1.1 Physiological
Kebutuhan dasar (seperti makanan, minuman, tidur, upah)
1.2 Safety
Rasa aman secara fisik maupun emotional (polisi, rumah sakit, asuransi,
tunjangan)
1.3 Social
Keinginan diterima suatu kelompok (keluarga, teman)
1.4 self-esteem
untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan (status, reputasi, pencapaian)
1.5 self-actualization
kebutuhan untuk bertumbuh menjadi lebih maju (hobi, pengembangan diri)
POOR HYGIENE
FACTORS
DECREASE MOTIVATING
EMPLOYEES FACTORS
JOB INCREASE
SATISFACTION EMPLOYEES
JOB
STATISFACTION
Semakin sedikit hygiene factors, maka semakin tidak puas karyawannya. (wajib)
Dengan adanya motivating factors, maka semakin puas karyawannya. (tidak wajib, kalua ada
lebih baik)
Theory x = melihat sisi negative dari sisi negatif dari karyawan yang dianggap malas, suka
menghindar dari tanggung jawab dan harus dipaksa saat bekerja. Dengan cara
menekankan pengawasan yang ketat, memberi imbalan dan hukuman.
Theory y = melihat sisi positif dari karyawan yang dianggap kreatif, bertanggungjawab, dan
bisa memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan. Dengan cara memberikan
bonus, otonomi, keterlibatan, tanggungjawab.
They have all the tools to make decisions and access to information
Mereka memiliki semua alat untuk membuat keputusan dan akses terhadap
informasi.
Sangat rasional, objektif, dan logis. (membuat planning, organizing, leading, dan
controlling).
Have carefully defined the problem and identified all viable alternatives.
Ini merupakan respon manajer ketika berhadapan dengan informasi yang tidak
lengkap.
Managers assume that the limited options they examine represent all options.
Manajer berasumsi bahwa pilihan terbatas yang mereka periksa mewakili semua
pilihan.
1. Experience-based decisions
keputusan berdasarkan pengalaman masa lalu mereka
2. Affect-initiated decisions
Manajer mengambil keputusan berdasarkan perasaan atau emosi
3. Cognitive-based decisions
Manajer membuat keputusan berdasarkan keterampilan, pengetahuan, dan
pelatihan
4. Values or ethics-based decisions
Manajer mengambil keputusan berdasarkan nilai etika atau budaya
5. Subconscious mental processing
Manajer menggunakan data dari pikiran bawah sadar untuk membantu
mereka mengambil keputusan
The rational decision making process relies mostly on logic and quantitative
analysis
Proses pengambilan keputusan rasional sebagian besar bergantung pada logika dan
analisis kuantitatif
contoh kasus ini approaches mana yang paling sesuai ke kasus tersebut
1. Formal planning dikaitkan dengan keuntungan dan pengembalian aset yang lebih
tinggi dan hasil keuangan yang positif.
2. Planning yang baik dan pelaksanaannya lebih mempengaruhi performance
dibandingkan seberapa banyak planning yang dilakukan.
3. Formal planning tidak menghasilkan performance yang tinggi dikarenakan
lingkungan eksternalnya, seperti peraturan pemerintah, membatasi pilihan
manajer.
4. Formal planning harus digunakan selama beberapa tahun sebelum planning mulai
mempengaruhi performance.
Cara mengubah situasi dengan planning? Dengan cara melakukan planning yang baik
dengan cara manajer melatih dirinya sendiri untuk Menyusun dan mengembangkan
rencana yang lengkap dan sempurna serta menetapkan strategi yang tepat karena rencana
yang sempurna perlu dikembangkan agar dapat bertahan.
pentingnya planning, cara mengubah situasi dengan planning, apa hubungan planning dengan
performance.
1) structured problem
1. Procedure
Langkah yang digunakan manajer untuk merespons (menerapkan kebijakan)
terhadap structured problem.
2. Rule
Pernyataan yang menyatakan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukan oleh manajer dan karyawan.
3. Policy
Pedoman umum untuk mengambil keputusan mengenai structured problem
(tidak spesifik sehingga bergantung kepada pengambil keputusan).
Kalo terjadi berkali-kali apa yang terjadi pada perusahaan tersebut.