Contoh Kasus Eklamsia
Contoh Kasus Eklamsia
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. M.F
Usia : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Babakan Fakultas 03/04 , Desa Tegal Lega, Bogor
Suku Bangsa : Sunda/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal masuk RS : 2 Januari 2016 pukul 10.50
No. Registrasi : 528***
Riwayat Menstruasi
- Menarche : Usia 11 tahun
- Siklus : 28 hari
- Lama haid : 7 hari
- Nyeri haid : ringan
- HPHT : 15 Mei 2015
- Taksiran Persalinan : 22 Februari 2016
- Usia Kehamilan : 34 minggu
Riwayat Perkawinan
Pernikahan ke 1
Riwayat Persalinan
Anak Penolong Jenis Umur BB Keadaan
ke Persalinan Kehamilan saat Anak
lahir
Riwayat Operasi
Pasien belum pernah menjalani operasi sebelumnya.
Status Generalis
Kepala
- Mata : CA -/- SI -/-, pupil bulat, isokor, reflek cahaya +/+
- Telinga : bentuk normal, sekret -/-
- Hidung : bentuk normal, septum deviasi, sekret (-)
- Tenggorokan : tonsil T1/T1, tidak hiperemis
- Mulut : mukosa basah, lidah kotor (-), karies (-)
Leher
- KGB dan tiroid tidak teraba membesar
Thorax
- Payudara: bentuk normal, inverted nipple -/-, fissure -/-
Paru-paru
- Inspeksi : gerak simetris saat statis dan dinamis
- Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
- Perkusi : sonor +/+
- Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra
- Perkusi : redup, batas batas jantung dalam keadaan normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas
- Akral hangat, edema -/-/+/+
V. RESUME
Telah diperiksa seorang pasien perempuan usia 24 tahun mengeluh pusing dan pandangan
kabur sejak siuman dari kejangnya (02/01/2016). Os sempat mengalami kejang selama
beberapa menit di mobil dalam perjalanannya menuju RSUD Ciawi. Os merasa mual dan
sempat muntah sebanyak 4 kali ketika berada di ponek. Muntahan cair dan berisi sedikit
makanan. Tidak didapatkan nyeri ulu hati. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum
kehamilan disangkal, Os mengaku hanya pada saat kehamilan keduanya saja terjadi
peningkatan tekanan darah yang tinggi. Os tidak merasakan adanya mulas. Darah, lendir
dan juga keluar air-air dari jalan lahir disangkal. Gerak janin aktif. Riwayat KB yang
digunakan adalah pil. HPHT 15 Mei 2015. TP 22 Februari 2016. Riwayat menstruasi
teratur dengan siklus haid 28 hari, dengan lama menstruasi 7 hari.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran :Compos Mentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tanda vital
Tekanan darah :180/120 mmHg
Nadi :88x/ menit
Pernapasan :24x/ menit
Suhu :36,6 oC
Pemeriksaan sistematis dalam batas normal
Pemeriksaan laboratorium :
Tanggal 2 Januari 2015 Pk 12.02 didapatkan Hb 13.2 g/dL, Ht 40%, Leukosit
12100 /uL, Trombosit 253.000 /uL, Glukosa sewaktu 150 mg/dL, Protein
+++/POS3, Keton ++/POS2, Eritrosit ++/POS2, Pemeriksaan lain dalam batas
normal.
1. Eklampsia
Teori Klinis
Eklampsia adalah kelainan akut
G3P2A0
pada wanita
gravid Pasien G2P1A0 gravid 33-34 minggu datang ke
hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang RSUD Ciawi pada tanggal 2 Januari
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan 2016 ke ponek dengan keluhan
timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau pusing dan pandangan kabur.
koma dimana sebelumnya sudah Pasien sempat mengalami 1 kali
menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia kejang selama beberapa menit di
mobil dalam perjalanannya menuju
RSUD Ciawi.
- Tekanan darah : 180/120mmhg
- Urinalisis : Protein +++/POS3*
4. Terminasi kehamilan
Teori Klinis
1. Semua kehamilan dengan eklamsia harus o SC CITO (co : dr. freddy Sp.OG /dr.
diakhiri tanpa memandang umur kehamilan Kania) dimulai pada jam 16.58 WIB
dan keadaan janin. o Dilakukan pemberian obat terakhir pada
2. Terminasi kehamilan jam 12.30 WIB
Sikap dasar : bila sudah stabilisasi
( pemulihan ) hemodinamika dan
metabolisme ibu, yaitu 4-8 jam setelah
salah satu atau lebih keadaan dibawah ini :
o Setelah pemberian obat anti kejang
terakhir.
o Setelah kejang terakhir.
o Setelah pemberian obat-obat anti
hipertensi terakhir.
o Penderita mulai sadar ( responsif dan
orientasi ).
KESIMPULAN
Pada kasus ini dilakukan terminasi kehamilan dengan melakukan Sectio Caesaria
setelah stabilisasi hemodinamika dan metabolisme ibu.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau
koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
Etiologi / Patogenesis
Etiologi dan patogenesis preeklampsia dan eklampsia sampai saat ini masih belum
sepenuhnya difahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini
sering disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima
untuk menerangkan terjadinya preeklampsia adalah : faktor imunologi, genetik, penyakit
pembuluh darah dan keadaan dimana jumlah trophoblast yang berlebihan dan dapat
mengakibatkan ketidakmampuan invasi trofoblast terhadap arteri spiralis pada awal
trimester satu dan trimester dua. Hal ini akan menyebabkan arteri spiralis tidak dapat
berdilatasi dengan sempurna dan mengakibatkan turunnya aliran darah di plasenta.
Berikutnya akan terjadi stress oksidasi, peningkatan radikal bebas, disfungsi endotel,
agregasi dan penumpukan trombosit yang dapat terjadi diberbagai organ.
Terminologi
Dahulu, disebut pre eklampsia jika dijumpai trias tanda klinik yaitu : tekanan darah ≥
140/90 mmHg, proteinuria dan edema. Tapi sekarang edema tidak lagi dimasukkan dalam
kriteria diagnostik, karena edema juga dijumpai pada kehamilan normal. Pengukuran
tekanan darah harus diulang berselang 4 jam, tekanan darah diastol ≥ 90 mmHg digunakan
sebagai pedoman.
Eklampsia adalah pre eklampsia yang mengalami komplikasi kejang tonik klonik yang
bersifat umum. Koma yang fatal tanpa disertai kejang pada penderita pre eklampsia juga
disebut eklampsia. Namun kita harus membatasi definisi diagnosis tersebut pada wanita
yang mengalami kejang dan kematian pada kasus tanpa kejang yang berhubungan dengan
pre eklampsia berat. Mattar dan Sibai (2000) melaporkan komplikasi – komplikasi yang
terjadi pada kasus persalinan dengan eklampsia antara tahun 1978 – 1998 di sebuah rumah
sakit di Memphis, adalah solutio plasentae (10 %), defisit neurologis (7 %), pneumonia
aspirasi (7 %), edema pulmo (5 %), cardiac arrest (4 %), acute renal failure (4 %) dan
kematian maternal (1 %)
Komplikasi
Proteinuria hampir selalu didapatkan, produksi urin berkurang, bahkan kadang – kadang
sampai anuria dan pada umumnya terdapat hemoglobinuria. Setelah persalinan urin output
akan meningkat dan ini merupakan tanda awal perbaikan kondisi penderita. Proteinuria dan
edema menghilang dalam waktu beberapa hari sampai 2 minggu setelah persalinan.
Apabila keadaan hipertensi menetap setelah persalinan maka hal ini merupakan akibat
penyakit vaskuler kronis.
Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi karena
pneumonia aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran nafas yang
disebabkan penderita muntah saat kejang. Selain itu dapat pula karena penderita
mengalami dekompensasio kordis, sebagai akibat hipertensi berat dan pemberian cairan
yang berlebihan.
Pada beberapa kasus eklampsia, kematian mendadak dapat terjadi bersamaan atau beberapa
saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan otak yang masiv. Apabila perdarahan otak
tersebut tidak fatal maka penderita dapat mengalami hemiplegia. Perdarahan otak lebih
sering didapatkan pada wanita usia lebih tua dengan riwayat hipertensi kronis. Pada kasus
yang jarang perdarahan otak dapat disebabkan pecahnya aneurisma Berry atau arterio
venous malformation.
Pada kira – kira10 % kasus, kejang eklampsia dapat diikuti dengan kebutaan dengan
variasi tingkatannya. Kebutaan jarang terjadi pada pre eklampsia. Penyebab kebutaan ini
adalah terlepasnya perlekatan retina atau terjadinya iskemia atau edema pada lobus
oksipitalis. Prognosis penderita untuk dapat melihat kembali adalah baik dan biasanya
pengelihatan akan pulih dalam waktu 1 minggu.
Pada kira- kira 5 % kasus kejang eklampsia terjadi penurunan kesadaran yang berat bahkan
koma yang menetap setelah kejang. Hal ini sebagai akibat edema serebri yang luas.
Sedangkan kematian pada kasus eklampsia dapat pula terjadi akibat herniasi uncus trans
tentorial.
Pada kasus yang jarang kejang eklampsia dapat diikuti dengan psikosis, penderita berubah
menjadi agresif. Hal ini biasanya berlangsung beberapa hari sampai sampai 2 minggu
namun prognosis penderita untuk kembali normal baik asalkan tidak terdapat kelainan
psikosis sebelumnya. Pemberian obat – obat antipsikosis dengan dosis yang tepat dan
diturunkan secara bertahap terbukti efektif dalam mengatasi masalah ini.
Diagnosis Diferensial
Secara umum seorang wanita hamil aterm yang mengalami kejang selalu didiagnosis
sebagai eklampsia. Hal ini karena diagnosis diferensial keadaan ini seperti, epilepsi,
ensefalitis, meningitis, tumor otak serta pecahnya aneurisma otak memberikan gambaran
serupa dengan eklampsia. Prinsip : setiap wanita hamil yang mengalami kejang harus
didiagnosis sebagai eklampsia sampai terbukti bukan.
Prognosis
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah satu keadaan
paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di Amerika Serikat kematian
akibat eklampsia mempunyai kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir, dengan
persentase 10 % - 15 %. Antara tahun 1991 – 1997 kira – kira 6% dari seluruh kematian
ibu di Amerika Serikat adalah akibat eklampsia, jumlahnya mencapai 207 kematian.
Kenyataan ini mengindikasikan bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus selalu
dianggap sebagai keadaan yang mengancam jiwa ibu hamil.
Manajemen
Pritchard (1955) memulai standardisasi rejimen terapi eklampsia di Parkland Hospital dan
rejimen ini sampai sekarang masih digunakan. Pada tahun 1984 Pritchard dkk melaporkan
hasil penelitiannya dengan rejimen terapi eklampsia pada 245 kasus eklampsia. Prinsip –
prinsip dasar pengelolaan eklampsia adalah sebagai berikut :
1. Terapi suportif untuk stabilisasi pada penderita
4. Pemberian obat antihipertensi secara intermiten intra vena atau oral untuk
menurunkan tekanan darah, saat tekanan darah diastolik dianggap berbahaya.
Batasan yang digunakan para ahli berbeda – beda, ada yang mengatakan 100
mmHg, 105 mmHg dan beberapa ahli mengatakan 110 mmHg.
6. Hindari penggunaan diuretik dan batasi pemberian cairan intra vena kecuali pada
kasus kehilangan cairan yang berat seperti muntah ataupun diare yang berlebihan.
Hindari penggunaan cairan hiperosmotik.
7. Terminasi kehamilan
A. Pengobatan Medisinal
1. MgSO4 :
Initial dose :
- Loading dose : 4 gr MgSO4 20% IV (4-5 menit)
Bila kejang berulang diberikan MgSO4 20 % 2 gr IV, diberikan sekurang - kurangnya
20 menit setelah pemberian terakhir. Bila setelah diberikan dosis tambahan masih tetap
kejang dapat diberikan Sodium Amobarbital 3-5 mg/ kg BB IV perlahan-lahan.
- Maintenace dose : MgSO4 1 g / jam intra vena
2. Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg. Dapat diberikan
nifedipin oral 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan darah masih tinggi dapat diberikan
nifedipin ulangan 10mg oral dengan interval 1 jam, 2 jam atau 3 jam sesuai kebutuhan.
Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu agresif. Tekanan darah diastolik jangan
kurang dari 90 mmHg, penurunan tekanan darah maksimal 30%. Penggunaan nifedipine
sangat dianjurkan karena harganya murah, mudah didapat dan mudah pengaturan
dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.
3. Infus Ringer Asetat atau Ringer Laktat. Jumlah cairan dalam 24 jam sekitar 2000 ml,
berpedoman kepada diuresis, insensible water loss dan CVP .
1. Cuningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, et al. Hypertensive Disorders in
Pregnancy. In : William Obstetrics. 22th ed. Conecticut : Appleton and Lange, 2007 :
443 – 452.
2. Dekker GA, Sibai BM. Ethiology and Pathogenesis of Preeclampsia : Current
Concept. AmJ Obstet Gynecol 1998 ; 179 : 1359 – 75.
3. Lockwood CJ dan Paidas MJ. Preeclampsia and Hypertensive Disorders In Wayne R.
Cohen
4. Complications of Pregnancy. 5th ed. Philadelphia : Lippicott Williams dan Wilkins,
2000 : 207 -26.
5. Sibai BM. Hypertension in pregnancy. In : Obstetrics normal and problem
pregnancies. 4th edition, Churchill Livingstone USA, 2002 : 573-96.
6. Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy. AmJ. Obstet Gynecol, 2000 ; 183 : S1 – S22.
7. Angsar MD dkk. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan Di Indonesia.
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI