LAPORAN KASUS
1
- Riwayat Alergi
Pasien tidak ada riwayat alergi terhadap substansi atau obat-obatan
tertentu pada pasien.
- Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang anak pertama dari 4 bersaudara, keluarganya tinggal
di Sukamaju. Ayahnya seorang pegawai swasta dan ibunya Ibu Rumah
Tangga, ke 3 adiknya masih sekolah. Pasien tinggal dirumah kontrakan
bersama 2 orang temannya, pasien sehari-hari bekerja sebagai guru di
salah satu yayasan swasta. Rata-rata pendapatan Rp. 2.500.000.-/bulan.
Pasien termasuk keluarga sosial ekonomi menengah ke atas.
Riwayat Kabiasaan
- Diakui oleh pasien Nn.SN bahwa ia memiliki pola makan yang tidak
teratur 2-3 kali sehari, sering makan di warung pinggir jalan yang
tidak terjamin kebersihannya, terlebih selama bulan puasa ini ia selalu
membeli makanan yang dijual di pinggir jalan, selain itu ia juga suka
mengonsumsi soda dan goreng-gorengan yang di belinya di jalan.
- Karena kesibukannya Nn.SN jarang membersihkan rumah
kontrakannya, biasanya ia hanya membersihkan seminggu sekali pada
hari libur.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat dengan keluhan yang sama di Puskesmas
Cendrawasih
C. Pemeriksaan Fisis
- Keadaan Umum
Pasien tampak sakit ringan, gizi baik, kesadaran compos mentis
- Vital Sign
1. Tekanan Darah : 120/70
2. Nadi : 72 x/menit
3. Pernapasan : 20 x/menit
2
4. Suhu : 37,7 oC
- Status Generalis
1. Kepala : Biasa
Ekspresi : Simetris muka ; Simetris ki=ka
Rambut : Hitam, sulit dicabut
Mata : Eksoptalmus atau enoptalmus: (-)
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak mata : Dalam batas normal
Konjungtiva : Anemis (-)
Kornea : Jernih
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor 2,5 mm
2. Telinga
Tophi : (-)
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
3. Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
4. Mulut
Bibir : Kering (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Faring : hiperemis (+)
Tonsil : T1-T1
5. Leher
Kelenjar getah bening : MT (-), NT (-)
Kelenjar gondok : MT (-), NT (-)
DVS : R-2 cmH2O
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
3
6. Dada
Inspeksi : Simetris ki=ka
Bentuk : Normochest
Pembuluh darah : Bruit (-)
Buah dada : Tidak ada kelainan
Sela iga : Tidak ada pelebaran
7. Thorax
Palpasi : Fremitus Raba : Ki=Ka
Nyeri tekan : (-)
Perkusi : Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru hepar : ICS VI Dextra Anterior
Batas paru belakang kanan : V Th IX Dextra Posterior
Batas paru belakang kiri : V Th X Sinistra Posterior
Auskultasi : Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/- Wh-/-
8. Punggung
Inpeksi : Skoliosis (-), Kifosis (-)
Palpasi : MT (-), NT (-)
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
9. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni reguler
Bunyi tambahan : Bising (-)
10. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (-)daerah epigastrium
4
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Follow Up pasien setelah lima hari pengobatan
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
E. Diagnosis
Faringitis akut
1.1.2 PENATALAKSANAAN DAN EDUKASI
- Penatalaksanaan
o Paracetamol 500 mg 2 dd 1
o Ambroxol 30 mg 2 dd 1
o Ctm 1 dd 1
- Edukasi
o Menghindari faktor pencetus terjadinya Faringitis
o Mengkomsumsi makanan yang bergizi
o Hindari makanan dan minum minuman yang mengiritasi
tenggorokan (panas, berminyak, dingin)
o Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga
1.1.3 PENDEKATAN HOLISTIK
- Profil Keluarga
Pasien Nn. SN tinggal bersama 2 orang temannya , Nn E 23 tahun
berprofesi sebagia guru dan Nn R 22 tahun mahasiswa. Ayah Nn.SN
tinggal di Soerako bekerja sebagai salah satu pegaai di perusahaan di
Sooerako bersama ibu Ny. S bekerja sebagai ibu ruma Tangga dan 3 orng
adiknya, An.W laki-laki anak ke 2 berusia 18 tahun pelajar SMA , An.M
perempuan anak ke 3 berusia 14 tahun pelajar SMP dan D anak ke 4.
5
Semua sudah dapat mengurus diri sendiri kecuali An. D yang masih
berusia 3 tahun.
- Karakteristik Demografi Keluarga
a. Identitas Kepala keluarga : Tn M
b. Identitas Pasangan : Ny.S
c. Alamat : Jl. Tanjung Alang Lr.1 No.11
d. Bentuk Keluarga : Commuter Family
Kedudukan
No Nama dalam Gender Umur Pendidikan Pekerjaan
keluarga
1. Nn E Teman P 23 S1 Guru
6
Tabel 2. Lingkungan Tempat Tinggal
Status kepemilikan rumah : Pribadi
Tempat bermain : -
7
Keluarga Nn.SN memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara
lain yaitu, satu buah televisi yang terletak di ruang tamu, kulkas yang
terletak di dapur serta perlengkapan masak lainnya dan satu kamar tidur.
- Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
o Jenis tempat berobat : Puskesmas
o Asuransi / Jaminan Kesehatan : BPJS kelas 1
- Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
8
- Pola Dukungan Keluarga
Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Di antara yang merupakan faktor pendukung dalam penyelesaian
masalah keluarga seperti ada komunikasi yang baik dalam keluarga.
Selain adanya hubungan yang harmonis. Keluarga juga sangat terbuka
untuk setiap masalah kesehatan yang dihadapi.
9
o Kadang-kadang = skor 1
o Hampir tidak pernah = 0
- Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
1. Adaptasi
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing – masing anggota keluarga sudah √
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya
2. Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan keluarga saya karena
√
dapat membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya hadapi
3. Growth (Pertumbuhan)
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk √
mengembangkan kemampuan yang saya
miliki
10
5. Resolve (Kebersamaan)
Saya puas dengan waktu yang disediakan √
keluarga untuk menjalin kebersamaan
Total Skor 10
11
Tn. M dan Ny.S pasangan suami istri yang dikaruniai 4 orang anak, nn.SN
anak pertama, W laki-laki anak ke 2, M anak ke 3 dan D anak ke 4. Semua
sudah dapat mengurus diri sendir kecuali An. N yang masih berusia 3
tahun.
- Genogram
Keterangan :
: Keluarga Nn. SN
: Laki-laki normal
: Wanita normal
: Anak Faringitis
- Family map
12
Gambar 11 : Family map penderita Faringitis
Keterangan
: ayah
: ibu
: anak ke 2 laki-laki
: anak ke 3 perempuan
: anak ke 4 perempuan
: hubungan harmonis antara saudara
: hubungan harmonis pernikahan
1.2 PEMBAHASAN
13
Diagnosis pada pasien ini adalah Faringitis Akut yang didapatkan
berdasarkan anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik,
aspek risiko internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang
dengan melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik
holistik.
14
pencegahan terapi serta hubungan baik.
faringtis akut
masih kurang. pencegahanya - Pasien paham
- Pasien khawatir - Nasehat untuk tentang 4
penyakitnya akan 2 bertawakkal penyakit
memburuk
kepada Allah, dan faringitis dan
yakinkan bahwa mau melakukan
semua akan baik- pencegahannya
baik saja (terselenggaran 4
ya penyuluhan )
- Memiliki rasa
Tawakkal
kepada Allah
dan kecemasan
pasien
berkurang
3. Faktor Perilaku - Edukasi tentang - Pasien mengerti
Kesehatan 2 pentingnya dan mulai
- Tidak mencuci mencuci tangan mengaplikasika 5
tangan sebelum sebelum makan n dengan baik
makan 2 dan pentingnya mencuci tangan
- Berobat hanya perilaku hiduo sebelum makan 4
jika ada keluhan
bersih dan sehat - Pasien paham
berat
untuk mencegah dan mengerti
berbagai penyakit untuk segera
infeksi berobat ke
- Edukasi tentang puskesmas
pentingnya segera terdekat jika
melakukan ada keluhan
pengobatan ke waluapun masih
fasilitas terdekat ringan
jika sudah timbul
keluhan alaupun
masih ringan.
4. Faktor - Memperbaiki - Pintu rumah
lingkungan ventilasi dan belum dibuka
Rumah 2 penerangan dan rumah 2
-Ventilasi dan dengan membuka masih
sinar matahari pintu rumah pada kurangventilasi,
kurang siang hari dan - Kamar tidur
-Kamar tidur 2 - Membersihkan belum 2
pasien jarang kamar tidur setiap dibersihkan
dibersihkan hari sebelum setiap hari
sehingga berangkat kerja - Kipas angin 2
banyak debu - Membersihkan belum
yang 2 kipas angin dibersihkan
menempel minimal 2
15
-Kipas angin minggu sekali
jarang
dibersihkan
sehingga
banyak debu
yang
menempel di
kipas angin
Total Skor 28 45
Rata-Rata Skor 2,15 3,4
6
16
Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber
(hanya keinginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya
oleh provider.
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang
belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian
besar oleh provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung
pada upaya provider.
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
Dengan hasil yang didapatkan pada tabel di atas berarti bahwa pasien dan
keluarga pasien dapat menyelesaikan masalah kesehatan secara mandiri.
17
1.2.1.1.4 Aspek Faktor Risiko Eksternal
Anggota keluarga dan teman serumah kurang mengawasi pasien untuk
menghindari penyebab penyakit Faringitis
1.2.1.1.5 Aspek Psikososial Keluarga
Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat dan
mendukung kesembuhan pasien. Di antara faktor-faktor yang dapat
menghambat kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengawasan keluarga
terhadap pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan faktor pencetus
penyebab faringitis pasien. Sedangkan faktor yang dapat mendukung
kesembuhan pasien yaitu adanya dukungan dan motivasi dari semua
anggota keluarga baik secara moral dan materi.
1.2.1.1.6 Aspek Fungsional
Secara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih mampu
dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di
luar rumah.
1.2.1.1.7 Derajat Fungsional
Nn.SN masih dapat beraktifitas dengan baik tanpa bantuan siapapun (derajat
1 minimal).
18
perilaku hidup bersih dan sehat, kekahawatiran pasien akan bertambah
buruknya penyakit yang dialami.
- Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder ( terapi untuk pasien dan
keluarga pasien )
19
Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang
berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana
anggota keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan
dan motivasi kepada pasien untuk berobat secara teratur dan membantu
memantau terapi pasien serta pentingnya menjaga hygiene baik dari
keluarga maupun pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FARINGITIS
2.1.1 DEFINISI
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus
atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat
dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise
(Miriam T. Vincent, 2004). Faringitis akut dan tonsillitis akut sering
ditemukan bersama-sama dan dapat menyerang semua umur. Penyakit ini
ditular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections) 1
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh
virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Anak-
20
anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali infeksi virus pada
saluran pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahunnya. 4,5
2.1.2 ETIOLOGI
Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak
mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-
60%) dan bakteri (5-40%) yang paling sering 1
Kebanyakan faringitis akut disebabkan oleh agen virus. Virus yang
menyebabkan faringitis termasuk Influenza virus, Parainfluenza virus,
Coronavirus, Coxsackie viruses A dan B, Cytomegalovirus, Adenovirus dan
Epstein Barr Virus (EBV). Selain itu, infeksi Human Immunodeficiency
virus (HIV) juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis 6
Faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri termasuk Group A Beta
Hemolytic Streptococcus (GABHS), Group C Beta Hemolytic Streptococcus,
Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium diphtheria, Arcanobacterium
haemolyticum dan sebagainya. Infeksi Group A Beta Hemolytic
Streptococcus (GABHS) merupakan penyebab faringitis akut pada 5-15%
dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-15 tahun) 1
Neisseria gonorrhoeae sebagai penyebab faringitis bakterial gram
negative ditemukan pada pasien aktif secara seksual, terutama yang
melakukan kontak orogenital. Dalam sebuah penelitian pada orang dewasa
yang terinfeksi gonorea, faringitis gonokokal ditemukan 20% pada pria
homoseksual, 10% pada wanita dan 3% pada pria heteroseksual. Sekitar
50% individu yang terinfeksi adalah tanpa gejala, meskipun odinofagia,
demam ringan dan eritema dapat terjadi 4,5,6
Selain itu, Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring
dan menyumbang terjadinya faringitis fungal. Faringitis gonorea hanya
terdapat pada pasien yang menlakukan kontak orogenital1
Faktor resiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin,
turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza,
konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan,
21
merokok, dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita
sakit tenggorokan atau demam 3
2.1.4 EPIDEMIOLOGI
2.1.4.1 Epidemiologi Faringitis Berdasarkan Trias Epidemiologi
a. Agen
Kuman penyebab Faringitis umumnya menyebar melalui udara
maupun makanan atau minuman. Penyakit Faringitis dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri, virus, jamur dan non infeksi seperti karena
menurunnya daya tahan tubuh, makanan/minuman yang dapat
mengiritasi, dan lingkungan (paparan asap dari polusi udara atau asap
rokok ), . Menurut National Ambulatory Medical Care Survey, infeksi
saluran pernafasan atas, termasuk faringitis akut, dijumpa 200
kunjungan ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Amerika Serikat.
Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan bahwa kasus faringitis akut
22
masuk dalam 10 penyakit terbesar kasus yang dirawat jalan dengan
presentasi jumlah 1,5 % atau sebanyak 214.781 0rang 9
b. Host (pejamu)
Di Indonesia infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih
merupakan penyebab tersering morbiditas dan mortalitas pada anak.
Pada tahun 1996/1997 cakupan temuan penderita ISPA pada anak
berkisar antara 30% - 40%, sedangkan sasaran temuan pada penderita
ISPA pada tahun tersebut adalah 78% - 82% ; sebagai salah satu
penyebab adalah rendahnya pengetahuan masyarakat. Di Amerika
Serikat absensi sekolah sekitar 66% diduga disebabkan ISPA.8
Faringitis merupakan penyakit umum pada dewasa dan anak-
anak. National Ambulatory Medical Care Survey dan National
Hospital Ambulatory Medical Care Survey telah mendokumentasikan
antara 6,2-9,7 juta kunjungan anak-anak dengan faringitis ke klinik
dan departemen gawat darurat setiap tahun, dan lebih dari 5 juta
kunjungan orang dewasa per tahun Menurut National Ambulatory
Medical Care Survey, infeksi saluran pernafasan atas, termasuk
faringitis akut, dijumpa 200 kunjungan ke dokter per 1000 penduduk
per tahun di Amerika Serikat9
Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan bahwa kasus faringitis
akut masuk dalam 10 penyakit terbesar kasus yang dirawat jalan
dengan presentasi jumlah 1,5 % atau sebanyak 214.781 0rang
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-
anak. Kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah
dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk
adalah akibat dari infeksi Group A Streptococcus. Faringitis jarang
terjadi pada anak-anak kurang dari 3 tahun .6
c. Environment
Penyakit Faringitis merupakan penyakit yang dapat terjadi akibat
infeksi dan non infeksi salah satu penyebab non infeksi adalah
23
lingkungan yang berpolusi ditambah lagi dengan perilaku manusia
yang kurang sehat yang mencemari udara dengan asap rokok.8
Selain itu, Hygienesanitasi buruk dapat berakibat masuknya
bakteri secara berlebihan ke dalam tubuh, sehingga dapat
mengalahkan pertahanan tubuh normal. Adanya keterbatasan dalam
sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap kepadatan lingkungan
tempat tinggal, penyediaan sumber air bersih, keadaan hygiene
sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan transmisi infeksi
enterik, khususnya di negara berkembang.8
24
sulit dilakukan baik secara praktis maupun secara konseptual, tetapi
karena terdapat perbedaan yang besar dalam frekuensi dan beratnya
penyakit diantara suku bangsa maka dibuat klasifikasi walaupun
kontroversi. Pada umumnya penyakit yang berhubungan dengan
suku bangsa berkaitan dengan faktor genetik atau faktor
lingkungan, misalnya: (Penyakit sickle cell anemia, Hemofilia dan
Kelainan biokimia seperti glukosa 6 fosfatase).8
d. Distribusi menurut tempat
1) Lingkungan
Penyakit Faringitis merupakan penyakit yang dapat terjadi
akibat infeksi dan non infeksi salah satu penyebab non infeksi
adalah lingkungan yang berpolusi ditambah lagi dengan
perilaku manusia yang kurang sehat yang mencemari udara
dengan asap rokok8.
2) Kondisi Sosial Ekonomi
Penyakit Faringitis dapat menyerang siapa saja tak terkecuali
pria,wanita, tua , muda, anak-anak, kaya dan miskin. Penyakit
Faringitis merupakan penyakit yang tidak terlalu berpengaruh
terhadap sosial ekonomi8
25
Gejala dan tanda biasanya terdapat demam disertai rinorea, mual, nyeri
tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus dan Cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di
orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. Pada adenovirus juga
menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak. Epstein bar virus
menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang
banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama
retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV-1
menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam.
Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati
akut di leher dan pasien tampak lemah.
b. Faringitis bakterial
Infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan
tanda biasanya penderita mengeluhkan nyeri kepala yang hebat, muntah,
kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai
batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil
hiperemis dan terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian
timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher
anterior membesar, kenyal dan nyeri apabila ada penekanan. Faringitis
akibat infeksi bakteri Streptococcus ß hemolyticus group A dapat
diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu : Demam,
Anterior Cervical lymphadenopathy,Eksudat tonsil ,Tidak adanya batuk.
Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor satu. Bila skor 0−1 maka
pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi Streptococcus ß
hemolyticus group A, bila skor 1−3 maka pasien memiliki kemungkian 40%
terinfeksi Streptococcus ß hemolyticus group A dan bila skor empat pasien
memiliki kemungkinan 50% terinfeksi Streptococcus ß hemolyticus group
c. Faringitis fungal
26
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan
tanda biasanya terdapat keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada
pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya
hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar sabouroud dextrosa.
d. Faringitis gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.
27
secara limfogen. Gejala dan tanda biasanya pasien dalam keadaan umum yang
buruk karena anoreksi dan odinofagia. Pasien mengeluh nyeri yang hebat di
tenggorok, nyeri di telinga atau otalgia serta pembesaran kelenjar limfa
servikal.
b. Faringitis luetika
Treponema pallidum (Syphilis) dapat menimbulkan infeksi di daerah
faring, seperti juga penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung
stadium penyakitnya. Kelainan stadium primer terdapat pada lidah, palatum
mole, tonsil dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Apabila
infeksi terus berlangsung akan timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus
pada genitalia yaitu tidak nyeri dan didapatkan pula pembesaran kelenjar
mandibula yang tidak nyeri tekan. Kelainan stadium sekunder jarang
ditemukan, namun dapat terjadi eritema pada dinding faring yang menjalar ke
arah laring. Kelainan stadium tersier terdapat pada tonsil dan palatum, jarang
ditemukan pada dinding posterior faring. Pada stadium tersier biasanya
terdapat guma, guma pada dinding posterior faring dapat meluas ke vertebra
servikal dan apabila pecah akan menyebabkan kematian. Guma yang terdapat
di palatum mole, apabila sembuh akan membentuk jaringan parut yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen. Diagnosis dilakukan
dengan pemeriksaan serologik, terapi penisilin dengan dosis tinggi merupakan
pilihan utama untuk menyembuhkannya
2.1.6 PATOGENESIS
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat
secara langsung menginvasi mukosa faring dan akan menyebabkan respon
inflamasi lokal. Kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel, lalu akan
mengikis epitel sehingga jaringan limfoid superfisial bereaksi dan akan
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Pada stadium awal terdapat hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang
meningkat. Pada awalnya eksudat bersifat serosa tapi menjadi menebal dan
kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
28
Dengan keadaan hiperemis, pembuluh darah dinding faring akan melebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu akan
didapatkan di dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel
limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau yang terletak
lebih ke lateral akan menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus
seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder
pada mukosa faring akibat sekresi nasal 10
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal
dan pelepasan extracelullar toxins dan protease yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Streptococcus
ß hemolyticus group A memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada
miokard dan dihubungkan dengan demam reumatik dan kerusakan katub
jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan glomerulonefritis akut karena
fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-
antibodi10
29
7. Nafsu makan berkurang
Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu:
Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): diawali dengan gejala
rhinitis dan beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain
demam disertai rinorea dan mual.
Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang demam
dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk, dan seringkali terdapat
pembesaran KGB leher.
Faringitis fungal:terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan
akhirnya batuk yang berdahak.
Faringitis kronik atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta
mulut berbau.
Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon
dengan pengobatan bakterial non spesifik.
Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan
riwayat hubungan seksual, terutama seks oral.
30
3. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan
pangkal lidah, sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.
4. Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar limfa di
bawah mukosa faring dan hiperplasia lateral band. Pada pemeriksaan
tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular (cobble
stone).
5. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi
oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
6. Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkejuan
pada mukosa faring dan laring
7. Faringitis luetika tergantung stadium penyakit:
a. Stadium primer
Pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring
berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi berlanjut timbul ulkus pada
daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga
didapatkan pembesaran kelenjar mandibula
b. Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Pada dinding faring terdapat eritema
yang menjalar ke arah laring.
c. Stadium tersier
Terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap.
2. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Gram.
3. Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopik swab mukosa faring dengan pewarnaan KOH.
4. Kultur apusan tenggorok
31
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Klasifikasi faringitis
1. Faringitis Akut
a. Faringitis Viral
Dapat disebabkan oleh rinovirus, adenovirus, Epstein Barr Virus
(EBV), virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus, dan lain-
lain. Pada adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis
terutama pada anak.
b. Faringitis Bakterial
Infeksi grup A stereptokokus beta hemolitikus merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).
Faringitis akibat infeksi bakteri streptokokkus group A dapat diperkirakan
dengan menggunakan Centor criteria, yaitu :
• Demam
• Anterior Cervical lymphadenopathy
• Eksudat tonsil
• Tidak ada batuk
Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor 1. Bila skor 0-1 maka pasien
tidak mengalami faringitis akibat infeksi streptokokkus group A, bila skor
1-3 maka pasien memiliki kemungkian 40% terinfeksi streptokokkus
group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50% terinfeksi
streptokokkus group A.
c. Faringitis Fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring
d. Faringitis Gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital
2. Faringitis Kronik
a. Faringitis Kronik Hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring.
32
b. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi.
Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta
kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada
faring.
3. Faringitis Spesifik
a. Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru.
b. Faringitis Luetika
Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring, seperti
juga penyakit lues di organ lain. Gambaran klinik tergantung stadium
penyakitnya
2.1.10 PENATALAKSANAAN
1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur
antiseptik untuk menjaga kebersihan mulut. Pada faringitis fungal
diberikan Nistatin 100.000-400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis
kronik hiperplastik terapi lokal dengan melakukan kaustik faring
dengan memakai zat kimia larutan Nitras Argentin 25%
4. Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti virus Isoprinosine dengan
dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari pada orang dewasa dan
pada anak <5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari
5. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya
Streptococcus group A, diberikan antibiotik Amoksisilin 50 mg/kgBB
dosis dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama
6-10 hari atau Eritromisin 4x500 mg/hari.
6. Pada faringitis gonorea, dapat diberikan Sefalosporin generasi ke- 3,
seperti Seftriakson 2 gr IV/IM single dose.
33
7. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung dan sinus
paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi pengobatan
ditujukan pada rhinitis atrofi. Sedangkan, pada faringitis kronik
hiperplastik dilakukan kaustik 1 x/hari selama 3-5 hari.
8. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran.
9. Analgetik-antipiretik
10. Selain antibiotik, Kortikosteroid juga diberikan untuk menekan reaksi
inflamasi sehingga mempercepat perbaikan klinis. Steroid yang
diberikan dapat berupa Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama
3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari
selama 3 hari.
Konseling dan Edukasi
Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan
olahraga teratur.
2. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
3. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
4. Selalu menjaga higiene mulut dan tangan
34
2.1.12 DIAGNOSIS BANDING
1. Tonsillitis difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae.Tidak semua
orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung
pada titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc
drah dapat dianggap cukup memberikan dasar imunitas. Tonsillitis
difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan
frekuensi tertinggi pada usia -5 tahun. Gejala klinik terbagi dalam 3
golongan yaitu: umum, local, dan gejala akibat eksotoksin. Gejala
umum sama seperti gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu tubuh
biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi
lambat serta keluhan nyeri menelan. Gejala local yang tampak berupa
tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin
meluas dan bersatu membentuk membrane semu (pseudomembran)
yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah
berdarah. Jika infeksinya berjalan terus, kelenjar limfa leher akan
membengkak sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher
sapi (bull neck). Gejala akibat eksotoksin akan menimbulkan kerusakan
jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai
decompensatio cordis, pada saraf kranial dapat menyebabkan
kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernapasan dan pada ginjal
menimbulkan albuminuria.1
35
Gambar 3. Tonsila Difteri
2.1.13 PROGNOSIS
Prognosis untuk faringitis akut sangat baik pada sebagian besar
kasus. Biasanya faringitis akut sembuh dalam waktu 10 hari, namun harus
berhati-hati dengan komplikasi yang berpotensi terjadi 6
36
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
- Diagnose Klinis :Faringitis Akut
- Diagnose Psikososial :Kurangnya pengawasan keluarga terhadap
pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan faktor pencetus penyebab
Faringitis serta kurangnya kesadaran diri pasien untuk menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat, kekhawatiran pasien akan bertambah
buruknya penyakit yang dialami.
-
3.2 SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Nn.SN berupa
penyakit Faringitis akut, Gaya hidup yang kurang baik maka disarankan
untuk:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan Faringitis .
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
Faringitis.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang perilaku hidup bersih dan
sehat. Hasil yang diharapkan keluarga dapat memahami sehingga dapat
mengupayakan pencegahan untuk penyakit tersebut.
- Memberi edukasi pada pasien tentang penatalaksanaan penyakit Faringitis
- Menganjurkan pasien meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
memperhatikan dan memperbaiki makanan.
- Menjelaskan kepada pasie agar selalu rajin kontrol kesehatan dan rutin
meminum obat.
- Menganjurkan kepada pasien untuk kontrol kembali ke puskesmas jika
keluhan belum berkurang/bertambah berat setelah intervensi pengobatan.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono, Kartoesoediro S. Faringitis,Tonsilitis,dan Hipertrofi Adenoid
In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher
ed Keenam. FKUI Jakarta: 2007. p212-25.
2. Medical Disbility Advisor. Faringitis,Tonsillitis and Adenoiditis. [online].
2011 .[cited, 2012 Jan 18). Available from URL:
http://www.mdguidelines.com/tonsillitis-and-adenoiditis/
3. jill gore 2013
4. Adam, G.L. Boies, L.R. Higler. Boies.Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6.
Jakarta: EGC. 1997.(Adam dan Boies, 1997)
5. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. Ke-8.
McGraw-Hill. 2003.(Lee, 2003)
6. John PC, William CS. Tonsillitis and Adenoid Infection. [online].2011 .
[cited, 2012 Jan 17). Available from: URL: http://www.medicinenet.com
7. .Ellen Kvestad, Kari Jorunn Kværner, Espen Røysamb, et all. Heritability
of Reccurent Tonsilofaringitis. [online].2005.[cited, 2012 Jan 21).
Available from: URL: http://www. Archotolaryngelheadnecksurg.com
8. Amalia, Nina. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis D RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2009. 2011.pdf
9. Alan L Bisno,MD . Acute Pharyngitis N Engl J Med 2001; 344: 205-211
Available from URL : http;/www.nejm.org
10. Adam, George L., 1997 penyakit-penyakit Nasopharing dan Orofaring
dalam Adam,G.L.,Boies,LR., Highler,PA.,editor , Boies Buku Ajar
Penaykit THT. Jakarta : EGC.halaman 337
38