Anda di halaman 1dari 34

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya sehingga saya bisa menyelesaikan laporan kemajuan ini, laporan ini dibuat untuk
memenuhi tugas ulangan tengah semester (UTS) mata kuliah Literasi Dasar selama
mengikuti program PPG Prajabatan di Universitas Muhammadiyah Cirebon.
Mengikuti mata kuliah literasi dasar di kampus ini, telah memberikan saya
peluang untuk memahami lebih dalam tentang literasi dan bagaimana konsep ini
memengaruhi pembelajaran dan perkembangan siswa. Mata kuliah ini telah memberi
saya wawasan yang berharga tentang pentingnya keterampilan dasar seperti
membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan dalam proses pendidikan peserta
didik di sekolah dasar. Literasi adalah konsep penting dalam dunia pendidikan, dan
pemahaman akan pentingnya literasi menjadi semakin mendalam dengan adanya
pengalaman langsung dalam mengikuti mata kuliah literasi dasar di kampus. Saya
sebagai mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah literasi dasar, ingin berbagi
pemahaman dan pandangan pribadi tentang konsep literasi dan peran khususnya
dalam konteks pendidikan di sekolah dasar.
Makalah ini bertujuan untuk menggabungkan pemahaman yang saya peroleh
selama mengikuti mata kuliah literasi dasar dengan wawasan lebih luas tentang
literasi di sekolah dasar. Saya berharap bahwa makalah ini dapat memberikan
perspektif yang lebih kaya tentang peran literasi dalam pembelajaran peserta didik di
tingkat sekolah dasar.
Dalam proses penulisan makalah ini, tentu tak lepas dari arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak, saya ucapkan terima kasih kepada dosen literasi dasar
saya Ibu Dianasari,M.Pd atas arahan dan bimbingannya selama ini dan juga rekan-
rekan saya di kampus Universitas Muhammadiyah Cirebon.
saya telah mendapatkan pengalaman belajar dalam mata kuliah literasi dasar,
serta telah mencari informasi tambahan dari berbagai sumber

i
yang relevan. Semua informasi dan pemahaman ini telah membantu saya
merumuskan pandangan yang lebih komprehensif tentang literasi di sekolah dasar.
Dalam laporan kemajuan ini, saya menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, sebagai penulis saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar tulisan
selanjutnya jauh lebih baik. Selain itu saya berharap pebaca menemukan pengetahuan
baru dan manfaat yang bisa diperoleh oleh pembaca. Semoga segala kebaikan dan
pertolongan semuanya mendapat berkah dari Allah SWT. Aamiin

Cirebon, 07 Nopember 2023

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................i

Daftar Isi.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................3

C. Tujuan dan Manfaat..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4

A. KAJIAN TEORI (Pengetahuan Dasar).................................................................4

1. PENGERTIAN LITERASI................................................................................5

2. PENGERTIAN LITERASI PENDIDIKAN......................................................8

B. LITERASI DASAR DALAM LMS (Learning Management system)..................9

1. Literasi Membaca.............................................................................................11

2. Literasi Menulis...............................................................................................16

3. Asesmen Literasi..............................................................................................16

4. Prinsip Penilaian Literasi.................................................................................18

5. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).........................................................20

C. TENEMUAN DILAPANGAN ( SDN 1 KECOMBERAN)..............................22

1. Kegiatan di Kelas.............................................................................................22

2. Kegiatan di Sekolah.........................................................................................25

D. REFLEKSI TERKAIT MATA KULIAH LITERASI DASAR.........................25

BAB III KESIMPULAN...................................................................................28

Daftar Pustaka..............................................................................................................30

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Literasi dalam pendidikan adalah aspek fundamental yang memiliki
dampak besar pada perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya suatu negara.
Kemampuan individu untuk membaca, menulis, memahami, dan menginterpretasi
informasi merupakan inti dari literasi pendidikan. Literasi bukan hanya
keterampilan teknis, tetapi juga kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisis,
dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang semakin kompleks dan berubah
dengan cepat.
Di Indonesia, literasi dalam pendidikan memegang peran yang sangat
penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam
beberapa tahun terakhir, pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan di
bidang pendidikan telah memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
peningkatan literasi dalam sistem pendidikan. Ini tercermin dalam berbagai
kebijakan, program, dan inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis siswa, serta memperluas wawasan mereka melalui literasi.
Namun, meskipun ada upaya yang signifikan dalam meningkatkan literasi
dalam pendidikan, masih ada sejumlah tantangan yang harus diatasi. Misalnya,
kesenjangan pendidikan antar wilayah, kurangnya akses terhadap sumber daya
pendidikan yang berkualitas, dan perbedaan tingkat literasi antara berbagai
kelompok masyarakat. Ini menciptakan ketidaksetaraan dalam akses dan manfaat
literasi pendidikan.
Dalam konteks global yang semakin terhubung, literasi juga berkaitan
dengan literasi digital, yaitu kemampuan individu untuk mengelola dan
memahami informasi dalam lingkungan digital. Literasi digital menjadi semakin
penting dalam menghadapi tantangan dan peluang yang disajikan oleh
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

1
Literasi dalam pendidikan memiliki implikasi langsung pada tingkat
Sekolah Dasar di Indonesia. Sekolah Dasar adalah tahap awal dalam sistem
pendidikan yang memberikan dasar bagi kemampuan membaca, menulis, dan
berpikir kritis. Saat ini, literasi di Sekolah Dasar menjadi fokus utama dalam
upaya untuk memastikan bahwa setiap siswa memiliki dasar literasi yang kuat
sejak dini.
Di Indonesia, masalah literasi di tingkat Sekolah Dasar adalah perhatian
penting. Meskipun ada kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan akses
pendidikan dasar, masih terdapat sejumlah tantangan. Salah satu tantangan utama
adalah ketidaksetaraan dalam akses dan kualitas pendidikan antar wilayah dan
kelompok masyarakat. Sekolah Dasar di daerah pedesaan mungkin menghadapi
kesulitan dalam memiliki sumber daya dan tenaga pendidik yang berkualitas,
sementara di daerah perkotaan, kualitas pendidikan mungkin lebih tinggi. Oleh
karena itu, literasi di Sekolah Dasar menjadi kunci untuk mengurangi
kesenjangan pendidikan ini.
Selain itu, pengenalan literasi digital di Sekolah Dasar juga menjadi
semakin penting. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, siswa di
Sekolah Dasar perlu diperkenalkan pada keterampilan literasi digital yang akan
membantu mereka mengelola dan memahami informasi di era digital.
Makalah ini akan menggali lebih dalam mengenai peran literasi di Sekolah
Dasar di Indonesia. Ini mencakup upaya-upaya untuk meningkatkan literasi di
tingkat Sekolah Dasar, tantangan yang dihadapi dalam proses ini, serta solusi dan
inisiatif yang telah diterapkan dalam rangka meningkatkan literasi di tahap awal
pendidikan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang literasi di Sekolah
Dasar, diharapkan dapat mendukung peningkatan kualitas pendidikan dasar dan
persiapan yang lebih baik bagi siswa di masa depan.

2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan kemajuan ini yaitu:

1. Apa yang Anda ketahui sebelumnya tentang literasi ?


2. Apa yang Anda ketahui tentang literasi setelah mengikuti perkuliahan ?
3. Apa Kegiatan literasi yang Anda temukan di lapangan ?
4. Refleksi Anda terkait perkuliahan literasi !

C. Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui sebelumnya mengikuti mata kuliah tentang literasi dasar


2. Mengetahui tentang literasi setelah mengikuti perkuliahan
3. Mengetahui kegiatan literasi yang ditemukan di lapangan
4. Merefleksikan pengetahuan terkait perkuliahan literasi dasar.

3
BAB II PEMBAHASAN

A. KAJIAN TEORI (Pengetahuan Dasar)


Literasi merupakan salah satu elemen kunci dalam pembangunan
pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk membentuk individu yang mampu
berkomunikasi, berpikir kritis, dan mengambil peran aktif dalam masyarakat.
Literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga
kemampuan untuk memahami, menginterpretasi, dan mengaplikasikan informasi
dalam berbagai konteks. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, literasi memiliki
peran penting dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di abad
ke-21, di mana informasi menjadi aset yang sangat berharga.
Pentingnya literasi dalam pendidikan di Indonesia tidak hanya tercermin
dalam kemampuan siswa untuk memahami teks, tetapi juga dalam kemampuan
mereka untuk mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran, berpikir kritis,
dan mengatasi permasalahan yang kompleks. Literasi juga berkaitan dengan
penguasaan teknologi dan media, karena di era digital saat ini, akses terhadap
informasi melalui media sosial, internet, dan berbagai platform digital menjadi
semakin penting.
Namun, literasi dalam pendidikan di Indonesia juga dihadapkan pada
berbagai tantangan, termasuk kesenjangan akses pendidikan, kualitas pendidikan
yang bervariasi, dan kurangnya sumber daya. Oleh karena itu, upaya untuk
meningkatkan literasi dalam pendidikan merupakan langkah penting dalam
menjembatani kesenjangan pendidikan, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan
mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk masa depan yang lebih cerah.
literasi di Sekolah Dasar dengan memberikan pemahaman tentang
pentingnya literasi dalam pendidikan di Indonesia. Literasi di tingkat Sekolah
Dasar adalah elemen kunci dalam menciptakan dasar pendidikan yang kuat dan
berkelanjutan untuk setiap anak. Sejak dini, Sekolah Dasar

4
memberikan fondasi keterampilan membaca, menulis, dan berpikir kritis, yang
merupakan pondasi bagi perkembangan pendidikan selanjutnya.
Peran utama literasi di Sekolah Dasar adalah memberikan akses kepada
siswa terhadap pengetahuan dan pembelajaran. Dengan kemampuan membaca,
siswa dapat menjelajahi dunia buku teks, cerita, dan informasi yang membuka
pintu untuk pemahaman yang lebih mendalam. Literasi di Sekolah Dasar juga
membantu siswa dalam mengembangkan pemikiran kritis, pemecahan masalah,
dan keterampilan komunikasi yang penting dalam semua aspek kehidupan.
Namun, ada tantangan yang perlu diatasi dalam upaya untuk meningkatkan
literasi di Sekolah Dasar di Indonesia. Kesetaraan dalam akses dan kualitas
pendidikan adalah salah satu permasalahan utama. Beberapa sekolah mungkin
memiliki sumber daya yang terbatas, sementara yang lain mungkin memiliki
fasilitas yang lebih baik. Literasi digital juga menjadi aspek penting dalam
pendidikan di era digital saat ini, di mana siswa perlu memahami cara
menggunakan teknologi dan sumber daya digital dengan bijak.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang literasi di Sekolah Dasar,
diharapkan pendidikan dasar di Indonesia dapat menjadi landasan yang kuat untuk
pertumbuhan dan perkembangan siswa di masa depan.

1. PENGERTIAN LITERASI
Literasi secara umum mengacu pada kemampuan seseorang untuk
membaca, menulis, memahami, dan menggunakan informasi dalam berbagai
konteks. Ini melibatkan pemahaman tentang teks tertulis, baik dalam bentuk cetak
maupun digital, serta kemampuan untuk mengartikan, menganalisis, dan
mengkomunikasikan informasi. Literasi tidak hanya terbatas pada bahasa tertulis,
tetapi juga mencakup literasi numerik, literasi media, litrasi digital, literasi ilmiah
dan banyak asepek lainnya.

5
Literasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membantu
individu dalam menjalani berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk pendidikan,
pekerjaan, komunikasi pengambilan keputusan, dan partisipasi dalam masyarakat.
Dengan literasi yang baik, seseorang dapat lebih efektif dalam memproses
informasi, mengatasi tantangan sehari-hari, dan mengembangkan pemahaman
yang lebih mendalam tentang dunia disekitarnya.
Penting untuk diingat bahwa literasi adalah keterampilan yang terus
berkembang sepanjang hidup, dan banyak faktor yang memengaruhi tingkat
literasi seseorang, termasuk pendidikan, budaya, dan lingkungan. Upaya terus-
menerus untuk meningkatkan literasi sangat penting untuk perkembangan individu
dan perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
Dalam konteks pendidikan, ada beberapa komponen literasi yang relevan
yang mencakup berbagai aspek yang penting untuk pembentukan dasar literasi
yang kuat bagi siswa. Berikut adalah beberapa komponen literasi yang relevan
dalam pendidikan:
1. Literasi Membaca (Reading Literacy): Kemampuan membaca
merupakan salah satu komponen utama literasi dalam pendidikan. Ini
mencakup kemampuan memahami teks, mengenali kata-kata, meningkatkan
kosakata, dan menginterpretasi informasi dari bacaan. Literasi membaca
adalah keterampilan dasar yang memungkinkan siswa untuk mengakses
pengetahuan dan informasi dari berbagai sumber.
2. Literasi Menulis (Writing Literacy): Literasi menulis mencakup
kemampuan untuk mengekspresikan pemikiran secara tertulis. Ini termasuk
penulisan esai, laporan, jurnal, dan komunikasi tertulis lainnya. Literasi
menulis memungkinkan siswa untuk mengorganisir dan menyampaikan
informasi dengan jelas dan efektif.

6
3. Literasi Mendengar (Listening Literacy): Kemampuan mendengarkan
dengan baik adalah bagian penting dari literasi. Siswa perlu belajar
mendengarkan dengan teliti untuk memahami informasi yang disampaikan
melalui pidato, kuliah, atau presentasi.
4. Literasi Berbicara (Speaking Literacy): Literasi berbicara mencakup
kemampuan berkomunikasi secara lisan dengan jelas dan efektif. Siswa perlu
dapat menyampaikan pemikiran, argumen, dan ide-ide mereka dengan baik,
serta berpartisipasi dalam diskusi kelas dan presentasi.
5. Literasi Matematika (Mathematical Literacy): Literasi matematika
adalah kemampuan untuk memahami dan mengaplikasikan konsep
matematika dalam pemecahan masalah. Ini mencakup kemampuan untuk
membaca, menafsirkan, dan menggunakan data numerik serta pemahaman
tentang operasi matematika.
6. Literasi Digital (Digital Literacy): Di era digital, literasi digital menjadi
sangat penting. Ini mencakup kemampuan untuk menggunakan teknologi dan
informasi digital dengan bijak, termasuk keterampilan navigasi web, evaluasi
sumber informasi online, dan pemahaman tentang risiko dan etika dalam
dunia digital.
7. Literasi Ilmiah (Scientific Literacy): Literasi ilmiah mencakup
kemampuan untuk memahami, menyelidiki, dan berpikir kritis tentang
konsep-konsep ilmiah. Siswa belajar untuk melakukan eksperimen, analisis
data, dan berkomunikasi dalam bentuk laporan ilmiah.
8. Literasi Kritis (Critical Literacy): Kemampuan untuk berpikir kritis dan
menganalisis informasi adalah komponen literasi yang relevan. Ini
mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi bias, menyusun argumen, dan
mengambil keputusan yang terinformasi.
9. Literasi Media (Media Literacy): Literasi media melibatkan kemampuan
untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan

7
media dengan bijak. Siswa belajar untuk mengenali perspektif dan tujuan
yang mungkin terkandung dalam pesan media.
10. Literasi Multibahasa (Multilingual Literacy): Dalam konteks yang
relevan, seperti di negara dengan lebih dari satu bahasa resmi, literasi
multibahasa menjadi penting. Ini mencakup kemampuan untuk menggunakan
lebih dari satu bahasa dalam pendidikan.
Semua komponen literasi ini memiliki peran penting dalam membangun
dasar pendidikan yang kokoh dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi
tantangan di masa depan. Pendidikan yang efektif mencakup pengembangan
keterampilan literasi dalam berbagai konteks yang relevan.

2. PENGERTIAN LITERASI PENDIDIKAN


Berikut adalah beberapa pengertian literasi dalam pendidikan menurut
para ahli Indonesia :
1.Prof. Dr. A. Wahyudin Darmawi :Literasi pendidikan adalah kemampuan
individu untuk membaca, menulis, dan memahami informasi serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.Prof. Dr. A. S. Hornby :Literasi pendidikan adalah pemahaman terhadap teks
dan penggunaan teks untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
3.Prof. Dr. Iskandarwassid :Literasi pendidikan adalah kemampuan individu
untuk memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi dari berbagai
sumber dengan kritis dan efektif.
4.Dr. Murdayanti :Literasi pendidikan adalah keterampilan membaca, menulis,
berbicara, dan mendengarkan yang memungkinkan individu untuk
berkomunikasi dan berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat.
5.Prof. Dr. Amin Suyitno :Literasi pendidikan adalah kemampuan individu
untuk memahami, menyampaikan, dan menggunakan bahasa dalam bentuk
tertulis maupun lisan.

8
6.Prof. Dr. Soenarso, M.Pd :Literasi adalah kemampuan individu untuk
membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, dan memahami teks dalam
berbagai bentuk serta menggunakannya dalam berbagai konteks.
7.Prof. Dr. Sugeng Wijanto :Literasi adalah kemampuan untuk memahami dan
menginterpretasikan informasi, termasuk simbol-simbol yang digunakan dalam
suatu budaya.
8.Prof. Dr. Tjipto Subadi, M.Pd. :Literasi adalah kemampuan individu untuk
mengakses, memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dalam
berbagai bentuk untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

B. LITERASI DASAR DALAM LMS (Learning Management system)


Literasi itu sendiri adalah kemampuan berbahasa seseorang (menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis) untuk berkomunikasi dengan cara yang
berbeda sesuai dengan tujuannya. Sulzby (1986) mengartikan literasi secara
sempit, yaitu literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis. Hal ini
sejalan dengan pendapat Grabe & Kaplan (1992) dan Graff (2006) yang
mengartikan literasi sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis (able to
read and write).
Selama beberapa dekade terakhir, literasi mengalami pergeseran dari
berbagai aspek. Seiring dengan kemajuan IT, literasi tidak cukup didefinisikan
sebagai kemelekhurufan. Tampaknya literasi lebih tepat dimaknai sebagai
kemampuan memahami, menggunakan, dan merespons informasi yang
diperoleh dari berbagai sumber. Sejalan dengan hal tersebut kemampuan
literasi seseorang berkaitan dengan penggunaan teknologi untuk
menyelesaikan masalah, membuka

9
ruang kolaborasi, dan mempresentasikan informasi dari berbagai media dan
teks. Dengan demikian, literasi menjadi modal di masa kini dan masa depan
( Pilgrim, 2013; Wagner, 2018).
Literasi penting dibudayakan agar masyarakat lebih bijak dalam
memanfaatkan informasi serta mandiri dalam memilah memilih data dan
informasi yang bermanfaat. Namun, literasi masih menjadi persoalan serius
dan menjadi tugas besar untuk berbagai pihak di Indonesia. Berdasarkan hasil
berbagai survei, tingkat literasi masyarakat Indonesia masih memprihatinkan.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mewujudkan masyarakat
literat. Misi mewujudkan masyarakat literat ini telah melewati perjalanan
panjang.
Pembelajaran literasi di sekolah dasar sangat penting untuk menunjang
keberhasilan pencapaian akademik peserta didik. Pembelajaran literasi yang
efektif perlu memperhatikan kebutuhan, minat, usia, latar belakang, dan
lingkungan belajar peserta didik. Guru yang responsif terhadap kebutuhan
peserta didik, penggunaan strategi mengajar yang tepat serta pemilihan bahan
ajar yang sesuai dengan latar belakang peserta didik akan berdampak terhadap
pencapaian kompetensi peserta didik.
Literasi sekolah dasar melibatkan pengembangan komunikasi lisan dan
tertulis di semua mata pelajaran. Peserta didik sekolah dasar mempelajari
keterampilan literasi melalui membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan.
Literasi di sekolah dasar mengedepankan aspek keterampilan membaca dan
menulis yang terdiri atas kemampuan membaca yaitu pengetahuan huruf,
kesadaran fonemik, kefasihan membaca, pengetahuan kosakata, dan
pemahaman bacaan; kemampuan menulis yaitu ide, organisasi, dan mekanik.

10
1. Literasi Membaca
Membaca adalah proses melihat simbol dan huruf tertulis dan memahami
artinya. Ada banyak keterampilan literasi yang terlibat dalam mengembangkan
keterampilan literasi membaca yang vital. Keterampilan membaca berkontribusi
pada kemampuan membaca anak-anak dengan kata lain, seberapa baik mereka
dapat membaca dan memahami apa yang mereka baca. Ada berbagai macam
keterampilan membaca yang anak-anak kembangkan dan kembangkan sepanjang
pendidikan dasar mereka dan seterusnya.
1. Pengenalan kata/huruf
2. Kesadaran fonemik
3. Kefasihan membaca
4. Pengetahuan kosakata
5. Pemahaman bacaan

11
Dalam mengembangkan keterampilan membaca peserta didik, guru dapat
menggunakan berbagai strategi pembelajaran membaca yang tepat. Beberapa
strategi pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan guru dalam rangka
mengembangkan keterampilan membaca peserta didik adalah sebagai berikut :
1. Membaca Bersama
2. Membaca Terbimbing
3. Membaca Interaktif
4. Membaca Pemahaman
5. Membaca Mandiri
a. Membaca Bersama
Membaca bersama dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.
Salah satu caranya adalah guru membaca terlebih dahulu, kemudian peserta
didik bergantian melanjutkan membaca. Pada saat guru membaca, peserta
didik bersama-sama menyimak sambil melihat bacaan pada buku, kemudian
peserta didik membaca kelanjutannya secara bergiliran. Kegiatan membaca
bersama ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Pada peserta
didik yang belum lancar membaca, kegiatan ini dapat dilakukan dengan
membaca satu kata secara bergiliran.
Kegiatan membaca bersama juga dapat dilakukan dengan cara peserta
didik sebagai pembaca pertama. Setelah peserta didik pertama membaca,
peserta didik lain sebagai pembaca kedua melanjutkannya, kemudian kegiatan
membaca dilakukan oleh guru sebagai pembaca ketiga, dan seterusnya.
Dengan demikian, membaca bersama dapat dilakukan antara guru dengan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, atau guru dengan beberapa
peserta didik dalam kelompok kecil.
Membaca Bersama memberikan peluang yang sangat baik untuk
mendemonstrasikan konsep tentang cetakan dan fitur buku dan

12
tulisan, untuk memodelkan strategi berpikir keras dan strategi pemahaman
tambahan. Alasan penting untuk melakukan membaca bersama adalah agar
anak-anak dapat belajar memahami diri mereka sendiri sebagai pembaca di
lingkungan yang bebas risiko dan menikmati pengalaman membaca.
Salah satu kriteria untuk pemilihan buku bersama adalah bahwa buku
tersebut memiliki kemungkinan beberapa bacaan untuk kesenangan. Awalnya,
ini akan digunakan untuk memodelkan strategi yang digunakan pembaca yang
baik. Dalam bacaan berikutnya, ketika anak-anak merasa berhasil membaca
buku, keterampilan yang lebih spesifik pada berbagai tingkat dapat ditangani
(misalnya menyapu kembali, dari mana harus mulai membaca, bagaimana
menggunakan tanda baca dan bagaimana mengenali dialog.
Selama membaca bersama, anak-anak harus dikumpulkan di area yang
mampu mendekatkan mereka dengan buku dan melihatnya dengan mudah
sehingga dapat merasakan komunitas bersama. Guru harus menggunakan
penunjuk untuk memandu bacaan, menunjuk kata-kata yang dibaca.
b. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh
seseorang untuk memahami isi bacaan secara menyeluruh. Membaca
pemahaman dilakukan dengan menghubungkan skemata atau pengetahuan
awal yang dimiliki pembaca dan pengetahuan baru yang diperoleh saat
membaca, sehingga proses pemahaman terbangun secara maksimal.
Hal ini sesuai dengan pandangan teori skemata bahwa pembaca
dalam membaca pemahaman tidak saja bergantung pada informasi yang
dibaca, tetapi juga pada struktur mental (kognisi) yang relevan yang telah
dimiliki pembaca sebelumnya (Widdowson dalam Grabe, 1988: 56).
Dalam membaca pemahaman terjadi proses

13
penghubungan informasi baru yang didapat dengan pengetahuan sikap yang
telah ada.
Teori lain yang sejalan adalah teori reader response (respon pembaca)
adalah teori menurut Rosenblatt. Ia menyatakan bahwa “reading is a
transaction, a two way process, involving a reader and a text in a
particular context “(1993: 268). Dalam pandangannya, membaca
merupakan proses dua arah yang meliputi pembaca dan teks. Dengan kata
lain, teori respons pembaca menyatakan bahwa makna dibangun berdasarkan
interaksi antara pembaca dengan teks. Sebagai contoh, setiap pembaca akan
melahirkan respons yang berbeda walaupun membaca teks yang sama karena
setiap pembaca membawa pikiran dan perasaan masing-masing ketika
membaca. Dengan demikian, pembaca aktif itu sesungguhnya membangun
makna.
Di samping itu, teori lain yang mendukung membaca pemahaman
adalah teori sosiokultural. Snow (2002) mengatakan ‘reading occurs in the
context that shapes and is shaped by readers’. Ini artinya, membaca
terjadi dalam konteks sosiokultural yang membentuk dan dibentuk pembaca.
Dengan kata lain, aktivitas membaca diasosiasikan dengan interaksi sosial,
seperti halnya antara guru dan peserta didik ketika membangun makna
melalui interaksi satu sama lain dan teks. Interaksi ini berdasarkan
pengalaman sebelumnya, situasi saat ini, dan implikasi di masa yang akan
datang.
Menurut Afflerbach, Pearson, & Paris (2008) seperti dikutip oleh
Tompkin (2011: 206), ‘comprehension strategy is thoughtful behaviors
that readers use to facilitate their understanding’. Maksudnya, strategi
pemahaman merupakan tindakan berpikir yang digunakan pembaca untuk
membantu mencapai pemahaman. Pembaca menggunakan strategi
pemahaman ini untuk mempertajam

14
pemahaman mereka atas teks yang telah mereka baca dan untuk
memecahkan masalah.
Setiap strategi pemahaman ini harus diajarkan kepada mahasiswa melalui
instruksi eksplisit agar proses membaca pemahaman yang sebenarnya merupakan
proses mental yang tidak terlihat, menjadi lebih hidup. Pada akhirnya mahasiswa
pun akan mempelajari bagaimana mengintegrasikan beberapa strategi tersebut
dalam pembelajaran membaca pemahaman.
Berikut dibawah ini merupakan beberapa strategi pemahaman, yaitu :
1. Strategi Mengaktifkan Pengetahuan
2. Strategi Menghubungkan
3. Strategi Menduga
4. Strategi Memprediksi
5. Strategi Mempertanyakan
6. Strategi Menyimpulkan
7. Strategi Memvisualisasikan

c. Membaca Mandiri
Membaca mandiri merupakan kegiatan menggali informasi dari sumber
tulis yang dilakukan secara mandiri. Peserta didik dimotivasi untuk memilih
sendiri bahan bacaannya, sesuai dengan topik yang disenanginya. Pada kegiatan
ini, guru memfasilitasi dengan menyediakan berbagai jenis bacaan. Buku-buku
bacaan dapat direkomendasikan oleh guru atau oleh peserta didik. Bacaan bisa
berbentuk buku, teks bacaan, atau ringkasan pendek.
Membaca mandiri bermanfaat untuk memperhalus kemampuan membaca
pemahaman, memperkaya kosa kata, memperluas pemahaman, serta
menumbuhkan sikap membaca sebagai aktivitas seumur hidup pada peserta
didik. Pada kegiatan membaca mandiri, peserta didik motivasi membaca di
perpustakaan atau di taman baca

15
sekolah. Mereka dapat memilih bacaan sesuai dengan topik yang mereka
senangi. Pada tahap awal kegiatan membaca mandiri, guru memiliki peranan
yang sangat penting untuk membimbing dan memantau kegiatan peserta didik.
Berikutnya, tanggung jawab guru semakin berkurang manakala peserta didik
telah mulai mampu memahami isi bacaan yang dibacanya.
Fountas and Pinnell (2008) menjelaskan bahwa membaca mandiri adalah
suatu proses berperannya dua orang, peran peserta didik dan peran guru, dimana
kedua belah pihak saling menguntungkan. Tugas guru menjadi lebih ringan
karena peserta didik dapat melakukan kegiatan membaca secara mandiri,
walaupun mereka masih perlu bimbingan. Guru perlu mempertimbangkan
macam-macam buku, pengaturan ruang kelas atau lingkungan, serta kebutuhan
dan hasrat peserta didik ketika guru menganjurkan peserta didik untuk membaca.

2. Literasi Menulis
Beberapa strategi pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan guru
dalam rangka mengembangkan keterampilan menulis peserta didik adalah
sebagai berikut :
1. Menulis Bersama
2. Menulis Terbimbing
3. Menulis Interaktif
4. Menulis Mandiri
5. Menulis Kreatif

3. Asesmen Literasi
Penilaian literasi lebih dari sekadar tes. Kegiatan tersebut merupakan
proses yang mengintegrasikan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Serafini
(2001) menggambarkan kegiatan penilaian merupakan proses inkuiri yang
diterapkan oleh guru dalam rangka

16
memperoleh informasi kemajuan belajar peserta didik. Guru harus memahami
bahwa keterampilan membaca dan menulis diperoleh dari serangkaian kegiatan
membaca dan menulis itu sendiri serta pengaplikasian keterampilan dan strategi
dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu, saat melakukan penilaian terhadap
menulis dan membaca, guru harus memperhatikan tujuan berikut ini :
1. Memonitor proses belajar peserta didik.
2. Mengidentifikasi tingkat keterampilan membaca peserta didik.
3. Mendiagnosa permasalahan dalam membaca.
4. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam menulis.
5. Mengidentifikasi perkembangan ejaan peserta didik.
6. Mendokumentasikan hasil proses belajar peserta didik.
7. Menunjukkan hasil terbaik dari pekerjaan peserta didik.
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran tersebut, guru
hendaknya memperhatikan aktivitas, respon, kegiatan, minat, sikap, dan upaya-
upaya peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hal
tersebut, perkembangan, kemajuan, masalah, dan kesulitan belajar peserta didik
akan diketahui. Informasi yang harus terekam melalui proses ini meliputi tiga
ranah, yakni ranah kognisi, afeksi, dan psikomotor. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan informasi tentang ketiga ranah tersebut dalam proses belajar
dibutuhkan berbagai macam bentuk penilaian baik tes maupun non-tes.
Beberapa bentuk penilaian yang dapat digunakan adalah :
1. Observasi Catatan Anekdot
2. Tugas Kinerja
3. Rubrik
4. Portofolio

17
Mengamati perilaku literasi peserta didik saat mereka berpartisipasi dalam
pengajaran literasi atau kegiatan terkait adalah cara yang efektif untuk menilai
kemajuan literasi. Observasi berguna untuk menjawab pertanyaan literasi seperti:
Langkah-langkah apa dalam proses menulis yang digunakan peserta didik?
Bagaimana peserta didik mendiskusikan tulisan mereka dalam kelompok menulis
mereka? Seberapa akurat peserta didik membuat prediksi tentang bacaan mereka?
Untuk menjawab pertanyaan ini dan pertanyaan literasi lainnya, dorong guru
untuk melakukan pengamatan terhadap peristiwa dan aktivitas literasi yang
sebenarnya dan mencatat pengamatan tersebut. Tujuan dan instruksi membaca
dan menulis berdasarkan kurikulum literasi sekolah dapat berfungsi sebagai
panduan untuk apa yang harus diamati dan dicatat oleh guru.
Jenis lain dari perilaku kelas juga dapat menjadi dasar untuk observasi
guru (Acheson, 1997). Ini dapat mencakup perilaku peserta didik di kelas,
interaksi mereka dengan peserta didik lain, dan seberapa baik mereka
menyelesaikan tugas yang diberikan. Guru dapat menggunakan pengamatan
mereka untuk menilai pembelajaran peserta didik serta keefektifan pembelajaran
instruksi mereka sendiri. Pengamatan mereka dapat menginformasikan rencana
untuk rencana selanjutnya.
4. Prinsip Penilaian Literasi
Cooper (2003) mengidentifikasi delapan prinsip untuk memandu guru
dalam melaksanakan penilaian literasi di kelas. Sekolah masih dapat
menggunakan prinsip-prinsip penilaian literasi ini dengan tolok ukur
perkembangan literasi sebagai bagian dari rencana penilaian literasi sekolah. Hal
ini mendorong kepala sekolah dan guru untuk menggunakan penilaian peserta
didik sebagai panduan utama untuk pengajaran dalam hubungannya dengan
standar literasi.

18
Saat membaca prinsip-prinsip penilaian, kenali faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil penilaian literasi, terutama faktor perkembangan, budaya,
instruksional, dan pembelajar. Dengan pemikiran tersebut, penilaian literasi yang
dilakukan di sekolah akan lebih valid dan reliabel.
1. Penilaian adalah proses berkelanjutan yang terjadi setiap kali seorang peserta
didik berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, atau melihat sesuatu.
2. Penilaian adalah bagian dari instruksi. Ketika peserta didik terlibat dalam
kegiatan instruksional, tanggapan mereka memberitahu Saudara.
3. Penilaian adalah autentik. Jika Anda ingin mengetahui seberapa baik peserta
didik menulis paragraf dalam esai, mintalah dia menulis esai.
4. Penilaian adalah proses kolaboratif dan reflektif yang memungkinkan peserta
didik untuk belajar sendiri di luar ruang kelas. Dengan membuat penilaian
kolaboratif, tanggung jawab dan rasa hormat menjadi ciri hubungan antara
guru dan peserta didik.
5. Penilaian bersifat multidimensi karena berbagai ukuran menghasilkan ukuran
yang lebih andal. Menulis portofolio dengan draf, penilaian diri, revisi, dan
produk akhir menawarkan gambaran yang lebih lengkap tentang kinerja
menulis peserta didik pada akhir semester kerja daripada tugas menulis
tunggal.
6. Penilaian mempertimbangkan faktor budaya, perkembangan, dan peserta
didik, dan akomodasi perlu dibuat di semua bidang ini ketika
mempertimbangkan langkah-langkah penilaian.
7. Penilaian mengidentifikasi kekuatan serta kebutuhan peserta didik, dan ini
menyediakan tempat untuk memulai dan membangun saat peserta didik
bergerak menuju pembelajaran baru.
8. Penilaian mencerminkan pemahaman tentang bagaimana peserta didik belajar
membaca, menulis, dan menggunakan bahasa.

19
5. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi
mendasar yang diperlukan oleh semua peserta didik untuk mampu
mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat.
Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca
dan literasi matematika-numerasi. Baik pada literasi membaca maupun literasi
matematika-numerasi, kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir
logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan
yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah serta mengolah informasi.
AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam konteks yang diharapkan
mampu diselesaikan oleh peserta didik menggunakan kompetensi literasi
membaca dan literasi matematika-numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan
untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak sekadar penguasaan konten.
Asesmen dilakukan untuk mendapatkan informasi dan mengetahui capaian
peserta didik terhadap kompetensi yang diharapkan. AKM untuk menghasilkan
informasi yang memicu perbaikan kualitas belajar-mengajar yang pada gilirannya
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Soal AKM diharapkan tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu,
tetapi berbagai konten, tingkat kognitif, dan konteks. Konten pada literasi
membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini dibedakan
dalam dua kelompok, yaitu teks informasi dan teks fiksi.
Tingkat kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau
diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Proses kognitif pada
literasi membaca dan literasi matematika-numerasi dibedakan menjadi tiga
level. Pada literasi membaca, level tersebut adalah

20
menemukan informasi, interpretasi dan integrasi, serta evaluasi dan refleksi. Pada
literasi matematika-numerasi, ketiga level tersebut adalah knowing (pengetahuan
dan pemahaman), applying (penerapan), dan reasoning (penalaran). Konteks
menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan.
Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan
saintifik.
Bentuk soal AKM bervariasi, yaitu :
1. Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal dengan beberapa pilihan
jawaban. Peserta didik diminta menjawab soal dengan memilih satu jawaban
benar dari beberapa pilihan jawaban yang disediakan. Jumlah pilihan jawaban
disesuaikan dengan jenjangnya.
2. Pilihan Ganda Kompleks
Soal pilihan ganda kompleks terdiri atas pokok soal dan beberapa
pernyataan yang harus dipilih atau direspons. Pernyataan- pernyataan atau
pilihan-pilihan jawaban harus merupakan satu kesatuan konsep/rincian
kompetensi. Ada dua model soal pilihan ganda kompleks yang digunakan
dalam AKM yaitu :
a. Peserta didik memilih pada kotak atau kolom yang disediakan di depan
setiap pernyataan yang sesuai dengan permasalahan pada pokok soal.
b. Peserta didik memilih pada kolom Ya/Tidak, Benar/Salah, atau kategori
lain di belakang setiap pernyataan yang sesuai dengan permasalahan pada
pokok soal.

3. Menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan mengukur kemampuan peserta didik dalam
mencocokkan dan menghubungkan antara dua pernyataan yang disediakan.
Soal ini terdiri atas dua lajur. Lajur pertama (sebelah

21
kiri) berupa pokok soal dan lajur kedua (sebelah kanan) berupa jawaban.

4. Isian atau Jawaban Singkat


Soal isian dan jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta
didik untuk memberikan jawaban secara singkat, berupa kata, frasa, angka,
atau simbol. Perbedaannya adalah soal isian disusun dalam bentuk kalimat
berita, sementara itu soal jawaban singkat disusun dalam bentuk pertanyaan.
5. Uraian
Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk
mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk
uraian tertulis. Pada soal uraian disediakan pedoman penskoran yang
merupakan acuan dalam pemberian skor. Jawaban peserta didik akan dinilai
berdasarkan kompleksitas jawaban.

C. TENEMUAN DILAPANGAN ( SDN 1 KECOMBERAN)


1. Kegiatan di Kelas
a. Membaca 10 Menit Sebelum Belajar:
1. Jadwalkan Waktu: Tetapkan waktu khusus setiap hari sebelum
pelajaran dimulai, misalnya 10 menit sebelum belajar dimulai, sebagai
waktu "membaca 10 menit."
2. Ritual Harian: Jadikan membaca selama 10 menit sebagai ritual harian
yang diikuti oleh semua siswa. Ini dapat diumumkan di seluruh
sekolah untuk memastikan konsistensi.
3. Buku Pilihan: Biarkan siswa membawa buku pilihan mereka sendiri
atau sediakan berbagai buku di kelas untuk mereka pilih.

22
4. Dorongan Guru: Guru dapat memberikan dorongan kepada siswa
untuk memanfaatkan waktu ini dengan baik, tetapi juga memberikan
kebebasan bagi siswa untuk memilih bacaan mereka.
 Kegiatan dikelas yang terintegrasi dengan mata pelajaran:
1. Membaca bersama (Shared Reading): Guru dan siswa membaca buku
bersama-sama dalam kelompok besar. Ini membantu siswa memahami
cara membaca dengan intonasi yang benar, pemahaman teks, dan
kosakata.
2. Diskusi Bacaan (Book Discussion): Setelah membaca buku atau cerita
bersama, siswa dapat berpartisipasi dalam diskusi kelompok tentang
isi buku tersebut, mengemukakan pendapat mereka, dan menganalisis
karakter, alur, dan pesan buku.
3. Kegiatan Membaca Independen (Independent Reading): Siswa diberi
waktu untuk membaca buku pilihan mereka sendiri. Ini
mempromosikan minat membaca dan membantu siswa memilih buku
sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
4. Pertunjukan Puisi atau Drama (Poetry or Drama Performance): Siswa
dapat menampilkan puisi atau drama yang mereka tulis atau pilih. Ini
membantu dalam pengembangan keterampilan berbicara dan
berkomunikasi secara efektif.
5. Kegiatan Menulis Kreatif (Creative Writing): Siswa menulis cerita
pendek, puisi, atau esai kreatif. Mereka dapat membaca hasil karyanya
kepada teman sekelas.

b. Pojok Baca:
1. Pengaturan Ruang: Tentukan area khusus di sekolah atau dalam setiap
kelas yang disediakan sebagai pojok baca. Pastikan area ini memiliki
buku-buku yang mudah diakses.

23
2. Jadwal Kunjungan: Jadwalkan waktu kunjungan ke pojok baca secara
terpisah dari waktu pelajaran biasa. Siswa dapat mengunjungi pojok baca
ini selama istirahat, sebelum atau sesudah sekolah, atau dalam waktu-
waktu luang tertentu.
3. Dukungan Guru: Libatkan guru dan staf sekolah dalam mengawasi dan
membantu siswa di pojok baca. Mereka dapat membimbing siswa dalam
memilih buku yang sesuai dan memberikan dorongan positif.
4. Variasi Bacaan: Pastikan pojok baca memiliki berbagai jenis buku untuk
memenuhi minat beragam siswa.

Pojok baca dan kegiatan membaca selama 10 menit sebelum belajar


adalah strategi yang baik dalam meningkatkan keterampilan literasi dan minat
membaca siswa. Kombinasi antara pojok baca dan membaca selama 10 menit
sebelum belajar adalah strategi yang komplementer. Pojok baca memberikan
akses yang mudah ke buku-buku dan menciptakan lingkungan membaca yang
nyaman di sekolah, sementara membaca selama 10 menit sebelum belajar
membantu siswa membiasakan diri dengan membaca secara teratur. Keduanya
dapat meningkatkan minat membaca, keterampilan membaca, dan kemampuan
pemahaman siswa. Akan tetapi dapat juga mengorganisasi keduanya secara
terpisah, Anda dapat memberikan fokus yang lebih khusus pada masing-masing
kegiatan. Pojok baca memberikan lingkungan yang nyaman untuk membaca
kapan pun siswa memiliki waktu luang, sementara "membaca 10 menit sebelum
belajar" adalah pendekatan yang terstruktur untuk membangun kebiasaan
membaca harian yang positif sebelum memulai pelajaran. Keduanya dapat
meningkatkan minat dan keterampilan membaca siswa dengan cara yang berbeda.

24
2. Kegiatan di Sekolah
1. Perpustakaan Sekolah (School Library): Sekolah dapat memiliki perpustakaan
yang lengkap dengan berbagai buku bacaan untuk siswa. Dukungan untuk
pengelolaan perpustakaan dan program baca bersama sangat penting.
2. Program Baca Bersama (Read-Aloud Program): Guru atau tamu yang membaca
secara berkesinambungan kepada siswa untuk membangun minat membaca.
3. Pementasan Drama dan Puisi (Drama and Poetry Performances): Sekolah dapat
mengadakan acara pementasan drama atau puisi oleh siswa untuk
mengembangkan keterampilan berbicara mereka.
4. Kegiatan Literasi Digital (Digital Literacy Activities): Sekolah dapat
mengintegrasikan keterampilan literasi digital dengan cara mengajar siswa
tentang penelusuran internet yang aman dan penggunaan alat-alat digital untuk
membaca dan menulis.
Program-program ini dapat meningkatkan keterampilan literasi siswa dan
mempromosikan minat membaca yang sehat. Ini juga menciptakan lingkungan
literasi yang mendukung pengembangan keterampilan literasi sepanjang hidup.

D. REFLEKSI TERKAIT MATA KULIAH LITERASI DASAR


Mata kuliah Literasi adalah pengalaman pembelajaran yang sangat
berharga bagi saya. Saya mengikuti mata kuliah ini dengan harapan bahwa saya
akan meningkatkan keterampilan literasi saya dan mendapatkan pemahaman yang
lebih mendalam tentang pentingnya literasi dalam pendidikan dan kehidupan
sehari-hari.
 Pemahaman Literasi: Selama mengikuti mata kuliah ini, saya telah
memperluas pemahaman saya tentang literasi. Saya kini lebih menyadari bahwa
literasi tidak hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga mencakup
keterampilan mendengarkan, berbicara, dan literasi digital.

25
Saya telah memahami bagaimana literasi memainkan peran penting dalam
pemahaman dunia di sekitar kita.
 Peningkatan Keterampilan: Mata kuliah Literasi telah membantu saya
meningkatkan keterampilan literasi saya. Saya merasa lebih percaya diri dalam
membaca dan menulis. Saya telah belajar bagaimana menganalisis teks dengan
lebih baik dan mengidentifikasi pesan yang terkandung dalam tulisan. Selain itu,
saya telah memperluas kosakata saya melalui membaca dan penulisan aktif.
 Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari: Saya telah mulai
mengidentifikasi bagaimana literasi berperan dalam kehidupan sehari-hari saya.
Saya dapat melihat bagaimana pemahaman teks membantu saya memahami
petunjuk, berita, dan informasi penting lainnya. Literasi juga berperan dalam
komunikasi saya, baik secara tertulis maupun lisan.
 Kesiapan untuk Masa Depan: Saya merasa bahwa mata kuliah ini telah
mempersiapkan saya untuk masa depan, terutama dalam konteks pendidikan. Saya
dapat lebih baik memahami tuntutan literasi dalam berbagai mata pelajaran dan
bagaimana literasi berperan dalam pembelajaran.
 Metode Pembelajaran yang Efektif: Saya menghargai metode
pengajaran yang digunakan dalam mata kuliah ini. Diskusi kelas, proyek menulis,
dan analisis teks telah membantu saya memahami konsep literasi dengan lebih
baik. Saya merasa bahwa interaktif dan berpartisipasi dalam diskusi sangat efektif
dalam memahami materi.
 Keterlibatan dalam Diskusi dan Proyek: Saya merasa senang telah aktif
berpartisipasi dalam diskusi kelas dan proyek yang terkait dengan literasi. Ini
memberi saya kesempatan untuk berbagi gagasan, mendengarkan pandangan
teman sekelas, dan bekerja sama dalam memahami topik literasi.
 Kendala atau Tantangan: Saya mengakui bahwa selama mata kuliah ini,
saya menghadapi beberapa tantangan dalam memahami konsep

26
tertentu, terutama saat berhadapan dengan bahan yang lebih teknis seperti literasi
digital. Namun, saya melihat ini sebagai peluang untuk terus belajar dan
meningkatkan pemahaman saya.
 Langkah Selanjutnya: Untuk langkah selanjutnya, saya berencana untuk
terus mengembangkan keterampilan literasi saya. Saya akan membaca lebih
banyak buku, menulis secara teratur, dan mencari kesempatan untuk berbicara dan
mendengarkan. Saya juga akan mempertimbangkan untuk berkontribusi pada
program literasi di komunitas saya.
 Apresiasi terhadap Literasi: Akhirnya, saya merasa bahwa mata
kuliah Literasi telah meningkatkan apresiasi saya terhadap literasi. Saya melihat
literasi sebagai kunci untuk mengakses pengetahuan dan
berpartisipasi dalam dunia yang semakin terhubung dan kompleks. Refleksi ini
membantu saya merenungkan pengalaman belajar saya dalam mata kuliah Literasi
dan merencanakan tindakan selanjutnya untuk terus meningkatkan keterampilan
dan pemahaman literasi saya.

27
BAB III KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini meliputi pentingnya literasi dalam pendidikan
dan pengaruhnya pada pembelajaran dan perkembangan individu. Hasil penelitian ini
merangkum temuan dan implikasi utama yang dapat diambil dari studi ini.
1. Pentingnya Literasi dalam Pendidikan: Literasi memiliki peran yang sangat
penting dalam pendidikan. Ini adalah dasar dari pembelajaran yang efektif di
semua mata pelajaran. Dari membaca dan menulis hingga berbicara dan
mendengarkan, literasi adalah keterampilan dasar yang mendukung pemahaman
dan ekspresi.
2. Literasi sebagai Keterampilan Hidup: Literasi juga ditempatkan sebagai
keterampilan hidup yang sangat penting. Kemampuan untuk memahami dan
menggunakan informasi adalah keterampilan yang relevan dalam berbagai
konteks, termasuk dalam kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja.
3. Tantangan dalam Peningkatan Literasi: Penelitian ini juga
mengidentifikasi beberapa tantangan dalam meningkatkan literasi. Faktor- faktor
seperti ketidaksetaraan akses, kurangnya sumber daya, dan perubahan lingkungan
digital merupakan hambatan yang perlu diatasi dalam upaya meningkatkan
literasi.
4. Peran Pendidik: Peran pendidik dalam mengembangkan literasi siswa sangat
penting. Guru harus mendukung siswa dalam mengembangkan keterampilan
literasi melalui pengajaran yang kreatif dan penggunaan sumber daya yang sesuai.
5. Literasi Digital: Literasi digital menjadi semakin penting dalam era digital.
Siswa perlu diberdayakan dengan kemampuan literasi digital untuk berhasil
dalam dunia yang semakin terhubung.
6. Kesadaran akan Pentingnya Literasi: Pendidikan harus menekankan
kesadaran akan pentingnya literasi sepanjang kehidupan. Mendorong

28
minat membaca dan pengembangan keterampilan literasi harus menjadi fokus
dalam kurikulum dan aktivitas sekolah.
7. Langkah Selanjutnya: Studi ini juga mengidentifikasi beberapa langkah
selanjutnya dalam pengembangan literasi, termasuk program literasi yang lebih
terfokus, dukungan terhadap guru dalam meningkatkan keterampilan literasi
mereka, dan kerja sama yang lebih erat dengan orang tua dalam mendukung
perkembangan literasi siswa.
Kesimpulan ini meliputi pentingnya literasi dalam pendidikan dan
menekankan bahwa literasi adalah keterampilan yang mendukung pemahaman dunia
di sekitar kita. Dengan memahami literasi, kita dapat meningkatkan pembelajaran
siswa dan mempersiapkan mereka untuk tantangan masa depan.

29
Daftar Pustaka:
Darmawi, A. W. (2015). Literasi: Media dan Kritik Budaya. PT Remaja Rosdakarya.

Hornby, A. S. (2000). Oxford Advanced Learner's Dictionary. Oxford University


Press.

Murdayanti, Dr. (2013). Literasi Media dan Literasi Digital: Kunci Keberhasilan di
Era Digital. PT Remaja Rosdakarya.

Suyitno, A. (2008). Bahasa dan Literasi: Pendekatan Interdisiplin. Pustaka Pelajar.

Iskandarwassid. (2019). Dasar-Dasar Literasi: Pendekatan Multiliterasi. Bumi


Aksara.

Soenarso, S. (2018). "Literasi Digital Mahasiswa Perguruan Tinggi Pendidikan: Studi


Deskriptif di Perguruan Tinggi Jakarta". Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, 3(1), 37-45.

Wijanto, S. (2020). "Literasi Budaya dan Literasi Visual dalam Proses Pembelajaran
Seni di Sekolah Dasar". Jurnal Pendidikan Seni dan Budaya, 6(2), 77-86.

Subadi, T. (2019). "Pengembangan Model Literasi Sains dengan Pendekatan


Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa". Jurnal Pendidikan Sains dan Matematika, 7(2), 139-148.

30

Anda mungkin juga menyukai