Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Hukum Islam di Indonesia

“Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam


di Masa Pembinaan, Pengembangan, dan Pembukuan”
Dosen Pembimbing : Try Sa’adurrahman HM.,MH

Disusun Oleh :
Kelompok VIII
1. Nurhidayanti (10300121078)
2. Ummil mu’minin (10300121092)

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Pembelajaran .................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam pada masa pembinaan,
pemgembangan, dan pembukuan pada abad VII-X M ........................................ 3
B. Tokoh-tokoh Mujtahid Hukum Islam yang masih berpengaruh saat ini...... 8
BAB III ................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam di Masa Pembinaan,
Pengembangan, dan Pembukuan tepat waktu.
Makalah Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam di Masa
Pembinaan, Pengembangan, dan Pembukuan disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Hukum Islam di Indonesia. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Sejarah pertunmbuhan dan
perkembangan hukum islam.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Try
Sa’adurrahman selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait pembahasan yang ditulis penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 30 Oktober 2023

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Islam adalah hukum Islam merupakan kaidah-kaidah yang
berdasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul berupa pedoman tingkah
laku mukallaf yang diyakini dan mengikat bagi semua pemeluknya. Sebagai umat
Islam, maka segala pedoman yang sudah ditetapkan dalam hukum Islam wajib
dilaksanakan. Hukum Islam juga merupakan hukum yang ditetapkan dan
diturunkan oleh Allah SWT dengan tujuan memberikan kemaslahatan hamba-
hamba Nya di dunia dan akhirat. Konsepsi mengenai hukum Islam juga dapat di
kelompokan sebagai syariah dan fikih. Perbedaan mendasar antara kedua jenis
tersebut yaitu syariat berisi ketetapan dari Allah SWT dan Rasulullah SAW yang
mengatur mengenai akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak.
Hukum Islam pada Masa Pembinaan, Pengembangan, dan Pembukuan
Periode ini diperkirakan berlangsung selama kurang lebih 250 tahun, dimulai pada
bagian kedua abad VII sampai dengan abad X M. Masa pengembangan dan
pembinaan ini berada pada kisaran pemerintahan Khalifah Bani Umayyah (662-
750) dan khalifah Bani Abbasiyah (750-1258).19 Ketika itu, wilayah kekuasaan
Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat
kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan
menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak mempunyai pengalaman
politik yang memadai.1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis menentukan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam pada
masa pembinaan, pemgembangan, dan pembukuan pada abad VII-X M?

1
Hazairin, Kuliah Hukum Islam I 1954/1955. Lihat juga Muhammad Daud Ali, Hukum Islam,
(Jakarta: Rajawali Grafindo: 1990), h. 182

1
2. Siapa sajakah Tokoh-tokoh mujtahid Hukum Islam yang masih
berpengaruh saat ini?

C. Tujuan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis menentukan tujuan
pembelajaran sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam
pada masa pembinaan, pemgembangan, dan pembukuan pada abad VII-X
M
2. Untuk mengetahui Tokoh-tokoh mujtahid Hukum Islam yang masih
berpengaruh saat ini

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam pada masa pembinaan,


pemgembangan, dan pembukuan pada abad VII-X M
Periode ini diperkirakan berlangsung selama kurang lebih 250 tahun,
dimulai pada bagian kedua abad VII sampai dengan abad X M. Masa
pengembangan dan pembinaan ini berada pada kisaran pemerintahan Khalifah Bani
Umayyah (662-750) dan khalifah Bani Abbasiyah (750-1258)2.
Ketika itu, wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri
yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah
abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya
tidak mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang
menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:3
1. Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan
masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat Nabi tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban
menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Di
samping itu, suku-suku Arab gemar berperang. Semangat dakwah dan
kegemaran berperang tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam
diri umat Islam.
3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada
waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena
sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-
persoalan dalam negeri masing-masing.
4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya
kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak

2
Hazairin, Kuliah Hukum Islam I 1954/1955. Lihat juga Muhammad Daud Ali, Hukum Islam,
(Jakarta: Rajawali Grafindo: 1990), h. 182.
3
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), h. 58-61.

3
kerajaan memaksakan aliran atau agama resmi kepada wilayah jajahan.
Rakyat Bizantium tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya
peperangan melawan Persia. Begitu juga dengan Persia.
5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan simpatik dan
toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengonversi agamanya menjadi Islam.
6. Bangsa Sami di Syiria dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab
lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang
memerintah mereka.
7. Mesir, Syiria, dan Irak adalah daerah kaya. Kekayaannya membantu
penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Hukum Islam mencapak puncak perkembangannya pada masa Dinasti
Abbasiyah. Terlebih pada periode pertama Bani Abbasiyah yang didukung segi
politis. Para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan
politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat
tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Dinasti Abbasiyah sangat
memperhatikan pendidikan dan pentingnya ilmu pengetahuan. Sehingga pada masa
pemerintahannya didirikan perpustakaan dan akademi. Perkembangan lembaga
pendidikan mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan. Di samping itu kemajuan tersebut paling tidak ditentukan oleh dua
hal:
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang
lebih dulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu
memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam
Islam. Pengaruh Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat,
dan sastra.4 Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, matematika,
dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-
terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.

4
Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, Jilid I, (Kairo: Lajnah al-Ta’lif wa Al-Nasyr, tt), h. 207.

4
2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada
masa khalifah al-Manshur hingga Harun arRasyid. Pada fase ini banyak
karya dalam bidang astronomi dan logika diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah a-Makmun hingga tahun
300 H. Bidang kajian yang banyak diterjemahkan adalah filsafat dan
kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H dan terutama
setelah adanya pembuatan kertas, bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan
semakin meluas.
Badri Yatim memaparkan bahwa pengaruh kebudayaan bangsa yang sudah maju
tersebut, khususnya dalam bidang terjemahan cukup memberikan pengaruh baik
terhadap ilmu pengetahuan umum atau agama. Seperti dalam bidang tafsir, sejak
awal sudah dikenal dua metode penafsiran; pertama, tafsîr bi al-ma’tsûr, dan kedua,
tafsîr bi ar-ra’yi. Kedua metode ini berkembang pada masa dinasti Abbasiyah. Akan
tetapi metode tafsîr bi ar-ra’yi sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran
filsafat dan ilmu pengetahuan. Demikian juga terlihat dalam ilmu fiqih dan teologi.
Menurut Daud Ali, puncak perkembangan hukum Islam terjadi pada masa
ini dikarenakan pada masa tersebut lahir para ahli hukum Islam yang menemukan
dan merumuskan garis-garis hukum. fiqih Islam, serta muncul berbagai teori hukum
yang masih dianut dan dipergunakan oleh umat Islam hingga sekarang. Menurutnya
banyak faktor yang memungkinkan pembinaan dan pengembangan hukum Islam
pada periode ini.
1. Pertama, wilayah Islam sudah sangat luas, terbentang dari perbatasan India-
Tiongkok di Timur ke Spanyol (Eropa) di sebelah barat. Untuk dapat
menyatukan berbagai macam perbedaan suku, tradisi, dan adat istiadat di
berbagai wilayah tersebut diperlukan pedoman yang mengatur tingkah laku
masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini yang mendorong para
ahli hukum untuk mengkaji sumber-sumber hukum Islam untuk kemudian
ditarik garis-garis hukum hingga bisa dijadikan pedoman yang sederhana
namun mencapai segala aspek kehidupan.
2. Kedua, telah ada berbagai karya tulis tentang hukum yang bisa dijadikan
landasan untuk membangun serta mengembangkan fiqih Islam.

5
3. Ketiga, di samping karya yang memadai, terdapat pula para ahli yang
mampu berijtihad memecahkan permasalahan yang muncul di dalam
masyarakat.
Karya-karya dari masa sahabat juga tidak sedikit pengaruhnya bagi
kemajuan hukum Islam pada masa keemasan. Al-Quran sudah dibukukan dan
tersebar luas sehingga dapat diketahui oleh semua lapisan kaum muslimin. Hadits-
hadits Nabi aw juga sudah banyak yang dihimpun sejak permulaan abad kedua
hijrah. Demikian pula fatwa-fatwa dari sahabat dan tabi’in, serta penafsiran-
penafsiran mereka terhadap nash-nash al-Quran dan Hadits. Kesemuanya ini telah
menjadi fondasi yang kuat bagi perkembangan hukum Islam.
Di antara karya-karya ilmiah yang diwariskan pada masa pembinaan hukum Islam
adalah pembukuan ilmu fiqih beserta ragam pendapatnya. Ahmad Hanafi menyebut
bahwa hal ini terjadi dengan mengumpulkan masalah-masalah yang berhubungan
dengan satu persoalan menjadi satu, ditambah penyebutan alasanalasan pendapat
tersebut. Pengumpulan ini didorong oleh luasnya daerah kekuasaan Islam dan
kemajuan kebudayaannya. Hal ini menyebabkan timbulnya banyak persoalan dan
peristiwa yang Quran dan Sunnah Nabi. Karena itu pula mereka menganjurkan agar
para ahli yang datang kemudian mengambil hukum dari sumber yang sama yaitu
al-Quran dan Sunnah. Selanjutnya mereka menemukan metode pembentukan
hukum melalui ijma’ dan qiyas yang kemudian diakui oleh Imam Syaf’i sebagai
sumber hukum.
Demikianlah faktor-faktor yang menimbulkan kemajuan pesat bagi hukum
Islam, dan memunculkan ulama-ulama besar dengan jumlah yang tidak sedikit.
Pada masa sahabat, aktor yang berperanan mengembangkan hukum Islam hanyalah
para sahabat. Baru pada akhir masa tersebut muncullah tabi’in besar. Akan tetapi,
setelah masa sahabat berakhir, peranan seluruhnya dipegang oleh tabi’in yang
kemudian dilanjutkan oleh para tabi’it-tabi’in sebagai pewaris ilmu sahabat.
Dilanjutkan lagi oleh imam-imam empat sebagaimana tersebut di atas beserta
teman dan muridnya yang tersebar di seluruh penjuru dunia.5

5
Ahmad Hanafi, Sejarah dan Pengantar Hukum Islam h. 199

6
Sebagaimana dikatakan Ahmad Hanafi bahwa hampir di tiaptiap kota besar
terdapat golongan tabi’in dan pengikut tabi’in yang mengikuti jejak para sahabat
Nabi sebelumnya. Mereka memberikan fatwa dan pelajaran kepada masyarakat di
kota yang mereka diami. seperti halnya di beberapa kota di bawah ini:
Di Madinah:
1. Sa’id bin al-Musayyab
2. ‘Urwah bin az-Zubair\
3. Ahli fiqih Madinah yang tujuh
4. Muhammadbin Syihab az-Zuhri
5. Yahya bin Said
6. Malik bin Anas, dan rekan-rekannya di Madinah.
Di Makkah:
1. ‘Ikrimah
2. Mujahid
3. Atho’
4. Sufyan bin Uyainah
5. Mufti Hijaz Muslim bin Khalid,
6. Imam Syafi’i, kemudian hijrah ke Baghdad dengan qaul qadimnya, lalu ke
Mesir dengan qaul jadidnya.
Di Kufah:
1. Abdullah bin Mas’ud (wafat 32 H) kemudian muridmuridnya yang terkenal
adalah di bawah ini:
2. ‘Alqamah bin Qois
3. Syuraih al-Qadli,
4. Ibrahim an-Nakha’i
5. Hammad bin Abi Sulaiman
6. Imam Abu Hanifah beserta kawan-kawannya.
Di Mesir:
1. Mufti Mesir Yazid bin Habib,
2. Al-Laits bin Sa’ad
3. Abdullah bin Amr bin Ash

7
4. Imam Syafii pada akhir hayatnya. dengan peradaban dan kebudayaan.
Namun sangat disayangkan, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami
masa kemunduran.6

B. Tokoh-tokoh Mujtahid Hukum Islam yang masih berpengaruh saat ini


Periode pertumnuhan dan perkembangan Hukum Islam pada masa
Pembinaan, Pengembangan, dan Pembukuan berlangsung pembinaan hukum islam
dilakukan pada masa pemerintahan khalifah umayyah dan khalifah abbasiyah.
Dimasa inilah para ahli hukum yang yang menemukan dan merumuskan garis
hukum fikih islam muncul sebagai teori hukum islam yang masih digunakan sampai
sekarang. Pada periode ini munculah para mujtahid yang sampai sekarang masih
berpengaruh dan pendapatnya diikuti oleh umat islam dibelahan dunia.
1. Abu Hanifah
Ia lahir di Kufah pada tahun 80 H dan wafat di Bagdad pada tahun 150 H.
pada awalnya ia selalu mendiskusikan materi-materi tentang Al-Qada dan
Qadar, kemudian ia berpindah ke materi-materi fiqh Al-Khatib yang
menuturkan bahwa Abu Hanifah tadinya selalu berdiskusi tentang ilmu kalam.
Sebagaimana ulama lain sumber hukum beliau adalah Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi Muhammad SAW. Langkah ijtihad yang ditepuh oleh Abu Hanifah dapat
dipahami dalam ungkapannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya saya memeberikan hukum berdasarkan Al-Qur’an, apabila
tidak saya jumpai dalam Al-Qur’an saya gunakan Sunnah Rasulullah SAW
yang shahih yang tersebut dikalangan orang0orang handal. Apabila tidak saya
temukan dalam keduanya saya berpegang pendapat siap saja dari sahabat
Rasul yang saya sukai dan yang tidak saya sukai, dan saya tidak beralih dari
pendapat mereka kepada pendapat lain, serta apabila permasalahan telah
sampai kepada Ibrahim, Asy-Sya’bi, Al-Hasan, Ibnu Sirin dan Sa’id bin Al-
Musayyab, saya berijtihad sebagaimana mereka berijtihad7

6
Ibit
7
Muhammad Ali As-Sayis, sejarah pembentukan dan perkembangan hukum islam,
(Jakarta:Akademika Pressido), h., 141

8
2. Malik Bin Anas (713-795 M)
Ia lahir pada tahun 93 H dan wafat pada tahun 179 H. Malik Bin Anas
tinggal di Madinah dan tidak pernah kemana-mana kecuali beribadah haji di
Mekkah. Imam Malik menempatkan Al-Qur’an sebagai sumber hukum
pertama, kemudian Al-Hadits sebagai sumber Hukum yang kedua.Sandaran
ijtihad Imam Malik adalah Al-Qur’an, Sunnah, Ijma dan Qiyas. Disamping itu
Ia juga menawarkan ijtihad dalam bentuk maslahah mursalah. Teori ini diilhami
oleh suatu paham bahwa syari’at islam bertujuan mendatangkan manfaat,
kesejahteraan dan kedamaian bafi kepentingan masyarakat.8
3. Muhammad Idris Al-Syafi’I (767-820 M)
Ia lahir di Ghazah atau Asqalan pada tahun 150 H. Ia berguru kepada Imam
Malik di Madinah. Kesetiaannya kepada Imam Malik di tunjukkan dengan
nyantri di tempat sang guru hingga sang guru wafat pada tahun 179 H. Imam
Syafi’i pernah juga berguru kepada muridmurid Abu Hanifah. Ia tinggal di
Bagdad selama 2 tahun, kemudian kembali ke Mekkah. Akan tetapi tidak lama
kemudian ia kembali ke Irak pada tahun 198 H, dan berkelana ke Mesir.
Menurut Imam Syafi’I tata urutan sumber hukum slam adalah: Al-Qur’an dan
Al-Sunnah, bila tidak ada di dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah ia berpindah ke
Ijma’.Imam Syafi’I memandang sunnah yang shahih wajib diikuti sebagaimana
Al-Qur’an. Sikap ini membuatnya disenangi dikalangan ahli hadits dan ia diberi
gelar Nashirus Sunnah(penolong sunnah). 9
4. Ahmad Bin Hambal (781:855 M)
Ia lahir di Bagdad pada tahun 164 H. Ia tinggal di Bagdad sampai akhirf
hayatnya yakni tahun 231 H. Negeri-negeri yang pernah kunjungi untuk belajar
antara lain adalah Basrah, Mekkah, Madinah, Syam dan Yaman. Ia pernah
berguru kepada Imam Syafi’I di Bagdad dan menjadi murid Imam Syafi’I yang
terpenting, bahkan ia menjadi mujtahid sendiri. Menurut Imam Ahmad, sumber

8
Hadi Daeng Mapuna, pembentukkan dan perkembangan hukum islam pada masa kodifikasi dan
imamimam mujtahid, Al-Daulah Vol. 7/ No.1/ Juni 2018
9
Dr. Muhammad Zuhri, islam dalam lintasan sejarah, Cet. 1( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada), h.107

9
hukum pertama adalah Al-Nushush, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits yang marfu.
Apabila persoalan hukum sudah didapat dalam nash-nash tersebut, ia tidak
beranjak ke sumber lain, tidak pula mnggunakan “metode ijtihad”. Apabila
terdapat perbedaan pendapat di antara para sahabat, maka Imam akan memilih
pendapat yang paling dekat dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.10

10
Mohammad Daud Ali, Hukum islam pengantar ilmu hukum dan tata hukum islam di Indonesia,
(Jakarta: Rajawali Pers) h. 187-194

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hukum Islam mencapak puncak perkembangannya pada masa Dinasti
Abbasiyah. Terlebih pada periode pertama Bani Abbasiyah yang didukung segi
politis. Para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat
mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Dinasti Abbasiyah
sangat memperhatikan pendidikan dan pentingnya ilmu pengetahuan. Sehingga
pada masa pemerintahannya didirikan perpustakaan dan akademi.
Perkembangan lembaga pendidikan mencerminkan terjadinya perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Badri Yatim memaparkan bahwa pengaruh kebudayaan bangsa yang sudah
maju tersebut, khususnya dalam bidang terjemahan cukup memberikan
pengaruh baik terhadap ilmu pengetahuan umum atau agama. Seperti dalam
bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode penafsiran; pertama, tafsîr
bi al-ma’tsûr, dan kedua, tafsîr bi ar-ra’yi. Kedua metode ini berkembang pada
masa dinasti Abbasiyah. Akan tetapi metode tafsîr bi ar-ra’yi sangat
dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan.
Demikian juga terlihat dalam ilmu fiqih dan teologi. Menurut Daud Ali,
puncak perkembangan hukum Islam terjadi pada masa ini dikarenakan pada
masa tersebut lahir para ahli hukum Islam yang menemukan dan merumuskan
garis-garis hukum. fiqih Islam, serta muncul berbagai teori hukum yang masih
dianut dan dipergunakan oleh umat Islam hingga sekarang.
2. Tokoh mujtahid yang berpengaruh sampai saat ini di antaranya:
1. Abu Hanifah
2. Malik Bin Anas (713-795 M)
3. Muhammad Idris Al-Syafi'i (767-820 M)
4. Ahmad Bin Hambal (781-855 M

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, Jilid I, (Kairo: Lajnah al-Ta’lif wa Al-Nasyr, tt), h.
207.

Ahmad Hanafi, Sejarah dan Pengantar Hukum Islam h. 199

Dr. Muhammad Zuhri, islam dalam lintasan sejarah, Cet. 1( Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada), h.107

Hadi Daeng Mapuna, pembentukkan dan perkembangan hukum islam pada masa
kodifikasi dan imamimam mujtahid, Al-Daulah Vol. 7/ No.1/ Juni 2018

Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985),
h. 58-61.

Hazairin, Kuliah Hukum Islam I 1954/1955. Lihat juga Muhammad Daud Ali,
Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Grafindo: 1990), h. 182

Hazairin, Kuliah Hukum Islam I 1954/1955. Lihat juga Muhammad Daud Ali,
Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Grafindo: 1990), h. 182.

Muhammad Ali As-Sayis, sejarah pembentukan dan perkembangan hukum islam,


(Jakarta:Akademika Pressido), h., 141

Mohammad Daud Ali, Hukum islam pengantar ilmu hukum dan tata hukum islam
di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers) h. 187-194

12

Anda mungkin juga menyukai