Anda di halaman 1dari 95

PEMBUATAN MESIN PENGADUK DAN PENCETAK

BRIKET SEKAM PADI DENGAN METODE PRESS


BERBASIS ENGKOL

TUGAS AKHIR
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Diploma III Teknik Mesin
Politeknik Negeri Indramayu

Oleh :

DENI SADEWO
NIM. 2001007

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU
AGUSTUS 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir inidiajukan olch:


Nama : DENISADEWO
NIM :2001007

Program Studi :Diploma lll Teknik Mesin

Judul :PEMBUATAN MESIN PENGADUK DAN PENCETAK


BRIKET SEKAM PADI DENGAN METODE PRESS
BERBASIS ENGKOL

Pembimbing Tito Endrawan, S.Pd. M.Eng.

NIP. 1983083 12021211002

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji pada tanggal l0 Agustus

2023 dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh

gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin.

Politeknik Negeri Indramayu.

DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji : Mohammad Azwar Amat. S.T.. M.T.

NIP, 19920228202203 1006

Anggota :Delffika Canra. S.T, M.T


Penguji I NIP.

Anggota :Tito Endramawan.


NIP, 1983083 12021211002
S.Pd., M.Eng.
Penguji II

22Agustus2923
Indramayu,
KElueursa Teknik Mesin
NEGER

TEKNI

Bdyíaaanan 8.ST.. MT.


NUEETORAO9T6201903 1004

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini

adalah asli hasilkarya saya sendiriserta tugas akhir ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapatkarya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di rujuk

dalam naskah inidan discbutkan dalam daftar pustaka.

Indramayu, 10 Agustus 2023


Yang menyatakan,

METERA
00001 TEMPEL
F2FD8AKX585746152

Deni Sadewo
NIM. 2001007

iii
ABSTRAK

Biomassa memiliki potensi dan manfaat menjadi sumber energi alternatif


pengganti bahan bakar fosil yang ada sekarang ini, biomassa memiliki stok atau
pasokan yang berlimpah. Salah satu upaya untuk menambah pendapatan para petani
adalah dengan mengolah limbah padi menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual
seperti arang sekam atau briket. Arang sekam memiliki banyak manfaat baik di
dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Sekam padi dari hasil panen
yang berlimpah, oleh sebagian petani biasanya dibakar untuk dijadikan pupuk, ada
juga yang dijual langsung dengan harga yang sangat murah. Berdasarkan
permasalahan tersebut, muncul ide untuk membuat alat-alat untuk memproses
sekam padi menjadi produk yang bernilai jual lebih tinggi yakni pembuatan mesin
pengaduk dan pencetak briket sekam padi dengan metode press berbasis engkol.
Beberapa tahap persiapan dilakukan dalam pembuatan briket dari sekam padi,
yaitu menimbang sekam padi dengan takaran 5 kg, pembuatan zat perekat yang
digunakan yaitu campuran tepung tapioka dan air. Masing-masing bahan perekat
ditimbang sesuai dengan perbandingan yang diinginkan yakni 1:16%, 1:18% dan
1:20% yang selanjutnya akan dicampurkan kedalam mesin pengaduk adonan briket
dan di lanjutkan pada mesin pencetak adonan yang menggunakan sistem engkol
untuk melakukan langkah kerjanya. Hasil pengujian laju pembakaran
memperlihatkan bahwa briket dengan perbandingan 1:20% memiliki bara yang bisa
bertahan hingga 39 menit dengan memberikan nilai laju pembakarana yang cukup
yakni 0,23 gram per menit.

Kata kunci: Biomassa sekam padi, briket, pembuatan mesin, bahan bakar alternatif

iv
ABSTRAK
Biomass has the potential and benefits of being an alternative energy source to
replace existing fossil fuels, biomass has abundant stock or supply. One of the
efforts to increase the income of farmers is to process rice waste into a product that
has a sale value such as rice husk charcoal or briquettes. Charcoal husk has many
benefits both in the world of agriculture and for industrial needs. Rice husk from
an abundant harvest, some farmers usually burn it to make fertilizer, some sell it
directly at very cheap prices. Based on these problems, an idea emerged to make
tools to process rice husks into products with higher selling value, namely the
manufacture of mixer machines and rice husk briquette printers using a crank-
based press method.
Several preparatory steps were carried out in making briquettes from rice husks,
namely weighing the rice husks at a rate of 5 kg, making the adhesive used, namely
a mixture of tapioca flour and water. Each adhesive material is weighed according
to the desired ratio, namely 1:16%, 1:18% and 1:20% which will then be mixed
into the briquette dough mixing machine and proceed to the dough molding
machine which uses a crank system to carry out its work steps. The results of the
burning rate test show that briquettes with a ratio of 1:20% have coals that can last
up to 39 minutes by providing a sufficient combustion rate value of 0.23 grams per
minute.

Keywords: Rice husk biomass, briquettes, machine manufacturing, alternative fuels

v
MOTO
“Kesuksesan akan diraih dengan terus belajar dan di barengi dengan usaha,
semakin keras usaha yang dilakukan maka semakin kuat kesuksesan yang diraih”

vi
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-nya saya dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir dan
juga penyusunan laporan tugas akhir ini, Shalawat serta salam juga senantiasa
tercurah limpahkan atas Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya.

Tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli
Madya pada Program Studi Diploma III Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Indramayu. Tugas akhir ini berjudul “Rancang bangun mesin
Pengaduk dan Pencetak Briket Dari Arang Sekam Padi Dengan Metode Press
Daya Motor”. Saya Persembahkan karya sederhana ini kepada orang tua saya
yakni Ibu Rosnaeti dan Bapak Mudarlis sebagai tanda bukti hormat dan
terimakasih atas segala dukungan dan kasih sayang yang tiada mungkin dapat
dibalaskan, serta seluruh mahasiswa teknik mesin angkatan 2023 yang telah
berjuang bersama terkhususkan kepada rekan saya yaitu Prasastio.

Dalam melaksanakan Tugas Akhir penulis juga menyadari ada berbagai


kendala yang akan di alami mahasiswanya, namun atas berkat doa, dukungan
dan bimbingan dari semua pihak kendala yang di dapat dapat teratasi oleh karena
itu dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih saya
kepada:

1. Orang tua, keluarga, serta kerabat yang senantiasa memberi semangat dan
Doa nyakepada Penulis
2. Bapak Rofan Aziz, S.T., MT.T., Selaku Direktur Politeknik Negeri
Indramayu
3. Bapak Badruzzaman, S.ST., MT., Selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
PoliteknikNegeri Indramayu
4. Bapak Luthfi, S.Si., M.Sc, Selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
5. Bapak Tito Endrawan, S. Pd., M.Eng. Selaku Pembimbing Tugas Akhir
6. Seluruh Dosen dan Staff Politeknik Negeri Indramayu
7. Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Mesin Politeknik Negeri Indramayu

vii
Penulisan laporan Tugas Akhir yang telah dibuat ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan pengalaman dan juga kemampuan yang
penulis miliki, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun supaya penulis bisa menyempurnakan lagi apa yang
penulis buat. Kritik dan saran yang membangun akan memberikan motivasi
tersendiri bagi penilis sehingga penulis bisa mengkaji dan mengembangkan
pengalaman penulis supaya penulisan laporan ini mempunyai hasil yang
mendekati sempurna.

Akhir kata, penulis berharap semoga penyusunan laporan Tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi pembaca serta menambbah ilmu pengetahuan bagi
penulis.
Indramayu, Desember 2021
Yang menyatakan,

Deni Sadewo
NIM. 2001007

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii


PERNYATAAN .................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
MOTO ................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.4. Tujuan Tugas Akhir.................................................................................. 3
1.5. Manfaat Tugas Akhir................................................................................ 3
1.6. Metode Pengambilan Data ....................................................................... 4
1.7. Sistematika Penulisan ............................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................... 7
LANDASAN TEORI............................................................................................. 7
2.1. Briket ........................................................................................................ 7
2.2. Sekam Padi ............................................................................................... 7
2.3. Tepung Tapioka ........................................................................................ 9
2.4. Infrared Thermo Gun ............................................................................. 11
2.5. Tachometer ............................................................................................. 12
2.6. Proses Fabrikasi ...................................................................................... 12
2.6.1. Penandaan / Marking....................................................................... 13
2.6.2. Pemotongan ..................................................................................... 14
2.6.3. Kerja Plat......................................................................................... 15
2.6.4. Pengelasan ....................................................................................... 18
2.6.5. Pembubutan ..................................................................................... 21
2.6.6. Pengeboran ...................................................................................... 22
2.7. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)................................................. 23

ix
2.8. Motor Listrik 1 Fasa ............................................................................... 24
2.9. Tombol On dan Off ................................................................................ 25
2.10. Gearbox............................................................................................... 25
2.11. Pillow Block Bearing .......................................................................... 26
2.12. Sprocket .............................................................................................. 27
2.13. Pulley .................................................................................................. 27
2.14. Rantai .................................................................................................. 29
2.15. Belt atau Sabuk ................................................................................... 29
2.16. Linear Bearing .................................................................................... 30
2.17. Rendemen ........................................................................................... 31
2.18. Kalor ................................................................................................... 31
2.19. Ash Content (Uji Kadar Debu) ........................................................... 32
2.20. Kadar Air ............................................................................................ 33
2.21. Laju Pembakaran ................................................................................ 34
BAB III ................................................................................................................. 35
METODE PELAKSANAAN ............................................................................. 35
3.1. Diagram Alir Pembuatan Alat ................................................................ 35
3.1.1. Studi Literatur ................................................................................. 36
3.1.2. Observasi ......................................................................................... 36
3.1.3. Identifikasi Gambar ......................................................................... 36
3.1.4. Fabrikasi .......................................................................................... 36
3.1.5. Perakitan dan Pengujian Pergerakan Mesin .................................... 40
3.1.6. Finishing ......................................................................................... 40
3.1.7. Pengujian Alat dan Rancangan Eksperimen ................................... 40
3.1.8. Pengolahan Data.............................................................................. 43
3.1.9. Laporan ........................................................................................... 43
BAB IV ................................................................................................................. 44
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 44
4.1. Identifikasi Gambar ................................................................................ 44
4.2. Proses Pembuatan Alat ........................................................................... 46
4.2.1. Persiapan Alat dan Bahan ............................................................... 47
4.2.2. Pembuatan Mesin Pengaduk Adonan Briket .................................. 48
4.2.3. Pembuatan Mesin Pencetak Briket.................................................. 52
4.2.4. Pembuatan Rangka Mesin Pengaduk dan Pencetak Briket ............. 56
4.2.5. Perakitan dan Pengujian Pergerakan Mesin .................................... 58
4.2.6. Tahapan Penggunaan Mesin Pengaduk dan Pencetak Briket ......... 59

x
4.3. Finishing ................................................................................................. 59
4.4. Pengujian Kinerja Alat ........................................................................... 60
4.4.1. Pengujian Putaran Mesin................................................................. 60
4.5. Pengujian Produk ................................................................................... 61
4.5.1. Pengujian Rendemen ....................................................................... 62
4.5.2. Proses Pembuatan Briket Sekam Padi ............................................ 64
4.5.3. Pengujian Nilai Kalor...................................................................... 64
4.5.4. Pengujian Ash Content ( Uji Kadar Abu)........................................ 68
4.5.5. Pengujian Kadar Air dan Volatile Matter ....................................... 71
4.5.6. Analisa Laju Pembakaran Briket .................................................... 75
BAB V................................................................................................................... 78
PENUTUP ............................................................................................................ 78
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 78
5.2. Saran ....................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80
LAMPIRAN ......................................................................................................... 82

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Briket ................................................................................................ 7
Gambar 2. 2 Sekam padi ....................................................................................... 8
Gambar 2. 3 Tepung Tapioka ................................................................................ 9
Gambar 2. 4 Infrared thermo gun........................................................................ 12
Gambar 2. 5 Tachometer ..................................................................................... 12
Gambar 2. 6 Marking tool ................................................................................... 14
Gambar 2. 7 Mesin Horizontal Band Saw ........................................................... 14
Gambar 2. 8 Mesin Gerinda potong .................................................................... 15
Gambar 2. 9 Mesin gerinda tangan ...................................................................... 15
Gambar 2. 10 Mesin Shearing machine............................................................... 16
Gambar 2. 11 Mesin bending manual .................................................................. 17
Gambar 2. 12 Mesin bending hidrolik ................................................................. 17
Gambar 2. 13 Mesin bending pipa....................................................................... 18
Gambar 2. 14 Mesin las smaw............................................................................. 19
Gambar 2. 15 Elektroda ...................................................................................... 20
Gambar 2. 16 Mesin Bubut.................................................................................. 22
Gambar 2. 17 Mesin Bor duduk dan bor tangan.................................................. 23
Gambar 2. 18 Alat pelindung diri ........................................................................ 24
Gambar 2. 19 Motor listrik 1 fasa........................................................................ 25
Gambar 2. 20 Tombol on dan off ......................................................................... 25
Gambar 2. 21 Gearbox......................................................................................... 26
Gambar 2. 22 Pillow block bearing ..................................................................... 26
Gambar 2. 23 Sprocket ........................................................................................ 27
Gambar 2. 24 Pulley ............................................................................................ 29
Gambar 2. 25 Rantai ............................................................................................ 29
Gambar 2. 26 Belt atau sabuk .............................................................................. 30
Gambar 2. 27 Linear bearing .............................................................................. 31
Gambar 3. 1 Diagram alir pembuatan alat........................................................... 35
Gambar 4. 1 Desain 2D bagian pengaduk ........................................................... 44
Gambar 4. 2 Desain 2D bagian pencetak ............................................................ 44
Gambar 4. 3 Pandangan isometri mesin pengaduk dan pencetak briket ............. 45

xii
Gambar 4. 4 Rangka pengaduk adonan briket ..................................................... 45
Gambar 4. 5 Rangka pencetak briket .................................................................. 46
Gambar 4. 6 Proses Marking ............................................................................... 49
Gambar 4. 7 Proses pemotongan ......................................................................... 50
Gambar 4. 8 Proses pembendingan ..................................................................... 50
Gambar 4. 9 Proses pengeboran .......................................................................... 51
Gambar 4. 10 Proses pengelasan mata pengaduk ................................................ 51
Gambar 4. 11 Proses pengelasan ......................................................................... 52
Gambar 4. 12 Proses pemotongan menggunakan gerinda ................................... 54
Gambar 4. 13 Proses pembendingan menggunakan bending roll ....................... 54
Gambar 4. 14 Proses pengeboran ........................................................................ 55
Gambar 4. 15 Proses pengelasan hopper ............................................................. 55
Gambar 4. 16 Proses pengelasan ......................................................................... 56
Gambar 4. 17 Proses pemotongan besi siku ........................................................ 57
Gambar 4. 18 Proses pengelasan rangka ............................................................. 58
Gambar 4. 19 Proses penggerindaan dan pengamplasan ..................................... 58
Gambar 4. 20 Proses pengecatan ......................................................................... 60
Gambar 4. 21 Tachometer ................................................................................... 61
Gambar 4. 22 Proses uji rendemen ...................................................................... 62
Gambar 4. 23 Proses pembuatan biriket dari arang sekam.................................. 64
Gambar 4. 24 Dokumentasi uji nilai kalor .......................................................... 65
Gambar 4. 25 Metode pengambilan data nilai kalor ........................................... 66
Gambar 4. 26 Hasil pengujian suhu .................................................................... 67
Gambar 4. 27 Dokumentasi proses uji kadar abu ................................................ 69
Gambar 4. 28 Diagram batang uji kadar abu ....................................................... 71
Gambar 4. 29 Dokumentasi proses pengujian kadar air ...................................... 72
Gambar 4. 30 Diagram batang uji kadar air ........................................................ 75

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Komposisi kimiawi sekam padi ............................................................ 8
Tabel 2. 2 Kandungan zat gizi pada tepung tapioka ............................................... 9
Tabel 2. 3 Syarat mutu tepung tapioka ................................................................. 10
Tabel 2. 4 Standar kehalusan tepung tapioka ....................................................... 11
Tabel 2. 5 Pemilihan Kawat Las........................................................................... 21
Tabel 3. 1 Rancangan eksperimen ........................................................................ 41
Tabel 4. 1 Bagian-bagian part pengaduk .............................................................. 45
Tabel 4. 2 Bagian alat pencetak briket ................................................................. 46
Tabel 4. 3 Alat dan bahan pembuatan .................................................................. 47
Tabel 4. 4 Daftar bahan pembuatan pengaduk adonan briket .............................. 48
Tabel 4. 5 Daftar alat pembuatan pengaduk adonan briket .................................. 49
Tabel 4. 6 Daftar bahan pembuatan pencetak adonan .......................................... 53
Tabel 4. 7 Daftar alat pembuatan pencetak adonan .............................................. 53
Tabel 4. 8 Daftar bahan pembuatan rangka mesin ............................................... 56
Tabel 4. 9 Daftar alat pembuatan rangka.............................................................. 57
Tabel 4. 10 Pengujian Putaran Mesin ................................................................... 61
Tabel 4. 11 Kualitas Briket Arang Sekam Padi Menurut Beberapa Negara ........ 61
Tabel 4. 12 Rendemen Arang Sekam Padi ........................................................... 63
Tabel 4. 13 Hasil suhu pengujian nilai kalor ........................................................ 66
Tabel 4. 14 Hasil Uji Nilai Kalor ......................................................................... 68
Tabel 4. 15 Hasil pengujian kadar abu briket arang sekam padi .......................... 71
Tabel 4. 16 Hasil pengujian kadar air briket arang sekam padi ........................... 74
Tabel 4. 17 Hasil pengujian kadar abu briket arang sekam padi .......................... 77

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ada dua kategori sumber energi: sumber energi tak terbarukan dan
sumber energi terbarukan. Minyak bumi, gas alam, dan batu bara, yang
semuanya disebut sebagai bahan bakar fosil, adalah contoh sumber energi yang
tidak dapat diperbarui karena ketersediaannya di alam terbatas dan pada
akhirnya akan habis. Karena bahan bakar fosil melepaskan karbon dioksida dan
gas rumah kaca lainnya saat dibakar, membakarnya berdampak buruk pada
perubahan iklim. Gas-gas ini menghangatkan permukaan planet seperti
selimut. Efek akhirnya adalah peningkatan suhu global yang berdampak pada
perubahan iklim yang terkait dengan banjir dan hujan lebat di banyak tempat,
serta frekuensi kekeringan dan cuaca yang sangat panas. Pemanfaatan energi
terbarukan sebagai pengganti energi bahan bakar fosil adalah jawaban dari
persoalan ini. Energi yang diperoleh dengan pemanfaatan panas matahari, air,
angin, panas bumi, gelombang laut, dan biomassa dikenal sebagai energi
terbarukan. Energi terbarukan memiliki keutamaan yang bermanfaat bagi
lingkungan dan tidak pernah habis di alam. Biomassa merupakan salah satu
sumber energi terbarukan yang paling menjanjikan di Indonesia. Biomassa
adalah zat organik yang berasal dari aktivitas fotosintesis tanaman dan
mencakup produk dan limbah. termasuk vegetasi, pohon, rumput, dan sampah
pertanian. Dengan 2,4 juta ha tanaman padi, 4,28 juta ha tanaman jagung, 3,3
juta ha perkebunan kelapa sawit, dan tanaman lainnya, Indonesia diperkirakan
memiliki energi total biomassa sebesar 49,81 GW dari tanaman tersebut
(Puntohari, 2009). Berdasarkan temuan tersebut, energi biomassa yang
dihasilkan dari limbah pertanian dapat menjadi solusi yang layak untuk
mengatasi krisis global bahan bakar fosil dan memitigasi efek berbahaya yang
terjadi.
Menurut departemen pertanian, limbah dalam proses penggilingan padi
yang terbesar adalah sekam padi, biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%

1
2

dari bobot gabah, hasil lainya dedak antara 8-12%. Ketersediaan kulit padi
sebanyak ini biasanya digunakan untuk pakan ternak, media tanam dan sebagai
media pembakaran. Biasanya tumpukan padi yang melimpah jumlahnya oleh
para petani hanya dibakar saja, karena mengingat lokasi persawahan harus
segera dipersiapkan untuk segera diolah kembali. Jika diolah sebaik mungkin
sekam padi ini dapat menjadi energi alternatif berupa briket dari bahan baku
sekam padi dan hali ini dapat mengurangi limbah sekam padi yang banyak
terbuang dan juga dapat mengurangi penggunaan energi tidak terbarukan yang
berlebihan. penumpukan kulit padi secara berlebihan yang dampak negatif
terhadap lingkungan dan apabila dilakukan pembakaran secara langsung akan
mengakibatkan polusi udara yang berpengaruh terhadap kesehatan (Nugraha
dan Setiawati, 2001).
Dari permasalahan diatas, maka penulis membuat Tugas Akhir dengan
judul “Pembuatan Mesin Pengaduk dan Pencetak Briket Sekam Padi
Dengan Metode Press Berbasis Engkol” dengan adanya alat ini diharapkan
dapat membantu petani di indramayu untuk memanfaatkan sekam padi menjadi
pundi-pundi penghasilan ekonomi dari yang tidak bernilai harganya menjadi
bernilai harganya. Dan bisa berguna juga untuk ilmu pengetahuan sehingga
dapat meningkatkan kinerja mesin ini.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Berapa kecepatan pergerakan dari komponen pengaduk dan pencetak
briket?
2. Berapa waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan 5kg briket
sekam padi menggunakan mesin pengaduk dan pencetak briket
metode engkol?
3. Berapa komposisi pada campuran briket yang baik pada mesin
pengaduk dan pencetak briket?
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka dalam pembuatan mesin
pengaduk dan pencetak briket metode press berbasis engkol ini penulis
membatasi permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
3

1. Pembuatan mesin pengaduk dan pencetak briket menggunakan metode


press berbasis engkol, hal ini dipilih karena pada pembuatan mesin
merupakan langkah awal dalam prosesnya yang mana dengan membuat
alat yang baik maka kinerja alat yang dibuat juga diharapkan akan baik.
2. Tingkat komposisi dari bahan campuran dengan arang sekam padi, hal
ini dipilih karena pada tingkat komposisi ini mempunyai peranan
penting yang mana pada saat pencetakan briket tidak terjadinya sebuah
kendala dan hasil uji sampel briket dalam keadaan bagus.
3. Variasi perekat yang digunakan dalam adonan briket iyalah 1:16%,
1:18%, dan 1:20%
4. Parameter yang diteliti adalah rendemen, nilai kalor, kadar abu, kadar
air dan laju pembakaran

1.4. Tujuan Tugas Akhir


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat
ditetapkan tujuan yaitu:
1. Membuat alat pengaduk dan pencetak briket arang sekam padi dengan
metode press berbasis engkol.
2. Mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan briket dengan
metode press berbasis engkol ini.
3. Mengetahui komposisi yang sempurna pada mesin pengaduk dan
pencetak briket metode press berbasis engkol.

1.5. Manfaat Tugas Akhir


Bagi penulis sendiri, agar dapat mengembangkan ilmu yang didapat baik secara
teori maupun praktek khususnya dalam bidang pembuatan mesin dan
melakukan uji coba mesin. Adapun manfaat dari pembuatan tugas akhir ini
antara lain:
1. Adanya alat berbasis teknologi dalam proses produksi pembuatan briket
sekam padi yang mampu meningkatkan kesejahteraan para pembuat
briket.
2. Pemanfaatan limbah sekam padi yang menumpuk yang ada di daerah
indramayu.
4

3. Sebagai penerapan teori dan praktek yang sudah di ajarkan dibangku


perkuliahan

1.6. Metode Pengambilan Data


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) data iyalah keterangan
atau bahan nyata yang dapat di jadikan dasar kajian (analisis atau kajian) yang
bersifat digital, kualitatif, kuantitatif, lapangan, lisan, pribadi, primer, relevan,
sekunder dan tertulis. Dalam proses pengambian data untuk program magang
industri kali ini penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:
1 Metode observasi
Metode observasi adalah metode yang dimana pengambilan datanya
dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan bagaimana
proses pembuatan briket dari sekam padi ini di buat.
2 Metode interview
Metode interview adalah metode yang dimana pengambilan datanya
dilakukan dengan cara mewawancarai pihak yang bersangkutan guna
mendapat informasi terkait limbah sekam padi yamg ada di daerah
Indramayu.
3 Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang dimana pengambilan
datanya dilakukan dengan cara mengambil foto dan video guna
melengkapi data.
4 Metode studi pustaka
Metode studi pustaka adalah metode yang dimana pengambilan
datanya dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku pustaka untuk
memperoleh informasi atau data yang terkait dengan mesin penggaduk
adonan, mesin pencetak adonan serta literatur lain yang berkaitan dengan
pemanfaatan sekam padi dan arang/briket yang dimana di gunakan untuk
menjadi acuan dalam pembuatan laporan kali ini.
1.7. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dalam pembahasan laporan Tugas Akhir
kali ini, maka penulis melakukan penyusunan atas 5 bab. Secara sistematis:
5

1. BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama menjelaskan tentang latar belakang masalah laporan
tugas akhir, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode pengambilan data, dan sistematika penulisan laporan
yang digunakan.
2. BAB II LANDASAN TEORI
Bab ke-dua menguraikan tentang teori dasar yang berkaitan secara
langsung dengan masalah. Dalam bab ini mengambil referensi dari buku-
buku atau sumber-sumber lainnya yang masih baru.
3. BAB III METODE PELAKSANAAN
Bab ke-tiga berisi penjelasan tentang tahapan pelaksanaan yang
ditempuh untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Prosedur yang
dilakukan antara lain adalah identifikasi masalah, perencanaan,
implementasi, serta diagram alir ( flowchart) yang harus dibuat untuk
menjelaskan tahapan-tahapan yang sudah dikerjakan
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ke-empat membahas hasil-hasil dari tahapan pelaksanaan, dari
mulai membuat desain, implementasi desain, hasil pengujian dan
implementasian-nya, berupa penjelasan teoritik, baik secara kualitatif,
kuantitatif, atau secara statistik.
5. BAB V PENUTUP
Bab ke-lima berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan akan
mengemukakan kembali masalah penelitian (menjawab rumusan
masalah), bukti-bukti yang dihasilkan dan akhirnya menarik kesimpulan
apakah kegiatan yang dilakukan sudah memberi manfaat. Tidak
diperkenankan penulis menyimpulkan masalah jika pembuktian tidak
terdapat dalam Tugas Akhir. Dalam pembuatan kesimpulan, hal-hal yang
diperkuat antara lain:
 Berhubungan dengan pembuktian.
 Didasarkan pada analisis yang objektif.
 Diperkuat dengan bukti-bukti yang telah ditulis.
6

Saran merupakan manifestasi dari penulis untuk dilaksanakan sesuatu


yang belum ditempuh dan layak untuk dilaksanakan. Saran dicantumkan
karena penulis melihat adanya jalan keluar untuk mengatasi masalah atau
kelemahan yang ada, saran yang diberikan tidak terlepas dari ruang
lingkup Tugas Akhir.
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Briket
Briket adalah sumber energi yang berasal dari biomassa yang bisa
digunakan sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi dan energi lain
yang berasal dari fosil. Pembuatan briket dilakukan dengan proses penekanan
atau pemadatan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai kalor per satuan luas
dari suatu biomassa yang akan digunakan sebagai energi alternatif, sehingga
dengan ukuran biomassa yang relatif kecil akan dihasilkan energi yang besar.
Selain itu bentuk biomassa menjadi lebih seragam, sehingga akan lebih mudah
dalam proses penyimpanan dan pendistribusiannya.
Briket ini dapat dibuat dari bahan baku yang banyak kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti batok kelapa, sekam padi, arang sekam, serbuk
kayu (serbuk gergaji), bonggol jagung, daun, dan lain sebagainya.

Gambar 2. 1 Briket
(Sumber: hipki.org)
2.2. Sekam Padi
Sekam secara harfiah adalah lapisan bagian luar yang berbentuk kering
dan bersisik yang memiliki fungsi sebagai pelindung endospermum serta
embrio beras. Merujuk pada buku Zero Waste Agroindustri, sekam adalah kulit
padi yang terdiri dari dua bentuk daun. Pertama berupa sekam kelopak (lemma)
dan sekam mahkota (palea). Bentuk sekam adalah mahkota yang menyelimuti
biji pada bagian dorsal sedangkan lainnya membungkus ventral. Keduanya
bertemu dan menghimpit dengan kaitan tidak rapat. Jika bagian tersebut

7
8

digiling atau disentuh dengan tekanan tertentu, maka bagian sekam tersebut
akan mudah terlepas dari butir beras.
Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau
bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar
20-30%, dedak antara 8-15% dan beras giling antara 50-53,5% data bobot awal
gabah. ( Fathnur Rohman, 2022 )

Gambar 2. 2 Sekam padi


(Sumber: Tempat gilingan gabah )
Ditinjau dari data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur
penting yang akan disajikan dalam tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Komposisi kimiawi sekam padi
(sumber)
Kandungan Presentase (%)
Karbon (C) 48,73 %
Hidrogen 5,91 %
Nitrogen 0,64 %
Oksigen 44,64 %
Sulfur 0,05 %

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Nasional, hasil


perhitungan angka tetap produksi padi kabupaten Indramayu tahun 2022
sebesar 1,79 juta Ton Gabah Kering Pungut (GKP) atau setara dengan 1,32 juta
Ton Gabah Kering Giling (GKG). Dari data produksi padi kabupaten
Indramayu tahun 2022 dihasilkan beras sebesar kurang lebih 818,40 ribu Ton,
sedangkan pada limbah sekam padi sebesar 264.000 – 396.000 Ton.
9

2.3. Tepung Tapioka


Tepung tapioka merupakan pati yang diekstrak dari singkong. Dalam
masyarakat tepung tapioka biasa dikenal sebagai tepung kanji atau aci
singkong. Dalam memperoleh pati dari singkong (tepung tapioka) harus
dipertimbangkan usia atau kematangan dari tanaman singkong. Usia optimum
yang telah ditemukan dari hasil percobaan terhadap salah satu varietas
singkong yang berasal dari jawa yaitu San Pedro Preto adalah sekitar 18-20
bulan (Grace, 1977). Ketika umbi singkong dibiarkan di tanah, jumlah pati
akan meningkat sampai pada titik tertentu, lalu umbi akan menjadi keras dan
menyerupai kayu, sehingga umbi akan sulit untuk ditangani ataupun diolah.

Gambar 2. 3 Tepung Tapioka


(Sumber: tokopedia.com )
Menurut situs panganku yang dikelola oleh Kemenkes RI, tepung tapioka
mengandung berbagai zat gizi yang dapat dilihat dalam tabel 2.2
Tabel 2. 2 Kandungan zat gizi pada tepung tapioka
(sumber: orami.com)
Komposisi Jumlah
Air 9,1 g
Energi 363 kal
Protein 1,1 g
Lemak 0,5 g
Karbohidrat 88,2 g
Serat 0,9 mg
Kalsium 84 mg
Fosfor 125 mg
Zat besi 1,0 mg
10

Natrium 1 mg
Kalium 7,1 mg
Zink 0,1 mg
Thiamin (Vitamin B1) 0,04 mg
Niasin (Vitamin B3) 0,4 mg

Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), nilai pH tepung tapioka tidak


dipersyaratkan. Namun demikian, beberapa institusi mensyaratkan nilai pH
untuk mengetahui mutu tepung tapioka berkaitan dengan proses pengolahan.
Salah satu proses pengolahan tepung tapioka yang berkaitan dengan pH adalah
pada proses pembentukan pasta. Menurut Winarno (2002), pembentukan gel
optimum terjadi pada pH 4-7. Bila pH terlalu tinggi,pembentukan pasta makin
cepat tercapai tetapi cepat turun lagi. Sebaliknya,bila pH terlalu rendah,
pembentukan pasta menjadi lambat dan viskositasnya akan turun bila proses
pemanasan dilanjutkan. The Tapioca Institute of America (TIA) menetapkan
standar pH tepung tapioka sekitar 4.5 - 6.5 (Radley,1976). Syarat mutu tepung
tapioka sesuai SNI dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2. 3 Syarat mutu tepung tapioka
(Sumber:kemenperin.go.id)
Persyaratan
No. Jenis Uji Satuan
Mutu 1 Mutu 2 Mutu 3
1. Kadar air % Maks. 15.0 Maks. 15.0 Maks. 15.0
2. Kadar abu % Maks. 0.60 Maks. 0.60 Maks. 0.60
Serat dan benda Maks. 0.60 Maks. 0.60 Maks. 0.60
3. %
asing
Derajat putih
4. % Min. 94.5 Min. 92.0 <92
(BaSO4=100%)
Volume
5. Derajat asam NaOH Maks. 3 Maks. 3 Maks. 3
1N/100g
Cemaran logam
6.
-Timbal mg/kg Maks. 1.0 Maks. 1.0 Maks. 1.0
11

-Tembaga mg/kg Maks. 10.0 Maks. 10.0 Maks. 10.0


-Seng mg/kg Maks. 40.0 Maks. 40.0 Maks. 40.0
-Raksa mg/kg Maks. 0.05 Maks. 0.05 Maks. 0.05
-Arsen mg/kg Maks. 0,5 Maks. 0,5 Maks. 0,5

Cemaran mikroba
– Angka lempeng Koloni/g Maks. 1.0 x Maks. 1.0 Maks. 1.0 x
7. total 106 x 106 106
- - -
-E. Coli Koloni/g
-Kapang Koloni/g Maks. 1.0 x Maks. 1.0 Maks. 1.0 x
104 x 104 104

Kehalusan tepung juga penting untuk menentukan mutu tepung tapioka.Tepung


tapioka yang baik adalah tepung yang tidak menggumpal dan memiliki kehalusan
yang baik. Dalam SNI tidak dipersyaratkan mengenai kehalusan tepung tapioka.
Salah satu institusi yang mensyaratkan kehalusan sebagai syarat mutu tepung
tapioka adalah The Tapioca Institute of America (TIA), yang membagi tepung
tapioka menjadi tiga kelas (grade) berdasarkan kehalusannya. Standar kehalusan
tepung tapioka menurut TIA disajikan dalam tabel 2.4
Tabel 2. 4 Standar kehalusan tepung tapioka
(Sumber: Taufiqullah, 2022)
Grade % Lolos ayak Ukuran ayakan
A 99 140
B 99 80
C 95 60

2.4. Infrared Thermo Gun


Infrared Thermogun merupakan alat pengukur yang memiliki
kemampuan untuk mendeteksi temperatur secara optik (selama objek diamati),
radiasi energi sinar infra merah diukir, dan digambarkan dalam bentuk suhu.
Infrared Thermogun menggunakan metode pengukuran suhu yang cepat,
tepat dan akurat dengan objek yang diukur dari posisi jauh dan tanpa di sentuh.
Alat ini ideal dalam dipergunakan untuk situasi pengukuran suhu yang dimana
12

objek benda yang akan diukur dalam keadaan bergerak, objek dalam keadaan
sangat panas, objek yang diukur terletak jauh, dan adanya kebutuhan untuk
menghindari kontaminasi objek seperti dalam mengukur makanan, alat medis,
obat obatan dan produk lainnya. (Trisna, dkk, 2023)

Gambar 2. 4 Infrared thermo gun


(Sumber: Politeknik Negeri Indramayu)
2.5. Tachometer
Tachometer adalah alat ukur genggam yang digunakan untuk mengukur
kecepatan benda yang berputar atau rotasi poros yang berputar seperti operasi
mesin, dalam satuan putaran per menit (RPM). Tachometer banyak digunakan
pada sektor industri sebagai alat ukur untuk unit-unit yang berputar, seperti
pompa, turbin, generator, dan lain sebagainya. (Chandra.S.P, 2022)

Gambar 2. 5 Tachometer
(Sumber: tokopedia.com )

2.6. Proses Fabrikasi


Fabrikasi adalah suatu rangkaian pekerjaan yakni mengelola komponen
material baku atau setengah jadi, baik berupa plat, pipa, baja profil dan lain
sebagainya yang selanjutnya akan dirangkai, dibentuk dan dimanipulasi untuk
menghasilkan barang baru yang memiliki nilai tambah dan fungsi.
(Andrian.D,2021)
13

Pekerjaan fabrikasi secara umum ada dua macam yaitu:


1) Workshop Fabrications adalah proses fabrikasi dan konstruksi yang
dilakukan di dalam suatu bangunan atau gedung yang di dalamnya
sudah dilengkapi dengan berbagai macam alat dan mesin yang
digunakan untuk melakukan proses-proses produksi dan pekerjaan
fabrikasi lainnya, seperti mesin potong plat, mesin bending, mesin las,
dan lain sebagainya. (Adrian.D, 2021).
2) Site Fabrications adalah proses fabrikasi dan konstruksi yang
dikerjakan di luar gedung atau bangunan pekerjaan site fabrications ini
dilakukan di area lapangan terbuka, di lokasi dimana bangunan akan
didirikan. Proses-proses fabrikasi ini meliputi pengolahan bahan
material seperti pemotongan, pengeboran, pengelasan, assembling,
finishing hingga pemasangan langsung pada konstruksi bangunan.
Tujuan dari fabrikasi jenis ini memang ditujukan untuk menghasilkan
rangkaian struktur konstruksi bangunan. (Adrian.D, 2021)
2.6.1. Penandaan / Marking
Penandaan atau Marking dalam fabrikasi adalah proses
pengukuran dan pembentukan sketsa langsung di material dari
semua item berdasarkan drawing. Penandaan pada pekerjaan kerja
bangku adalah membuat penandaan dengan membuat goresan, titik
dan cap (stamping). Alat yang digunakan untuk penandaan adalah
penggores, penyiku, penitik, mistar baja, dan jangka pegas.
Benda kerja yang akan ditandai tergantung pada kebutuhan
pekerjaan, namun pada prinsipnya benda kerja yang diberikan
penandaan harus mempunyai tiga bidang dasar dimana bidang dasar
tersebut berfungsi sebagai dasar kesikuan, dasar pengukuran dan
dasar kesejajaran terhadap bidang lainnya. (Agustriyana, 2018).
14

Gambar 2. 6 Marking tool


(Sumber: Politeknik Negeri Indramayu)
2.6.2. Pemotongan
Pemotongan dalam fabrikasi adalah suatu proses pekerjaan yang
dikerjakan setelah dilakukannya penandaan atau marking sesuai
dengan sketsa yang dibuat pada material yang akan diproses. Proses
ini biasanya dilakukan dengan bantuan 3 buah mesin antara lain:
1) Mesin Horizontal Band Saw
Mesin horizontal band saw adalah mesin yang memiliki
fungsi serbaguna dengan daya potong yang lebih besar,
seperti digunakan oleh para profesional maupun amatir
untuk memotong solid material berukuran besar.

Gambar 2. 7 Mesin Horizontal Band Saw


(Sumber: tokopedia.com)
2) Mesin Gerinda Potong

Mesin gerinda potong atau drop saw adalah mesin gerinda


yang dipkai untuk memotong benda kerja dari bahan plat
atau pipa yang terbuat dari baja dengan cepat. Roda gerinda
15

yang digunakan untuk mesin ini adalah mata gerinda pipih


yang berukuran besar yang akan diputar dengan kecepatan
tinggi.

Gambar 2. 8 Mesin Gerinda potong


(Sumber:Politeknik Negeri Indramayu)

3) Mesin Gerinda Tangan


Mesin gerinda tangan adalah mesin yang dipakai untuk
mengikis permukaan benda kerja (menggerinda) ataupun
memotong benda kerja. Hasil potongan maupun pengikisan
dengan menggunakan gerinda potong ini sangat
dipengaruhi oleh teknik dan keahlian dari pekerja yang
melakukannya karena arah dan laju pemotongan besi
sepenuhnya ditentukan oleh operator gerinda tangan ini.

Gambar 2. 9 Mesin gerinda tangan


(Sumber:Politeknik Negeri Indramayu)
2.6.3. Kerja Plat
Kerja Plat dalam fabrikasi adalah pengerjaan membentuk dan
menyambung logam lembaran (plat) sehingga sesuai dengan bentuk
dan ukuran yang sudah direncanakan. Pengerjaan plat dapat
dilakukan dengan menggunakan keterampilan tangan, mesin, atau
perpaduan dari keduanya, yang meliputi macam- macam pengerjaan
16

yang diantaranya adalah menggunting, melukis, melipat, melubangi,


meregang, pengawatan, mengalur, menyambung, dan lain-
lain.(Agustriyana, 2018).
Mesin atau alat yang biasanya digunakan dalam Kerja Plat ini
antara lain:
1) Mesin Gunting Plat / Shearing Machine
Mesin Shearing adalah mesin yang berfungsi untuk
melakukan proses pemotongan plat secara mekanis. Proses
pemotongan plat ini memanfaatkan gaya geser dengan
menggerakkan pisau potong yang menjepit plat logam.
Gerakan potong ini mengikuti sudut tertentu untuk
memudahkan proses pemotongan. Mesin ini terbagi
menjadi 2 jenis yakni mesin gunting plat manual dan mesin
gunting plat hidrolik.

Gambar 2. 10 Mesin Shearing machine


(Sumber:Politeknik Negeri Indramayu)
2) Mesin Bending Plat
Mesin Bending adalah mesin yang berfungsi untuk
melakukan proses penekukan atau pembengkokan benda
kerja yang berupa besi plat dan logam dengan sudut yang
sudah ditentukan. (Yosua.E, 2021)
Mesin bending ini terbagi menjadi 3 jenis antara lain:
 Mesin Bending Plat Manual
Mesin ini menggunakan proses pengerjaan sendiri
atau manual. Pengerjaannya memanfaatkan tenaga
manusia yang dibantu dengan semacam bandul
pemberat. (Yosua.E, 2021)
17

Gambar 2. 11 Mesin bending manual


(Sumber:Politeknik Negeri Indramayu)
 Mesin Bending Plat Hidrolik
Mesin ini menggunakan sistem hidrolik sebagai
komponen utamanya. Pegerjaannya memanfaatkan
pompa hidrolik untuk melakukan proses
penekukannya. (Yosua.E, 2021)

Gambar 2. 12 Mesin bending hidrolik


(Sumber:Politeknik Negeri Indramayu)
 Mesin Bending Pipa
Mesin ini menggunakan proses penekukan pipa
yang dikerjakan oleh bending manual. Mesin ini
sering kali digunakan untuk membuat part yang
mana berbentuk setengah lingkaran maupun
lingkaran dengan sudut radius yang bisa disesuaikan
dengan cara memutar tuas yang ada pada mesin
bending tersebut. (Yosua.E, 2021)
18

Gambar 2. 13 Mesin bending pipa


(Sumber: indotrading.com )

2.6.4. Pengelasan
Berdasarkan pengertian dari DIN (deutsch Industrie Normen),
yang dimaksud dengan las adalah suatu bentuk ikatan pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer
atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan bahwa las adalah
suatu proses penyambungan logam homogen dua atau lebih
menggunakan kawat tambah sebagai pengisi dengan menggunakan
energi panas (Agus, dkk, 2021), berikut merupakan hal-hal yang
diperlukan dalam pengelasan:
1. Las SMAW (Shielded metal arc welding)
Las busur metal manual atau SMAW (Shielded metal arc
welding) identik dengan suatu proses penyambungan dua
keping logam atau lebih menjadi suatu sambungan tetap dengan
menggunakan busur listrik sebagai sumber panas dan bahan
tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus. Prosedur pada
pengelasan tersebut memiliki aplikasi luas di dalam dunia
industri. Untuk aplikasi rangka, pengelasan SMAW
memberikan efisiensi kekuatan sambungan yang tinggi. Las
busur manual tidak seefisien jenis-jenis las semi otomatis yang
lain, karena memerlukan waktu untuk mengganti elektroda dan
harus membersihkan terak akan tetapi jenis las ini tergolong
lebih murah, lebih mudah mengoperasikan dan hanya
19

memerlukan pemeliharaan sederhana. (Agus, dkk, 2021) Dalam


hal ini sumber tegangan yang digunakan ada dua yaitu listrik
AC (arus bolak balik) dan listrik DC (arus searah).

Gambar 2. 14 Mesin las smaw


(Sumber: bukalapak.com )
2. Kawat las / Elektroda
Kawat las atau yang sering disebut elektroda adalah suatu benda
yang dipergunakan untuk melakukan pengelasan listrik yang
berfungsi sebagai pembakar yang akan menimbulkan busur
nyala saat ujung elektroda sebagai pembakar bersinggungan
dengan logam induk, kemudian menghasilkan panas untuk
melelehkan dan meleburkan logam pengelasan. (Nursahid.
2015)
Jenis-jenis Kawat Las atau sebutan lain 'Elektroda' bisa
dibedakan bermacam-macam tergantung cara penggunaan dan
jenis material yang dilas, antara lain:
1. Elektroda baja lunak 4. Elektroda besi tuang
2. Elektroda nikel 5. Dan lain-lain
3. Elektroda alumunium
Elektroda yang pengelasan pada baja lunak yang dilakukan di
site fabrication, memiliki jenis dan kode tersendiri. Bentuk
elektroda untuk baja lunak dapat dilihat pada gambar 2.14
20

Gambar 2. 15 Elektroda
(Sumber: bukalapak.com )
Pada pengelasan terdapat kode pada elektroda yang
mengartikan komposisi kimia yang terkandung di dalam
elektroda sangat berpengaruh terhadap hasil las lasan baik itu
sifat mekanik (kekuatan tarik, kekerasan, impact) atau terhadap
struktur logam las. Setiap elektroda mempunyai spesifikasi yang
berbeda beda, memang hal ini disengaja karena pemakaiannya
juga untuk proses pengelasan yang berbeda. Contoh kode las
Shield Metal Arc Welding (SMAW):
Elektroda Mild Steel E 6013.
E : Elektroda.
60 : Kekuatan Tarik Minimum 60 satuannya KSI (Biasanya ada tipe
juga 70 dan 80 misal E 7016, E 7018, E 8010, E8018).
1 : Untuk semua posisi pengelasan Untuk kode lain yaitu 2 (posisi
flat dan horizontal) dan 3 (Posisi flat).
3 : Jenis komposisi kimia dari flux yang nanti juga berpengaruh
terhadap penetrasi, arus dan polaritas.
Pada dasarnya elektroda baja lunak terbuat dari bahan yang
sama, perbedaannya terletak pada jenis selaputnya (flux).
Berikut adalah jenis elektroda yang dipakai: E 6012 dan E 6013.
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat
manghasilkan penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai
untuk pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013
sangat baik untuk posisi pengelasan tegak arah ke bawah atau
las down. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere
yang relatif lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung
21

lebih banyak Kalium memudahkan pemakaian pada voltage


mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil
kebanyakan dipakai untuk pengelasan plat tipis. Ukuran
diameter elektroda mempunyai pengaruh penting terhadap besar
arus las listrik yang tepat untuk digunakan. Semakin kecil
diameter elektroda yang digunakan, maka ampere yang
digunakan juga semakin kecil. Sebaliknya jika diameter kawat
las yang dipakai semakin besar, maka arus yang digunakan juga
semakin besar. Untuk pemilihan diameter kawat las dan besar
arus yang dipakai berikut penjelasan pada tabel dibawah.
Tabel 2. 5 Ampere dan Diameter Kawat Las
Diameter Elektroda (mm) Arus Las (Ampere)
1,5 20-40
2,0 30-60
2,6 40-80
3,2 70-120
4,0 120-170
5,0 140-230

2.6.5. Pembubutan
Proses bubut merupakan proses pengerjaan material dimana
benda kerja dan pahat bergerak mendatar pada arah linear (searah
meja/bed mesin), melintang atau membentuk sudut secara perlahan
dan teratur baik secara otomatis maupun manual. Pada proses
pembubutan berlangsung, benda kerja berputar dan pahat
disentuhkan pada benda kerja sehingga terjadi penyayatan.
Penyayatan dapat dilakukan ke arah kiri atau kanan,sehingga
menghasilkan benda kerja yang berbentuk silinder. Jika penyayatan
dilakukan melintang maka akan menghasilkan bentuk alur. Selain
dapat dilakukan ke arah samping dan ke arah melintang, penyayatan
dapat juga diarahkan miring dengan cara memutarkan eretan atas
sehingga menghasilkan benda kerja yang berbentuk konis/tirus.
22

Penyayatan yang beralur dengan kecepatan dan putaran tertentu


dapat menghasilkan alur yang teratur seperti membubut ulir.
Penyayatan dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam.
Penyayatan yang dilakukan dari luar disebut membubut luar (outside
turning), sedangkan penyayatan yang dilakukan di bagian dalam
atau pada lubang disebut membubut dalam (inside turning). Bubut
dalam berupa rongga, ulir dalam, lubang tembus, atau lubang tidak
tembus.

Gambar 2. 16 Mesin Bubut


(Sumber:Politeknik Negeri Indramayu)
2.6.6. Pengeboran
Pengeboran (drilling) adalah proses permesinan yang
digunakan untuk membuat lubang lingkaran pada benda kerja.
Pengeboran biasanya dilakukan dengan alat silindris yang berputar
dan memiliki dua sisi potong pada ujungnya, alat ini disebut mata
bor (drill). Mata bor yang paling umum digunakan adalah twist drill.
Pada beberapa kasus, proses pengeboran juga diikuti dengan proses
lanjutan yang diantaranya reaming, tapping, counterboring,
countersinking, centering, dan spot facing. (Grover.M.P, 2010)
Dalam proses pengeboran biasanya dilakukan menggunakan mesin
bor duduk ataupun bor tangan.
23

Gambar 2. 17 Mesin Bor duduk dan bor tangan


(Sumber:Politeknik Negeri Indramayu)
2.7. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya dalam
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman, sehingga dapat
mengurangi probabilitas kecelakaan kerja/penyakit akibat kelalaian yang
mengakibatkan demotivasi dan defisiensi produktivitas kerja.
Menurut UU Pokok Kesehatan RI No. 9 Th. 1960 Bab I Pasal II,
Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi Kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat Kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani maupun social, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. (Rifki.S, 2020)
Dari definisi diatas Kesehatan dan Keselamatan Kerja membutuhkan
Alat Pelindung Diri (APD) dalam penerapannya yang mana APD ini adalah
suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di
tempat kerja. Berikut macam-macam APD yang digunakan sebelum
melakukan pekerjaan antara lain :
a. Pelindung kepala
b. Pelindung mata dan muka
c. Pelindung telinga
d. Pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
e. Pelindung tangan
f. Pelindung kaki
g. Pakaian pelindung
h. Alat pelindung jatuh perorangan
24

Gambar 2. 18 Alat pelindung diri


(Sumber: Media K3 Indonesia.com)
2.8. Motor Listrik 1 Fasa
Motor induksi 1 Fasa adalah salah satu jenis dari motor-motor listrik
yang bekerja berdasarkan induksi elektromagnet. Motor induksi memiliki
sebuah sumber energi listrik yaitu di sisi stator, sedangkan sistem kelistrikan
di sisi rotornya di induksikan melalui celah udara dari stator dengan media
elektromagnet. Hal inilah yang menyebabkannya diberi nama motor induksi.
Adapun penggunaan motor induksi di industri ini adalah sebagai penggerak,
seperti memutar impeller pompa, fan atau blower, peralatan workshop, untuk
mengangkat beban dan lain sebagainya.
Motor induksi bekerja menggunakan arus bolak-balik (Alternating
Current) yang membalikan arahnya secara teratur dalam rentang waktu
tertentu. Kecepatan motor dengan arus AC lebih sulit dikendalikan dari pada
motor dengan arus DC. Motor induksi sendiri paling luas digunakan, sesuai
penamaannya yang berasal dari kenyataan bahwa motor jenis ini berkerja
berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor
ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi
sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan
putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator. Motor induksi
satu fasa biasanya tersedia dengan daya kurang dari 1 HP dan banyak
digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan aplikasi sederhana seperti,
kipas angin, motor pompa dan lain sebagainya. (Bambang.S, 2022)
25

Gambar 2. 19 Motor listrik 1 fasa


(Sumber: tokopedia.com )
2.9. Tombol On dan Off
Tombol on dan off adalah sebuah alat yang berfungsi untuk
menghubungkan/menghidupkan dan memutus/mematikan sumber arus listrik
dari sumber listrik pusat yang akan dialirkan menuju pada motor 1 fasa.

Gambar 2. 20 Tombol on dan off


(Sumber:Politeknik Negeri Indramayu)
2.10. Gearbox
Gearbox atau dalam bahasa inggrisnya disebut “ worm gear speed
reducer “ adalah suatu alat yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau
daya mesin ke salah satu bagian mesin lainnya, sehingga unit tersebut dapat
bergerak menghasilkan sebuah pergerakan baik putaran maupun pergeseran.
Speed reducer (gearbox) juga berfungsi untuk meningkatkan keluaran torsi
serta mengubah kecepatan motor yang akan disalurkan. Beragam industri
menggunakan gearbox untuk berbagai keperluan, untuk alasan itu terdapat
banyak macam gearbox yang dilengkapi fitur tersendiri untuk masing-masing
jenisnya. (Yoginam, 2021)
Tidak sekedar fiturnya, karakteristik masing-masing jenis gearbox juga
berbeda satu sama lain. Karakteristik ini biasanya mengacu pada fungsi serta
rangkaian mekanisme di dalamnya. Di dalam dunia teknik dan mekanik,
26

gearbox yang umum digunakan dan gampang dijumpai adalah jenis


WPA,WPO dan WPX, tiga jenis gearbox ini mempunya fungsi yang kurang
lebih sama, yaitu sebagai speed reducer. Berikut merupakan gambar gearbox
yang dapat dilihat pada gambar 2.21.

Gambar 2. 21 Gearbox
(Sumber: tokopedia.com )
2.11. Pillow Block Bearing
Pillow block bearing adalah alas yang digunakan untuk mendukung
kerja poros pada mesin dengan bantuan dari bantalan (bearing) yang sesuai
dan beragam aksesoris, yang memiliki fungsi menampung bantalan dalam
beban rendah. Pillow block bearing terdiri dari dua komponen utama yakni
bagian bantalan statis dan bagian dalam yang memiliki cincin berputar dan
dapat menahan beban tetap pada posisinya masing-masing. (N.Rahayu.S,
2020)
Banyak yang menganggap pillow block bearing dan plummer block
bearing sebagai benda yang sama, namun pada kenyataannya kedua jenis ini
memiliki perbedaannya masing-masing, yakni pada plummer block bearing
sendiri digunakan untuk mentransfer daya tinggi dan mendukung beban
industri yang berat.
Berikut merupakan gambar pillow block bearing yang dapat dilihat
pada gambar 2.22.

Gambar 2. 22 Pillow block bearing


(Sumber: tokopedia.com )
27

2.12. Sprocket
Sprocket adalah salah satu komponen dari sepeda motor yang
berpasangan dengan rantai yang digunakan untuk mentransmisikan gaya
putar dari poros satu ke poros lainnya. Sprocket ini berbentuk seperti roda
yang pinggirannya mempunyai banyak gigi, biasanya digunakan pada
kendaraan seperti motor, sepeda, dan kendaraan lainnya. Pada pemindahan
daya dan putaran yang terjadi pada suatu mesin sprocket depan maupun
sprocket belakang memiliki peran yang sangat penting sehingga material
sprocket haruslah memiliki sifat-sifat tertentu seperti tahan terhadap gesekan
(aus) dan memiliki ketangguhan yang cukup tinggi.
Alat sebagai penerus gaya putar ini mempunyai dua macam tipe yakni
solid sprocket dan segmented sprocket. Tipe solid terbuat dari cast stell yang
menjadi satu kesatuan, sedangkan untuk tipe segmented lebih banyak
digunakan karena alasan praktisnya.
Alat ini di kalangan masyarakat umum disebut dengan gear sedangkan
nama sprocket adalah Bahasa yang sering digunakan dalam dunia industri
pabrik. Fungsinya bisa mengubah rasio kecepatan putar secara menyeluruh
yang dilakukan dengan memvariasikan diameternya ketika digunakan pada
sepeda. Perubahan diameter gear sepeda dapat mengubah jumlah gigi dan
perubahan ini dapat mengubah tingkat akselerasi dan kecepatan tinggi dari
suatu mesin. (Lentera bisnis, 2020)

Gambar 2. 23 Sprocket
(Sumber: lazada.com )
2.13. Pulley
Pulley pada suatu elemen mesin adalah alat yang digunakan untuk
mentransfer daya dari satu poros ke poros lainnya, yang kemudian ditransfer
oleh sabuk atau belt ke benda yang ingin dipindahkan.
28

Rasio diameter puli yang digunakan menentukan rasio kecepatan antara


poros penggerak dan poros penggerak lainnya. Katrol melekat pada belt
(sabuk) dan menggunakan kontak gesekan antara pulley dan sabuk untuk
menyampaikan daya. (Admin, 2021)
Saat ini ada berbagai macam pulley yang telah dikembangkan yang
diantaranya puli rata (flat pulley), puli V (V-pulley), pulley poly-V, pulley
synchronous dan lain-lain. Pada pembahasan kali ini saya hanya akan
mengambil penjelasan tentang V-pulley.
V-Pulley adalah pulley dengan alur berbentuk huruf V yang mana
memiliki bentuk sama seperti permukaan V Belt, sehingga memungkinkan
permukaan berbentuk V Belt yang berbentuk “V” sejajar dengan alur pulley.
Hal ini dimaksudkan agar pulley menyesuaikan dengan permukaan V Belt,
maka diharapkan pulley akan lebih pas pada saat mengikat atau mencekam
dengan kuat. (Admin, 2021)
Untuk Pulley yang mempunyai bentuk alur sebagai dudukan V-Belt ini
memiliki beberapa macam jenis seperti berikut:
 Pulley dengan jumlah alur single atau 1 saja, ini berarti bahwa pulley
tersebut hanya menggunakan V - Belt single 1 Piece.
 Pulley dengan jumlah alur 2, ini berarti bahwa pulley tersebut
menggunakan V - Belt 2 Piece.
 Pulley dengan jumlah alur 3, ini berarti bahwa pulley tersebut
menggunakan V - Belt 3 Piece.
 Pulley dengan jumlah alur 4, ini berarti bahwa pulley tersebut
menggunakan V - Belt 4 Piece.
 Dst
Seiring dengan jumlah alur pada permukaan pulley, ukuran alur
berbentuk V bervariasi tergantung pada bagaimana mesin manufaktur
digunakan. Alur pulley disesuaikan dengan ukuran V-Belt yang akan
dipasangkan. Pulley yang digunakan dengan Tipe V - Belt tipe A memiliki
ukuran alur yang berbeda dari yang digunakan dengan Tipe V - Belt tipe B
dan C.
29

Gambar 2. 24 Pulley
(Sumber: tokopedia.com)
2.14. Rantai
Rantai adalah rangkaian potongan-potongan yang berkaitan, biasanya
terbuat dari logam, dengan sifat keseluruhannya seperti tali, yakni bisa lentur
dan melengkung tetapi juga bisa lurus, kaku, dan menahan beban. Rantai
merupakan salah satu alat yang dapat membantu mengikat barang, menarik,
dan mengangkat beban untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.

Gambar 2. 25 Rantai
(Sumber: tokopedia.com )
2.15. Belt atau Sabuk
Belt atau sabuk adalah loop tak terbatas yang terbuat dari bahan elastis
yang digunakan untuk menggabungkan dua poros berputar secara mekanis.
Belt dapat digunakan sebagai sumber penggerak, penyalur daya yang efisien
atau untuk memantau pergerakan relatif. Di dalam sistem pulley, sabuk
dilingkarkan pada pulley yang akan digerakkan melingkar tanpa ujung. Sabuk
umumnya dapat menggerakkan pulley dalam satu arah atau melintang
(berlawanan arah) dalam susunan dua pulley. Misalnya, sabuk konveyor yang
digunakan sebagai sumber penggerak terus menerus mengangkut barang dari
satu lokasi ke lokasi lain.
Saat ini ada berbagai macam sabuk yang telah dikembangkan yang
diantaranya round belt, flat belt, v-belts, banded v-belt, linked v-belt, timing
30

belt dan v-ribbed belt. Pada pembahasan kali ini saya hanya akan mengambil
penjelasan tentang V-Belt.
Sabuk-V atau V-belt adalah salah satu transmisi penghubung yang
terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Dalam
penggunaannya sabuk-V dibelitkan mengelilingi alur puli yang berbentuk V
pula. Bagian sabuk yang membelit pada puli akan mengalami lengkungan
sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar (Sularso, 1991).
V-belt sering digunakan karena ringan dan terjangkau. V-belt juga
menawarkan manfaat tambahan, termasuk kemampuan untuk
mentransmisikan daya yang signifikan pada tegangan yang relatif rendah dan
pengoperasian yang lebih halus dan lebih senyap dibandingkan dengan roda
gigi dan rantai transmisi. Selain memiliki keunggulan dibandingkan transmisi
konvensional, V-belt memiliki kelemahan karena memungkinkan terjadinya
slip.

Gambar 2. 26 Belt atau sabuk


(Sumber: tokopedia.com )
2.16. Linear Bearing
Linear bearing merupakan jenis bantalan yang memiliki fungsi yang
tidak jauh berbeda dengan jenis bearing/bantalan lainnya yaitu sebagai
penahan atau penopang beban sebuah komponen dengan gerakan linear
sumbu tunggalnya dan memberikan permukaan geser gesekan rendah untuk
rel pemandu/poros pemandu. Fungsi lain dari linear bearing ini diantaranya
yakni dapat membantu menjaga pergerakan sebuah komponen mesin agar
tetap stabil, dan dapat pula mengurangi setiap gesekan yang diterima dari
suatu mesin agar mengurangi kecacatan yang kemungkinan terjadi pada suatu
mesin maupun produk. (fainun, 2020)
31

Gambar 2. 27 Linear bearing


(Sumber: tokopedia.com )
2.17. Rendemen
Rendemen adalah perbandingan jumlah ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi
tumbuhan, rendemen yang dihasilkan menunjukkan nilai ekstrak yang
dihasilkan lebih atau kurang. Hasil analisis hasil menunjukkan perbedaan
yang signifikan dalam pengujian. Untuk mencari nilai hasil rendemen, dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
%Rendemen = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑥 100% (2.1)

Keterangan:
Input = Berat sekam padi sebelum dilakukan pengarangan (gr)
Output = Berat sekam arang yang dihasilkan (gr)
Perhitungan rendemen ekstrak dilakukan untuk menentukan
perbandingan jumlah ekstrak yang diperoleh dari suatu bahan terhadap awal
berat bahan simplisia serta untuk mengetahui banyaknya senyawa bioaktif
yang terkandung dalam bahan yang terekstraksi.
Perhitungan rendemen ekstrak digunakan untuk mengetahui jumlah
bahan kimia bioaktif yang terdapat dalam bahan yang diekstrak serta
perbandingan antara jumlah ekstrak yang diperoleh dari suatu bahan dengan
berat asli bahan.
2.18. Kalor
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang bisa berpindah dari benda
dengan suhu yang lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah Jika dua
benda dengan suhu yang berbeda disatukan atau bersentuhan, panas dapat
berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih
rendah. Panas akan tampak mengalir atau bergerak ketika dua benda dengan
suhu berbeda disatukan.
32

Istilah "panas" juga dapat merujuk pada energi panas yang dimiliki oleh
suatu bahan tertentu, yang pendeteksiannya membutuhkan penggunaan alat
pengukur suhu khusus untuk bahan tersebut. Ketika dua benda berinteraksi
atau bersentuhan satu sama lain, panas secara alami akan berpindah dari
benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. Akibatnya, suhu
kedua benda cenderung sama. Ketika suatu benda memiliki suhu tinggi, ia
juga memiliki kandungan panas yang tinggi. Di sisi lain, sedikit panas yang
dihasilkan ketika suhu suatu benda rendah. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa jumlah panas yang terkandung dalam suatu zat atau benda bervariasi
tergantung pada tiga faktor berbeda: massa bahan, jenisnya (panas spesifik),
dan variasi suhu. Jika massa (m) dan kalor jenis bahan (c) suatu benda adalah
tetap, maka hubungan kalor (Q) akan berbanding lurus atau sebanding dengan
kenaikan suhu (T). (Kamal.N, 2022)
Untuk mencari nilai perpindahan kalor dapat dihitung menggunakan
rumus:
Q = m.c.∆T (2.2)
Keterangan:
Q = banyak kalor yang diterima atau dilepas suatu zat benda tertentu (j)
m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c = kalor jenis zat (j/kgºC)
∆T = perubahan suhu (ºC)
2.19. Ash Content (Uji Kadar Debu)
Abu adalah residu setelah pembakaran yang tidak lagi mengandung
komponen karbon, menurut Earl (1974) dan Rahman (2009). Abu adalah zat
yang tersisa setelah memanaskan kayu hingga berat konstan. Berat bahan
anorganik dalam kayu berkorelasi terbalik dengan kadar abu.
Briket yang memiliki kadar abu tinggi mungkin berdampak negatif
pada kualitas briket. Konsentrasi abu yang tinggi dapat menyebabkan
terbentuknya kerak, menurunkan nilai kalor briket, dan membuatnya lebih
sulit untuk menyala.
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran kadar abu briket yang terbuat
dari limbah arang sekam padi dengan perekat kanji, serta pengaruh
33

penambahan perekat terhadap kualitas (kadar abu) pada briket yang


dihasilkan briket.
Untuk mencari nilai kadar abu pada briket ini dapat dihitung
menggunakan rumus yang mengikuti standar American Society For Testing
And Materials (ASTM) D-3174 yaitu:
𝑐−𝑏
Kadar abu = 𝑥 100% (2.3)
𝑎

Keterangan:
a = massa sampel
b = massa cawan kosong
c = massa cawan + abu
2.20. Kadar Air
Kadar air secara teori, adalah bagian penguapan dari air bebas yang
terkandung dalam briket akan diuapkan hingga tercapai keseimbangan kadar
air dengan udara sekitarnya.
Nilai kalor dan daya bakar briket arang dipengaruhi oleh kadar air;
semakin rendah kadar airnya, semakin besar nilai kalornya. Arang bersifat
higroskopis, atau cepat menyerap air dari udara di sekitarnya. Selain
dipengaruhi oleh luas permukaan dan pori-pori arang, sifat ini juga dapat
dipengaruhi oleh jumlah karbon terikat yang ada pada briket arang itu sendiri.
Oleh karena itu, kapasitas briket arang untuk menyerap lebih banyak air dari
udara sekitar meningkat dengan jumlah karbon yang terikat pada briket arang.
Densitas briket juga berpengaruh terhadap kadar air.
Untuk mencari nilai kadar abu pada briket ini dapat dihitung
menggunakan rumus yang mengikuti standar American Society For Testing
And Materials (ASTM) D-3174 yaitu:
𝑥−𝑦
 Kehilangan massa = 𝑥 100% (2.3)
𝑥

 Kadar air = x - y
 Kadar zat menguap = kehilangan masa (%) – kadar air (%)

Keterangan:
x = berat awal (g)
y = berat akhir (g)
34

2.21. Laju Pembakaran


Pengujian laju pembakaran adalah proses pengujian dengan cara
membakar briket untuk mengetahui lama nyala suatu bahan bakar, kemudian
menimbang massa briket yang terbakar. Lamanya waktu penyalaan dihitung
menggunakan stopwatch dan massa briket ditimbang dengan timbangan
digital (Almu dkk, 2014).
Persamaan yang digunakan untuk mengetahui laju pembakaran adalah:
Nilai densitas dapat diperoleh dengan rumus di bawah ini:
𝑚
Laju pembakaran = (2.4)
𝑡

Keterangan:
m = massa briket terbakar (massa briket awal - massa briket sisa) (gram)
t = waktu pembakaran (menit)
BAB III

METODE PELAKSANAAN
3.1. Diagram Alir Pembuatan Alat
Diagram alir proses pembuatan mesin penggiling dan pencetak bricket dari
arang sekam padi.

Gambar 3. 1 Diagram alir pembuatan alat


(Sumber:Politeknik Negeri Indramayu)

35
36

Dengan adanya diagram alir metodologi penelitian diatas, proses


pengerjaan tugas akhir dapat dikerjakan secara terjadwal, dimulai dari
identifikasi masalah, studi literatur, studi lapangan, identifikasi gambar kerja,
fabrikasi, pengujian alat, pengolahan data, dan laporan. Adapun untuk
penjelasan diagram alir adalah sebagai berikut.
3.1.1. Studi Literatur
Dalam proses studi literatur ini mengarah pada serangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan mencari , membaca, serta mengolah
data guna mendapatkan bahan penelitian yang akan diajukan.
3.1.2. Observasi
Dalam proses observasi ini memiliki kesamaan dengan proses studi
literatur yang mana dari segi pembedanya yakni dalam mencari data
penelitiannya dilakukan secara langsung pada suatu objek yang akan
dilakukannya penelitian.
3.1.3. Identifikasi Gambar
Pada identifikasi gambar bisa dikelompokkan dari setiap
komponen-komponen utama seperti:
1. Pengaduk adonan briket
2. Pencetak briket
3. Rangka mesin

3.1.4. Fabrikasi
Proses fabrikasi adalah suatu rangkaian pekerjaan dari beberapa
komponen material yang akan digabungkan menjadi satu bagian
dengan pelaksanaan secara bertahap menjadi suatu bentuk sehingga
dapat dipasang menjadi sebuah bentuk alat pengaduk dan pencetak
briket hingga selesai, proses fabrikasi dilaksanakan di halaman rumah
Prasastio yang beralamat di Jl. Komperta mundu RT 01 RW 01 Blok.
H. Bukhori Desa dukuh jeruk kecamatan karangampel kabupaten
indramayu. Yang dilaksanakan dari tanggal 12 April sampai dengan 4
Mei 2023 dan dilanjut di bengkel Politeknik Negeri Indramayu dari
tanggal 5 Mei sampai dengan 20 Juli 2023. Peralatan yang digunakan
untuk proses fabrikasi di antaranya adalah sebagai berikut:
37

1. Mesin las,
2. Mesin bubut,
3. Mesin horizontal band saw
4. Mesin gerinda potong
5. Mesin gerinda tangan
6. Mesin bor duduk
7. Mesin bor tangan
8. Mesin bending otomatis dan pipa
9. Mesin gunting plat otomatis

Setelah alat-alat telah tersedia langkah selanjutnya adalah


mempersiapkan bahan yaitu besi siku, plat, poros. Dalam proses
fabrikasi terdiri dari beberapa tahapan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Persiapan Bahan
Tahap kedua setelah melakukan fiksasi gambar kerja yakni
mempersiapkan alat dan bahan pembuatan mesin penggiling
dan pengaduk briket.
Berikut merupakan material yang digunakan untuk pembuatan
alat pengaduk dan pencetak briket:
 Besi siku A36 40mm x 40mm dengan tebal 2mm, besi
siku ini sangat cocok digunakan untuk membuat rangka
karena karakteristik besinya sendiri tergolong kaku dan
kuat, besi siku juga sangat mudah didapatkan di toko
besi sehingga sangat efisien dalam segi pencarian
materialnya dan dari segi pembuatan alatnya.
 Plat besi ASTM A36 ketebalan 0,8mm dengan ukuran
1500mm x 780mm plat ini cocok baik pada bagian
cover rangka maupun cover pelindung gear penggerak
yang mana akan di baut ataupun rupping sehingga
menjadi kuat dan kaku yang mana bertugas untuk
38

melindungi bagian gear supaya tidak terjadinya


kecelakaan.
 Plat besi ASTM A36 ketebalan 1,5mm dengan ukuran
1500mm x 500 mm pemilihan plat ini sangat cocok
untuk bagian kerangka pengaduk maupun pada bagian
hopper pengaduk dan pencetak dikarenakan pada
ketebalan 0,8 dinilai kurang cukup untuk menopang
bagian-bagian tersebut pada jangka yang panjang.
 Plat besi ASTM A36 ketebalan 5mm dengan ukuran
340mm x 740 mm, plat besi ini cocok digunakan pada
bagian rangka penopang bearing duduk tipe ucf 205
pada bagian pengaduk briket selain itu plat ini
digunakan pada tuas engkol pada bagian penggerak
bagian pendorong pada pencetak briket.
 Plat besi ASTM A36 ketebalan 10mm dengan ukuran
296mm x 120mm, plat besi ini cocok digunakan pada
bagian alas penopang bagian pendorong di komponen
pencetak briket yang mana pada plat ini akan dipasang
2 buah linear bearing pada bagian yang sudah
dirancang.
 Plat besi ASTM A36 dengan bentuk lingkaran yang
berdiameter 200mm dan 138mm dengan ketebalan
5mm, plat ini digunakan untuk bagian penggerak tuas
engkol dari putaran gear yang akan dirakit, selain itu
besi jenis bundar ini akan dijadikan sebagai “hub” atau
penghubung gear yang akan dilakukan perakitan nanti.
 Besi pipa dengan ukuran diameter 110mm dan panjang
240mm, bahan ini akan digunakan pada bagian rangka
pencetak briket yang mana dibutuhkannya tingkat
kepresisian yang sangat tinggi.
 Besi poros jenis ST 41 dengan ukuran diameter 25mm
dan panjang 826mm pemilihan poros ini sangat cocok
39

dikarenakan sifat keseimbangan yang baik antara


kekerasan, kekuatan dan elastisitas.
 Besi as jenis stainles steel SS304 dengan ukuran
diameter 25mm dan panjang keseluruhan yakni
660mm, pemilihan poros ini digunakan pada bagian rel
atau landasan dari linear bearing dengan sifatnya yang
tidak mudah karat.
 Linear bearing tipe LM 25 UU dengan ukuran diameter
25mm, bahan ini digunakan pada bagian pendorong
yang akan diletakkan pada plat dengan tebal 10mm
yang akan diletakkan sejajar dengan poros stainless
steel SS304.
2) Marking
Setelah dikumpulkannya bahan bahan dalam pembuatan mesin
pengaduk dan pencetak briket maka langkah selanjutnya yakni
pemberian tanda atau marking proses ini dilakukan pada bahan
yang akan di potong dengan acuan gambar desain yang sudah
disediakan. Pada proses ini menggunakan alat bantu yakni
penggores, penitik, spidol atau kapur, bevel dan busur derajat,
dan mistar baja.
3) Cutting
Setelah dilakukan proses marking tahap selanjutnya yakni
cutting atau proses pemotongan yang akan dilakukan
menggunakan mesin bantu seperti mesin gunting plat, mesin
horizontal band saw, gerinda potong dan gerinda tangan.
4) Kerja Plat
Setelah dilakukan proses cutting, tahap selanjutnya yakni proses
kerja plat yang mana pada proses ini yaitu membuat komponen
komponen yang diantaranya pembuatan rangka hopper bagian
pengaduk dan pencetak briket menggunakan bantuan mesin
bending plat manual, dan mesin bending pipa.
5) Pengelasan
40

Setelah dilakukannya proses kerja plat, tahap selanjutnya yakni


proses pengelasan yang mana menggunakan las SMAW jenis
Lakoni menggunakan elektroda tipe AWS E 6013 RD260
dengan diameter 2,6mm, untuk ketebalan besi plat ketebalan
1,2mm menggunakan tegangan 30 ampere pada mesin las,
sedangkan pada rangka menggunakan elektroda tipe AWS E
6013 RD260 dengan diameter 3,2mm yang mana menggunakan
tegangan 70-80 ampere. Komponen-komponen yang di lakukan
proses pengelasan yaitu Hopper pengaduk dan pencetak briket,
rangka pengaduk, komponen pendorong atau pengepres, dan
rangka.
3.1.5. Perakitan dan Pengujian Pergerakan Mesin
Perakitan merupakan proses setelah dilakukannya kerja fabrikasi
dimana seluruh komponen dilakukan penggerindaan dan penghalusan
menggunakan mesin gerinda dengan tipe mata gerinda batu dan amplas
kemudian masuk ke proses pendempulan pada bagian las yang terlihat
kurang rapih yang selanjutnya akan digerinda menggunakan gerinda
poles.
3.1.6. Finishing
Finishing merupakan proses setelah melakukan perakitan dan
pengujian pergerakan mesin yang dimana pada tahap ini dilakukannya
proses pengecatan pada seluruh komponen yang mana dilakukan untuk
memperindah komponen sekaligus menjaga komponen dari korosi
dalam jangka waktu yang panjang.
3.1.7. Pengujian Alat dan Rancangan Eksperimen
Pengujian alat adalah pengujian dari hasil yang dikeluarkan alat,
pengujian ini melibatkan 2 kategori, yaitu pengujian kinerja mesin
pengaduk dan pencetak briket dan pengujian hasil produk briket pada
mesin pengaduk dan pencetak briket sekam padi dengan metode press
berbasis engkol. Sebelum melakukan pengujian yang perlu disiapkan
adalah rancangan eksperimen yaitu adalah proses sebuah rancangan
sebelum ke proses pengujian bisa dilihat pada tabel 3.1.
41

Tabel 3. 1 Rancangan eksperimen


Hasil Pengujian Ket.
Nama Yang Jenis Dokumen
NO.
Diuji Pengujian Komposisi Komposisi Komposisi
1 : 16% 1 : 18 1 : 20%
Putaran
Motor
1. Listrik
Tanpa
Beban
Putaran
Motor
Listrik +
Pulley + V
2. belt +
Reducer +
Rantai (
Bagian
Pengaduk )
Putaran
Motor
Listrik +
Pulley + V
belt +
3. Motor Listrik
Reducer +
Rantai +
Rantai (
Bagian
Pencetak )
Putaran
Motor
Listrik
Keseluruhan
Bagian
4.
Pengaduk
dan
Pencetak (
Tanpa
Beban )
Putaran
Motor
5.
Listrik
Keseluruhan
42

Bagian
Pengaduk
dan
Pencetak (
Dengan
Beban
Produk Uji )

Waktu Dari
Awal
6.
Sampai
Kerja Mesin Akhir
Jumlah
7. Yang
Dihasilkan

Kapasitas
Kapasitas
8. Maksimal
Mesin
Mesin

9. Sampel 1
Pengujian
10. Sampel 2
Rendemen
11. Sampel 3

12.
13. Sampel 1
14.
15.
16. Pengujian Sampel 2
17. Kadar Air
18.
19. Sampel 3
20.
21. Rata-Rata

22.
23. Sampel 1
24.
25. Pengujian
26. Kadar Debu ( Sampel 2
27. Ash Content
28. )
29. Sampel 3
30.
31. Rata-Rata

31. Sampel 1
43

32.
33.
34.
35. Sampel 2
Pengujian
36.
Nilai Kalor
37.
38. Sampel 3
39.
40. Rata-Rata

41. Sampel 1
42. Uji Nyala Sampel 2
43. Api Sampel 3
Rata-rata

44. Sampel 1
45. Sampel 2
Drop Test
46. Sampel 3
Rata-rata

3.1.8. Pengolahan Data


Pengolahan data adalah pengumpulan data-data dari hasil
pengujian alat yang akan berguna sebagai data dari pembuatan laporan.
3.1.9. Laporan
Pembuatan laporan menggunakan data-data dari pengumpulan data
yang di rangkum secara tersusun.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Identifikasi Gambar
Gambar kerja berfungsi sebagai media komunikasi antara bagian
perancangan dan bagian pembuatan. Gambar kerja berbentuk 2D seperti pada
gambar 4.1 adalah gambar 2D bagian pengaduk briket dan 4.2 adalah gambar
2D bagian pencetak briket. Selanjutnya pada gambar 4.3 adalah gambar
pandangan isometri mesin pengaduk dan pencetak briket.

Gambar 4. 1 Desain 2D bagian pengaduk Gambar 4. 2 Desain 2D bagian pencetak

44
45

Gambar 4. 3 Pandangan isometri mesin pengaduk dan pencetak briket

Bagian rangka pengaduk digunakan untuk tempat pengaduk atau


pencampuran dari arang sekam padi yang sudah menjadi bubuk dengan tepung
tapioka dan air yang sudah direbus. Bagian kerangka pengaduk adonan briket
ini dibuat segi empat yang memanjang dengan dimensi 300mm x 300mm x
400mm. Berikut adalah bagian kerangka pengaduk adonan briket yang dapat
dilihat pada gambar 4.4

Gambar 4. 4 Rangka pengaduk adonan briket

Bagian part- part yang ada di pengaduk adonan briket dapat dilihat pada
Tabel 4. 1 Bagian-bagian part pengaduk
No. Nama komponen
1. Bagian rangka
2. Bagian pengaduk
46

3. Bagian hopper
4. Bagian dudukan poros dan bearing

Bagian rangka pencetak adonan briket digunakan untuk tempat


penyaluran adonan briket yang sudah di aduk yang mana akan di cetak
menggunakan bantuan dari part bagian pendorong yang mana mendapatkan
putaran dari gear yang sudah di salurkan tenaga gerak dari motor listrik, bagian
ini memiliki 2 buah komponen yakni wadah adonan briket dan komponen
pendorong. Pada bagian wadah adonan briket memiliki dimensi yakni
diameter 110mm dengan panjang 371mm yang memiliki output berdiameter
40mm, lalu pada bagian pendorong memiliki dimensi yakni 106mm dengan
panjang 327mm. Berikut adalah bagian kerangka pencetak briket yang dapat
dilihat pada gambar 4.5

Gambar 4. 5 Rangka pencetak briket


Bagian alat pencetak briket dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4. 2 Bagian alat pencetak briket
No. Nama komponen
1. Bagian rangka wadah pencetak
2. Bagian hopper pencetak
3. Bagian pendorong

4.2. Proses Pembuatan Alat


Proses pembuatan alat pengaduk dan pencetak briket ini ada beberapa
tahapan pengerjaan yang diantaranya adalah persiapan sketsa gambar, alat dan
bahan, fabrikasi, finishing, perakitan, dan pengujian.
47

4.2.1. Persiapan Alat dan Bahan


Untuk alat dan bahan yang digunakan pada proses pembuatan
mesin pengaduk dan pencetak briket dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Alat dan bahan pembuatan
No. Bahan Volume Satuan Dimensi
1. Besi siku 2 batang 40cm x 40cm x 4cm x 9m
2. Besi plat 1 lembar 1,5m x 780mm x 0,8mm
3. Besi plat 1 lembar 1,5m x 500mm x 1,5mm
4. Besi plat 1 lembar 340mm x 740mm x 5mm
5. Besi plat 1 lembar 296mm x 120mm x 10mm
6. Plat lingkaran 2 pcs Ø200mm x 5mm
7. Plat lingkaran 2 pcs Ø138mm x 5mm
8. Poros st41 1 batang Ø25mm x 826mm
9. Poros stainles steel ss304 2 batang Ø25mm x 330mm
10. Besi pipa 1 meter Ø110mm x 240mm
11. Besi pipa 1 meter Ø4mm x 336mm
12. Besi behel 1 meter Ø10mm x 1500mm
13. Motor listrik 1 fasa 1 pcs -
14. Reducer 1 pcs -
15. Pillow block bearing ucp205 2 pcs -
16. Pillow block bearing ucf205 2 pcs -
17. Linear bearing LM 25 UU 2 pcs -
18. Karet seal 1 lembar 500mm x 100mm x 1mm
19. Cat besi 3 kaleng -
20. Thiner 3 kaleng -
21. Mata gerinda potong 1 box -
22. Mata gerinda batu 5 pcs -
23. Mata gerinda amplas 5 pcs -
24. Elektroda 1 box E6013 Ø2.0mm
25. Baut dan mur 4 pcs M8
26. Baut dan mur 14 pcs M10
48

27. Baut dan mur 16 pcs M12


28. Baut dan mur 4 pcs M20
29. Baut rupping 1 kg M8

4.2.2. Pembuatan Mesin Pengaduk Adonan Briket


Sebelum masuk ke langkah-langkah membuat pengaduk adonan
briket, kita harus mengetahui apa itu pengaduk. Pada proses kali ini kita
akan membuat sebuah mesin berupa mixer atau pengaduk yang
digunakan untuk mencampur bahan baku agar semua bahan tercampur
membentuk adonan. Bahan yang akan diaduk menggunakan pengaduk
ini adalah arang sekam dan campuran perekat berupa tepung tapioka
dan air. Dalam pembuatan pengaduk ini ditenagai oleh motor satu fasa
yang digabungkan dengan peredam kecepatan/gerbox untuk
mempermudah pencampuran dan menghasilkan hasil yang lebih
konsisten.
Langkah-langkah dalam pembuatan pengaduk adonan briket ini
diantaranya sebagai berikut:
a) Analisa gambar kerja pada komponen pengaduk adonan briket
Pada langkah pertama yang akan dilakukan adalah menganalisa
gambar kerja untuk komponen pengaduk adonan briket.
b) Persiapan Alat dan Bahan
Langkah selanjutnya setelah menganalisis gambar kerja yaitu
mempersiapkan alat bantu dan bahan yang diperlukan. Alat dan
bahan dapat dilihat pada tabel 4.4. dan 4.6
Tabel 4. 4 Daftar bahan pembuatan pengaduk adonan briket
No. Nama Bahan Ukuran Jumlah
1. Besi plat 860mm x 500mm x 1.5mm 1
2. Besi plat 300mm x 300mm x 5mm 2
3. Besi Poros Ø25mm x 530mm 1
4. Besi behel Ø10mm x 1400mm 1
5. Baut M10 4
6. Karet seal 500mm x 100mm 1
49

Tabel 4. 5 Daftar alat pembuatan pengaduk adonan briket


No. Nama Alat
1. Mesin Las
2. Mesin bor duduk
3. Mesin bor tangan
4. Mesin gunting plat manual
5. Mesin bending plat manual
6. Mesin gerinda tangan
7. Mesin horizontal band saw
8. Mesin bubut

c) Pembuatan
 Tahap pertama siapkan bahan yaitu besi plat dengan ukuran
tebal 1,5mm dengan panjang mengikuti dengan sketsa gambar
teknik yang sudah disiapkan oleh bagian perancangan, serta
siapkan pula besi plat dengan ukuran tebal 5mm, lebar 300mm
dan panjang 605mm, dan juga besi poros st41 dengan diameter
25mm panjang 530mm. Lalu lakukan proses
marking/penandaan menggunakan alat bantu dengan acuan
penandaan mengikuti gambar desain. Proses ini dapat dilihat
pada gambar 4.6.

Gambar 4. 6 Proses Marking

 Kemudian setelah dilakukannya penandaan terhadap bahan


yang akan dilakukan pengerjaan maka kemudian dilakukan
50

pemotongan dengan ukuran yang sudah ditandai


menggunakan mesin bantu yakni mesin gerinda tangan, mesin
gunting plat manual dan mesin horizontal bandsaw. Pada
bagian ini dilakukan pada seluruh bahan yang akan diproses
termasuk besi behel dengan ukuran diameter 10mm yang akan
dijadikan penopang mata pengaduk. Proses ini dapat dilihat
pada gambar 4.7.

Gambar 4. 7 Proses pemotongan

 Setelah dilakukannya proses pemotongan langkah selanjutnya


yakni pembendingan komponen-komponen yang akan di
proses menggunakan mesin bending manual. Langkah
pembendingan ini dilakukan pada bagian hopper mesin
pengaduk briket dan bagian rangka mesin pengaduk briket.
Proses ini dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4. 8 Proses pembendingan


51

 Setelah proses pemotongan, langkah selanjutnya yakni proses


pengeboran pada bagian bagian yang akan di bor seperti pada
bagian besi penopang pillow block bearing dan pada bagian
plat rangka pengaduk sesuai dengan gambar desain. Proses ini
dapat dilihat pada gambar 4.9.

Gambar 4. 9 Proses pengeboran

 Langkah selanjutnya yakni proses pengelasan mata pengaduk


yang akan di las pada poros ASTM A36 berdiameter 25mm
dengan acuan pengelasan yang sesuai dengan gambar desain.
Proses ini dapat dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4. 10 Proses pengelasan mata pengaduk

 Setelah semua proses dilakukan maka langkah selanjutnya


yakni mengelas dan merakit semua komponen yang terkait
pada bagian pengaduk adonan briket. Proses ini dapat dilihat
pada gambar 4.11.
52

Gambar 4. 11 Proses pengelasan

4.2.3. Pembuatan Mesin Pencetak Briket


Sebelum masuk ke langkah-langkah membuat pencetak adonan
briket, kita harus mengetahui apa itu pencetak adonan dan sistem pada
pencetak adonan. Pada proses kali ini kita akan membuat sebuah mesin
berupa pencetak adonan briket yang mana menggunakan prinsip kerja
penekanan atau pengepresan dari sistem pendorong yang akan
digerakkan melalui bantuan batang engkol yang akan ditenagai
menggunakan motor satu fasa yang digabungkan dengan peredam
kecepatan/gerbox dengan bantuan penghubung yakni sprocket dan
rantai. Bahan yang akan dicetak menggunakan pencetak adonan dengan
metode engkol ini adalah arang sekam yang sudah dicampur
menggunakan perekat berupa tepung tapioka dan air dengan
perbandingan yang sudah ditentukan.
Langkah-langkah dalam pembuatan pencetak adonan briket ini
diantaranya sebagai berikut:
a) Analisa gambar kerja pada komponen pencetak adonan briket
Pada langkah pertama yang akan dilakukan adalah menganalisa
gambar kerja untuk komponen pencetak adonan briket.
b) Persiapan Alat dan Bahan
Langkah selanjutnya setelah menganalisis gambar kerja yaitu
mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan pada saat
pengerjaan. Alat dan bahan dapat dilihat pada tabel 4.7 dan 4.8.
53

Tabel 4. 6 Daftar bahan pembuatan pencetak adonan


No. Nama Bahan Ukuran Jumlah
1. Besi plat 640mm x 500mm x 1.5mm 1
2. Besi plat 340mm x 740mm x 5mm 1
3. Besi plat 296mm x 120mm x 10mm 1
4. Besi plat bundar Ø250mm x 5mm 2
5. Besi plat bundar Ø138mm x 5mm 2
6. Besi pipa Ø110mm x 240mm 1
7. Besi pipa Ø4mm x 336mm 1
8. Besi Poros 1
Ø25mm x mm
SS304
9. Linear bearing Ø25mm x mm 2
10. Baut M8 4
11. Baut M10 4

Tabel 4. 7 Daftar alat pembuatan pencetak adonan


No. Nama Alat
1. Mesin Las
2. Mesin bor duduk
3. Mesin bor tangan
4. Mesin gunting plat manual
5. Mesin bending plat manual
6. Mesin bending pipa
7. Mesin gerinda tangan
8. Mesin horizontal band saw
9. Mesin bubut

c) Pembuatan
Pada pembuatan mesin pencetak adonan briket memiliki 2
buah komponen utama yakni komponen wadah adonan briket dan
komponen pendorong adonan briket yang akan dipaparkan sebagai
berikut.
54

 Tahap pertama siapkan bahan-bahan utama seperti pada tabel


4.7 . Lalu lakukan proses marking/penandaan menggunakan
alat bantu dengan acuan penandaan mengikuti gambar desain.
 Kemudian setelah dilakukannya penandaan terhadap bahan
yang akan dilakukan pengerjaan maka kemudian dilakukan
pemotongan dengan ukuran yang sudah ditandai
menggunakan mesin bantu yakni mesin gerinda tangan, mesin
gunting plat manual dan mesin horizontal bandsaw. Proses ini
dapat dilihat pada gambar 4.12.

Gambar 4. 12 Proses pemotongan menggunakan gerinda

 Setelah dilakukannya proses pemotongan, langkah selanjutnya


yakni pembendingan komponen-komponen yang akan di
proses menggunakan mesin bending manual dan mesin
bending pipa. Langkah pembendingan ini dilakukan pada
bagian hopper mesin pencetak briket dan bagian plat roll yang
akan digunakan sebagai media pendorong. Proses ini dapat
dilihat pada gambar 4.13.

Gambar 4. 13 Proses pembendingan menggunakan bending roll


55

 Setelah proses pemotongan, langkah selanjutnya yakni proses


pengeboran pada bagian bagian yang akan di bor seperti pada
bagian besi plat bundar, besi engkol, dan besi penopang linear
bearing sesuai dengan gambar desain. Proses ini dapat dilihat
pada gambar 4.14.

Gambar 4. 14 Proses pengeboran

 Langkah selanjutnya yakni proses pengelasan bagian hopper


pencetak briket, dan pengelasan cone pencetak briket dengan
acuan pengelasan yang sesuai dengan gambar desain. Proses
ini dapat dilihat pada gambar 4.15.

Gambar 4. 15 Proses pengelasan hopper

 Setelah semua proses dilakukan maka langkah selanjutnya


yakni mengelas dan merakit semua komponen yang terkait
pada bagian pencetak adonan briket. Proses ini dapat dilihat
pada gambar 4.16.
56

Gambar 4. 16 Proses pengelasan

4.2.4. Pembuatan Rangka Mesin Pengaduk dan Pencetak Briket


Langkah-langkah dalam pembuatan rangka mesin pengaduk dan
pencetak adonan briket ini diantaranya sebagai berikut:
a) Analisa gambar kerja pada komponen pengaduk adonan briket
Pada langkah pertama yang akan dilakukan adalah menganalisa
gambar kerja untuk komponen kerangka pengaduk dan pencetak
briket.
b) Persiapan Alat dan Bahan
Langkah selanjutnya setelah menganalisis gambar kerja yaitu
mempersiapkan alat bantu dan bahan yang diperlukan. Alat dan
bahan dapat dilihat pada tabel 4.9. dan 4.10.
Tabel 4. 8 Daftar bahan pembuatan rangka mesin
No. Nama Bahan Ukuran Jumlah
1. Besi siku 1045mm 4
2. Besi siku 390mm 4
3. Besi siku 350mm 4
4. Besi siku 183mm 2
5. Besi siku 144mm 1
6. Besi siku 272mm 4
7. Besi siku 300mm 2
8. Besi siku 435mm 6
9. Besi siku 220mm 3
10. Besi plat 1,5m x 780mm x 0,8mm 1
57

Tabel 4. 9 Daftar alat pembuatan rangka


No. Nama Alat
1. Mesin Las
2. Mesin gerinda potong
3. Mesin gerinda tangan
4. Waterpass
5. Penggaris siku
6. Magnet siku
7. Meteran

c) Pembuatan
 Tahap pertama yaitu siapkan besi siku dengan panjang
kurang lebih 9 meter, kemudian lakukan pemotongan
menggunakan mesin gerinda potong dengan dimensi
potongan seperti pada tabel 4.17.

Gambar 4. 17 Proses pemotongan besi siku

 Setelah semua bahan dipotong sesuai dengan ukuran


desain, tahap selanjutnya adalah proses pengelasan
menggunakan mesin las jenis SMAW dengan elektroda
jenis E6013 Ø2.0mm , lakukan pengelasan besi siku sesuai
dengan gambar kerja yang dibuat. Pada tahapan ini
dilakukan menggunakan bantuan mistar penyiku, magnet
siku dan waterpas sebagai media pembantu dalam
58

pengelasan. Berikut gambar proses pengelasan dan alat


bantu yang dapat dilihat pada gambar 4.18.

Gambar 4. 18 Proses pengelasan rangka

4.2.5. Perakitan dan Pengujian Pergerakan Mesin


 Pada proses ini semua part dirapihkan dari sisa pengelasan,
kemudian apabila ada hasil pengelasan yang menumpuk lakukanlah
penggerindaan menggunakan mesin gerinda tangan agar hasil
pengelasan terlihat rapih. Proses ini dapat dilihat pada gambar 4.19.

Gambar 4. 19 Proses penggerindaan dan pengamplasan

 Jika semua part sudah di rapihkan dari sisa pengelasan kemudian


lakukan pengamplasan di bagian komponen pengaduk adonan,
komponen pencetak briket, dan kerangka mesin menggunakan
bantuan mata gerinda amplas.
 Setelah melakukan pengamplasan pada semua part langkah
selanjutnya yaitu melakukan perakitan semua part dari mulai
komponen pengaduk adonan briket, komponen pencetak briket dan
komponen penggerak lainnya. Pada proses perakitan ini sambungan
antara part menggunakan baut M8, M10, dan M12.
59

 Setelah melakukan perakitan semua komponen langkah selanjutnya


yaitu menguji pergerakan mesin pengaduk dan pencetak briket tanpa
adanya beban. Proses ini dilakukan untuk melihat apakah ada
masalah perihal pergerakan dari mesin pengaduk dan pencetak
briket.

4.2.6. Tahapan Penggunaan Mesin Pengaduk dan Pencetak Briket


 Langkah pertama sebelum dilakukannya pekerjaan pastikan mesin
dalam keadaan bersih , dan siapkan pula bahan bahan yang akan
diperlukan seperti tepung tapioka yang sudah dimasak menggunakan
air dengan takaran yang sesuai dengan arang sekam padi.
 Setelah semua bahan sudah disiapkan colokkan saklar mesin dan
tekan tombol on pada mesin.
 Setelah mesin menyala masukan arang sekam padi yang akan
diproses pada komponen bagian pengaduk briket.
 Setelah arang sekam padi dimasukan kedalam mesin pengaduk
langkah selanjutnya yakni memasukkan lem yang terbuat dari
campuran tepung tapioka dan air yang sudah dibuat sebelumnya.
 Tunggu hingga adonan teraduk merata kurang lebih 10 menit.
 Setelah adonan teraduk merata tarik tuas secara perlahan untuk
membuka penutup adonan yang ada di bagian bawah mesin
pengaduk.
 Langkah selanjutnya yaitu cek pada bagian output pencetak briket
dan potong briket yang sudah tercetak menggunakan bantuan alat
potong yang disediakan.
 Setelah semua proses selesai matikan masin dengan cara menekan
tombol off dan bersihkan mesin dengan cara menyemprotkan air ke
dalam bagian wadah pengaduk dan pencetak briket.

4.3. Finishing
 Pada proses ini semua part dibongkar kembali untuk dilakukannya
pengecatan pada bagian rangka mesin, rangka pengaduk adonan briket dan
rangka pencetak briket.
60

 Jika semua part sudah dibongkar langkah selanjutnya yakni melakukan


proses pengamplasan pada semua komponen menggunakan amplas halus.
 Setelah melakukan pengamplasan pada semua part langkah selanjutnya
yaitu melakukan pengecatan menggunakan bantuan mesin spray gun
dengan cat besi dengan 3 tipe warna berbeda yakni kuning, hijau dan
hitam. Dan setelah dilakukannya pengecatan selanjutnya lakukan
pengeringan selama 1 malam. Proses pengecatan dapat dilihat pada
gambar 4.20.

Gambar 4. 20 Proses pengecatan

 Setelah melakukan pengecatan pada semua komponen langkah selanjutnya


yakni perakitan kembali pada semua komponen yang akan dilakukan
proses pengujian.

4.4. Pengujian Kinerja Alat


Pada pengujian mesin pengaduk dan pencetak briket ini memiliki
beberapa aspek seperti pada tabel 3.1 yang akan dipaparkan berikut ini.
4.4.1. Pengujian Putaran Mesin
Pengujian putaran mesin dilakukan dengan cara mengukur putaran
gerak mesin dengan acuan pengujian yang ada pada tabel 3.1 dengan
bantuan alat tachometer bisa dilihat pada gambar 4.21.
61

Gambar 4. 21 Tachometer

Pengujian putaran mesin dilakukan dengan cara mengukur


kecepatan putaran dari setiap poros yang berputar atau dihubungkan
oleh motor listrik . Seperti pada kolom tabel 4.10
Tabel 4. 10 Pengujian Putaran Mesin
No. Nama Bagian Nilai RPM perhitungan Nilai Aktual
1. Putaran daya motor 2800 2800
2. Output reducer 186,6 191,5
3. Input reducer 1866,6 1991,5
4. Poros pengaduk 50 54,8
5. Poros penghubung 50 54,8
6. Poros pencetak 16 17,4

4.5. Pengujian Produk


Pada pengujian produk mesin pengaduk dan pencetak briket ini memiliki
beberapa aspek dan juga patokan dalam hasil pengujian nya yang dapat dilihat
pada tabel 4.14.
Tabel 4. 11 Kualitas Briket Arang Sekam Padi Menurut Beberapa Negara
Standar Mutu
Sifat
Jepang Inggris USA SNI
Kadar Air (%) 6 s/d 8 3,6 6,2 <8
Kadar Abu (%) 3 s/d 6 5,9 8,3 <8
Kadar Zat Terbang (%) 15 s/d 30 16,4 19 – 24 < 15
62

Kadar Karbon Terikat


60 s/d 80 75,3 60 > 77
(%)
Kerapatan (gr/cm3) 1 - 1,2 0,46 1 > 0,44
Kuat Tekan (kg/cm2) 60-65 12,7 62 50
Nilai Kalor (kcal/gr) 6000 s/d
7300 65 00 > 500 0
7000

Selain dari standar kualitas briket yang dihasilkan pada kali ini kami
menguji pada 3 buah variasi yakni 1:16%, 1:18%, dan 1:20% yang mana semua
adonan akan diaduk menggunakan mesin pengaduk adonan yang sudah dibuat
dan akan di cetak pada pencetak yang mana dengan jumlah yang dihasilkan
yakni ± 6kg dalam waktu pengerjaan yakni ± 10 menit dengan tahapan pada
pengadukan yaitu dengan pengerjaan ± 7 menit dan pada tahapan pencetakan
yaitu ± 3 menit. Berikut beberapa hasil-hasil uji pada produk briket dari mesin
pengaduk dan pencetak briket sekam padi dengan metode press berbasis
engkol sebagai berikut:
4.5.1. Pengujian Rendemen
Pengujian ini dilakukan pada gabah atau sekam padi yang akan
dilakukan pembakaran menggunakan cara disangrai pada api yang
panas menggunakan bantuan dari wajan dalam proses
penyangraiannya. Berikut merupakan dokumnetasi proses rendemen
arang sekam padi yang dibuat pada gambar 4.22.

Gambar 4. 22 Proses uji rendemen

Pada pengujian rendemen ini menggunakan 3 sampel yang akan di


sangrai dengan setiap sampel memiliki berat awal yakni 5 kg dengan
hasil rendemen sebagai berikut:
63

𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
 Sampel 1 %Rendemen = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑥 100% (2.1)

5000 (𝑔)
= 2347 (𝑔) 𝑥 100%

= 2,13 x 100%
= 21,3%
Jadi, menurut hasil yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
penyangraian didapati hasil 21,3%yang mana hasil ini sedikit kurang
baik
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
 Sampel 2 %Rendemen = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑥 100% (2.1)

5000 (𝑔)
= 𝑥 100%
2046(𝑔)

= 2,44 x 100%
= 24,4%
Jadi, menurut hasil yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
penyangraian didapati hasil 24,4%yang mana hasil ini sudah termasuk
baik
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
 Sampel 3 %Rendemen = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑥 100% (2.1)

5000 (𝑔)
= 2125 (𝑔) 𝑥 100%

= 2,35 x 100%
= 23,5%
Jadi, menurut hasil yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
penyangraian didapati hasil sebesar 23,5%yang mana hasil ini sudah
termasuk baik
Berikut hasil rendemen ke-empat sampel dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4. 12 Rendemen Arang Sekam Padi
No. Berat awal Berat akhir Hasil
1. 5000 gram 2347 21,3%
2. 5000 gram 2046 24,4%
3. 5000 gram 2125 23,5%
64

4.5.2. Proses Pembuatan Briket Sekam Padi


Briket sekam padi ini dibuat dengan mencampurkan arang sekam
padi dengan perekat yang terbuat dari kanji. Briket dibuat dengan 3
variasi campuran yaitu 1:16%, 1:18%, dan 1:20% dengan komposisi
arang sekam : tepung kanji kering. Adapun pembuatan perekat kanji
digunakan campuran 1:16 dengan komposisi air : tepung kanji kering
yang selanjutnya akan dimasak dengan air mendidih. Perekat kanji
kemudian dimasak menggunakan komposisi air hingga mengental
kemudian dicampurkan kedalam arang sekam padi dan akan diaduk
hingga merata pada mesin pengaduk. Hasil adukan kemudian dicetak
menggunakan mesin pencetak briket yang kemudian akan dikeringkan
selama ± 2 hari. Berikut merupakan dokumentasi proses pembuatan
briket arang sekam padi pada gambar 4.23.

Gambar 4. 23 Proses pembuatan biriket dari arang sekam

Perhitungan perbandingan antara lain:


Diketahui : Berat Sekam : 5kg = 5000 gram
Variasi 1:16%, 1:18% dan 1:20%
Ditanyakan : a. Tepung tapioka
b. Perekat kanji
Dijawab : a. Tepung = Berat sekam x Variasi 16%
= 5000(g) x 0,16(g)
= 800 g
b. Perekat kanji = Tepung x 16
= 800 x 16
= 12,8 liter
4.5.3. Pengujian Nilai Kalor
Pengujian nilai kalor dilakukan pada ketiga sampel yakni pada
sampel 1:16%, 1:18% dan 1:20% dengan cara membakar sampel
65

produk briket yang sudah kering lalu akan dijadikan media pemanas
dari panci yang akan di isi air ke dalamnya, untuk mengambil hasil nilai
kalor ini membutuhkan alat yakni infrared thermogun sebagai media
pengecekan hasil suhu panas yang akan dihasilkan dari mendidihnya air
yang diuji menggunakan briket. Berikut merupakan dokumentasi
proses pengujian nilai kalor briket arang sekam padi pada gambar 4.24.

Gambar 4. 24 Dokumentasi uji nilai kalor

Pada proses pengujian nilai kalor memiliki langkah-langkah yang


diantaranya sebagai berikut:
1) Siapkan alat-alat yang akan dibutuhkan dalam pengujian
nilai kalor seperti panci, saringan, kompor, infrared
thermogun, dan briket
2) Setelah alat-alat diatas siap langkah selanjutnya yakni
siapkan tempat atau pawon untuk melakukan proses
perebusan air dengan media briket sebagai pemanas.
3) Setelah tempat atau pawon dibuat lakukan proses
pembakaran briket yang akan diuji dengan bantuan kompor
dan saringan hingga briket memiliki bara yang cukup untuk
bisa memanaskan air.
4) Setelah briket mempunyai bara maka taruh seluruh briket
yang sudah dibakar kedalam pawon yang sudah disiapkan.
5) Setelah briket dimasukkan ke pawon atau tempat pengujian
langkah selanjutnya yakni menaruh panci yang sudah di isi
air kedalam pawon.
6) Hitung suhu menit awal dan suhu pada menit akhir, hasil
didihan yang didapat dari proses pemanasan dengan
66

bantuan infrared thermogun didapati hingga bara yang ada


di briket padam atau mati.

Berikut merupakan gambar cara pengambilan data uji nilai kalor


dapat dilihat pada gambar 4.25 dan hasil ukur suhu dapat dilihat pada
tabel 4.13.

Gambar 4. 25 Metode pengambilan data nilai kalor

Tabel 4. 13 Hasil suhu pengujian nilai kalor

Suhu per menit


Variasi
1 2 3 4 5 6

1:16% 31,3 ºC 40,1 ºC 47,9 ºC 51,7 ºC 45,4 ºC 36,3 ºC

1:18% 31,3 ºC 42,4 ºC 51,4 ºC 58,4 ºC 46,8 ºC 39,2 ºC

1:20% 31,3 ºC 44,7 ºC 50,4 ºC 58,1 ºC 64,2 ºC 57,7 ºC


67

Berikut merupakan data kenaikan suhu per-menit dapat dilihat


pada gambar 4.26.

70
Pengujian Kadar Abu
Hasil pengujian suhu
60
5
50
4
Temperatur ˚C

Kadar abu
40 3
2
30
1
20 0
1 2 3
10
Sampel

0
suhu 1 suhu 21:16% suhu 3
1:18% suhu 4
1:20% suhu 5 suhu 6
1:16% 31,3 40,1 47,9 51,7 45,4 36,3
1:18% 31,3 42,4 51,4 58,4 46,8 39,2
1:20% 31,3 44,7 50,4 58,1 64,2 57,7

1:16% 1:18% 1:20%

Gambar 4. 26 Hasil pengujian suhu

Dari data di atas diambil suhu tertinggi pada sampel 1:16% adalah
51,7ºC, pada sampel 1:18% adalah 58,4ºC dan pada sampel 1:20%
adalah 64,2ºC.Hasil uji nilai kalor selanjutnya dihitung menggunakan
rumus uji sebagai berikut:
Diketahui : m = 0,5 (kg)
c = 4.200 J/Kg K = 1 Kal/gºC
∆T = suhu tertinggi – suhu terendah
Ditanyakan : Q = ?
Dijawab :
 Variasi 1:16 Q = m.c.∆T (2.2)

= 500 g x 1 Kal/gºC x 20,40ºC


= 500 Kal/gºC x 20,40 ºC
= 10.200 kalori
68

Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pengujian nilai kalor ini didapati cukup baik dan memenuhi
standar SNI dengan tingkat kalori lebih dari 5.000 kal/gr
 Variasi 1:18 Q = m.c.∆T (2.2)

= 500 g x 1 Kal/gºC x 27,10 ºC


= 500 Kal/gºC x 27,10 ºC
= 13.550 kalori
Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pengujian nilai kalor ini didapati cukup baik dan memenuhi
standar SNI dengan tingkat kalori lebih dari 5.000 kal/gr
 Variasi 1:20 Q = m.c.∆T (2.2)

= 500 g x 1 Kal/gºC x 32,90 ºC


= 500 Kal/gºC x 32,90 ºC
= 16.450 kalori
Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pengujian nilai kalor ini didapati cukup baik dan memenuhi
standar SNI dengan tingkat kalori lebih dari 5.000 kal/gr
Berikut hasil dari pengujian yang dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 4. 14 Hasil Uji Nilai Kalor
Suhu Air (ºC) Nilai kalor Q
Variasi
T0 T1 ∆T (kal/gr)
1:16% 31,3 51,7 20,4 10.200 kal/g
1:18% 31,3 58,4 27,1 13.550 kal/g
1:20% 31,3 64,2 32,9 16.450 kal/g
4.5.4. Pengujian Ash Content ( Uji Kadar Abu)
Pengujian kadar abu dilakukan pada ketiga sampel yakni pada
sampel komposisi 1:16%, 1:18% dan 1:20% dengan cara membakar
sampel produk briket yang sudah kering hingga muncul bara pada
briket yang sudah dibakar menggunakan energi panas lalu akan
didiamkan hingga muncul abu dan bara sudah tidak tersisa. Berikut
69

merupakan dokumentasi proses pengujian kadar abu briket arang sekam


padi pada gambar 4.27.

Gambar 4. 27 Dokumentasi proses uji kadar abu

Pada proses pengujian kadar abu memiliki langkah-langkah yang


diantaranya sebagai berikut:
1) Siapkan alat-alat yang akan dibutuhkan dalam pengujian
nilai kadar abu seperti timbangan, saringan, kompor, dan
briket
2) Setelah alat-alat diatas siap langkah selanjutnya yakni
mengukur berat briket sebelum dilakukan nya proses
pembakaran
3) Setelah briket selesai di timbang lakukan proses
pembakaran briket yang akan diuji dengan bantuan kompor
dan saringan.
4) Setelah briket mempunyai bara angkat dan pindahkan
briket ke saringan yang lebih kecil lalu diamkan briket
hingga menjadi abu atau tidak lagi muncul bara pada
produk uji..
5) Setelah briket menjadi abu lakukan proses pengukuran
berat abu menggunakan timbangan lalu hitung hasil uji
kadar abu yang ada di setiap sampel.

Hasil uji abu selanjutnya dihitung menggunakan rumus uji kadar


abu sebagai berikut:
70

𝑐−𝑏
 Variasi 1:16 Kadar abu = 𝑥 100% (2.2)
𝑎

189 (𝑔)−177 (𝑔)


= 𝑥 100%
30 (𝑔)

12 (𝑔)
= 𝑥 100%
30 (𝑔)

= 0,4 (g) x 100%


= 4%
Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pengujian kadar abu ini didapati hasil kurang dari 8% hal ini
menunjukan bahwa kualitas briket yang dihasilkan cukup baik.
𝑐−𝑏
 Variasi 1:18 Kadar abu = 𝑥 100% (2.2)
𝑎

187 (𝑔)−177 (𝑔)


= 𝑥 100%
29 (𝑔)

10 (𝑔)
= 𝑥 100%
29 (𝑔)

= 0,344 (g) x 100%


= 3,44%
Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pengujian kadar abu ini didapati hasil kurang dari 8% hal ini
menunjukan bahwa kualitas briket yang dihasilkan cukup baik.
𝑐−𝑏
 Variasi 1:20 Kadar abu = 𝑥 100% (2.2)
𝑎

189 (𝑔)−177 (𝑔)


= 𝑥 100%
28 (𝑔)

12 (𝑔)
= 𝑥 100%
28 (𝑔)

= 0,428 (g) x 100%


= 4,28%
Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pengujian kadar abu ini didapati hasil kurang dari 8% hal ini
menunjukan bahwa kualitas briket yang dihasilkan cukup baik.
Hasil pengujian kadar abu terhadap hasil arang sekam padi dapat
dilihat pada tabel 4.15.
71

Tabel 4. 15 Hasil pengujian kadar abu briket arang sekam padi


Sampel Komposisi 1:16 Komposisi 1:18 Komposisi 1:20
1 4,28% 3,44% 4%
2 4,21% 4,18% 4,25%
3 4,33% 4,44% 4,13%
Rata-Rata 4,27% 4,02% 4,12%

Dari tabel diatas terlihat bahwa kandungan abu terendah adalah 3,44%
dan kadar abu tertinggi yaitu 4,44%. Berikut merupakan gambar grafik
batang uji kadar abu dapat dilihat pada gambar 4.28.

Pengujian Kadar Abu


5
4
Kadar abu

3
2
1
0
1 2 3
Sampel

1:16% 1:18% 1:20%

Gambar 4. 28 Diagram batang uji kadar abu

4.5.5. Pengujian Kadar Air dan Volatile Matter


Pengujian kadar air dan volatile matter dilakukan pada ketiga
sampel yakni pada sampel komposisi 1:16%, 1:18% dan 1:20% dengan
cara memanaskan sampel produk briket yang sudah kering
menggunakan bantuan panci hingga muncul uap air pada penutup panci
dengan waktu ±10 menit pemanasan. Berikut merupakan dokumentasi
proses pengujian kadar air briket arang sekam padi pada gambar 4.29.
72

Gambar 4. 29 Dokumentasi proses pengujian kadar air

Pada proses pengujian kadar air memiliki langkah-langkah yang


diantaranya sebagai berikut:
1) Siapkan alat-alat yang akan dibutuhkan dalam pengujian
nilai kadar air dan volatile matter seperti timbangan,
kompor, panci, dan briket
2) Setelah alat-alat diatas siap langkah selanjutnya yakni
mengukur berat briket sebelum dilakukan nya proses
penguapan
3) Setelah briket selesai di timbang lakukan proses pemanasan
briket yang akan diuji dengan bantuan kompor dengan api
yang sangat kecil serta panci dengan tutup panci transparan
supaya memudahkan dalam pengecekan uap air.
4) Setelah melakukan proses pemanasan, tunggu hingga tutup
panci terdapat embun uap dan lap embun uap yang
dihasilkan menggunakan kain atau tisu. Lakukan proses ini
hingga tidak terdapat lagi embun uap pada tutup panci.
5) Setelah briket tidak memiliki uap air lagi, langkah
selanjutnya yaitu melakukan proses pengukuran berat
briket sesudah dipanaskan menggunakan bantuan
timbangan.

Hasil uji kadar air selanjutnya dihitung menggunakan rumus uji


kadar air sebagai berikut:
73

 Variasi 1:16
Kadar air = berat awal (g) – berat akhir (g) (2.3)
= 28 (g) – 24 (g)
= 4 (g)
𝑥−𝑦
Kehilangan massa = 𝑥 100%
𝑥
28 (𝑔)−24 (𝑔)
= 𝑥 100%
28 (𝑔)

4 (𝑔)
= 𝑥 100%
28 (𝑔)

= 0,142 (g) x 100%


= 1,42 %
Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pengujian kadar abu ini didapati hasil kurang dari 8% dan
dikatakan berkualitas baik jika kadar abu kecil dari 8%.
 Variasi 1:18
Kadar air = berat awal (g) – berat akhir (g) (2.3)
= 29 (g) – 24 (g)
= 5 (g)
𝑥−𝑦
Kehilangan massa = 𝑥 100%
𝑥
29 (𝑔)−24 (𝑔)
= 𝑥 100%
29 (𝑔)

5 (𝑔)
= 𝑥 100%
29 (𝑔)

= 0,170 (g) x 100%


= 1,70 %
Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pada pengujian kadar abu ini didapati hasil kurang dari 8% dan
dikatakan berkualitas baik jika kadar abu kecil dari 8%.
 Variasi 1:20
Kadar air = berat awal (g) – berat akhir (g) (2.3)
= 30 (g) – 23 (g)
= 7 (g)
74

𝑥−𝑦
Kehilangan massa = 𝑥 100%
𝑥
30 (𝑔)−23 (𝑔)
= 𝑥 100%
30 (𝑔)

7 (𝑔)
= 30 (𝑔) 𝑥 100%

= 0,233 (g) x 100%


= 2,33%
Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pengujian kadar abu ini didapati hasil kurang dari 8% dan
dikatakan berkualitas baik jika kadar abu kecil dari 8%.
Hasil pengujian kadar air terhadap hasil arang sekam padi dapat
dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4. 16 Hasil pengujian kadar air briket arang sekam padi
Sampel Komposisi 1:16% Komposisi 1:18% Komposisi 1:20%
1 1,42 1,72 2,08
2 1,20 1,58 2,13
3 1,74 1,90 2,06
Rata-Rata 1,45 1,73 2,17

Dari tabel diatas terlihat bahwa kadar air terendah adalah 1,20% dengan
komposisi 1:16, dan kadar air tertinggi yaitu 2,13% dengan komposisi
1:20. Kadar air sangat menentukan kualitas arang yang dihasilkan .
Arang dengan kadar air rendah akan memiliki nilai kalor tinggi. Makin
tinggi kadar air maka akan semakin banyak kalor yang dibutuhkan
untuk mengeluarkan air dari arang agar menjadi uap sehingga energi
yang tersisa dalam arang akan menjadi lebih kecil. Berikut merupakan
gambar grafik batang uji kadar abu dapat dilihat pada gambar 4.30.
75

Pengujian Kadar Air

3
2,5
2

Kadar air
1,5
1
0,5
0
1 2 3
Sampel

1:16% 1:18% 1:20%

Gambar 4. 30 Diagram batang uji kadar air

4.5.6. Analisa Laju Pembakaran Briket


Analisa laju pembakaran briket dilakukan pada ketiga sampel
yakni pada sampel komposisi 1:16%, 1:18% dan 1:20% dengan cara
memanaskan sampel produk briket yang sudah kering menggunakan
bantuan panci atau oven yang nantinya akan dibakar hingga briket
tersebut memunculkan bara yang akan membakar briket tersebut.
Pada proses analisa laju pembakaran briket memiliki langkah-
langkah yang diantaranya sebagai berikut:
1) Siapkan alat-alat yang akan dibutuhkan dalam proses
analisa densitas briket seperti timbangan, kompor,
panci/oven, wadah saringan dan briket.
2) Setelah alat-alat diatas siap langkah selanjutnya yakni
mengukur berat briket serta dimensi briket sebelum
dilakukan nya proses pengovenan.
3) Setelah briket selesai di timbang lakukan proses pemanasan
briket yang akan diuji dengan bantuan kompor dengan api
yang sangat kecil serta panci dengan tutup panci transparan
atau oven.
4) Setelah melakukan proses pemanasan, tunggu hingga
terlihat bagian sisi bawah briket terlihat menyala dan balik
76

briket pada posisi yang belum menyala. Lakukan proses ini


hingga seluruh bagian briket memiliki bara.
5) Setelah seluruh bagian briket memiliki bara, langkah
selanjutnya yaitu melakukan proses pendiaman yang akan
ditaruh pada wadah saringan hingga briket menjadi abu
6) Setelah seluruh briket menjadi abu proses selanjutnya
adalah pengukuran berat briket sesudah dilakukannya
proses menggunakan bantuan timbangan.

Hasil analisa laju pembakaran selanjutnya dihitung menggunakan


rumus laju pembakaran sebagai berikut:
𝑚
 Variasi 1:16% Laju pembakaran = (2.4)
𝑡

8𝑔
= 36 𝑚𝑖𝑛

= 0,2222 g/min
Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pengujian laju pembakaran ini memiliki nilai laju pembakaran
0,22 gram per menit.
𝑚
 Variasi 1:18% Laju pembakaran = (2.5)
𝑡

9 (𝑔)
= 38 (𝑚𝑖𝑛)

= 0,2368 (g)
Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pengujian laju pembakaran ini memiliki nilai laju pembakaran
0,23 gram per menit.
𝑚
 Variasi 1:20% Laju pembakaran = (2.5)
𝑡

9 (𝑔)
= 39 (𝑚𝑖𝑛)

= 0,2307 g/min
Jadi, menurut hasil analisis yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada pengujian laju pembakaran ini memiliki nilai laju pembakaran
0,23 gram per menit.
77

Hasil analisa laju pembakaran terhadap hasil arang sekam padi


dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4. 17 Hasil pengujian kadar abu briket arang sekam padi
Perubahan Waktu
Massa Massa
Massa Briket Nilai Laju
Briket Briket
Variasi Setelah Menjadi Pembakaran
Awal Akhir
Pembakaran Abu (gram/menit)
(gram) (gram)
(∆m) gram (menit)
1:16% 14 6 8 36 0,2222
1:18% 14 5 9 38 0,2368
1:20% 14 5 9 39 0,2307
BAB V

PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari kesimpulan dan pembahasan pada bab sebelumnya tentang
pembuatan mesin pengaduk dan pencetak briket dengan metode engkol
dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil pembuatan mesin pengaduk dan pencetak briket didapati
dimensi pengaduk yaitu tinggi 300 mm, Panjang 400 mm, dan
lebar 300 mm, selanjutnya dimensi pencetak yaitu memiliki
tinggi 277 mm, panjang 371 mm, dan lebar 240 mm.
2. Waktu yang dihasilkan pada mesin pengaduk dan pencetak
briket sekam padi dengan metode press berbasis engkol ini
didapati pada bagian pengaduk memiliki waktu pengadukan
pada kisaran ± 7 menit agar adonan tercampur merata,
sedangkan pada pencetak didapati hasil pencetakan pada ± 3
menit
3. Pada saat pengujian kinerja mesin pengaduk dan pencetak
briket berfungsi pada variasi 1:18% dan 1:20%, sedangkan
pada variasi dibawahnya di dapati mesin pencetak kurang
maksimal dalam proses kerjanya.

5.2. Saran
Setelah melakukan tugas akhir ini, saran untuk mesin pengaduk dan
pencetak briket sekam padi dengan metode press berbasis engkol antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghindari pemampatan akibat variasi adonan briket
setelah di press yaitu dengan cara memperkecil bagian wadah
pencetak briket dan memperpanjang lagi untuk pipa output.
2. Untuk menghindari adanya adonan yang tidak teraduk yaitu
dengan cara mengecilkan dimensi lebar rangka pengaduk agar
dinding-dinding bisa bersentuhan dengan pisau pengaduk.

78
79

3. Adonan briket pada mesin sistem ini disarankan dalam kondisi


yang lunak agar menghindari pemampatan pada bagian
pencetak.
DAFTAR PUSTAKA
Alatuji, A. (2023, 07 23). Sejauh Mana Anda Mengenal Infrared Thermometer.
Diambil kembali dari alatuji: https://www.alatuji.com
Aljarwi, M. A., Pangga, D., & Ahzan, S. (2020). UJI LAJU PEMBAKARAN
DAN NILAI KALOR BRIKET WAFER SEKAM PADI . Jurnal Hasil
Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika , 200-206.
Daniarsyah, A. (2021, 02 11). Fabrikasi dalam Industri - Definisi, Jenis, Proses,
dan Contoh Produknya. Diambil kembali dari Wira: https://wira.co.id
F. C., & D. D. (2020, 10 30). 4 Manfaat Tepung Tapioka untuk Kesehatan dan
Dampak Negatifnya. Diambil kembali dari GoodDocktor:
https://www.gooddoctor.co.id
F. R. (2022, 10 03). Sekam Adalah Kulit Padi, Ini Ciri-ciri dan Manfaatnya.
Diambil kembali dari Katadata: https://www.katadata.co.id
Fainun. (2020, 01 16). Pemahaman Mengenai Linear Bearing dan Fungsinya.
Diambil kembali dari Fainun: https://fainun.com
Grace, M. (1977). Cassava Processing. Rome: Processing of Cassava and
Cassavas Product in Feelet Industries. FAO.
Lentera Bisnis, A. (2020, 11 20). Ketahui Tentang Apa itu Sprocket dan
Fungsinya. Diambil kembali dari Lentera Bisnis:
https://www.lenterabisnis.com
Muhammad, H. (2002). fundamentals-of-modern-manufacturing-4th-edition-by-
mikell-p-groover. Dalam M. P. Groover, Fundamentals of Modern
Manufacturing (hal. 1025). USA: John Wiley & Sons.
Noviyarsi, Mufti, D., & Jafri, F. K. (2015). Potensi Briket Arang Berbahan Sekam
Sebagai Energi Alternatif. Seminar Nasional Teknologi Informasi,
Komunikasi dan Industri (STNTIKI) 7, 371-377.
Nursahid. (2023, UNKNOWN). Pengertian dan Jenis-jenis Elektroda Las SMAW.
Diambil kembali dari cnzahid: https://www.cnzahid.com
Omesin, A. (2021, 01 24). Mesin Gunting Hidrolik / Shearing Hidraulic Machine.
Diambil kembali dari omesin: https://www.omesin.com
Pojok Seni, A. (2020, 03 20). Mengenal Pillow Block Bearing. Diambil kembali
dari Pojok Seni: https://www.pojokseni.com
Putra, C. S. (2022, 03 17). Memahami Cara Kerja dan Jenis-Jenis Tachometer.
Diambil kembali dari Anak Teknik Indonesia :
https://www.anakteknik.co.id
Riyadi, H. (2022). Pembuatan Alat Pengering Gerabah Tipe-try drayer dengan
metode kalor konveksi dari pembakaran biomassa. Tugas akhir, 1-47.

80
81

Samiintasi, A. (2021, 04 05). Pulley Beserta Fungsi dan Cara Kerjanya. Diambil
kembali dari SAMIINTASI: https://www.samiinstansi.com
Sari, N. M., Mahdie, M. F., & Segah, R. (2013). Rendemen Arang. Jurnal Hujan
Tropis Volume 3 No. 3, 260 - 266.
Sari, N. R. (2020, 06 14). Apa Itu Pillow Block Bearing. Diambil kembali dari
nininmenulis: https://nininmenulis.com
Setyanto, R. (2020, 05 12). Utamakan Keselamatan & Kesehatan Kerja. Diambil
kembali dari djkn.kemenku: https://www.djkn.kemenkeu.go.id
Sumantoro, B. (2022, 01 03). Belajar Mengenal Jenis-jenis Motor Induksi 1 Fasa.
Diambil kembali dari MA Al Ahrom: https://mas-alahrom.my.id
Teknik Jaya Component, A. (2021, 08 27). Macam Macam Mesin Gerinda
Lengkap dengan Gambar dan Pembahasan. Diambil kembali dari
teknikjaya: https://teknikjaya.co.id
Teknik Jaya Component, A. (2021, 02 26). Ulasan Paling Lengkap Mesin
Bending. Diambil kembali dari teknikjaya: https://teknikjaya.co.id
Universitas Stekom Pusat, A. (2021, 11 30). Sabuk (mesin). Diambil kembali dari
p2k.stekom Ensiklopedia Dunia: https://p2k.stekom.ac.id
Yakin Maju Sentosa, A. (UNKNOWN). Bagaimana Memilih Mesin Bandsaw
Horizontal yang Tepat. Diambil kembali dari yakinmaju:
https://www.yakinmaju.coml
Yoginam. (2021, 12 06). Apa itu Speed Reducer. Diambil kembali dari Duta
Makmur Gerindo: https://www.dutamakmurgearindo.com
Yoginam. (2021, 10 01). Mengenal Gearbox atau Speed Reducer. Diambil
kembali dari Duta Makmur Gerindo:
https://www.dutamakmurgearindo.com

Anda mungkin juga menyukai