiptera:
Reduviidae) terhadap Beberapa Ulat Pemakan Daun Tanaman.
Universitas Sumatera Utara.
Awan, H. 2017. Domestikasi ulat sutera liar Attacus atlas (Lepidoptera Saturniidae)
dalam usaha meningkatkan persuteraan nasional. Disertasi. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Destryani, T. A. N., Robi’ah, R., Pratondo, P., Berliana, A. F., & Umami, M. (2020,
March). Pemanfaatan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) berbasis
indigenous knowledge sebagai upaya konservasi berkelanjutan.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi. 127-133.
Farianro, Ari. 2015. Hama Bermetamorfosis Holometabola. Universitas Lampung.
Froese R, Pauly D (eds.). 2014. Fishbase. World Wide Web electronic publication.
Green SB, Fisher R. 2004. Temperature influences swimming speed, growth and
larval duration in coral reef fish larvae. Journal Experimental Marine
Biology and Ecology 299 (2004) : 115-132.
Guslim., 2010. Agroklomatologi. USU Press. Medan.

Khaerunisah Lulu. 2016. Pengaruh Perbedaan Media Penetasan terhadap Daya Tetas
dan Daya Hidup Bekicot (Achatina fulica). Jurnal Biologi. Vol 5 No 3.
Koutsikos N, Vardakas L, Kalogianni E, Economou AN. 2018. Global distribution
and climatic match of a highly traded ornamental freshwater fish, the
sailfin molly Poecilia latipinna (Lesueur, 1821). Knowledge &
Management of Aquatic Ecosystems, 419(23): 11.
Lesmana, D dan Iwan D. 2016. Budidaya Ikan Hias Maanvis (Pterophylum sclarae).
Jakarta : Penebar Swadaya.
Lingga, P., dan H. Susanto. 2013. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta
Muhammad mahi, Achmanu, dan Muharlien .2012. Pengaruh Bentuk Telur dan
Bobot Telur Terhadap Jenis Kelamin, Bobot Tetas dan Lama Tetas
Burung. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
Mulyani. 2018. Strategi dan Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Mendukung
Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Litbang Pertanian. 27 (2) : 43-49
Nuraeni, Sitti dan Beta Putranto. 2010. “Aspek Biologis Ulatsutera (Bombyx mori L.)
Dari Dua Sumber Bibit di Sulawesi Selatan”. Jurnal Perennial, 4(1) : 10-
17.
Nurdin Riyanto.2009. Panas dan Suhu Tubuh Manusia. Bandung: Remaja Karier,

Olayemi, I. K., Omalu, I. C. J., Famotele, O. I., Shegna, S. P., & Idris, B. 2010.
Distribution Of Mosquito Larvae In Relation To Physico-Chemical
Characteristics Of Breeding Habitats In Minna, North Central Nigeria.
Reviews in Infection. Volume1(1). pp 49-53.
Patrick L, Paul J, Hart B. 2013, An individual-based model for the spatial population
dynamics of pacific skipjack tuna Katsuwonus pelamis: model structure.
Symposium on Fish Behaviour in Exploited Ecosystems. 23–26 June 2003.
ICES Bergen, Norway
Putri, dkk. 2013. Hidrolisis Selulosa Eceng Gondok (Eichhornia Crassipe) Menjadi
Glukosa dengan Katalis Arang Aktif Tersulfonasi. Jurnal Teknologi Kimia
dan Industri, Vol. 2 No. 3 Hal 63-69. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro
Ratri LD, Basuki E, Darsono. 2017. Kuantitas Anakan Kultur Semut Rangrang,
(Oecophylla smaragdina) Secara Artifisial Dengan Menggunakan
Beberapa Jenis Pakan Berbeda. Purwokerto.
Ratri, L. D., Basuki, E., & Darsono, D. (2017). Kuantitas anakan kultur semut
rangrang, oecophylla smaragdina, secara artifisial dengan menggunakan
beberapa jenis pakan berbeda. Scripta Biologica, 4(1), 47-51.
Riyanto. 2013. Aspek-Aspek Biologi Keong Mas (Pomacea canaliculata L.).
FORUM MIPA Edisi Januari 2003 Vol. 8 No. 1 Hal: 20-26.
Sativani Riza. 2011. Mengenal Bekicot (Achatina fulica).
Sebates A. 2014. Diel vertical distribution of fish larvae during the winter-mixing
period in the Northwestern Mediterranean. ICES Journal of Marine
Science, 61: 1243-1252
Slamet. 2010. Pengendalian dan Pemanfaatan Keong Mas. Serambi Pertanian.
Jakarta
Slembrouck, J., Van der Werf, H. M. and Legendre, M., 2013. Life Cycle
Assessment for Environmentally Sustainable Aquaculture Management: A
Case Study of Combined Aquaculture Systems for Carp and Tilapia.
Journal of Cleaner Production, 57: 249 – 256 pp.
Supartini. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC
Suryanti dan Supriyadi.2018. .Pisang:Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanti, Suharyo. 2017. Hubungan Lingkungan Fisik dengan Keberadaan Jentik


Aedes aegypti pada Area Bervegetasi Pohon Pisang. Unnes Journal of
Public Health. 6 (4).
Sutiyoso, Y., Widodo. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman. Depok : PT Trubus
Swadaya.
Wenda, Y., Frans, T., & Kainde, R. (2018, April). Ukuran populasi kroto dan
tumbuhan inang semut rangrang di Hutan Pantai Moinit Kabupaten
Minahasa Selatan. In COCOS, 1(1).
Yusdira A, Mukhlis E, Sitanggang M. 2014. Budidaya Kroto Sistem Stoples. Jakarta
(ID): Agro Media Pustaka
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 12 Maret 2020

Asisten Praktikan

Tazkia Annisa Vania Putri Riyanto


(24020116130059) (24020119130064)
ACARA II
TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO KATAK

I. TUJUAN
Mampu menggunakan berbagai alat bantu untuk pengamatan embrio katak dan dapat
membedakan setiap tahap perkembangan embrio katak

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1Fertilisasi
Fertilisasi merupakan proses bertemunya sel sperma dengan sel telur. Sel
telu diaktivasi untuk memulai perkembangannya dan inti sel dari dua gamet akan
bersatu untuk menyempurnakan proses reproduksi seksual. Penetrasi spermatozoa ke
dalam membran vitelin mengaktivasi sel telur untuk melengkapi proses
meiosisnya dan mengeluarkan badan polar kedua. Kromosom yang terkandung
dalam pronukleus jantan haploid bersatu dengan kromosom dalam pronukleus
betina. Proses penyatuan kedua kromosom tersebut disebut dengan singami.
Sebagai konsekuensi dari fertilisasi, jumlah kromosom kembali menjadi diploid,
jenis kelamin suatu individu ditentukan, dan variasi biologis dihasilkan dari
integrasi karakteristik herediter paternal dan maternal (McGeady et al. 2016).
Masuknya spermatozoa ke dalam membran plasma sel telur menginduksi
pelepasan kalsium intraseluler dalam sel telur (Alberio et al. 2011). Setelah
fertilisasi, perubahan metabolisme sel telur dipengaruhi oleh fluktuasi konsentrasi
kalsium tersebut. Peningkatan konsentrasi kalsium ini akan menahan proses
meiosis sel telur dan menginduksi proses mitosis embrio. Respon aktivasi sel telur
tersebut termasuk pengerahan mRNA maternal untuk translasi, perubahan sintesis
protein, dan aktivasi genom zigot (McGeady et al. 2016).

II.2Pembelahan morulasi
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus
menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi yaitu
proses terbentuknya morula.Pada fase ini zigot mengalami pembelahan. Pembelahan
sel dimulai dari satu menjadi dua, dua menjadi empat, dan seterusnya. Pada saat
pembelahan sel terjadi pembelahan yang tidak bersamaan. Stadium morula
merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan berakhir bila
sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan tetapi
ukurannya lebih kecil.Sel tersebut memadat untuk menjadi blatodik kecil yang
membentuk dua lapisan sel.Pada saat ini ukuran sel mulai beragam,sel membelah
secara melintang dan mulai membentuk formasi lapisan kedua secara samar pada
kutub anima.Stadium morula berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan
blastomer.Pada akhir pembelahan akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama
kelompok sel-sel dalam (inner mass cell) fungsinya membentuk tubuh embrio. Kedua
adalah kelompok sel-sel pelengkap yang meliputi trophoblast,periblast,dan auxilliary
cell fungsinya untuk melindungi dan menghubungi antara embryo dengan induk atau
lingkungan(Campbell,2010)
Tropoblas melekat pada dinding uterus.Sel-selnya memperbanyak diri dengan
cepaat dan memasuki epitelium uterus pada tahap awal implantasi.Setelah 9
hari,seluruh blastokista bertahan dalam dinding uterus.Sewaktu ini berlangsung,sel-
sel yang berada disebelah bawah dari masa sel dalam menyusun diri menjadi suatu
lapisan yang disebut endoderm primer yang akan membentuk saluran pencernaan
makanan.Sel-sel sisa dari masa sel dalam memipih membentuk suatu keping yaitu
keping embrio.Antara (rongga amnion) berisi cairan. Dinding rongga yaitu
amnion,menyebar mengelilingi embrio dan dikelilingi bantalan yaitu cairan amnion.
(Adnan,2010)

II.3Pembelahaan blastulasi

Blastula adalah tahapan perkembangan embrio yang terdiri dari blastomer


yang belum terdiferensiasi. Struktur blastula ada yang coeloblastula; discoblastula;
stereoblastula dan blastocyst (blastosis). Pada umumnya blastula berongga bulat atau
pipih. Rongga itu berfungsi untuk memberi ruang dan kesempatan gerak sel-sel pada
proses gastrulasi. Kelompok sel-sel di suatu daerah blastula akhir menunjukkan
kemampuan yang berbeda sebagai awal diferensiasi. Untuk mengetahui perbedaan itu
dapat dilakukan dengan cara perunutan kembali (trace back) zat warna vital yang
diteteskan pada permukaan blastula hidup, kemudian diikuti perpindahan zat warna
itu sampai stadium akhir gastrula. Hasil dari perunutan itu dipetakan sebagai peta
blastula yang terdiri dari : epidermal; neuroectodermal; chordadorsalis; mesodermal
dan entodermal (Gilbert, 2011).

Proses sintesis protein baru pada stadium blastula memang belum aktif. Pada
akhir blastula sintesis DNA maupun RNA baru mulai meningkat sebagai persiapan
diferensiasi. Protein khusus di masing masing daerah peta blastula ini disintesis khas
dan berfungsi sebagai pemberi sifat karakteristik masing-masing bagian blastula
tersebut. Struktur seluler blastula katak di daerah tertentu berbeda. Epimer di bagian
polus animalis, mesomer di equator dan hipomer di polus vegetativus. Pada blastula
ayam dikenal centroblast, periblast dan hypoblast. Pada umumnya sel pada tingkat
blastula berstruktur sebagai epitel dan disebut blastoderm (Gilbert, 2011).

II.4Pembelahan gastrulasi

Gastrula adalah tingkatan perkembangan embrio di mana terjadi proses


pembentukan lapis benih (germ layer). Tanda khas tahapan ini adalah terbentuknya
calon sistem pencernaan yaitu gastrocoel (archenteron). Pada tingkat ini juga terjadi
diferensiasi yang pertama kali yaitu terbentuknya lapis benih ectoderm, mesoderm
dan entoderm. Pada tingkat sebelumnya yaitu tingkat blastula belum terjadi
diferensiasi, sel-sel masih berpotensi sama. Secara teoritis pada akhir blastula terjadi
pengelompokan sel sebagai daerah calon pembentuk organ yang dapat dipetakan
sebagai fate map (peta nasib). Gastrulasi adalah proses yang berlangsung secara
dinamik, terjadi gerakan sel dari satu tempat ke tempat lain, menuju lokasi organ
definitif yang akan dibentuk. Stadium gastrula merupakan tahapan perkembangan
embrio yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan
pengorganisasian embrio dalam suatu sistem sumbu (Balinsky, 2010).

Sintesis protein sebelum gastrulasi dikendalikan oleh gen parental, sedangkan


sintesis protein pada stadium gastrula dikendalikan oleh inti sel gastrula. Oleh karena
itu gastrulasi merupakan stadium perkembangan yang kritis. Berbagai percobaan
fertilisasi antar genera dapat berkembang sampai blastula saja, tetapi tidak pernah
sampai gastrula. Hal itu dapat terjadi karena gen parental masih beroperasi sampai
blastula. Pada gastrulasi terjadi diferensiasi ektoderm; mesoderm dan entoderm,
masingmasing berbeda dalam kualitas RNA. tRNA disintesis lebih banyak pada
entoderm Xenopus. Untuk membuktikan sintesis RNA dilakukan percobaan
transplantasi nukleus pada tahap perkembangan yang berbeda. Nukleus endoderm
yang aktif sintesis tRNA ditransplantasikan ke dalam sel telur yang sudah diaktifasi.
Hasilnya adalah sintesis tidak terjadi, karena hambatan ooplasma. Kondisi inti dalam
lingkungan ooplasma tidak sinkron karena dalam tingkat perkembangan yang berbeda
(Balinsky, 2010).

II.5Neurulasi
Neurulasi merupakan tahap perkembangan embrio yang ditandai dengan
terbentuknya sistem syaraf pertama kali. Tahap pembentukan sistem syaraf pada
vertebrata memiliki pola yang serupa. Pertama terbentuk lembaran neural (lamina
neuralis), kemudian melipat menjadi lipatan neural (sulcus neuralis) dan akhirnya
menjadi bumbung neural (canalis neuralis). Diferensiasi yang terjadi adalah
terbentuknya calon otak di ujung anterior dan di bagian caudalnya membentuk
medulla spinalis. Crista neuralis yang berkembang di bagian kiri-kanan medulla
spinalis akan menjadi sistem syaraf periferal (Balinsky, 2010).
Inisiasi sistem syaraf terbentuk setelah inisiasi sistem pencernaan. Sistem
pencernaan berasal dari rongga archenteron (gastrocoel) tahap gastrula. Dalam proses
morfogenesis, kedua sistem tersebut saling berinteraksi. Mesoderm yang berada di
antara kedua sistem tersebut berfungsi sebagai induktor pembentukan sistem syaraf.
Tahap neurula ditandai dengan semakin jelasnya organisasi tubuh maupun sistem
sumbu tubuh (anterior-posterior maupun dorsal-ventral). Pada masing-masing lapis
benih (germ layer : ecto, meso dan entoderm) mulai terdiferensiasi membentuk organ
primer (Balinsky, 2010)

II.6Organogenesis

Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh.


Pertumbuhan ini di awali dari pembentukan embryo yaitu bentuk primitif menjadi
fetus yaitu bentuk defenitif dan kemudian berdeferensiasi dan memeliki bentuk dan
rupa yang spesfifik bagi keluarga hewan dalam satu spesies (Campbell, 2010).
Organogenesis merupakan proses pembentukan organ pada embrio yang bersal dari 3
lapisan germinal yaitu ektoderm,endoderm dan mesoderm. Mesoderm merupakan
lapisan ketiga yang letaknya ditengah-tengah antara endoderm dan mesoderm dapat
berasal dari kedua lapisan lembaga,karena itu juga dinamakan eksoderm atau
endoderm. Mesodern sesungguhnya mempunyai sifat epitelial. Biasanya membentuk
badan-badan berupa kantung,sepertikantung selom,rongga badan sekunder
dansebagainya, sedangkan mesenkim merupakan jaringan dimana bentuk-bentuk sel
selnya tidak beraturan dan mempunyai substansi-substansi interseluler (Djuhanda,
2011).
Organogenesis terdiri dari dua periode yaitu pertumbuhan awal dan
pertumbuhan akhir. Selama pertumbuhan ini terjadi transformasi dan diferensiasi
bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitif menjadi bentuk defenitif yang khas
bagi suatu spesies seperti adanya bentuk katak, ayam, sapi dan lain–lain nya. Untuk
itu sangat lah penting mempelajari organogenesis turunan mesoderm ini karena kita
dapat memahami terjadi nya perubahan bentuk dan pembentukan bermacam–macam
organ atau organogenesis (Yatim, 2016).Macam–macam organogenesis ini berasal
dari lapisan lembaga ektoderm, endodern dan juga mesoderm. Periode pertumbuhan
akhir berupa penyelesaian bentuk defenitif menjadi suatu bentuk individu seperti
pertumbuhan jenis kelamin, roman atau wajah yang khas bagi individu
(Kimball,2016). Pada saat diferensiasi sel dan organogenesis pada embryo sangatlah
penting peranan asam retionat dan hormon tyroid. Ekspresi transporter MTC–8 yang
banyak ditemukan pada otak dan plasenta merupakan mediator yang menyerap
hormon tyroid dari peredaran darah menuju kedalam sel yang di perlukan
bagi pertumbuhan neuron yang aktifasi oleh asam retionat (Campbell, 2010).

II.7Embrio Katak

Embrio merupakan eukariot diploid multisel dalam tahap pertama dalam


perkembangan. Dari waktu pembelahan sel pertama sampai kelahiran, penetasan, atau
perkecambahan. Perkembangan embrio disebut dengan embryogenesis.
Embryogenesis merupakan proses perkmebangan dari zigot dengan perkembangan
organ tubuh (Organogenesis), sehingga terbentuk individu baru yang fungsional,
meliputi telur segar terfertilisasi proses pembelahan sel menjadi (2,4,8,16,32,64),
morula, blastula awal, blastula akhir, gastrula, ivaginasi, prisma dan tahap akhir
terbentuknya pluteus (Janin). Salah satu ciri dari makhluk hidup yaitu berkembang
biak yang merupakan suatu usaha untuk mempertahankan kelestarian hidup jenisnya.
Setiap jenis makhluk hidup didunia ini memiliki mekanisme sendiri-sendiri dalam
melakukan perkembngbiakan. Proses reproduksi pada dasarnya adalah proses
pembentukkan suatu individu baru yang berjalan dengan mekanisme yang tetap
bertahan dan teratur. Bila kondisi yang menunjang proses reproduksi ini dalam
keadaan baik dan optimal, maka potensi hasil reproduksi tersebut akan memberi hasil
yang maksimal. Namun bila proses ini tidak dalam keadaan baik dan optimal, maka
potensi hasil dari proses ini akan mengalami kegagalan. Kondisi seperti ini dapat
memutuskan rantai keturunan. Salah satu cara untuk mempelajari mekanisme
reproduksi adalah melalui pembelajaran embriologi sederhana pada landak laut Sea
Urchin (Temnopleurus alexandri) dapat digunakan untuk mempelajari proses
pembentukan individu baru yang melalui berbagai macam tahap-tahap pembelahan
dilakukan secara kompleks (Adnan, 2010)
III. METODE PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Mikroskop Stereo Binokuler
2. Lensa pembesar (loupe) kecil
3. Pipet Tumpul
4. Gelas arloji atau objek glass cekung
5. Alat tulis
6. Buku penuntun praktikum
7. Buku Laporan Sementara
III.1.2 Bahan
1. Seri Sediaan Awetan embrio Katak
2. Model morula, blastula, dan gastrula embrio katak
III.2 Cara Kerja
1. Sediaan telur (embrio) katak disiapkan dalam botol-botol sesuai dengan urutan
tingkat perkembangannya
2. Telur (embrio) katak dari botol pertama diambil sebanyak satu atau dua buah
dengan menggunakan pipet tumpul, kemudian dletakkan pada gelas objek cekung/
gelas arloji sambal ditambahakan sedikit larutan dari dalam botol sediaan
3. Embrio diamati di bawah lensa pembesar dengan hati-hati. Apabila kurang jelas
maka embrio diamati dibawah miskroskop stereo binokuler
4. Telur (embrio) katak yang diamati dibandingkan dengan ciri-ciri stadium
perkembangan embrio katak dari album yang telah disediakan
5. Hasil pengamatan kemudian Digambar dan diberi keterangan pada lembar laporan
sementara
IV. HASIL PENGAMATAN

No Kode / No botol Dokumentasi / Gambar Keterangan

(Tahap
Perkembangan )

1. Pembelahan Terbentuk membran


pertama pembuahan berbentuk bulan
menjadi dua sel sabit dan berwarna abu-abu
(gray crescent) pada bagian
permukaan telur yang menjadi
tempat masuk spermatozoon.
Setelah mengalami
pembuahan, metabolisme sel
telur akan meningkat,
sementara permiabilitas
dinding sel telur berkurang.

2. Pembelahan Bidang pembelahan kedua


menjadi 4 sel masih tetap meridional
(vertikal). Pada saat ini terjadi
perbedaan pembagian gray
crescent. Dua sel memiliki
dan dua sel lainnya tidak
memiliki.
3. Pembelahan
menjadi 8 sel Bidang pembelahan ketiga
berpola latitudinal. Pada
stadium ini terjadi perbedaan
ukuran blastomer. Mikromer
(sel-sel blastomer yang
berukuran kecil) berpigment
tebal, sedangkan makromer
(yang berukuran lebih besar)
berpigment tipis saja. Tampak
adanya inisiasi calon blastocel

4. Pembelahan Dua bidang pembelahan ke-4


menjadi 16 sel meridional (vertikal)
terbentuk pada stadium ini,
selain itu terjadi segregasi
plasma benih (germ plasm).

5. Pembelahan Dua bidang pembelahan ke-5


menjadi 32 sel latitudinal. Menghasilkan 32
sel
6. Pembelahan Terjadi pembelahan ke-6 yang
menghasilkan menghasilkan 64 sel.
64 sel (morula Membentuk massa sel yang
awal) disebut sebagai morulla.

7. Morula akhir Blastocel terus membesar,


pola pembelahan berikutnya
yang terjadi tidak memiliki
aturan pasti. Pergerakan
embrio secara umum
dilakukan dengan bantuan
silia sel-sel blastomer bagian
luar. Permukaan embrio masih
terlihat sebagai susunan sel-
sel yang tidak rata dan
membentuk struktur
permukaan multiseluler.
8. Blastula awal Blastocel terus membesar, pola
pembelahan berikutnya yang terjadi
tidak memiliki aturan pasti.
Pergerakan embrio secara umum
dilakukan dengan bantuan silia sel-sel
blastomer bagian luar. Permukaan
embrio masih terlihat sebagai susunan
sel-sel yang tidak rata dan membentuk
struktur permukaan multiseluler.

9. Blastula akhir Struktur permukaan yang multiseluler


berangsur menghilang dan menjadi
lebih halus atau rata. Terbentuk
bangunan yang disebut germ ring,
epiblast dan hypoblast. Bagian dorsal,
sesuai dengan peta blastula
merupakan calon pembentuk organ.

10. Gastrula Awal Terjadi epiboly germ ring ke arah


polus vegetativus, invaginasi dan
involusi bibir dorsal (labium
dorsale).

11. Gastrula Labium ventrale dan yolg plug mulai


Akhir terbentuk. Terjadi kontriksi labia,
sedangkan ukuran gastrocel menjadi
lebih besar. Blastocel menghilang dan
diikuti oleh terbentuknya blastoporus.
12. Neurula awal Blastoporus mengecil seiring
dengan adanya pembentukan stria
primitiva. Bentuk embrio tidak lagi
bundar melainkan agak lonjong.
Lamina neuralis juga mulai tampak.

13. Neurula Akhir Masih terdapat neuroporus pada


bagian anterior dan posterior.
Embrio dapat dibedakan menjadi
bagian kepala, leher dan badan.
Bagian dorsal embrio berbentuk
cembung.

14. Oragnogenesis Blastoporus mulai menghilang dan


tailbud muncul canalis mesoentericus.
Neuroporus menutup, badan
memanjang, bagian dorsal cekung,
somit-somit terbentuk. Calon-calon
organ juga terbentuk, seperti
mesenchym jantung, arches visceralis,
blok mesoderm, pronephros,
hypochorda, sense plate, gill plate,
vesicula optica, placoda auditoria dan
placoda olfactoria.
15. Free Mulai terjadi gerakan pertama dengan
Swimming bantuan otot tubuh embrio. Bagian
Tadpole calon otak primer dan infundibulum
masih terpisah dari calon hipofise.
Linea lateralis mulai muncul.
Sementara itu placoda auditoria mulai
terpisah dari ectoderm kepala, placoda
lensa mata terbentuk dan radix
ventralis terpisah dari medulla
spinalis. Hypochodra juga mulai
terpisah dari enteron. Chorda dorsalis
pada stadium ini telah mencapai
puncak perkembangannya. Sumbat
esofagus terbentuk dan mulai timbul
aorta dorsalis maupun vena vitellina.
V. PEMBAHASAN

Praktikum Embriologi Hewan yang berjudul “Tahap Perkembangan Embrio Katak”


dilaksanakan pada hari Kamis, 2 April 2020 secara online. Tujuan praktikum ini adalah
untuk Mampu menggunakan berbagai alat bantu untuk pengamatan embrio katak dan
dapat membedakan setia tahap perkembangan embrio katak. Alat yang digunakan untuk
praktikum acara III adalah Mikroskop Stereo Binokuler ,Lensa pembesar (loupe) kecil,
Pipet Tumpul , Gelas arloji atau objek glass cekung, Alat tulis, Buku penuntun
praktikum, Buku Laporan Sementara. Bahan yang digunakan pada praktikum acara III
antara lain yaitu Seri Seddiaan Awetan embrio Katak, Model morula, blastula, dan
gastrula embrio katak. Cara kerja dari praktikum “Tahap Perkembangan Embrio Katak”
yaitu dengan menyiapkan sediaan (embrio) katak dalam botol – botol sesuai dengan
urutan tingkat perkembangannya. Kemudian ambil telur (embrio) katak dari botol
pertama sebanyak satu atau dua buah menggunakan pipet tumpul. Embrio katak tersebut
diamati dibawah mikroskop streo binokuler.
V.1Pembelahan (Cleavage)
Pembelahan pertama pada embrio katak akan terjadi melalui tengah Grey crescent
dan pembelahan ini akan terhambat pada daerah yang mengandung yolk. Grey
crescent terbagi menjadi dua bagian sama besar yaitu membentuk blastomer yang
simetris bilateral. Dua blastomer yang terbentuk, memiliki bagian kutub animal dan
kutub vegetal. Pigmen pada kutub animal. Menurut Adnan (2010) Bidang equator
serat bergelendong tipe pembelahan selalu dipertengahan dan tegak lurus terhadap
porus sel induk. Terdapat 2 blastomer pada bidang pembelahan I. Pigmen terdapat
pada kutub anima, dan pada kutub vegetal tidak terdapat pigmen.
Pada pembelahan 2 dihasilkan 4 sel. Ciri pada pembelahan kedua ini yaitu alur
pembelahan di bagian kutub animal dan kutub vegetal. Bagian kutub vegetal yang
berisi kuning telur terdapat dalam jumlah lebih sedikit atau membelah lebih sedikit.
Menurut Gadjahnata (2010) Satu jam dari pembelahan pertama dalam telur katak,
pembelahan ke dua juga dimulai pada kutub anima tegak lurus pembelahan pertama.
Ciri pembelahan kedua yang diungkapkan oleh Adnan (2010) bahwa pembelahan ini
dihasilkan 4 sel dimana masih dijumpai blastomere pada pembelahan pertama 1,
terdapat 2 blastomer serta Ooplasma dibagian porus anima homogen sedangkan
dibagian porus vegetative tida homogen karena adanya vitelis yang banyak.
Pada pembelahan ketiga dihasilkan 8 sel. Pembelahan terjad secara horizontal dan
tegak lurus pada bidang satu dan dua hanya letaknnya lebih kearah kutub anima,
sehingga blastomere yang dihasilkan tidak sama besar, yaitu 4 mikromer dibawah
kutub animal dan 4 makromer dibawah kutub vegetal. Menurut Adnan (2010)
Pembelahan ketiga memiliki ciri pembalahan yang terjadi secara equatorial lebih
dekat ke kutub anima yang menghasilkan 4 mikromer dan 4 makromer di daerah
kutub vegetal.
Pembelahan keempat melewati bidang-bidang meridian yang serentak membagi
dua kedepalan sel. Sehingga akan terbentuk 8 mikromer dan 8 makromer. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat dari Gadjahnata (2010) bahwa pembelah keempat
akan menghasil 16 blastomer yang terdiri atas 8 makromer di daerah kutub vegetal
dan 8 mikromer didaerah kutub animal. Menurut Adnan (2010) bahwa pembelahan
keempat akan melewati bidang meridian dan pembelahan terjadi secara serentak.
Pembelahan yang kelima terjadi secara equatorial pada bidang atas dan bawah
secara serempak. Pada pembelahan kelima akan terbentuk blastomere yang terdiri
dari 32 sel. Sel-sel makromer dan mikromer kini terdiri atas dua lapis masng-masing.
Sel makromer lapis bawah lebih besar dari pada lapis atas. Menurut Adnan (2010)
pembelahan kelima aan menghasilkan blastomer yang menghasilkan 32 sel yang
terdiri atas 16 makromer dan 16 mikromer. Menurut Gadjahnata (2010) bahwa
pembelahan kelima terjadi secara equatorial.

V.2Morulasi
Morula merupakan tahap perkembangan 64 sel. Pada tahap morula tidak terjadi
pertumbuhan organisme namun terjadi penambahan massa sel yang berfungsi sebagai
cadangan makanan bagi calon organisme. Tipe pembelahan yang terjadi pada morula
adalah pembelahan latitudinal atau pembelahan yang sejajar dengan equatorial yang
mendekati kutub anaimal dan kutub vegetal. Pertambahan terhambat di daerah yang
mengandung yolk. Kecepatan pembelahan blastomere berbeda-beda sesuai dengan
jumlah dan penyebaran kuning telur di dalam sitoplasma. Pembelahan berikutnya
adalah sel-sel hitam membelah menjadi mikromer sehingga blastomere semakin
mengecil. Diantara kutub vegetative dan kutub animal terdapat mesomere. Selama
morulasi, zona pelusida tetap utuh dan berfungsi sebagai pemersatu blastomere.
Menurut Ciptono (2011) fase morulasi merupakan fase penambahan massa sel yang
berfungsi sebagai cadangan makanan bagi calon organisme . Ciri-ciri fase morulasi
yang diungkapan oleh Adnan (2010) adalah pade fase morulasi merupakan tahap
perkembangan 64 sel, dimana bidang pembelahannya sudah tidak teratur lagi
mendekati latitudinal. Sugiyarto (2010) mengatakan bahwa hasil pembelahan akan
terbentuk rongga-rongga (segmentasi cavity) dan perluasan pembelahan sel-sel
(epiboli). Namun pembelahan sel-sel masih berjalan lambat karena adanya vitellus.
Pada fase morulasi sudah mulai tampak intercellular cavity yang merupakan calon
blastocoels yang terdapat pada fase blastula

V.3Blastulasi
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan.
Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan
pelekukan yang tidak beraturan. Menurut Adnan (2010) blastula memiliki 3 daerah
yang berbeda yaitu daerah disekitar kutub anima, daerah disekitar kutub vegetal, dan
daerah sub equatorial yang berupa sel-sel cicin marginal. Blastula berbentuk seperti
bola dan memebentuk celah yang disebut sengan blastocoel. Hal tersebut sebut sesuai
dengan pernyataan dari Campbell bahwa blastula berbentuk blastula padat dan
terdapat daerah sub equatorial berupa sel cincin marginal meliputi daerah kelabu yang
akan membentuk sel-sel mesoderm
Tahap blastula terjadi pembelahan berselang-seling akan terbentuk 128 dan 256
sel yang Menyusun atau membentuk bola (blastula) dan berongga (blastocoels).
Tahap blastula memebentuk batas antara lutub animal dan kutub vegetal dibagian
marginal disebut marginal zone. Terjadi invaginasi yang menyebabkan blastocoel
mulai terdesak yang dikuti oleh inovasi sel-sel didaerah marginal yang akan
membentuk dorsal yang kemudian membentuk celah blastopore. Menurut Adnan
(2010) pada tahap blastula bagiannnya meliputi mikromer, makromer, mesomere, dan
blastocoel. Menurut Rough Balinsky (2010) Pelekukan terjadi di daerah Batasan
anatar mikromer dan makromer yang selanjutnya menjadi bibir dorsal blastoporus
yang merupakan tahapan menuju tahap gastrula awal.
V.4Gastrulasi
Gastrulasi adalah proses perubahan blastula menjadi gastrula. Dalam gastrulasi sel
masih terus membelah dan memperbanyak diri. Selain terjadi perbanyakan sel, di
dalam gastrulasi juga terjadi berbagai gerakan untuk mengatur dan menyusun deretan
sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh dari individu spesies masing-masing, yaitu
gerakan epiboli dan gerakan emboli. Gastrulasi pada katak juga melibatkan beberapa
gerakan yang di mulai dengan berinvaginasinya hypoblast pada celah yang terbentuk
pada awal proses. Menurut Adnan (2010) Invaginasi ini disertai oleh pre-chorda di
daerah dorso-median bibir dorsal yang bergerak ke arah anterior bakal embrio.
Gerakan ini di ikuti oleh bakal notochord yang bergerak ke posterior ke arah bibir
dorsal yang kemudian berinvolusi di daerah dorso-median menyertakan pre-chorda.
Sel-sel notochord yang terletak di bibir lateral berkonvergensi secara perlahan menuju
bibir dorsal. Notochord akan berada persis di bawah bakal actoderm saraf dorsal-
median.Menurut Balinsky (2010) Bakal mesoderm yang terletak pada ke dua sisi
bakal notochord bekonvergensi ke bibir dorsal kemudian berinvolusi ke celah antara
ectoderm dan endoderm. Di kedua sisi embrio dan juga ke arah ventral.
V.5Neurulasi
Neurulasi adalah proses penempatan jaringan yang tumbuh menjadi jaringan
saraf, jaringan ini berasal dari diferensiasi ectoderm, sehingga disebut sebagai neural
ectoderm. Neurulasi juga sering disebut sebagai proses awal pembentukan sistem
saraf yang melibatkan perubahan sel-sel ectoderm bakal neural, dimulai dengan
pembentukankeping neural (neural plate), lipatan neural (neural folds) serta
penutupan lipatan ini untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding
tubuh dan berdiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis dan berakhir dengan
terbentuknya bumbung neural atau neural tube. Neurulasi pada katak notokord
terbentuk dari mesoderm dorsal yang berkondensasi menjadi persis di atas
archenteron. Tabung neuron berawal dari lempengan notokord terbentuk dari
ectoderm dorsal, persis diatas notokord yang berkembang. Setelah notokord
berkembang atau terbentuk maka lempeng neuron akan melipat kedaam dan
membentuk tabung neuron (neuron tube) yang akan menjadi pusat sistem saraf. Hal
ini sesuai dengan pernyataan dari Tenser (2011) bahwa setelah tahap gastrulasi adalah
pembentukan neurula. Stadium ini dimuali dari terbentuknya penebalan ectoderm
neural dibagian dorsak disebut keeping neural (neural plate). Perkembangan
selanjutnya menjadi lekuk neural dan perubahan menjadi bumbung neural (neural
tube)

V.6Organogenesis Tailbud
Tahap organogenesis tailbud merupakan proses pembentukan tunas ekor embrio.
Menurut Mahfudhoh (2017), tahap organogenesis terjadi pembentukan tunas ekor.
Setelah embrio umur 84 jam, masuk ke tahap tailbud stage (awal organogenesis).
Ciri-ciri dari tahap ini adalah blastoporus menghilang, muncul canalis mesoentericus.
neuroporus menutup, badan memanjang, bagian dorsal cekung, mulai terbentuk calon
- calon organ seperti mesenchym jantung, arches visceralis, blok mesoderm,
pronephros, sense plate, gill plate, vesicula optica dan sebagainya. Menurut Kasmer
(2014), pada tahap organogenesis terjadi proses perkembangan dari lapisan lembaga
ektoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan lapisan ektoderm akan
membentuk sistem saraf, otak dan mata. dengan proses pembentukan jantung dan
sistem sirkulasi. Menurut Lestari (2014), lapisan mesoderm dibagi menjadi lima
bagian, bagian pertama kordamesoderm yang membentuk notokord. Kedua
mesoderm dorsal yang membentuk somit yang akan berkembang menjadi tulang, otot
rawan, dan dermis. Ketiga, mesoderm intermediet yang membentuk system
urogenital. Keempat, mesoderm lateral yang terbagi lagi menjadi mesoderm
splanknik. Kelima mesoderm kepala membentuk jaringan ikat dan otot. Menurut
Campbell (2010), lapisan endoderm akan berkembang membenepitel pelapis saluran
pencernaan, epitel pelapis saluran respirasi, pelapis uretra, pelapis kandung kemih,
pelapis system reproduksi, hati, pancreas, timus, kelenjar tirois, dan paratiroid
V.7Free Swimming Padpole
Free Swimming Tadpole merupakan fase dimana embrio katak telah mengalami
organogenesis membentuk struktur yang mendukung pergerakannya di air. Menurut
Cheng (2011), Tadpole memiliki ukuran yang sangat bervariasi, baik selama
perkembangannya maupun antar spesies. Misalnya, dalam satu keluarga,
Megophryidae, panjang berudu tahap akhir bervariasi antara 3,3 sentimeter (1,3 inci)
dan 10,6 sentimeter (4,2 inci). Tadpole atau berudu adalah amfibi muda yang
biasanya hidup di air, meskipun beberapa berudu bersifat semi-terestrial (Indirana
beddomii dan Thoropa miliaris) dan terestrial (Indirana semipalmata dan Adenomera
andreae). Selama tahap kecebong dari siklus hidup amfibi, sebagian besar bernafas
melalui insang eksternal atau internal otonom. Mereka biasanya tidak memiliki
lengan atau kaki sampai transisi menuju kedewasaan, dan biasanya memiliki ekor
yang besar dan pipih untuk berenang dengan undulasi lateral, mirip dengan
kebanyakan ikan. Pada stadium 21 bentuk embrio mengalami perubahan mencolok
dari larva ke berudu. Mulut mulai membuka pada umur 162 jam, kornea mata mulai
tampak transparan. calon cerebrum mulai terbentuk. Tahap sirkulasi ekor pada umur
192 jam, ukuran embrio 8 mm, dimana bagian jantung mulai lengkap dan mulai
berfungsinya sistem sirkulasi bagian ekor secara sempurna. Muncul bakal paru –
paru. Tahap pembentukan operculum dan gigi tanduk pada umur 216 jam, ukuran
embrio 9 mm. tahap ini ditandai dengan menutupnya insang. Gigi tanduk mulai
muncul bersamaan dengan calon lidah, kelenjar carotid terbentuk, calon pankreas
mulai tampak. Tahap penutupan insang kanan pada umur 240 jam, ukuran embrio 10
mm. Diamana kelenjar mukus mengalami atropi dan mulut mulai melebar denagn
susunan gigi tanduknya. Berudu mulai makan tumbuh-tumbuhan. intestinum cukup
panjang dan tampak sebagai lingkaran-lingkaran kelenjar tiroid mulai berfungsi.
Tahap penutupan insang sempurna pada umur 284 jam dengan ukuran embrio 11 mm,
ditandai dengan silia menghilang kecuali pada ekor, gigi parut mulai tampak,
diferensiasi esofagus dan ventriculus, retina mengalami deferensiasi. Menurut
Ningsih (2013), berudu banyak dijumpai pada kisaran tahap 24-28 (berudu belum
terlihat kaki) baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Kisaran ukuran tubuh
terbesar terjadi pada berudu tahap 25. Besarnya kisaran ukuran tubuh berudu diduga
berkaitan dengan lamanya proses perkembangan berudu ke tahap berikutnya. Tahap
pertumbuhan berudu mulai dari pembelahan sel telur sampai terbentuk sistem
pernafasan dan ekor.
VI. KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini dilaksanakan secara online, sehingga alat yang digunakan
yaitu aplikasi Ms. Teams dan model gambar pada tiap fase perkembangan embrio katak.
Perkembangan katak terbagi fase pembelahan 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel dan 32 sel yang
dimana pada fase tersebut dinamakan tahap morula, tahap blastulasi mulai pada fase
pembelahan 64 sel, yang dicirikan terdapat blastocoel, tahap gastrulasi yang diawali dengan
pembentukan bibir dorsal blastoporus dan diakhiri dengan terbentuknya tiga lapisan
germinal, tahap neurulasi terbentuk tabung syaraf, dan diakhiri dengan tahap organogenesis
dimana mulai terbentuk sistem organ awal pada embrio
DAFTAR PUSTAKA

Adnan.2010. Perkembangan Hewan.Makasar : Biologi FMIPA UNM

Alberio, R., V. Zakhartchenko, J. Motlik, and E. Wolf E. 2011. “Mammalian oocyte activation:
Lessons from the sperm and implication for nuclear transfer.” Int. J. Dev. Biol.Vol 45:797-
809

Balinsky.2010. A Guide to Vertebrae Development.M: B Publishing

Campbell, Neil. A and Reece, Jane. B. 2010. Biologi Edisi Kedelapan (Terjemahan Oleh
Damaring Tyas Wulandari). Jakarta: Erlangga.

Cheng, Li; Guo, Xian-Guang; Wang, Yue-Zhao. 2011. "Tadpole types of Chinese megophryid
frogs (Anura: Megophryidae) and implications for larval evolution". Current Zoology.Vol.
57 (1): 93–100.

Ciptono.2011. Perkembangan Katak. Yogyakarta : FMIPA UNY

Djuanda, T. 2011. Dunia Ikan. Armico, Bandung.

Gadjahnata.2010. Biologi Kedokteran I. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Gilber, S.F.2011. Development Biology 4th ed. Massachusetts: Sianuer Associates Inc Publisher

Kasmeri Ria, Elza Safitri. 2014. “Induksi Kejutan Suhu 36oC terhadap Perkembangan EMBRIO
dan Keberhasilan Poloplidasi Katak (Rana cancrivora)”. Jurnal Pelangi. Vol. 6 No.2 (142-
151).

Kimball, J.W. 2016. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Lestari.2014. Fisiologi dan Antomi Ternak. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Mahfudhoh Ainun, dkk. 2017. Struktur Perkembangan Embrio Katak Rana sp. Universitas
Negeri Malang.

McGeady TA, Quinn PJ, FitzPatrict ES, Ryan MT. 2016. Veterinary Embryology. Oxford (UK):
Blackwell Publishing Ltd.
Ningsih.2013. Embriologi Perbandingan Pada Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada

Sugiarto.2010. Reproduksi dan Embriologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Tenser,Amy.2015.Bahan Ajar: Struktur Hewan II Malang:Dirjen Dikti

Yatim,Wildan.2016. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito


LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 2 April 2020

Asisten Praktikan

Tazkia Annisa Vania Putri Riyanto


(24020116130059) (24020119130064)
ACARA III
PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM

I. Tujuan
I.1 Mahasiswa mampu membedakan dan menjelaskan setiap perbedaan tahap
perkembangan embrio ayam menggunakan preparat awetan maupun preparat
segar.

II. Tinjuan Pustaka


II.1Fertilisasi
Fertilisasi merupakan proses bertemunya sel sperma dengan sel telur.
Sel telu diaktivasi untuk memulai perkembangannya dan inti sel dari dua gamet
akan bersatu untuk menyempurnakan proses reproduksi seksual. Penetrasi
spermatozoa ke dalam membran vitelin mengaktivasi sel telur untuk
melengkapi proses meiosisnya dan mengeluarkan badan polar kedua.
Kromosom yang terkandung dalam pronukleus jantan haploid bersatu dengan
kromosom dalam pronukleus betina. Proses penyatuan kedua kromosom
tersebut disebut dengan singami. Sebagai konsekuensi dari fertilisasi, jumlah
kromosom kembali menjadi diploid, jenis kelamin suatu individu ditentukan,
dan variasi biologis dihasilkan dari integrasi karakteristik herediter paternal dan
maternal (McGeady et al. 2016).

Masuknya spermatozoa ke dalam membran plasma sel telur


menginduksi pelepasan kalsium intraseluler dalam sel telur (Alberio et al.
2011). Setelah fertilisasi, perubahan metabolisme sel telur dipengaruhi oleh
fluktuasi konsentrasi kalsium tersebut. Peningkatan konsentrasi kalsium ini
akan menahan proses meiosis sel telur dan menginduksi proses mitosis embrio.
Respon aktivasi sel telur tersebut termasuk pengerahan mRNA maternal untuk
translasi, perubahan sintesis protein, dan aktivasi genom zigot (McGeady et al.
2016).

II.2Morulasi
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel
terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.
Morulasi yaitu proses terbentuknya morula.Pada fase ini zigot mengalami
pembelahan. Pembelahan sel dimulai dari satu menjadi dua, dua menjadi empat,
dan seterusnya. Pada saat pembelahan sel terjadi pembelahan yang tidak
bersamaan. Stadium morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel
berjumlah 32 sel dan berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer
yang berukuran sama akan tetapi ukurannya lebih kecil.Sel tersebut memadat
untuk menjadi blatodik kecil yang membentuk dua lapisan sel.Pada saat ini
ukuran sel mulai beragam,sel membelah secara melintang dan mulai membentuk
formasi lapisan kedua secara samar pada kutub anima.Stadium morula berakhir
apabila pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer.Pada akhir pembelahan
akan dihasilkan dua kelompok sel. Pertama kelompok sel-sel dalam (inner mass
cell) fungsinya membentuk tubuh embrio. Kedua adalah kelompok sel-sel
pelengkap yang meliputi trophoblast,periblast,dan auxilliary cell fungsinya untuk
melindungi dan menghubungi antara embryo dengan induk atau
lingkungan(Campbell,2010)
Tropoblas melekat pada dinding uterus.Sel-selnya memperbanyak diri
dengan cepaat dan memasuki epitelium uterus pada tahap awal implantasi.Setelah
9 hari,seluruh blastokista bertahan dalam dinding uterus.Sewaktu ini
berlangsung,sel-sel yang berada disebelah bawah dari masa sel dalam menyusun
diri menjadi suatu lapisan yang disebut endoderm primer yang akan membentuk
saluran pencernaan makanan.Sel-sel sisa dari masa sel dalam memipih
membentuk suatu keping yaitu keping embrio.Antara (rongga amnion) berisi
cairan. Dinding rongga yaitu amnion,menyebar mengelilingi embrio dan
dikelilingi bantalan yaitu cairan amnion.(Adnan,2010)

II.3Blastulasi
Blastula adalah tahapan perkembangan embrio yang terdiri dari blastomer
yang belum terdiferensiasi. Struktur blastula ada yang coeloblastula;
discoblastula; stereoblastula dan blastocyst (blastosis). Pada umumnya blastula
berongga bulat atau pipih. Rongga itu berfungsi untuk memberi ruang dan
kesempatan gerak sel-sel pada proses gastrulasi. Kelompok sel-sel di suatu daerah
blastula akhir menunjukkan kemampuan yang berbeda sebagai awal diferensiasi.
Untuk mengetahui perbedaan itu dapat dilakukan dengan cara perunutan kembali
(trace back) zat warna vital yang diteteskan pada permukaan blastula hidup,
kemudian diikuti perpindahan zat warna itu sampai stadium akhir gastrula. Hasil
dari perunutan itu dipetakan sebagai peta blastula yang terdiri dari : epidermal;
neuroectodermal; chordadorsalis; mesodermal dan entodermal (Gilbert, 2011).
Proses sintesis protein baru pada stadium blastula memang belum aktif.
Pada akhir blastula sintesis DNA maupun RNA baru mulai meningkat sebagai
persiapan diferensiasi. Protein khusus di masing masing daerah peta blastula ini
disintesis khas dan berfungsi sebagai pemberi sifat karakteristik masing-masing
bagian blastula tersebut. Struktur seluler blastula katak di daerah tertentu berbeda.
Epimer di bagian polus animalis, mesomer di equator dan hipomer di polus
vegetativus. Pada blastula ayam dikenal centroblast, periblast dan hypoblast. Pada
umumnya sel pada tingkat blastula berstruktur sebagai epitel dan disebut
blastoderm (Gilbert, 2011).

II.4Gastrulasi
Gastrula adalah tingkatan perkembangan embrio di mana terjadi proses
pembentukan lapis benih (germ layer). Tanda khas tahapan ini adalah
terbentuknya calon sistem pencernaan yaitu gastrocoel (archenteron). Pada tingkat
ini juga terjadi diferensiasi yang pertama kali yaitu terbentuknya lapis benih
ectoderm, mesoderm dan entoderm. Pada tingkat sebelumnya yaitu tingkat
blastula belum terjadi diferensiasi, sel-sel masih berpotensi sama. Secara teoritis
pada akhir blastula terjadi pengelompokan sel sebagai daerah calon pembentuk
organ yang dapat dipetakan sebagai fate map (peta nasib). Gastrulasi adalah
proses yang berlangsung secara dinamik, terjadi gerakan sel dari satu tempat ke
tempat lain, menuju lokasi organ definitif yang akan dibentuk. Stadium gastrula
merupakan tahapan perkembangan embrio yang dinamis karena terjadi
perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embrio dalam suatu
sistem sumbu (Balinsky, 2010).
Sintesis protein sebelum gastrulasi dikendalikan oleh gen parental,
sedangkan sintesis protein pada stadium gastrula dikendalikan oleh inti sel
gastrula. Oleh karena itu gastrulasi merupakan stadium perkembangan yang kritis.
Berbagai percobaan fertilisasi antar genera dapat berkembang sampai blastula
saja, tetapi tidak pernah sampai gastrula. Hal itu dapat terjadi karena gen parental
masih beroperasi sampai blastula. Pada gastrulasi terjadi diferensiasi ektoderm;
mesoderm dan entoderm, masingmasing berbeda dalam kualitas RNA. tRNA
disintesis lebih banyak pada entoderm Xenopus. Untuk membuktikan sintesis
RNA dilakukan percobaan transplantasi nukleus pada tahap perkembangan yang
berbeda. Nukleus endoderm yang aktif sintesis tRNA ditransplantasikan ke dalam
sel telur yang sudah diaktifasi. Hasilnya adalah sintesis tidak terjadi, karena
hambatan ooplasma. Kondisi inti dalam lingkungan ooplasma tidak sinkron
karena dalam tingkat perkembangan yang berbeda (Balinsky, 2010).

II.5Neurulasi
Neurulasi merupakan tahap perkembangan embrio yang ditandai dengan
terbentuknya sistem syaraf pertama kali. Tahap pembentukan sistem syaraf pada
vertebrata memiliki pola yang serupa. Pertama terbentuk lembaran neural (lamina
neuralis), kemudian melipat menjadi lipatan neural (sulcus neuralis) dan akhirnya
menjadi bumbung neural (canalis neuralis). Diferensiasi yang terjadi adalah
terbentuknya calon otak di ujung anterior dan di bagian caudalnya membentuk
medulla spinalis. Crista neuralis yang berkembang di bagian kiri-kanan medulla
spinalis akan menjadi sistem syaraf periferal (Balinsky, 2010).
nisiasi sistem syaraf terbentuk setelah inisiasi sistem pencernaan. Sistem
pencernaan berasal dari rongga archenteron (gastrocoel) tahap gastrula. Dalam
proses morfogenesis, kedua sistem tersebut saling berinteraksi. Mesoderm yang
berada di antara kedua sistem tersebut berfungsi sebagai induktor pembentukan
sistem syaraf. Tahap neurula ditandai dengan semakin jelasnya organisasi tubuh
maupun sistem sumbu tubuh (anterior-posterior maupun dorsal-ventral). Pada
masing-masing lapis benih (germ layer : ecto, meso dan entoderm) mulai
terdiferensiasi membentuk organ primer (Balinsky, 2010)
II.6Organogenesis
Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh.
Pertumbuhan ini di awali dari pembentukan embryo yaitu bentuk primitif menjadi
fetus yaitu bentuk defenitif dan kemudian berdeferensiasi dan memeliki bentuk
dan rupa yang spesfifik bagi keluarga hewan dalam satu spesies (Campbell,
2010). Organogenesis merupakan proses pembentukan organ pada embrio yang
bersal dari 3 lapisan germinal yaitu ektoderm,endoderm dan mesoderm.
Mesoderm merupakan lapisan ketiga yang letaknya ditengah-tengah antara
endoderm dan mesoderm dapat berasal dari kedua lapisan lembaga,karena itu juga
dinamakan eksoderm atau endoderm. Mesodern sesungguhnya mempunyai sifat
epitelial. Biasanya membentuk badan-badan berupa kantung,sepertikantung
selom,rongga badan sekunder dansebagainya, sedangkan mesenkim merupakan
jaringan dimana bentuk-bentuk sel selnya tidak beraturan dan mempunyai
substansi-substansi interseluler (Djuhanda, 2011).
Organogenesis terdiri dari dua periode yaitu pertumbuhan awal dan
pertumbuhan akhir. Selama pertumbuhan ini terjadi transformasi dan diferensiasi
bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitif menjadi bentuk defenitif yang
khas bagi suatu spesies seperti adanya bentuk katak, ayam, sapi dan lain–lain nya.
Untuk itu sangat lah penting mempelajari organogenesis turunan mesoderm ini
karena kita dapat memahami terjadi nya perubahan bentuk dan pembentukan
bermacam–macam organ atau organogenesis (Yatim, 2016).Macam–macam
organogenesis ini berasal dari lapisan lembaga ektoderm, endodern dan juga
mesoderm. Periode pertumbuhan akhir berupa penyelesaian bentuk defenitif
menjadi suatu bentuk individu seperti pertumbuhan jenis kelamin, roman atau
wajah yang khas bagi individu (Kimball,2016). Pada saat diferensiasi sel dan
organogenesis pada embryo sangatlah penting peranan asam retionat dan hormon
tyroid. Ekspresi transporter MTC–8 yang banyak ditemukan pada otak dan
plasenta merupakan mediator yang menyerap hormon tyroid dari peredaran darah
menuju kedalam sel yang di perlukan bagi pertumbuhan neuron yang aktifasi
oleh asam retionat (Campbell, 2010).

II.7Embrio Ayam
Embrio adalah sebuah eukariota diploid multisel dalam tahap paling awal
dari perkembangan.Dalam organisme yang berkembang biak secara seksual.
Embriologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tahapan-tahapan
perkembangan embrio ayam. ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya
adalah satu sel yang disebut zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang
tuanya. Dalam tumbuhan, hewan, dan beberapa protista, zigot akan mulai
membelah oleh mitosis untuk menghasilkan organisme multiselular. Hasil dari
proses ini disebut embrio.Pada hewan, perkembangan zigot menjadi embrio
terjadi melalui tahapan yang dikenal sebagai blastula, gastrula, dan organogenesis.
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama
berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur
berupa kuning telur, albumen, dankerabang telur. Itulah sebabnya telur unggas
selalu relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat seluruhnya dilihat,
dengan mata telanjang, melainkan perlu bantuan alat khusus seperti mikroskop
atau kaca pembesar. Namun, untuk menggambarkan bagaimana
perkembangannya, berikut dijelaskan ciri-ciri embrio pada ayam berbagai
umur. Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur,
amnion, dan alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan
enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio.
Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi pembawa sebagai
ke oksigen embrio,menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa
pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta
membantu alantois, serta membantu mencerna albumen.
III. Metode Penelitian
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Mikroskop cahaya
2. Mikroskop stereo binokuler
3. Buku laporan sementara
4. Alat tulis
III.1.2 Bahan
1. Sediaan awetan preparat whole mount embrio ayam umur 24-28
jam
2. Sediaan awetan preparat whole mount embrio ayam umur 32- 40
jam
3. Sediaan awetan preparat whole mount embrio ayam umur 48-50
jam
4. Sediaan awetan preparat whole mount embrio ayam umur 72-96
jam
III.2 Cara Kerja
1. Preparat whole mount embrio ayam umur 24-28 jam diambil dan diletakkan
dibawah mikroskop cahaya dengan hati-hati
2. Dengan perbesaran kecil dan sedang, preparat diamati secara teliti, serta
diperhatikan bagian-bagian yang tampak.
3. Preparat yang di amati di gambar dan di beri keterangan pada buku laporan
sementara
4. Kemudian di lanjutkan dengan mengganti preparat whole mount embrio ayam
pada fase berikutnya
5. Pengamatan dilakukan sebagaimana cara mengamati preparat yang pertama
IV. Hasil Pengamatan
No Fase / Tahap Dokumetasi/Gambar Keterangan
Perkembangan Referensi
1. 16-24 Jam Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 24
jam dapat dibedakan antara daerah intra
embrional dengan daerah ekstra embrional.
Daerah ekstra embrional terdiri dari area pelusida
dan area opaka. Daerah kepala mengalami
perkembangan agak cepat, namun karena adanya
daerah batas pertumbuhan (zone of over growth),
terjadi lipatan kepala (head fold), mula-mula ke
ventral lalu daerah kepala agak terangkat dan
melipat ke posterior. Hal ini diikuti oleh lipatan
entoderm, terbentuklah kantung buntu sebelah
anterior yang membuka ke arah kunir, disebut
anterior intestinal portal. Kantung buntu
disebelah anterior adalah fore gut (usus depan),
sedangkan ke sebelah posterior endoderm masih
lurus sampai ke primitive streak. Celah di sebelah
ventral kepala akibat terjadinya lipatan kepala
disebut subcephalic pocket. Lapisan tepi yang
membatyasi fore gut disebut margin of intestinal
portal

2. 25-33 Jam Pada pengeraman setelah 30 jam beberapa bagian


tubuh yang sudah mulai terbentuk antara lain
yaitu jantung di daerah ventral anterior intestinal,
Tiga lapisan utama (ektoderm, endoderm dan
mesoderm) yang sudah terlihat perbedaannya,
Sepasang aorta dan vena vitelina, Somit. Somit
berikutnya akan terbentuk pada bagian posterior
dari yang pertama dalam setiap jam, Lipatan
kepala yang diikuti oleh pembentukan usus
depan.

3. 34-42 Jam Pada embrio ayam 11 pasang somit, jantung


sudah membelok kekanan dan sudah terbentuk
aorta dan vena vitelina 1 pasang. Bagian ujung
terdapat vesikulla yaitu perubahan di daerah
mesencephalon. Sistem saraf mulai
berdiferensiasi dan lateral prosencepalon
menunjukkan penebalan yang disebut vesiculla
opticus. Bagian posterior bumbum neciral masih
berupa penebalan keping yang disebut sinus
noboidalis. Porta usus depan sudah lebih ke
posterior

4. 43- 51 Jam Organ-organ yang terbentuk pada inkubasi umur


48 jam yaitu otak dan sumsum tulang belakang.
Ketiga bagian otak mengalami deferensiasi,
prosensefalon menjadi telensefalon dan
diensefalon. Vesikula optik menyempit dan
memanjang kemudian terbentuk tangkai optik
yang tumbuh ke arah lateral menuju ke
ektoderma luar dan menginduksi primordial lensa
pada ektoderma yang merupakan suatu penebalan
ekstra. Embrio nampak jalur pertama pada
blastoderm, diantara ekstra embrionik annexis
nampak membran vitelin yang memiliki peran
utama dalam nutrisi embrio
1. 52 – 60 Jam Memasuki umur embrio di atas 50 jamnjumlah
somite sudah tidak akurat digunakan sebagai
penentu umur embrio karena adanya pelebaran
mesoderm di anterior somite. Pemisahan bagian-
bagian jantung mulai terjadi pada tahap 16
hingga 20 atau mulai umur 52 hingga 72 jam
inkubasi

2. 61 – 72 Jam Embrio ayam yang telah diinkubasi selama 72


jam memiliki ± 35 pasang somit. Embrio
mengalami pelekukan servikal, sehingga daerah
rhombencephalon berada di sebelah dorsal dan
telencephalon mendekati perkembangan jantung.
Lipatan kepala makin berkembang ke arah
posterior, sebaliknya dengan amniotic tail fold
(berkembang ke arah anterior), dan lateral body
fold semakin menutup. Mata terletak lebih ke
arah kaudal dari pada otosis. Di daerah ventro-
lareral rhombencephalon berkembang derivat
neural crest berupa pasangan ganglion saraf-saraf
kranial. Di daerah setinggi AIP, terjadi penebalan
mesoderm yang akan berkembang menjadi upper
limb bud atau wing bud, merupakan primordia
sayap. Sedangkan di daerah kauda dibentuk
lower bud yaitu primordia kaki
3. 73 – 84 Jam Pembentukan amnion dan korion diikuti oleh
pembentukan alantoisalantois berasal dari dari
evaginasi bagian ventro-median usus belakang
atau splanknopleura. alantois berupa kantong
yang dindingnya terdiri atas lapis dalam yang
berasal dari epitel endoderm usus, dan lapis luar
yang berasal dari mesoderm splankis.
perkembangan jantung diawali dengan penebalan
splanchnic mesoderm di daerah anterior intestinal
portal, yaitu daerah yang membuka ke arah usus
tengah dari usus depan

4. 85 – 96 Sistem urogenital dan sistem pencernaan telah


Jam terbentuk. bakal alat genitalia mula-mula
berpisah dari bakal ginjal pada mesomere.
pembentukan sistem genital merupakan suatu
rangkaian pembentukan gonad yang berasal dari
mesonefros. selaput embrio pada janin ayam
terdiri dari lantois, kantung yolk, amnion, dan
serosa
V. Pembahasan
Praktikum Embriologi Hewan yang berjudul “Tahap Perkembangan Embrio Ayam ”
dilaksanakan pada hari Rabu, 29 April 2020 secara online. Tujuan praktikum ini
adalah untuk Mampu menggunakan berbagai alat bantu untuk pengamatan embrio
katak dan dapat membedakan setia tahap perkembangan embrio katak. Alat yang
digunakan untuk praktikum acara III adalah Mikroskop Stereo Binokuler ,Mikroskop
Cahaya, Alat tulis, Buku Laporan Sementara. Bahan yang digunakan pada praktikum
acara III antara lain yaitu sediaan preparat whole mount embrio ayam umur 24- 28
jam, sediaan preparat whole mount embrio ayam umur 32-40 jam, sediaan preparat
whole mount embrio ayam umur 48-50 jam, sediaan preparat whole mount ebrio
ayam umur 72-96 jam. Cara kerja pada praktikum pangamatan embio ayam yaitu
sediaan preparat whole mount embrio ayam di siapkan dan diletakkan pada
mikroskop cahaya dengan hati-hati. Kemudian preparat diamati dengan perbesaran
kecil hingga sedang. Bagian- bagian yang tampak pada preparat di gambar dan di beri
keterangan pada buku laporan sementara.

V.1Tahap 16 – 24 Jam
Pada embrio stadium 24 jam bagian – bagian yang terbentuk masih
sederhana. Adapun struktur embrio yang telah terbentuk yaitu stria primitive,
mesoderma, proaminion, mesenkim, pulau-pulau darah, somit, usus depan,
notochord, lipatan neural dan vesikula amnio kardiak. Pada saat embrio berumur
22 jam dearah sealik mengalami perkembangan yang cepat dan peninggiannya di
atas blastoderm menjadi lebih luas dan meluas ke anterior serta menyusup daerah
proamnioin. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Soeminto (2010) bahwa
tahap perkembangan embrio pada saat berumur 22 jam adalah daerah sepalik
yang mengalami pertumbuhan yang cepat dan peninggiannya di atas blastoderm
menjad lebih jelas dan meluas ke anterior dan menyusup ke daerah proamnion.
Somit merupakan bagian mesoderma yang tertata rapi dalam bentuk
bersegmen-segmen sehingga di sebut somite mesoderma. Menurut Djuanda
(2011) bahwa somit mesodema adalah tanda yang seksama dari tingkat
pertumbuhan embrio, embrio dengan jumlah somit yang sam, merupakan tingkat
pertumbuhan yang sama. Embrio umur 24 jam telah membentuk 4-5 pasang somit
mesoderm. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Djuanda (2011) bahwa
pada saat embrio berumur 24 jam telah membentuk 4-5 pasang somit mesoderm
yang keduanya dikiri dan kanan notochord di bagian tengah embrio. Menurut
Soeminto (2010) bahwa Somites akan berkembang menjadi myotomy,
sklerotomy, dan dermotomy. Myotomy akan menginisiasi dan membentuk otot
pada ayam, sklerotomy akan menyusun tulang pada embrio ayam, dan dermotomy
berperan dalam pembentukkan lapisan kulit pada ayam.
Pada embrio ayam yang telah diinkubasi selama 24 jam dapat dibedakan
antara daerah intra embryonal dan daerah ekstra embryonal. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Kastowo (2010) bahwa pada embrio yang berumur 24 jam
sudah dapat dibedakan daerah intra embrional dan daerah ekstra embryonal.
Menurut Soeminto (2010) bahwa daerah ekstra embryonal terdiri atas area ur
pelucida dan area opacca. Embrio ayam pada umur 24 jam terlihat struktur neural
fold yang nantinya mengalami perkembangan dari neural plate menjadi neural
tube. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Kaswoto (2010) bahwa stuktur
neural fold yang nantinya akan mengalami perkembangan menjadi neural plate
dan akan berkembang menjadi neural tube dan perkembangan tersebut diinduksi
oleh notochord. Daerah kepala mengalami perkembangan yang sangat pesat saat
embrio berumur 24 jam, namun karena adanya daerah batas pertumbuhan (zone of
over growth) tejadi lipatan kepala (head fold), yang mula-mula kea rah ventral
lalu daerah kepala aga terangkat dan melipat ke arah posterior. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Kaswato (2010) bahwa Daerah kepala mengalami
perkembangan agak cepat, namun karena adanya daerah batas pertumbuhan (zone
of over growth), terjadi lipatan kepala (head fold). Pada embrio ayam umur 24
jam notochord timbul dari bawah lipatan embrio pada sumbu tengah embrio. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Yatim (2013) bahwa Notochord ini tidak
timbul karena delaminasi mesoderm seperti pada embrio katak, tetapi asalnya
adalah dari sel-sel yang tidak mengalami diferensiasi di antara kedua lapisan
mesoderm. Hal ini disebabkan pula karena perbanyakan sel-sel di muka daerah
nodus Hensen.

V.2Tahap 25 – 33 Jam
Embrio ayam berumur 33 jam mulai memuculkan struktur dan
karakteristik baru. Bumbung neural telah terbentuk dan dapat dibedakan bagian
anterior, bagian tengah posterior menyerupai bumbung. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Balinsky (2010) bahwa pada saat embrio ayam berumur
33 jam bumbung neural telah terbentuk serta dapat dibedakan bagian anterior,
bagian tengah serta bagian posterior. Embrio berumur 33 jam telah memiliki 12-
13 pasang somit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Balinsky (2010)
bahwa pada saat embrio berumur 33 jam maka Panjang embrio telah mencapai
4nm dan somit yag telah terbentuk mencapai 12-13 pasang. Primitive streak
tumbuh rudiment dan terlihat optic vesicle yang besar. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Patten (2012) bahwa primitive streak tumbuh rudiment dan
teelihat optic vesicle yang besar. Menurut Balinsky (2010) optic vesicle
merupakan diferensiasi dari dinding lateral dienchephalon yang terevaginasi.
Optic vesicle melakukan invaginasi membentuk optic cip yang akan membentuk
cikal bakal organ pengelihatan embrio ayam. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Larsen (2011) bahwa optic vesicle melalukan invaginasi
membentuk optic cup yang akan membentuk bagian dalam mata sperti syaraf
mata, retina dan pigmen retina.
Persatuan lipatan neural yang paling akhir akan menyebabkan terjadinya
lubang-lubang neuropus anterior dan posterior. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Balinsky (2010) bahwa Persatuan lipatan neural yang paling akhir
di muka dan di belakang, terjadinya lubang-lubang neuroporus-anterior dan
posterior. Neuromeri terjadi pada bagian anterior dari lipatan neural sebagai
indikasi pertama tentang organisasi otak yang metamer. Struktur yang muncul
pada saat embrio berumur 33 jam dibagi menjadi ectodermal structure,
mesodermal structure dan endodermal structure. Hal tersebut sesuai denga
pernytaan dari Patten (2012) bahwa struktur pada embrio ayam pada umur 33 jam
dibagi menjadi tiga yaitu ectodermal structure, mesodermal structure, dan
endodermal structure.
Struktur ectodermal yang muncul terdiri atas bagian-bagian otak yang
mulai muncul yaitu prosencephalon, mesencephalon dan rhombencephalon.
Prosencephalon merupakan bagian anterior otak yang nantinya terbagi menjadi
telencephalon dan diaencephalon. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Patten (2012) bahwa Prosencephalon terjadi dari tiga neuromer pertama dan
merupakan bagian anterior otak yang terbagi menjadi Telencephalon dan
Diencephalon. Sedangkan pada struktur mesodermal yang baru muncul terdiri
atas Heart atau jantung. Perkembanga jantung akan mengalami elongasi di bantu
oleh vitelin vein yang tersebar pada bagian ekstra embrionik. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Djuanda (201) bahwa Perkembangan jantung akan
mengalami elongasi dan dibantu oleh vitelin vein yang tersebar pada bagian
ekstraembrionic akan masuk kedalam jantung melalui bagian posterior sehingga
akan menghasilkan beberapa ruang, disebut sinus venosus. Perkembangan
berlanjut dengan membentuk atrium dan kemudian ventrikel hingga membentuk
jantung secara utuh.
V.3Tahap 34 – 42 Jam
Perkembang embrio pada tahap ini dimulai dengan lipatan saraf di kedua
sisi lempang saraf di daerah cephalic. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Lumsangkul (2018) bahwa perkembangan tahap ini dimulai dengan pelipatan
saraf muncul di kedua sisi lempeng saraf di dearah cephalic. Notochord
diperpanjang dan simpuk hensen mulai bermigrasi secara kaudal. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa pada saat embrio
berumur 34 jam maka notochord akan mengalami pemanjangan dan simpul
hensen akan mulai bermigrasi secara kaudal disertai dengan pemendakan garis
primitive.
Pada embrio berumur 42 jam inkubasi primordia jantung pasangan akan
mulai melebur. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018)
bahwa pada inkubasi 42 jam primordia jantung pasangan akan mulai melebur.
Pada embrio berumur 42 jam perkembangan awal yang dijumpai adalah vesicle
optic primer akan mulai terbentuk sempurna . Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa vesicle optic primer sudah terbentuk
semurna pada saat embrio berumur 42 jam inkubasi yang nantinya akan
melakukan diferensiasi dan invaginasi untuk membentuk organ optic yang lain.
Neural groove sudah mulai tertutup sempurna dan membentuk tabung sraf. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa pada saat
embrio berumur 42 jam neural groove sudah tertutup sempurna dan akan
membentuk tabung sraf disertai dengan meningkatnya ukuran kantung
subkephalus.
V.4Tahap 43 – 51 Jam
Embrio ayam pada umur 48 jam mengalami perbedaan yang jelas yaitu
terbentuknya torsi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Sarjono (2011)
bahwa pada saat embrioayam berumur 48 jam sudah ditemukan adanya torsi.
Pada saat embrio berumur 48 jam sudah terbentuk lensa mata, jantung, hasil yang
diperoleh adalah pada embrio tersebut telah terlihat rhombensefalon,
mesensefalon, cawan optik, prosensefalon, ventrikel, aorta, somit, dan bumbung
neural. dan vesicle optica yang merupakan penepalan dari ateral proenchephalon.
Menurut Sarjono (2011) pada saat embrio berumur 48 jam sudah mulai tampak
mesensefalon, rhombensefalon, diensefalon, telensefalon, notokhor, saraf kranial,
bumbung neural, aorta, arteri omfalomesenterika, vena omfalomesenterika,
farings, usus preoral, ventrikel, plat oral, dan kantong Rathke.
Perkembangan embrio ayam 48 jam mulai terjadi diferensiasi beberapa
organ dan struktur baru yang muncul. Otak terbagi menjadi lima vesicle yaitu dan
mytelencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Djuanda (2010) bahwa pada saat embrio berumur
48 jam maka embrio terluhat membungkin seperti membentuk huruf C dan
perkembangan otak terbagi menjadi 5 vesicle yaitu elencephalon, diencephalon,
mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon. Menurut Djuanda (2010)
bahwa lens placode mulai berkembang yang selanjutnya membentuk les vesicle.
Optic vesicle berkembang menjadi dua lapisan dan berkembang menjadi optical
cup. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Patten (2012) bahwa Lens
placode mulai berkembang (placode=plate) yang selanjutnya akan membentuk
lens vesicle. Optic vesicle berkembang menjadi 2 lapisan dan berkembang
menjadi optic cup. Invaginasi optic vesicle sudah selesai dan dihubungkan oleh
duktus endolimpatikus.
Pada saat embrio berumur 48 jam ginjal sederhana (pronephros) sudah
mulai terbentuk serta jantung masih berbentuk segilima dan tubular dan belum
membentuk ruangan jantung. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Djuanda
(2010) bahwa jantung berbentuk tubular dan segilima. Belum membentuk ruangan
jantung. Ginjal sederhana (Pronephros) sudah terbentuk. Jumlah somit yang terbentuk
pada saat embrio berumur 48 jam adalah 25 pasang. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Djuanda (2010) bahwa jumlah somit yang terbentuk saat embrio berumur
48 jam adalah 25 pasang somit. Memran ekstraembional seperti selaput amnion sudah
mulai terbentuk. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Djuanda (2010) bahwa pada
saat embrio berumur 48 jam selaput amnion mulai terbentuk dan pada saat embrio ayam
berumur 72 jam struktur selaput amnion sudah lengkap.
Perbedaan tahap ini dengan sebelumnya dengan bagian anterior memutar
ke kanan. Menurut Kusumawati et al. (2016) memasuki umur 48 jam embrio
mulai memperlihatkan perbedaan spesifik dibanding umur sebelumnya karena
bagian anterior memutar ke arah kanan, lubang auditorius mulai terbuka, jantung
membentuk S, lekukan kepala amnion menutupi seluruh region telenchepalon,
dienchepalon, dan mesenchepalon, serta plat oral, batang mata, dan tuba neural
yang sudah mulai terbentuk.

V.5Tahap 52 – 60 Jam
Pada tahap ini Neuropore sudah tertutup sempurna dan terjadi pembesaran
proencephalon yang terletak di bagian anterior kepala. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari Lumsangkul bahwa pada saat embrio inkubasi selama 56 jam
bagian neuropore sudah tertutup sempurna bagian neupore akan berkembang
membentuk fleksura yang menjadi batas antar bagian otak. Menurut Sarjono
(2011) pada saat embrio berumur 56 jam terjadi pembesaran proencephalon yang
terdapat pada bagian anterior kepala. Pada tahap ini optic vesikel utama dan
tangkai optic sudah terbentuk sempuran. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
dari Lumsangkul (2018) bahwa pada tahap perkembangan berumur 56 jam
tangkai optic dan juga vesicle optic utama sudah memiliki struktur dan
perkembangan yang sempurna. Lubang pendengaran sudah terbuka lebar dan juga
jantung yang berkembang dan berbentuk sperti huruf “S”. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa pada perkembangan embrio
ayam yang telah diinkubasi selama 58 jam alat pendengaran sudah terbuka
sempurna dan juga jantung akan berkembang menjadi bentuk huruf “S”.
Pada tahap ini telencephalon tampak membesar. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa pada saat embrio berumur 58
jam telencephalon tampak membesar. Embrio yang telah diinkubasi selama 58
jam akan memperlihatkan bagian kepala terlipat dari amnion secara bertahap
menutupi otak depan, otak tengah dan juga bagian depan otak belakang. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Lumsangkul (2018) bahwa pada saat
embrio telah diinkubasi selama 58 jam maka bagian kepala akan terlipat dari
amnion secara bertahapdan akan menutupi bagian otak depan, otak tengah dan
juga bagian depan otak belakang.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya yaitu pada tahap ini
terbentuk optic cup, diencephalon, mesencephalon, myelencephalon,
metencephalon, first branchial arch, second branchial arch, first branchial
groove, second branchial groove, dan tailbud. Perbedaan pada tahap sebelumnya,
pada tahap ini sudah terdapat tail bud.
V.6Tahap 61 – 72 Jam
Pada stadium ini embio sudah memiliki kuntum kaku somit, kuntum
sayap,ventrikel dan atrium. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Harlita
(2015) ahwa pada saat embrio erumur 72 jam sudahterbentuk kuntum kaki somit,
kunum sayap, ventrikel dan atrium. Sistem respirasi pada ayam sudah mulai
terbentuk dan vang selanjutnya terbagi menjadi dua yaitu vena amphla mesentrica
kanan dan kiri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Sarjono (2011) bahwa
Embrio ayam pada sistem respirasi setelah tumbuh vena yang selanjutnya erbagi
menjadi dua yaitu vena amphala mesentrica kanan dan kiri. Pada daerah anterior
embrio terjadi invaginasi yang nantinya akan berkembangmenjadi mulut. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Sarjono (2011) bahwa Pada daerah
anterior tubuh terjadi invaginasi membentuk mesoderm yang akan bertemu
dengan bumbung endoderm yang kemudian berkembang menjadi mulut.
Pada bagian ventra , ketiga lapisan benih bersatu dari arah lateral. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Harlita (2015) bahwa Pada bagian ventral,
ketiga lapisan benih bersatu dari arah lateral dan pada daerah posterior terjadi
invaginasi yang akan bertemu bumbung endoderm menjadi dubur.Embrio ayam
yang telah diinkubasi selama 72 jam memiliki 35 pasang somit. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Wildan (2010) bahwa embrio ayam yang telah
diinkubasi selama 72 jam memiliki kurang lebih 35 pasang somit. Notochord pada
embrio berumur 72 jam sudah berkembang menjadi vertebrata. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Harlitta (2015) bahwa embrio ayam yang
diinkubasi selama 72 jam notochord akan berkembang menjadi vertebrata.
Pada embrio berumur 72 jam telah berkembnag derivate neural crest yang
berupa pasangan ganglion saraf- saraf kranial. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari (Huettner, 2011) bahwa pada daerah ventro-lareral
rhombencephalon berkembang derivat neural crest berupa pasangan ganglion
saraf-saraf kranial. Mesoderm mengalami penebalan yang nantinya akan
berkembang menjadi primordia sayap. Sedangkan pada daerah kauda dibentuk
lowe bud yang nantinya akan berkembang menjadi primordia kaki Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan dari Huetnerr (2011) bahwa pada daerah setinggi AIP,
terjadi penebalan mesoderm yang akan berkembang menjadi upper limb bud atau
wing bud, merupakan primordia sayap danpada daerah kauda akan dibentuk lower
bud yang akan berdiferensiasi menjadi primordia kaki. Pada embrio berumur 72
jam jantung sudah mulai berdtak dan dapat dilihat menggunakan mikroskop
bahwa gelembung bening, kantung amnion yang sudah memiliki struktur yang
lengkap serta awal dari perkembangan allantois. Menurut Aspan (2011) bahwa
gelembung-gelembung bening nantinya akan menjadi otak sementara kantoong
atau selaput amnion berfungsi untuk melindungi embrio dari goncangang dan
membuat embrio dapat bergera bebas.
Perbedaan embrio ayam tahap 72 jam terbentuk Myelencephalon,
Metencephalon, Mesencephalon, Diencephalon, Epiphyse, Telencephalon,
Branchial arches, Forelimb (wing) bud, Vitelline arteria/vein, Hindlimb (leg) bud
dan Tail. Sedangkan pada tahap sebelumnya belum terbentuk Epiphyse,
Telencephalon dan Tailbud mengalami perkembangan menjadi ekor.

V.7Tahap 73 – 84 Jam
Tahap pada hari ke-3 terbentuk hidung sayap kaki dan saluran pernapasan.
Menurut Sugianto (2016), hari ke-3, dimulainya pembentukan formasi hidung,
sayap, kaki, dan jaringan pernafasan. Pada masa ini, selaput cairan juga sudah
menutup seluruh bagian embrio. Peneropongan telur pada hari ke-3 biasanya
sudah terlihat jelas untuk membedakan telur yang berembrio dan telur yang
kosong atau embrio mati. Jantung yang mulai berdenyut, sudah adanya cikal
bakal dari kepala dan pembuluh darah yang melebar serta tampaknya cikal bakal
adanya ekor pada embrio tersebut. Pembentukan jantung dimulai setelah terjadi
pembentukan kepala jam ke-24 dimana terjadi penebalan mesoderm splanchis
pada kaki-kaki portae usus depan di daerah pembentukan jantung. Respirasi
dilakukan oleh selaput alantois. Endocardium yang terbentuk berupa satu tabung.
Pada ayam endocardium pada mulanya berasal dari 2 tabung yang bergabung
menjadi satu. Bentuk embrio sudah mulai tampak ditandai dengan adanya
gelembung. Alantois mulai berkembang. Gelembung bening menjadi bakal
pertumbuhan otak, sementara kantong amnion yang berisi cairan warna putih
berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak
bebas. Embrio terletak agak ke tepi dan ukurannya lebih besar. Ada cairan corio
alantois, umbilicalis fungsinya menyalurkan makanan ke embrio atau memfiksir
embrio.
Midbrain sudah terbentuk jelas dan bisa dibedakan antara kepala dan
badan. Menurut Bulletin cipta pangan (2017), kepala dan badan dapat dibedakan
demikian juga otak. Olfactori pit sudah mulai berkembang jelas, somit yang
menjadi tulang belakang semakin melengkung. Menurut Kusumawati et al.
(2016), tulang belakang semakin melengkung dan tunas ekor semakin menekuk
mendelati tubuh. Posterior limb bud atau tunas sayap sudah mulai berkembang.
Menurut Kusumawati et al. (2016), kuntum sayap dan kaki terlihat lebih panjang
dan lebar meskipun plat jari pada kuntum sayap belum terpisah. Vitelline artery
menyebar di sekeliling embrio. Menurut Bulletin Cipta pangan (2017) membran
vitelin menyebar diatas permukaan kuning telur. Jantung sudah mulai
memperlihatkan denyutnya, dan gelembung alantois jelas terlihat sesuai dengan
pernyataan Sophie (2010), alantois muncul untuk pertama kali dengan struktur
jantung yang mulai berdenyut. Mata yang terlihat seperti pudar warnanya.
Menurut Sophie (2010), warna mata pada tahap ini memudar.
Neural tube terbentuk akibat adanya proses pelekukan atau invaginasi dari
lapisan ectoderm neural yang diinisiasi oleh nothocord. Neural tube akan
berkembang menjadi otak dan sumsum tulang belakang, saraf tepi otak dan tulang
belakang, bagian persarafan indera seperti mata, hidung, dan kulit. Menurut
Puspitawati (2014), melalui proses neurulasi, neural plate kemudian membentuk
lekukan tubulus disebut neural tube. Bagian caudal neural tube akan menjadi
chorda spinalis sedangkan bagian rostral akan membentuk otak / susunan saraf
pusat.
Mesencephalon adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai
stasiun relai untuk informasi pendengaran (inferior colliculi) dan penglihatan
(superior colliculi). Otak tengah mengontrol berbagai fungsi penting seperti
sistem visual dan pendengaran serta gerakan mata. Mesencephalon akan
berkembang menjadi aquaductus silvii. Menurut Wardhana (2016),
mesencephalon adalah bagian penting dari divisi perkembangan otak Anda dan
melakukan fungsi-fungsi penting yang berhubungan dengan SSP (sistem saraf
pusat), yaitu gerakan otot, tidur, sirkulasi, keseimbangan, gairah dan refleks
jantung. Mesenchepalon (midbrain) atau otak tengah adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah
mengontrol penglihatan dan pendengaran. Mesencephalon akan berkembang
menjadi aquaductus silvii.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya yaitu pada tahap ini sudah
banyak terdapat somit dan mata sudah terbentuk. Bagian – bagian pada tahap ini
yaitu midbrain, olfactory pit, somite, posterior limb bud, vitelline artery, neural
tube, anterior limb bud, heart, dan eye.

V.8Tahap 85 – 96 Jam
Embrio ayam umur 96 jam organogenesisnya sudah mulai tampak lebih
jelas dari sebelumnya. Sistem urogenital dan sistem pencernaan telah terbentuk,
bakal alat genitalia mula-mula berpisah dari bakal ginjal pada mesomere,
pembentukan sistem genital merupakan suatu rangkaian pembentukan gonad yang
berasal dari mesonefros, selaput embrio pada janin ayam terdiri dari lantois,
kantung yolk, amnion, dan serosa. Otak tampak sudah terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu otak bagian depan, tengah dan belakang. Adanya bakal sayap, kaki dan ekor.
Somitnya sudah mulai tidak terlalu tampak karena sudah mulai membentuk
begian embrio yang utuh. Menurut Hamburger dan Hamilton (2011) dalam
Kusumawati et al. (2016), terbentuk bakal sayap, bakal kaki, dan bakal ekor. Otak
sudah tampak jelas, terbagi menjadi tiga bagian yaitu otak bagian depan, bagian
tengah dan bagian belakang. Embrio ayam umur 96 jam juga mengalami
pembentukan dan perkembangan Mesencephalon, Diencephalon, epifisis,
hemisfer serebral, allantois, tunas ekor, somit, tunas sayap, bulbus cordis,
lengkung hyoid, dan Myelencephalon.
Mesencephalon adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai
stasiun relai untuk informasi pendengaran (inferior colliculi) dan penglihatan
(superior colliculi). Otak tengah mengontrol berbagai fungsi penting seperti
sistem visual dan pendengaran serta gerakan mata. Mesencephalon akan
berkembang menjadi aquaductus silvii. Menurut Wardhana (2016),
mesencephalon adalah bagian penting dari divisi perkembangan otak dan
melakukan fungsi-fungsi penting yang berhubungan dengan SSP (sistem saraf
pusat), yaitu gerakan otot, tidur, sirkulasi, keseimbangan, gairah dan refleks
jantung. Mesenchepalon (midbrain) atau otak tengah adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah
mengontrol penglihatan dan pendengaran. Mesencephalon akan berkembang
menjadi aquaductus silvii.
Diencephalon adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan struktur-
struktur di sekitar ventrikel ke 3 dan membentuk inti serebrum (otak besar).
Diencephalon akan berkembang menjadi talamus, hipotalamus, subtalamus, dan
epitalamus. Diencephalon berperan dalam pengendalian motorik, penggantian
informasi alat indera, dan pengendalian fungsi otonomi dari berbagai bagian
tubuh. Menurut Wardhana (2016), bagian otak depan yang pertama adalah
diencephalon yang akan berkembang menjadi thalamus dan hipotalamus yang
termasuk dalam sistem limbik. Sistem limbik berada di bagian otak tengah.
Beberapa fungsi otak dalam mengatur perilaku antara lain dalam menjalankan
fungsi intelektual, fungsi bahasa, fungsi komunikasi, dan lain-lain.
Epifisis adalah suatu bagian tulang yang bentuknya membesar dan terletak
pada ujung tulang. Menurut Tillman et al. (1998), bagian permukaan epifisis
seiring dengan perkembangannya akan mengalami kalsifikasi secara terus-
menerus sampai pertumbuhan memanjang dari kerangka terbentuk. Hemisfer
serebral merupakan belahan dari cerebrum, hemisfer serebral terdapat beberapa
celah dangkal yang membagi hemisfer serebral atas empat lobus. Allantois adalah
selaput yang terdapat pada bagian posterior embrio yang akan berdiferensiasi
lebih lanjut membentuk saluran pencernaan dan pernafasan. Menurut Campbell
(2017), Alantois adalah kantung yang memanjang ke dalam selom
ekstraembrionik. Alantois berfungsi sebagai kantung pembuangan untuk asam
urat, yaitu limbah bernitrogen yang tidak larut dari embrio. Tunas ekor
merupakan bagian yang akan berkembang menjadi ekor. Somit berkembang pada
tahap ini. Menurut Bellair dan Osmond (2005), somit sudah berkembang menjadi
tulang belakang. Tunas sayap merupakan bagian yang akan berkembang menjadi
sayap. Bulbus cordis, pembengkakan yang paling distal dari tabung jantung
primitif, memiliki dua sub bagian yang dibagi oleh pemisahan sejak awal.
Lengkungan faring kedua atau lengkung hyoid adalah lengkung faring kedua dari
enam yang berkembang dalam kehidupan janin selama minggu keempat
perkembangan dan membantu membentuk sisi dan bagian depan leher.
Myelencephalon adalah bagian otak paling belakang (posterior), dengan
medula oblongata sebagai komponen utamanya. Komponen ini merupakan pusat
untuk menyalurkan rangsangan keluar melalui syaraf cranial. Myelencephalon
bertanggung jawab dalam mengontrol fungsi – fungsi otonomi, seperti bernapas,
denyut jantung, menelan, bersin, dan pencernaan. Myelencephalon terdapat di
bagian inferior brain stem. Myelencephalon akan berkembang menjadi dua
lapisan, berwarna kelabu dan lapisan luar berwarna putih. Menurut Wardhana
(2016), myelencephalon terdiri dari bagian bawah batang otak (atau otak
belakang) dan berisi pusat kontrol yang berbeda, yaitu jantung, vasomotor dan
pernapasan untuk melakukan berbagai kegiatan saraf otonom dan tak sadar di
dalam tubuh, seperti, pernapasan, tekanan darah, denyut jantung, dan sebagainya.
Myencephalon adalah titik saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju
bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Myencephalon berfungsi untuk
kontrol fungsi otomatis otak, seperti pernafasan, detak jantung, sirkulasi darah,
pernafasan dan pencernaan. Sumsum lanjutan myencephalon terbagi menjadi dua
lapis, yaitu lapisan dalam yang berwarna kelabu karena banyak mengandung
badan sel-sel saraf dan lapisan luar berwarna putih karena berisi neurit (akson).
Sumsum lanjutan berfungsi sebagai pusat pengendali pernapasan, menyempitkan
pembuluh darah, mengatur denyut jantung, mengatur suhu tubuh dan kegiatan-
kegiatan lain yang tidak disadari.
Embrio ayam umur 96 jam terus mengalami perkembangan kuntum sayap
dan kaki berkembang menjadi bakal sayap dan bakal kaki. Bagian-bagian otak
yang semula terlihat telenchepalon, dienchepalon, mesencenchepalon, dan
rombenchepalon, mengalami perkembangan organ sehingga tampak organ otak
yang jelas terdiri dari otak bagian depan, bagian tengah dan bagian belakang.
Menurut Hamburger dan Hamilton (2011) dalam Kusumawati et al. (2016),
kuntum ekor akan mulai menekuk ke arah depan tubuh. kuntum sayap dan kaki
terlihat lebih panjang dan lebar. Plat jari pada kuntum sayap belum terpisah
sedangkan plat jari pada kuntum kaki namun jari-jari belum terpisah dan celah
pada protuberensia prosesus mandibularis mulai membentuk garis
Perbedaan embrio ayam umur 96 jam tampak dari terbentuknya organ-
organ yang tampak jelas atau disebut organogenesis. Mengalami permbentukan
dan perkembangan pembentukan dan perkembangan Mesencephalon,
Diencephalon, epifisis, hemisfer serebral, allantois, tunas ekor, somit, tunas
sayap, bulbus cordis, lengkung hyoid, dan Myelencephalon. Sedangkan pada
tahap sebelumnya bulbus cordi dan lengkung hyoid belum terbentuk dan
berkembang.
VI. Kesimpulan
Tahap perkembangan embrio ayam dimulai dari pembelahan sel, morulasi, blastulasi,
neurulasi, dan organogenesis. Tahap yang diamati pada praktikum ini adalah tahap 16-24
jam, 25-33 jam, 34-42 jam, 43-51 jam, 51-60 jam, 61-72 jam, 72-82 jam, dan 85-96 jam.
Setiap tahap embrio ayam selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan ciri khas
yang berbeda. Mulai dari pembelahan sel, embrio ayam terus mengalami perkembangan
hingga terbentuk organ-organ yang tampak jelas atau disebut organogenesis. embrio
ayam umur 16-24 jam memiliki strukur tertentu yang masih sederhana yaitu proamnion,
neural fold, neural groove, notochord, somite, primitive streak, area pellucida,
area opaca, dan margin of fore-gut Bagian-bagian yang dapat diamati pada embrio ayam
umur 25-33 jam adalah cranial neuropore, head fold, prosencephalon,
mesencephalon,rhombencephalon, optic vesica, fore-gut, heart, lateral mesoderm,
somite,notochord, primitive streak, area pellucida, dan area vasculosa. Bagian-bagian
yang dapat diamati pada embrio ayam umur 34-42 jam yaitu prosencephalon, eye vesicle,
mesencephalon, rhombencephalon, jantung, somite, spine, sinur rhomboidalis, dan
primitive streak. Memasuki umur 48 jam embrio mulai memperlihatkan perbedaan
spesifik dibanding umur sebelumnya karena bagian anterior memutar ke arah kanan,
lubang auditorius mulai terbuka, jantung membentuk S, lekukan kepala amnion menutupi
seluruh region telenchepalon, dienchepalon, dan mesenchepalon, serta plat oral, batang
mata, dan tuba neural yang sudah mulai terbentuk. Pada tahap 51-60 jam terbentuk optic
cup, diencephalon, mesencephalon, myelencephalon, metencephalon, first branchial
arch, second branchial arch, first branchial groove, second branchial groove, dan
tailbud. Tahap 61-72 terbentuk Audiotive (optic) vesicle, Myelencephalon,
Metencephalon, Amnion, Mesencephalon, Optic vesicle, Diencephalon, Epiphyse,
Telencephalon, Branchial arches, Heart, Forelimb (wing) bud, Vitelline arteria/vein,
Hindlimb (leg) bud, dan Tail. Tahap 73-84 terbentuk midbrain, olfactory pit, somite,
posterior limb bud, vitelline artery, neural tube, anterior limb bud, heart, dan eye. Tahap
85-96 terbentuk Mesencephalon, Mulut, Diencephalon, Epifisis, Hemisfer serebral,
Allantois, Tunas Ekor, Lipatan ekor, Vena dan arteri vitellin, Somit, Lubang olfaktori,
Tunas sayap, Ventrikel, Hati, Atrium, Bulbus cordis, Lengkung hyoid, dan
Myelencephalon.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan.2010. Perkembangan Hewan.Makasar : Biologi FMIPA UNM

Bulletin Cipta Pangan. 2017. Perkembangan Embrio dari Hari ke Hari. 8 (87).
Campbell, Neil. A and Reece, Jane. B. 2010. Biologi Edisi Kedelapan (Terjemahan Oleh
Damaring Tyas Wulandari). Jakarta: Erlangga.

Djuanda, T. 2011.. Embriologi Perbandingan. Armico, Bandung.

Gilber, S.F.2011. Development Biology 4th ed. Massachusetts: Sianuer Associates Inc Publisher

Hamburger V. and Hamilton HL.2011. A Series of Normal Stages In The Development of The
Chick Embryo. J Morphol, 88(1): 49-92.
Harlita. (2015). SPH 3. Surakarta: UNS Press

Huettner, A. F. (1961). Fundamentals of Comparative Embryology of The Vertebrates. The Mc

Millan Company. New York.

Kastowo, H. 1982. Zoologi Umum. Penerbit Alumni, Bandung.

McGeady TA, Quinn PJ, FitzPatrict ES, Ryan MT. 2016. Veterinary Embryology. Oxford (UK):
Blackwell Publishing Ltd.

Odho, dkk. (2009). Pengaruh Perbedaan Waktu Koleksi Sel Blastoderm terhadap Perkembangan
Pasca Inokulasi pada Embrio Ayam Kedua. Semarang : Laboratorium Ilmu Permuliaan dan
Reproduksi Ternak, UNDIP.
Patten, B.M. 1971. Foundations of Embriology. Mc Graw-Hill Inc., New Delhi.
Puspitawati, Ria. 2014. Neurogenesis dan faktor – faktor yang berpengaruh. Indonesian Journal
of Dentistry. 11 (3) : 115-122. Radboud University Nijmegen. 2011. Embryology chicken.

Soeminto, 2000. Embriologi Vertebrata. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.

Sophie J., Ainsworth, Rachael L. Stanley, and Darrell J. R. Evans. 2010. Developmental stages
of the Japanese quail. Journal of Anatomy. Brighton and Sussex Medical School,
University of Sussex, Falmer, Brighton, UK.
Sugianto. 2016.Perkembangan Hewan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Wardhana, Made. 2016. Pengantar Psikoneuroimunologi. Bali : Vaikuntha International
Publication
Yatim,Wildan.2016. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 29 April 2020

Asisten Praktikan

Tazkia Annisa Vania Putri Riyanto

(24020116130059) (24020119130064)
ACARA IV
PREPARAT SEGAR EMBRIO AYAM
I. TUJUAN
I.1 Mampu membedakan dan menjelaskan setiap tahap perkembangan embrio ayam
menggunakan preparat segar

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1Embrio
Embrio adalah sebuah eukariota diploid multisel dalam tahap paling awal
dari perkembangan.Dalam organisme yang berkembang biak secara seksual.
Embriologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tahapan-tahapan
perkembangan embrio ayam. ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya
adalah satu sel yang disebut zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang
tuanya. Dalam tumbuhan, hewan, dan beberapa protista, zigot akan mulai
membelah oleh mitosis untuk menghasilkan organisme multiselular. Hasil dari
proses ini disebut embrio.Pada hewan, perkembangan zigot menjadi embrio
terjadi melalui tahapan yang dikenal sebagai blastula, gastrula,
dan organogenesis (Supriatna, 2012).
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama
berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur
berupa kuning telur, albumen, dankerabang telur. Kelemahan dalam penggunaan
preparat basah adalah penampakan preparat di mikroskop terkadang kurang jelas,
sehingga perlu dilakukan pewarnaan pada jaringan. Pewarnaan bertujuan untuk
membedakan bagian setiap jaringan sehingga mudah diamati dibawah mikroskop.
Zat warna yang biasa digunakan adalah safranin dan fastgreen. Kedua zat warna
ini merupakan zat warna sintetik dengan harga yang relatif mahal, sulit didapat
dan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama (Apriani, 2016). Metode
pembuatan preparat atau mikroteknik dikembangkan lebih dari seabad yang lalu,
dalam prosesnya metode ini banyak mengalami perkembangan seiring dengan
berkembangannya peralatan mikroskopis, metode pewarnaan dan peningkatan
pemahaman tentang sifat dan perilaku sel atau jaringan. Jaringan harus
dipertahankan dalam keadaan basah (dimasukkan larutan garam), agar tidak
mengalami perubahan dan untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau
jaringan tersebut perlu di beri media yaitu fiksatif (Samiyarsih, et al., 2013).
II.2Preparat segar/basah
Preparat adalah tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan
sesuatu menjadi tersedia, specimen patologi maupun anatomi yang siap dan
diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan (W.A. New Dorland, 2012).
Kelemahan dalam penggunaan preparat basah adalah penampakan preparat di
mikroskop terkadang kurang jelas, sehingga perlu dilakukan pewarnaan pada
jaringan. Pewarnaan bertujuan untuk membedakan bagian setiap jaringan
sehingga mudah diamati dibawah mikroskop. Zat warna yang biasa digunakan
adalah safranin dan fastgreen. Kedua zat warna ini merupakan zat warna sintetik
dengan harga yang relatif mahal, sulit didapat dan tidak dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama (Apriani, 2016). Metode pembuatan preparat atau
mikroteknik dikembangkan lebih dari seabad yang lalu, dalam prosesnya metode
ini banyak mengalami perkembangan seiring dengan berkembangannya peralatan
mikroskopis, metode pewarnaan dan peningkatan pemahaman tentang sifat dan
perilaku sel atau jaringan. Jaringan harus dipertahankan dalam keadaan basah
(dimasukkan larutan garam), agar tidak mengalami perubahan dan untuk
mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan tersebut perlu di beri media
yaitu fiksatif (Samiyarsih, et al., 2013).
II.3Embriogenesis pada ayam
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio.
Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan
atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat
sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Secara umum, sel
embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain sel
tunggal (yang telah dibuahi), blastomer, blastula, gastrula, neurula dan embrio /
janin (Campbell, 2010).Proses perkembangan embrio ayam dimulai setelah terjadi
fertilisasi yang membentuk zigot. Perkembangan awal adalah terjadinya
pembelahan segmentasi (cleavage), kemudian morulasi, blastulasi, gastrulasi,
neurulasi, dan organogenesis. Fase gastrula terbentuk tiga lapisan dasar embrio
yang menentukan perkembangan embrio selanjutnya, yaitu endoderm, mesoderm
dan ektoderm (Huettner, 2011). Periode pertumbuhan awal sejak zigot mengalami
pembelahan berulang kali sama saat embrio memiliki bentuk primitif ialah bentuk
dan susunan tubuh embrio yang masih sederhana dan kasar. Bentuk dan susunan
tubuh embrio itu umum terdapat pada jenis hewan vertebrata. Periode ini terdiri
atas empat tingkat yaitu tingkat pembelahan, tingkat blastula, tingkat gastrula, dan
tingkat tubulasi (Yatim,2016). Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh
induknya. Selama berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan
yang dari telur berupa kuning telur, albumen, dan kerabang telur.
Dalam perkembangannya, embrio dibantu oleh kantung kuning telur,
amnion, dan alantois. Kantung kuning 6 telur yang dindingnya dapat
menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah
diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi
pembawa sebagai ke oksigen embrio, menyerap zat asam dari embrio, mengambil
yang sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam
alantois, serta membantu alantois, serta membantu mencerna albumen. Menurut
Patten (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio ayam
adalah suhu, keberhasilan gastrulasi dan kondisi lingkungan. Semakin tinggi suhu
maka semakin cepat proses perkembangan embrio ayam berlangsung. Namun,
perkembangan embrio ayam juga memiliki suhu optimal inkubasi. Apabila suhu
telalu tinggi maka akan merusak embrio tersebut.
II.4Perkembangan embrio ayam berumur
II.4.1 24 jam
Menurut Syahrum (2014), inkubasi selama 24 jam dapat dibedakan
antara daerah intra embrional dengan daerah ekstraembrional. Epiblast
bagian tengah yang lebih terang disebut area pelusida, bagian tepi
yang lebih gelap disebut daerah opaca. Daerah intra embrional yakni
terdiri dari daerah pellusida dan daerah opaka. Daerah kepala akan
mengalami perkembangan yang cepat, namun karena adanya daerah
batas pertumbuhan (zone over growth), terjadi lipatan kepala (head
fold), mula-mula ke ventral. Setelah ke ventral daerah agak terangkat
melipat ke posterior. Organ yang dapat terlihat dalam stadium 24 jam
inkubasi adalah: area embrional, area pellusida, area opaka vaskulosa,
area ovaka vitelin, lipatan neural, usus depan, somit dan daerah
primitive, proamnion, notokor dan keping darah.
II.4.2 48 jam
Pada hari kedua bentuk awal embrio mulai terlihat jelas.
Seharusnya sudah terlihat primitive streak (pemanjangan blastoderm)
yang berkembang menjadi embrio. Selain itu, pada blastoderm
terdapat garis merah yang menunjukkan permulaan sirkulasi darah.
Pembuluh darah mulai terlihat, tetapi pada hasil pengamatan belum
menunjukkan perubahan struktur yang signifikan..Embrio mulai
denyut ketika dipecah hanya beberapa menit kemudian mati atau tidak
berdenyut lagi. Denyutnya lemah. Embrio terletak agak tepi. Terjadi
perkembangan pada lapisan endoderm, usus pertama yang terbentuk
dengan tejradinya lipatan kepala, sedangkan usus belakang terjadi
karena lipatan ekor usus depan dan usus belakang masih berhubungan
dengan yolk. Perubahan yang sangat jelas ditemukan yaitu terjadinya
torsi. Kuning telur bertambah banyak, terlihat mulai terbentuk calon
embrio. Hari ke-2 sudah terlihat primitive streake (pemanjangan
blastoderm) yang berkembang menjadi embrio, terdapat garis merah
yang menunjukkan permulaan sirkulasi darah. (Adnan,2010)
Perkembangan telur pada hari ke-2 embrio mulai bergeser ke sisi
kiri, dan saluran darah mulai terlihat pada bagian kuning telur.
Perkembangan sel dari jam ke-25 sampai jam ke -48 secara berurutan
adalah pembentukan formasi pembuluh darah halus dan jantung,
seluruh jaringan otak mulai terbentuk dan jantung mulai berdetak,
jaringan pendengaran mulai terbentuk, selaput cairan mulai terlihat
dan mulai juga terbentuk formasi tenggorokan. Bentuk awal embrio
hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini sudah terlihat primitive
streake – suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm– yang kelak
akan berkembang menjadi embrio. Pada blastoderm terdapat garis-
garis warna merah yang merupakan petunjuk mulainya sistem sirkulasi
darah. Terlihat primitive-streak yaitu suatu bentuk memanjang dari
pusat blastoderm yang kelak akan berkembang menjadi embrio. Bakal
jantung sudah mulai berdenyut, terjadi pembentukan pembuluh saraf
collum vertebrata. Belum terjadi pengurangan yolk (Adnan, 2010).
II.4.3 72 jam

Pada hari ke-3, dimulainya pembentukan formasi hidung, sayap,


kaki, dan jaringan pernafasan. Pada masa ini, selaput cairan juga sudah
menutup seluruh bagian embrio. Peneropongan telur pada hari ke-3
biasanya sudah terlihat jelas untuk membedakan telur yang berembrio
dan telur yang kosong atau embrio mati. Jantung yang mulai
berdenyut, sudah adanya cikal bakal dari kepala dan pembuluh darah
yang melebar serta tampaknya cikal bakal adanya ekor pada embrio
tersebut. Pembentukan jantung dimulai setelah terjadi pembentukan
kepala jam ke-24 dimana terjadi penebalan mesoderm splanchis pada
kaki-kaki portae usus depan di daerah pembentukan jantung. Respirasi
dilakukan oleh selaput allantois. Endocardium yang terbentuk d satu
tabung. Pada ayam endocardium pada mulanya berasal dari 2 tabung
yang bergabung menjadi satu. Bentuk embrio sudah mulai tampak
ditandai dengan adanya gelembung. Alantois mulai berkembang.
Gelembung bening menjadi bakal pertumbuhan otak, sementara
kantong amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi melindungi
embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak bebas. Embrio
terletak agak ke tepi dan ukurannya lebih besar. Ada cairan corio
alantois, umbilicalis fungsinya menyalurkan makanan ke embrio atau
memfiksir embrio (Sugianto, 2016).

Embrio berumur 3 hari jantung mulai terbentuk dan berdenyut,


serta bentuk embrio sudah mulai tampak jelas yang ditandai dengan
adanya gelembung yang dapat terlihat seperti gelembung bening
sebagai kantung amnion, dan alantois mulai berkembang. Gelembung
bening tersebut menjadi bakal pertumbuhan otak. Selain itu,
seharusnya juga sudah terbentuk kantong amnion yang berisi cairan
warna putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan
membuat embrio bergerak bebas. Jantung mulai berdenyut, sudah ada
cikal bakal kepala dan pembuluh darah yang melebar serta tampaknya
cikal bakal ekor pada embrio tersebut (Yatim, 2016).

II.4.4 96 Jam

Pada hari ke-4 inkubasi jantung mulai terbentuk dan berdetak sama
seperti hari ke-3. Sudah mulai terbentuk bakal mata, bakal kaki dan
cairan amnion walaupun masih sedikit. Pembuluh darah semakin lebih
banyak. Mulai terbentuk tunas ekor. Mulai terbentuk hemispere otak
dan mesenchepalon. Terlihat adanya mata sebagai bintik gelap pada
sebelah kanan jantung yang mulai membesar. Kutub animal dan
vegetal sudah tampak jelas. Sebelum proenchepalon pad asisi lateral
akan membentuk tonjolan seperti kantung yang disebut vestibula
optik. Penebalan ini kemudian memisahkan diri proenchepalon
dihubungkan dengan bagian otak ini oleh bagian yang menyempit
yang disebut tangkai otak. Dengan berkembang, otak lebih lanjut maka
tangkai otak ini terdapat pada dienchepalon. Setelah terbentuk
bumbung neural awal sistem saraf, dinding bumbung neural akan
membentuk bagian-bagian otak yang disebut proenchepalon,
mesenchepalon dan rombenchepalon. (Syahrum, 2014).

Pada hari ke-4 mulai terbentuk tunas ekor. Mulai terbentuk


hemispere otak dan mesenchepalon. Terlihat adanya mata sebagai
bintik gelap pada sebelah kanan jantung yang mulai membesar. Kutub
animal dan vegetal sudah tampak jelas. Sebelum proenchepalon pad
asisi lateral akan membentuk tonjolan seperti kantung yang disebut
vestibula optik. Penebalan ini kemudian memisahkan diri
proenchepalon dihubungkan dengan bagian otak ini oleh bagian yang
menyempit yang disebut tangkai otak. Dengan berkembang, otak lebih
lanjut maka tangkai otak ini terdapat pada dienchepalon. Setelah
terbentuk bumbung neural awal sistem saraf, dinding bumbung nerual
akan membentuk bagian-bagian otak yang disebut proenchepalon,
mesenchepalon dan rombenchepalon (Campbell, 2010).
III. METODE PENELITIAN
III.1 Alat dan bahan
III.1.1 Alat
1. Inkubator (mesin penetas)
2. Alat candling (lampu pijar 5 watt)
3. Alat bedah
4. Cawan petri
5. Gelas arloji
6. Mikroskop binokuler
7. Kaca pembesar (loupe)
8. Bak plastic
9. Buku laporan sementara
10. Alat Tulis
III.1.2 Bahan
1. Telur ayam fertile yang diinkubasi pada 24, 48, 72, dan 96 jam
2. Garam fisiologis
III.2 Cara Kerja
1. Telur ayam fertile yang telah diinkubasikan masing-masing 24, 48, 72, dan 96
jam disiapkan. Kemudian dilakukan candling atau pemeriksaan bagian dalam
dengan lampu yang terang (peneropong telur) untuk melihat adanya discus
germinalis (lempeng embrio ) tersebut
2. Setelah ditemukan adanya discus germinalis (lempeng embrio) pada telur
fertil yang diinkubasi selama 24 jam, berilah tanda melingkar dengan
menggunakan pensil pada bagian kerabang telur untuk menendai letak bagian
discus germinalis yang telah ditemukan
3. Telur dimasukkan kedalam larutan garam fisiologis sampai tercelup. Posisi
discus germinalis pada setiap telur tidak selalu sama
4. Selanjutnya dilakukan pengguntingan untuk membuka kerabang telur sesuai
dengan tanda yang telah diberikan secara melingkar, dan kerabang yang telah
terpotong dilepaskan
5. Langah 3 juga dapat dilakukan dengan menyimpan telur selama 5 ment dalam
lemari pendingin, dilanjutkan dengan memotong kerabang pada bagian yang
tumpul, kemudian tellur dipindahan ke dalam cawan pteri secara pelan pelan
sehingga posisi discus germinalis berada dibagian atas
6. Langkah 3 sampai 5 dilakukan untuk telur 48, 72, 96 jam.
7. Sementara telur tetap berada dalam garam fisiologis atau cawan petri, bagian
tepi lempeng embrio dilakukan pengguntingan secara melingkar sehingga data
memisahkan bagian dengan massa kuning telurnya
8. Pinset digunakan untuk memegang embrio dan memindahkan embrio ke
dalam garam fisiologis sampai tercelup. Selanjutnya, telur dan massa kuning
telurnya dipindahkan secara hati-hati ke luar dari larutan garam fisiologis
sementara embrio dipegang menggunakan pinset
9. Embrio ayam kemudian diletakkan dalam gelas arloji/cawan petri yang telah
diisi dengan garam fisiologis
10. Selanjutnya, dilakukan pengamatan embrio dengan menggunkan mikroskop
binokuler
11. Hasil yang diperoleh ditulis dan digambar serta diberi keterangan dalam buku
laporan sementara
IV. HASIL PENGAMATAN

No Fase Gambar Dokumentasi Keterangan


Perkembangan
5. 24 Jam Berdasarkan hasil pengamatan belum
memperlihatkan adanya perubahan
struktur embrio ayam yaitu adanya area
pelucida dan area opaca pada telur ayam.
Telur masih mengandung 2 albumin yang
jelas yaitu albumin encer dan pekat
Terlihat adanya khalaza. Yolk dan calon
embrio masih belum nampak. Yolk
(kuning telur) strukturnya masih utuh,
dan mulai terbentuk 1 pasang somit.
Somit merupakan potongan-potongan
epimere menurut letak anterior-posterior.
Gambar searching lebih menunjukkan
bagian-bagian preparat yang jelas.

6. 48 Jam Berdasarkan hasil pengamatan preparat


cukup jelas menggambarkan bagian-
bagian preparat embrio ayam. Gambar
referensi cukup jelas dengan bagian-
bagian kutub anima & vegetative yang
terlihat. Hasil pengamatan telur pada hari
ke-2 menunjukkan bahwa telur ayam
mengalami perubahan, artinya terjadi
perkembangan embrio dari inkubasi hari
ke-1. Pada hari kedua bentuk awal
embrio mulai terlihat jelas. Seharusnya
sudah terlihat primitive streak
(pemanjangan blastoderm) yang
berkembang menjadi embrio. Selain itu,
pada blastoderm terdapat garis merah
yang menunjukkan permulaan sirkulasi
darah.

7. 72 Jam Pada embrio umur 3 hari seharusnya


jantung mulai terbentuk dan berdenyut,
serta bentuk embrio sudah mulai tampak
jelas yang ditandai dengan adanya
gelembung yang dapat terlihat seperti
gelembung bening sebagai kantung
amnion, dan alantois mulai berkembang.
Gelembung bening tersebut menjadi
bakal pertumbuhan otak. Selain itu,
seharusnya juga sudah terbentuk kantong
amnion yang berisi cairan warna putih
berfungsi melindungi embrio dari
goncangan dan membuat embrio bergerak
bebas. Jantung mulai berdenyut, sudah
ada cikal bakal kepala dan pembuluh
darah yang melebar serta tampaknya cikal
bakal ekor pada embrio tersebut.
8. 96 Jam Berdasarkan hasil pengamatan preparat
perkembangan embrio ayam, diperoleh
gambar cukup jelas. Gambar referensi
terlihat jelas bagian-bagian. Hasil
pengamatan telur pada hari ke-4
menunjukkan adanya perubahan struktur
embrio yang ditandai dengan munculnya
jantung dan bakal mata. Albumin lebih
sedikit dibandingkan dengan hari
sebelumnya dan yolk lebih banyak
daripada hari sebelumnya. Pembuluh
darah semakin membesar sehingga
terlihat jelas dan bakal mata juga semakin
jelas.
V. PEMBAHASAN
Praktikum Embriologi Hewan yang berjudul “Tahap Perkembangan Embrio
Ayam ” dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Mei 2020 secara online. Tujuan praktikum ini
adalah Mampu membedakan dan menjelaskan setiap tahap perkembangan embrio ayam
menggunakan preparat segar. Alat yang digunakan untuk praktikum acara VIII adalah
incubator, inkubator (mesin penetas) , alat candling (lampu pijar 5 watt), alat bedah ,
cawan petri , gelas arloji , mikroskop binokuler , kaca pembesar (loupe) , bak plastic,
buku laporan sementara, alat tulis. Bahan yang digunakan pada praktikum acara VIII
antara lain yaitu telur ayam fertile yang diinkubasi selama 24, 48, 72, dan 96 jam dan
garam fisiologis. Garam fisiologis adalah agar suhu dari embrio tetap terjaga sehingga
embrio dapat tetap berkembang dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Kusumawati (2016) bahwa garam fisiologis berfungsi untuk mengoptimalkan suhu
embrio agar suhunya tetap sama pada saat ketika embrio berada dalam cangkang
Cara kerja pada pengamatan parktikum embriologi hewan yang berjudul “ Tahap
Perkembangan Embrio Ayam” adalah menyiapkan telur ayam yang telah diinkubasi
masing-masing 24,48,72, dan 96 jam kemudian dilakukan candling dengan menggunakan
lampu untuk melihat adanya discus germinalis. Setelah ditemukan discus germinalis
maka diberikan tanda melingkar pada bagian kerabang telur untuk menandai letak discus
germinalis. Telur dimasukkan kedalam garam fisiologis sampai tercelup. Selanjutnya
dilakukan pengguntingan untuk membuka kerabang telur sesuai dengan tanda yang telah
di buat. Kemudian telur dipindahkan kedalam cawan petri yang telah diisi dengan garam
fisiolgis sehingga posisi discus germinalis berada di bagian atas. Pemindahan telur ke
cawan petri dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan pinset. Selanjutnya
dilakukan pengamatn pada telur tersebut dan bagian bagian yang teramati dapat di
gambar dan dicatat dalam buku laporan sementara. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
dari Kusumawati (2016) bahwa Telur ayam Jawa Super berembrio yang diperoleh dari
penetasan Java Farm diinkubasi pada 0 suhu 37 - 38 C dengan kelembaban 60 - 70 %.
Embrio ayam Jawa Super dikoleksi berdasarkan tahapan perkembangan embrio mulai
umur 12 jam hingga telur menetas diumur 21 hari. Pada umur awal yaitu umur 0 sampai 3
hari perkembangan embrio, albumin dikeluarkan dari telur kemudian embrio diwarnai
dengan 0,5 % neutral red untuk memberikan visual dari somit untuk dianalisa dan
memberi kontras warna pada jaringan tubuh embrio. Embrio ayam Jawa Super mulai dari
umur 4 hingga 7 hari dibunuh dengan memotong pembuluh darah plasenta kemudian
dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin Eosin (HE) untuk memberikan gambaran
kontras dari perkembangan organ embrio.
Perkembangan embrio di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu dan kondisi
lingkungan. Semakin tinggi suhu maka akan semakin cepat proses perkembangan embrio
ayam berlangsung. Namun apabila suhu terlalu tinggi maka akan dapat merusak embrio
tersebut. Maka dalam proses perkembangan embrio di perlukan suhu yang optimal. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Patten (2011) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan embrio ayam adalah suhu, keberhasilan gastrulasi dan
kondisi lingkungan. Semakin tinggi suhu maka semakin cepat proses perkembangan
embrio ayam berlangsung. Namun, perkembangan embrio ayam juga memiliki suhu
optimal inkubasi. Apabila suhu telalu tinggi maka akan merusak embrio tersebut.
Keberhasilan perkembangan embrio selanjutnya karena gastrulasi merupakan proses yang
paling menentukan dalam perkembangan embrio. Kondisi lingkungan yang buruk
mengganggu perkembangan embrio ayam.
Pada embrio ayam yang telah diinkubasi selama 24 jam belum terlihat adanya
perubahan struktur embrio ayam yaitu adanya area pelucida dan area opaca pada telur
ayam. Pada telur masih mengandung dua albumin yang jelas yaitu albumin encer dan
pekat.Terlihat adanya khalaza. Menurut Sugiyarto (2016) khalaza adalah lapisan putih
telur tebal daerah ujung-ujung telur mengalam diferensiasi membentuk benang-benang
mucin. Benang-benang mucin ini aan berputar membelit seperti tali yang menuju ke arah
ujung telur dan akan berfungsi untuk menahan kuning telur supaya tetap ada pada
tempatnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Melyati (2015) bahwa pada
pengamatan telur yang diinkubasi selama 24 jam bentuk awal embrio pada hari pertama
belum terlihat jelas, karena belum adanya perubahan struktur embrio ayam yaitu area
pellucda dan area opaca pada telur. Menurut Yatim (2016) bahwa area opaca merupakan
bagian yang dibawahnya terdapat yolk, bakal terbentuknya tulang belakang dan area
pelucida merupakan bagian tenggah blastocoel, bakal terbentuk pembuluh darah dan
saraf.
Ciri khusus pada perkembangan embrio yang telah diinkubasi selama 24 jam
adalah telah memperlihatkan perkembangan mesoderm pada beberapa daerah. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Melyati (2015) bahwa Embrio dengan waktu
setelah 24 jam inkubasi memperlihatkan perkembangan mesoderm pada beberapa daerah.
Asal mula lempengan embrio pada tahap blastodermal. Nampak ada rongga segmentasi
yang berada di bawah area pellusida terdapat cicin yang lebih gelap dari sekitarnya. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Sugiyarto (2016) bahwa sel benih berkembang
menjadi seperti bentuk cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya
terang. Menurut Yatim (2016) peta takdir atau cikal bakal dari pemebentukan jantung.
Pada embrio ayam yang telah diinkubasi selama 48 jam sudah terlihat bebrapa
bagian yang terbentuk yaitu yolk, albumunin, membrane vitelin, zona pasikulata, zona
ariovaca. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Adnan (2010) bahwa pada embrio yang
berumur 48 jam terlihat beberapa bagian yang sudah terbentuk yaitu albumin, membrane
vitelin, yolk, dan germinal disc. Pada embrio ayam yang berumur 48 jam sudah telihat
primitive streak atau pemanjangan blastoderm. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
dari Adnan (2008) bahwa pada hari kedua seharusnya sudah terlihat primitive streak
(pemanjangan blastoderm) yang perkembang menjadi embrio. Menurut Yatim (2016)
bahwa pada hari edua terlihat pemanjangan blastoderm yang berkembang menjadi embrio
terdapat garismerah yang menunjukkan permulaan sirkulasi darah. Pada embrio berumur
48 jam terjadi perkembangan pada lapisan endoderm. Hal tersebut sesuaidengan
pernyataan dari Adnan (2008) bahwa terjadi perkembangan lapisan endoderm yang
terbentuk dengan terjadinya lipatan kepala, sedangkan usus belakang terjadi karena
lipatan ekor usus depan dan usus belakang masih berhubugan dengan yolk.
Ciri khusus perkembangan pada embrio berumur 48 jam adalah embrio yang
mulai bergeser kekiri, dan saluran darah mulai terlihat pada bagian kuning telur. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Adnan (2008) bahwa Perkembangan sel dari 48
jam diawali dengan pembentukkan formasi pembuluh darah halus dan jantung. Pada
embrio yang telah diinkubasi selama 48 jam sudah terjadi pembentukkan saraf collumna
vertebrata. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Adnan (2008) bahwa pada saat
embrio berumur 48 jam terjadi pembentukkan pembuluh saraf collum vertebrata dan
belum terjadi pengurangan yolk. Selain itu ciri khusus pda perkembangan embrio
berumur 48 jam adalah terjadinya torsi dan terjadi penambahan yolk. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari Yatim (2010) bahwa perubahan paling jelas ditemukan terjadinya
torsi. Menurut Adanan (2008) torsi merupakan perubahan embrio sehingga bagian lateral
berbaring pada sisi kiri.
Pada hari ketiga menunjukkan berkembangan bebrapa bagian yaitu jantung yang
sudah mulai terbentuk dan berdetak. Hampir seluruh permukaa telur dilingkupi
pembuluhh darah dan membrane vitein akan menyebar diatas permukaan kuning telur.
Hal tesrebut sesuai dengan pernyataan dari Sugiyanto (2016) bahwa pembentukkan
jantung akan dimulai stelah terjadi pembentukkan kepala. Pada embrio ayam yang
berusia 72 jam terjadi penebaan splanchis dan sudah terbentuk endocardium berupa satu
tabng. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Campbell (2010) bahwa terjadi
penebalan mesoderm splanchis pada kak-kaki potae usus depan di daerah pembentukkan
jantung. Menurut Adnan (2010) bahwa pada ayam endocardium yang terbentuk mulanya
berasak dari dua tabung yang bergabug berupa satu tabung.
Ciri khusus pada embrio berumur 72 jam adalah bentuk embrio sudah mulai jelas
tampak seperti gelembung bening sebagai kantong amnion dan allantois mulai
berkembang. Gelembung bening nantinya akan menjadi bakal pertumbuhan otak.
Kantong amnion akan berfungsi untuk melindungi embrio dari goncangan. Serta selaput
dari allantois berfungsi untuk melakukan resoirasi pada embrio Hal tersebut sesuai
dengan pernyatan dari Sugianto (2016) bahwa Bentuk embrio sudah mulai tampak
ditandai dengan adanya gelembung. Alantois mulai berkembang. Gelembung bening
menjadi bakal pertumbuhan otak, sementara kantong amnion yang berisi cairan warna
putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak bebas.
Embrio terletak agak ke tepi dan ukurannya lebih besar. Ada cairan corio alantois,
umbilicalis fungsinya menyalurkan makanan ke embrio atau memfiksir embrio.
Pada embrio ayam berumru 96 jam terlihat adanya perubahan struktur embrio
yang ditandai dengan munculnya jantung dan bakal mata. Jumlah albumin jauh lebih
sedikit dibanding pada saat embrio berumur 72 jam dan yolk jauh ebih banyak dibanding
saat embrio berumur 72 jam. Pembuluh darah yang semakin membesar sehingga terlihat
jelas dan bakal mata juga semakin jelas Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Syahrum (2014) bahwa pada hari ke-4 inkubasi jantung mulai terbentuk dan berdetak
sama sperti hari ke-3. Sudah mulai terbentuk bakal mata, bakal kaki dan cairan amnion
walaupun masih sedikit. Pembuluh darah semakin lebih banyak. Mulai terbentuk tunas
ekor. Mulai terbentuk hemispere otak dan mesenchepalon. Terlihat adanya mata sebagai
bintik gelap pada sebelah kanan jantung yang mulai membesar. Pada embrio ayam yang
telah diinkubasi selama 96 jam Proenchepalon padasisi lateral akan membentuk tonjolan
seperti kantung yang disebut vestibula optik. Penebalan ini kemudian memisahkan diri
proenchepalon dihubungkan dengan bagian otak ini oleh bagian yang menyempit yang
disebut tangkai otak. Menurut Syahrum (2014) otak akan mengalami perkembangan lebih
lanjut dan tangkai otak ini terdapat pada dienchepalon. Setelah terbentuk bumbung neural
awal sistem saraf, dinding bumbung nerual akan membentuk bagian-bagian otak yang
disebut proenchepalon, mesenchepalon dan rombenchepalon.
Ciri khusus pada perkembangan embrio berumur 96 jam adalah terjadi
perkembangan rongga amniotic. Rongga ambiotik berfunsgi untuk melindungi embrio
dan memperbolehkan embrio bergerak. Selain itu ciri khsusu lainnya dalah gelembung
alntois yang semakin berkembang dan perberan dalam penyerapan kalsium dan tempat
penyimpanan sisa-sisa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Adnan (2010) bahwa
Pada inkubasi hari ke-4, juga terjadi perkembangan rongga amniotik, yang akan
mengelilingi embrio, yang berisi cairan amniotik, berfungsi untuk melindungi embrio dan
membolehkan embrio bergerak. Nampak gelembung alantois yang berperan utama dalam
penyerapan kalsium, pernapasan dan tempat penyimpanan sisa-sisa.. Pada inkubasi
embrio berumur 96 jam juga ditandai denan terbentuknya bakal kaki dan cairan amnion
walaupun jumlahnya masih sedikit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Yatim
(2010) bahwa perkembangan embrio ayam pada hari ke empat ditandai dengan
terlihatnya mata sebagai bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung, bakal kaki
dan cairan amnion walaupun masih sedikit
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, pada tahap 24 jam terjadi perubahan struktur
yaitu dengan terbentuknya area opaca dan area pellucida. Pada tahap 48 jam terjadi
perubahan struktur yaitu dengan terbentuknya area opaca dan area pellucida. Belum
ditemukan adanya primitive streak dan pembuluh darah. Pada tahap 72 jam terjadi perubahan
struktur yaitu dengan terbentuknya bakal mata dan pembuluh darah tetapi belum terbentuk
jantung. Pada tahap 96 jam terjadi perubahan struktur yaitu dengan terbentuknya bakal mata
dan pembuluh darah serta jantung tetapi belum terbentuk otak.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2010. Perkembangan Hewan. Makassar: Biologi FMIPA UNM


Apriani, Ike. 2016. Pengembangan Media Belajar : Angkak Beras Merah dan Teh (Camellia
sinensis) Sebagai Pewarna Alternatif Preparat Basah Jaringan Tumbuhan. Jurnal
Bioilmi. 2 (1) : 59 - 65
Campbell, N. A, Reece, J. B., Mitchell, L. G. 2010. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Dorland, W.A. Newman, 2012, Kamus Kedokteran Dorland edisi 29, ECG, Jakarta.
Huettner, A. F. (1957). Fundamental of Comparative Embriology of the Vertebrates. The
Masmillah Company. New York.
Kusumawati A., Febriany R., Hananti S., Dewi M. S., Istiyawati N. 2016. Perkembangan
Embrio dan Penentuan Jenis Kelamin DOC (Day-Old Chicken) Ayam Jawa Super.
Jurnal Saint Veteriner. 34(1).
Meliyati, Neka. Nova, Khaira. Septinova, Dian. 2015 . Pengaruh Umur Telur Tetas Itik
Mojosari Dengan Penetasan Kombinasi Terhadap Fertilitas Dan Daya Tetas.
Universitas Lampung: Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian.
Patten, B.M. 2011. Foundations of Embriology. Mc Graw-Hill Inc., New Delhi
Samiyarsih, S., Herawati, W. & Juwarno. 2013. Pelatihan Pembuatan Preparat Tumbuhan
sebagai Sarana Peningkatan Proses Pembelajaran bagi Guru dan Siswa SMA
Negeri 1 Purwokerto. Laporan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, Fakultas
Biologi Unsoed
Sugianto. 2016.Perkembangan Hewan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Supriatna I, Pasaribu F. H. 2012. In Vitro Fertilisasi, Transfer Embrio, dan Pembekuan
Embrio. Bogor. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Syahrum, H. M. 2014. Reproduksi dan Embriologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Yatim,Wildan.2016. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 9 Mei 2020

Asisten Praktikan

Tazkia Annisa Vania Putri Riyanto

(24020116130059) (24020119130064)

Anda mungkin juga menyukai