Anda di halaman 1dari 3

Operan Pertanyaan Tenosinovitis Supuratif

1. Bagaimana menegakkan diagnosis pasti pada pasien tenosinovitis supuratif?


Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemfis dan penunjang.
Anamnesis:
pasien biasanya datang 2 sampai 5 hari setelah cedera, seringkali setelah gagal dalam
pengobatan antibiotik rawat jalan. Sebagian besar pasien datang dengan keluhan rasa sakit,
kemerahan, dan pembengkakan digit yang terkena selama periode jam ke hari. Beberapa hal
yang harus ditanyakan adalah riwayat cedera termasuk terdapat luka penetrasi seperti luka
tusukan jarum, pisau, duri ataupun luka digigit binatang. Bila tidak ada riwayat cedera, tanya
sumber infeksi lain.
Pemfis:
Pada tenosinovitis supuratif, dapat ditemukan tanda-tanda kanavel : 1) Jari dalam posisi
sedikit fleksi. 2) Bengkak dalam bentuk fusiform. 3) Nyeri tekan sepanjang selubung tendon
fleksor. 4) Nyeri pada saat dilakukan gerakan ekstensi pasif jari.
Penunjang:
USG  memastikan diagnosis tenosinovitis supuratif. USG dapat memvisualisasikan tendon
fleksor dan mendeteksi adanya pengumpulan cairan di dalam selubung fleksor
Foto rontgen tangan anteroposterior, lateral, dan oblik  untuk menyingkirkan benda
asing yang tertinggal. Adanya tanda-tanda osteomielitis pada rontgen yang diperoleh
menunjukkan adanya infeksi kronis.

2. Mengapa pada pasien dengan penurunan kekebalan tubuh seperti malnutrisi, penggunaan
steroid jangka panjang, penyakit autoimun dan diabetes mellitus memiliki risiko komplikasi
lebih buruk?
Komplikasi paling umum pada kasus tenosinovitis supuratif adalah kekakuan pada digiti
sekunder. Namun pada pasien dengan penurunan kekebalan tubuh seperti malnutrisi,
penggunaan steroid jangka panjang, penyakit autoimun dan diabetes mellitus lebih berisiko
terjadi nekrosis pada jaringan lunak dan pasien sebaiknya diamputasi. Menurut penelitian
pada pasien dengan diabetes mellitus, insidensi stenosing tenosynovitis meningkat menjadi
10–20%.
Tenosynovitis: Practice Essentials, Pathophysiology, Etiology (medscape.com)
3. Apa indikasi pembedahan pada pasien dengn tenosinovitis supuratif?
Tindakan bedah dilakukan jika kondisi semakin progresif setelah 3–6 bulan diberikan terapi
medikamentosa dan konservatif. Tindakan yang dilakukan adalah insisi, drainase, irigasi, dan
tenosinovektomi yang bertujuan untuk dekompresi tendon dan debridemen jaringan yang
meradang.
Sumber: Ray G, Sandean DP, Tall MA. Tenosynovitis. StatPearls Publishing; 2020.

4. Apakah pada pasien dengan tenosinovitis supuratif diperlukan pemeriksaan aspirasi cairan
synovial?
Aspirasi cairan synovial atau Arthrocentesis diagnostik diindikasikan apabila terdapat efusi
pada sendi pada pasien dengan tenosinovitis karena sebagian besar pasien dengan infeksi
gonokokal memiliki artritis septik juga. Arthrocentesis digunakan untuk mendiagnosis
arthritis septik atau arthropati yang diinduksi kristal (misalnya monosodium urat atau gout).
Selain sebagai diagnostik, Arthrocentesis juga bisa digunakan untuk tujuan terapeutik, aspirasi
cairan sendi bisa digunakan untuk meredakan nyeri dengan dekompresi efusi atau
hemarthrosis.
Karakteristik cairan yang diaspirasi dapat meliputi:
- Cairan steril umum terjadi pada artritis gonokokal; budaya negatif pada 50% pasien
- Glukosa cairan sendi biasanya normal.
- Jumlah WBC biasanya di bawah 50.000/μL
- Noda Gram positif hanya pada 25% pasien
Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557805/

5. Bagaimana edukasi yang dapat kita berikan pada pasien yang terdiagnosis tenosinovitis
supuratif?
Edukasi pasien mengenai diagnosis pasien, terapi dan juga prognosis, lakukan follow up pada
72 jam setelah pemberian antibiotik intravena terakhir, untuk memastikan regimen oral sudah
cukup dan tidak terjadi infeksi ulang. Follow up terus dilakukan hingga infeksi sembuh, luka
menutup, dan range of motion (ROM) kembali seperti semula.
Pasien diberikan edukasi untuk melakukan terapi di rumah, yaitu:
- Mengistirahatkan tendon yang terasa nyeri dengan membatasi aktivitas yang memicu
pergerakan tendon
- Menggunakan bidai yang melingkupi area yang mengalami peradangan untuk mencegah
pergerakan, bidai digunakan selama 4–6 minggu atau seperlunya, dan dipasang terbatas
pada area tertentu agar tidak menyulitkan pergerakan minimal sendi
- Meninggikan atau elevasi area yang terkena
- Mengkompres area yang nyeri dengan air dingin, memberikan ice pack pada area yang
nyeri selama 15 menit setiap 4–6 jam
- Mengonsumsi analgesik atau obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sesuai petunjuk
dokter
Sumber: Crowe CS. Medscape. Tenosynovitis.
https://emedicine.medscape.com/article/2189339-overview

Anda mungkin juga menyukai