Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MANAJEMEN SUMBERDAYA BIOLOGI

Karakteristik Hewan dan Kaitannya dengan Biomanagement Resources

Disusun oleh:
Fardan Muhammad | 11520026

Karakteristik Kerang Hijau

Kerang hijau, yang juga dikenal dengan nama ilmiah Perna viridis, adalah sejenis
moluska kerang yang banyak ditemukan di perairan tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Seperti namanya, kerrang ini memiliki cangkang berwarna hijau, berbentuk segi tiga yang
panjang, dengan panjang mencapai sekitar 10 hingga 15 cm, meskipun ada beberapa yang dapat
mencapai ukuran lebih besar. Mereka memiliki sistem bisul yang terdiri dari dua katup
cangkang yang dapat membuka dan menutup untuk melindungi tubuh mereka. Kerang hijau
memiliki duri-duri kecil yang disebut "spines" yang terdapat di sekitar tepi cangkangnya. Ini
adalah salah satu ciri khas yang membedakan kerang hijau dari kerang lain.
Kerang hijau merupakan filter feeder, artinya kerang menyaring air untuk mendapatkan
makanannya. Kerang hijau merupakan pemakan suspensi (partikel makanan yang larut dalam
air) seperti plankton, mikroorganisme dan bahan organik. Suspensi tersebut akan masuk ke
saluran sifon dengan bantuan silia yang terdapat pada insang. Selama proses pencernaan,
kerang dibantu mukosa oral yang disekresikan oleh insang. tahap transportasi makanan pada
kerang hijau menggunakan silia dan langit-langit rongga mulut. Partikel yang tidak diperlukan
akan dikeluarkan melalui rongga mantel menggunakan silia.
Alat pernapasan kerang berupa insang dan bagian mantel. Insang kerang berbentuk W
dengan banyak lamella yang mengandung banyak batang insang. Pertukaran O2 dan CO2
terjadi pada insang dan sebagian mantel. Mantel terdapat di bagian dorsal meliputi seluruh
permukaan dari cangkang dan bagian tepi. Antara mantel dan cangkang terdapat rongga yang
di dalamnya terdapat dua pasang keping insang, alat dalam dan kaki. Alat peredaran darah
sudah agak lengkap dengan pembuluh darah terbuka. Sistem pencernaan dari mulut sampai
anus. Kerang hijau adalah hewan berumah dua (diesis) yang memiliki organ kelamin terpisah,
terletak di dekat kaki dan terdiri dari kanal yang terbuka di sebelah ginjal. Pembuahan kerang
hijau berlangsung secara internal, yaitu sperma akan bercampur dengan air masuk melalui sifon
inhalan untuk membuahi sel telur. Telur mengalami pembelahan di bagian marsupium dengan
tahap blastula - glastrula - zigot - larva - kerang muda -kerang dewasa.
Habitat dari Kerang hijau (Perna viridis) merupakan biota yang hidup pada wilayah
litoral (pasang surut) dan sub litoral yang dangkal. Kerang hijau dapat tumbuh pada perairan
teluk, estuari, sekitar mangrove dan muara, dengan kondisi perairan yang memiliki subtrat pasir
berlumpur, dengan cahaya dan pegerakan yang cukup, serta kadar garam yang tidak telalu
tinggi.

Karakteristik Kerang Simping

Kerang simping (Amusium pleuronectes) adalah sejenis kerang yang umumnya


ditemukan di perairan hangat dan dataran pasang surut di berbagai wilaya di Asia Timur.
Kerang simping memiliki bentuk tubuh sedikit bundar, pipih dan cangkangnya cenderung
transparan. Panjang maksimum kerang simping mencapai sekitar 140 mm, dengan kedua
cangkangnya datar dan bentuk cangkang hampir bundar. Kerang yang berumur muda
bercangkang tipis dan transparan, sedangkan kerang yang berumur tua bercangkang tebal dan
bewarna seperti pelangi. Ligamen internal memiliki struktur bentuk V yang terletak diatas
dekat umbo. Bentuk V membentuk sudut 40-600. Warnanya memudar, tetapi kerang yang
berumur muda agak ungu pada bagian valve paling atas. Valve di bagian luar berwarna keputih-
putihan, sedangkan bagian dalam berwarna ungu, dengan dua bagian yang sempit, memiliki
bermacam-macam gigi (hinge) seperti huruf V terbalik yang terletak pada bagian atas sebelah
kanan. Mereka mepunyai kaki yang digunakan untuk mencegah lumpur masuk ke insang dan
organ lain dibandingkan untuk pergerakan.
Kerang simping memiliki jenis kelamin terpisah (dioecious) dimana jantan dan betina
dapat dibedakan dengan melihat warna dari gona. gonad betina yang matang kelamin berwarna
oranye dan gonad jantan yang matang kelamin berwarna putih. Pemijahan terjadi secara alami
dengan melepaskan telurnya keluar, kemudian fertilisasi terjadi secara alami di luar tubuh
(fertilisasi eksternal). Kebanyakan bivalvia mengalami kematangan seksual tergantung pada
ukuran dan umur, selain itu ukuran kematangan seksual tergantung dari spesies dan distribusi
geografi. Kerang simping akan mencapai dewasa ketika berukuran 70-100 mm. Pemijahan
sangat dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia perairan terutama temperatur. Beberapa spesies
didaerah tropis melakukan pemijahan sepanjang tahun. Seperti pada umumnya Moluska,
kerang simping bersifat filter feeder sehingga dapat dijadikan indikator suatu keadaan
lingkungan karena kemampuan adaptasinya yang tergolong tinggi.
Kerang simping merupakan jenis bivalvia yang menggali lubang pada substrat dengan
menggunakan kaki yang sangat panjang.Placuna sp. merupakan hewan infauna yaitu hewan
yang hidupnya dengan cara menggali lubang pada substrat yang lunak dan halus butirannya.
Kerang simping mendiami zona litoral, hidup di atas lumpur atau dasar lumpur berpasir di teluk
perairan dangkal. Ukuran yang besar terdapat di air yang paling dalam terkubur dalam lumpur
Kerang ini dapat tumbuuh secara optimal pada suhu24,5-30 °C, salinitas 18-38 ppt, PH 6,4-7,7
dan oksigen terlarut 2,5-5ppm. Mereka hidup di perairan dangkal dengan kedalaman
maksimum 80 meter, tetapi ada juga yang hidup pada kedalaman 50 meter. Di daerah estuaria
ada juga yang ditemukan pada kedalaman 1-2 meter pada saat air pasang atau air surut terendah.

Kaitan Karakteristik Kerang Hijau dan Simping dengan Biomanagement Resources


Karakteristik kerang hijau dan kerang simping memiliki hubungan yang penting dengan
manajemen sumberdaya biologi di lingkungan perairan. Dalam konteks manajemen
sumberdaya biologi, beberapa karakteristik kerang hijau dan simping yang harus
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1. Peran Ekologi sebagai filter feeder
Kerang hijau dan simping adalah hewan filter feeder yang memakan partikel makanan
seperti plankton dan detritus dari air. Karena kemampuannya dalam membersihkan air dari
partikel organik, mereka dapat membantu menjaga kualitas air di ekosistem perairan. Salah
satu aplikasi manajemen biologi pada peran kedua kerang ini adalah peninjauannya
sebagai eco-sentinel organism atau dalam biomonitoring perairan laut. Salah satu
penelitian tentang kandungan logam Timbel (Pb) di dalam daging dan cangkang simping
yang telah dilakukan oleh Yaqin et al. (2018) menyajikan hasil bahwa kandungan logam
timbal pada daging dan cangkang dapat menjadi indeks/indikator kondisi (IK) lingkungan
perairan laut. Jika populasi kerang hijau mengalami penurunan tajam, ini bisa menjadi
tanda masalah lingkungan yang lebih luas seperti polusi air atau perubahan suhu air.
Manajemen sumberdaya biologi dapat menggunakan perubahan dalam populasi kerang
hijau sebagai sinyal untuk tindakan perbaikan lingkungan.
2. Reproduksi dan Kestabilan Populasi
Pengetahuan tentang siklus reproduksi kerang hijau dapat membantu dalam mengelola
populasi mereka. Mengatur ukuran tangkapan atau periode penangkapan selama masa
reproduksi dapat membantu menjaga populasi kerang hijau tetap stabil dan berkelanjutan.
Perlu diketahui bahwa kedua jenis kerang ini mempunyai potensi nilai ekonomi yang besar
sehingga harus dapat dioptimalkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kristianti
et al. (2015) menunjukkan hasil bahwa kerang simping melakukan pemijahan atau
rekruitment sepanjang tahun, dengan bulan Mei sampai dengan bulan Agustus merupakan
puncak musim pemijahan. Pada bulan Mei 17.29%, bulan Juni 17.87%, Juli 15.76% dan
bulan Agustus 10.42%. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola rekruitmen individu baru
yang ditandai dengan adanya proses pemijahan terjadi sepanjang tahun dari bulan Januari
sampai dengan Desember tetapi lebih optimal terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan
Agustus. Hal ini sesuai dengan pendapat Joll (1987) yang menyatakan bahwa fase
gametogenesis Amusium balloti mulai terlihat pada bulan Maret dan gonad tersebut
mengalami perkembangan seksual sampai dengan Desember/Januari dan spawning
Amusium balloti terjadi dari April/Mei sampai Desember. Dengan mengetahui hal ini
maka seharusnya pemanfaatan kerang simping atau sejenisnya dapat lebih efektif dengan
meninjau waktu yang tepat bagi kerang bereproduksi. Dengan begitu produksi dapat
ditingkatkan dan memenuhi nilai pasar yang ada.
3. Manajemen Lingkungan
Kelimpahan kerang simping dapat dipengaruhi beberapa aspek seperti tingkat eksploitasi
dan kondisi lingkungan. Sebagaimana yang disajikan melalui penelitian yang dilakukan
oleh Diafana et al. (2008), salah satunya adalah adanya aktivitas perikanan yang intensif
di perairan dapat mempengaruhi kelimpahan kerang ini dan berdampak juga pada kondisi
lingkungan yaitu sedimen dan bahan organik di perairan. Dari hasil penelitian
dikemukakan bahwa hubungan kelimpahan kerang dengan beberapa karakteristik sedimen
diantaranya persentase fraksi pasir, persentase fraksi lumpur dan bahan organik, dapat
dikatakan bahwa fraksi lumpur dan bahan oganik yang terdapat di perairan mempengaruhi
kelimpahan biota tersebut. Hewan bivalvia seperti kerang-kerangan yang bersifat filter
feeder akan lebih menyukai substrat yang mengandung fraksi lumpur, hal ini disebabkan
oleh tingginya kandungan bahan organik pada substrat lumpur tersebut. Meskipun
sebagian bivalvia juga berasosiasi pada substrat pasir, tetapi di perairan pantai khususnya
kerang simping cenderung berada pada substrat dengan persentase lumpur lebih tinggi.
Substrat pasir memang memiliki sifat aerasi dan infiltrasi yang lebih baik dibandingkan
substrat lumpur, namun berdasarkan penelitian sebelumnya, kerang simping akan mampu
lebih berkembang secara optimal pada substrat yang memiliki kandungan organik dan
bahan tersuspensi yang lebih banyak.

Referensi
Diafana, I. T., Tanjung, A., & Yoswaty, D. (2008). Correlation Between Abundance of
Windowpane Oyster (Placuna SP) and Characteristics of Sediment on Coastal Waters of
Bela River Village Indragiri Hilir …. Media.Neliti.Com.
https://media.neliti.com/media/publications/201987-none.pdf
Kristianti, A., Waridin, & Suprijanto, J. (2015). POLA REKRUITMEN KERANG SIMPING
(AMUSIUM PLEURONECTES) DI PERAIRAN KABUPATEN BREBES JAWA
TENGAH. July 2010.
Yaqin, K., Manajemen, S., Perairan, S., Perikanan, D., & Hasanuddin, U. (2018). Kandungan
logam Timbel ( Pb ) pada kerang simping ( Placuna placenta ) dan potensi indeks
kondisi ( IK ) sebagai biomarker morofologi untuk mendeteksi logam pencemar The
concentration of lead in windowpane oyster ( Placuna placenta ) and potential of cond.
Journal Of Fisheries and Marine Science, 01(2), 1–13.

Anda mungkin juga menyukai