Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN BAKTERI PSEUDOMONAS SP.

PADA LIMBAH
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT UNTUK PEMANFAATAN
SEBAGAI PUPUK ORGANIK

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Mulyorini Rahayuningsih M,Si.

Penyusun:

Grace Natalia Masrani (F3401221079)


Syafira Maulina (F3401221093)
Fatih Imtiyazul Ihsan (F3401221126)
Hafizh Aqsath Paringga Muhammad (F3401221135)
Mohammad Thaariq Adlwa (G8401221027)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
IPB UNIVERSITY
BOGOR
2023
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan zaman, banyak ditemukan berbagai permasalahan
yang disebabkan kesalahan manajemen pertanian yaitu pencemaran oleh pupuk
kimia dan pestisida kimia akibat pemakaian secara berlebihan yang berdampak
terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat
tercemarnya bahan-bahan sintetis tersebut.
Indonesia dikenal sebagai negara agraris, karena sekitar 70% penduduknya
tinggal di daerah pedesaan (Roidah 2013). Kondisi seperti ini mengakibatkan
peranan dalam sektor pertanian menjadi andalan utama mata pencaharian
penduduk Indonesia. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) diprediksikan akan terus menurun pada masa yang akan datang. Hal ini
harus dilakukan pencegahan yaitu dengan cara meningkatkan produksi pertanian
baik secara kualitas maupun kuantitas. Masyarakat banyak yang menyadari
tentang efek negatif dari penggunaan bahan – bahan kimia, seperti pupuk dan
pestisida kimia sintetis serta hormon tumbuh dalam produksi pertanian terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai negara yang dianugerahi oleh
keanekaragaman hayati yang banyak, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah,
serta budaya masyarakat yang menghormati alam, maka Indonesia mempunyai
modal dasar yang sangat besar untuk mengembangkan pertanian organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam, yang berupa sisa-sisa
organisme hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan (Winarni 2013). Pupuk
organik mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang
dibutuhkan oleh tumbuhan, supaya dapat tumbuh dengan subur. Beberapa jenis
pupuk yang termasuk pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos
dan pupuk guano (Handayani et al 2011). Pupuk organik merupakan dekomposisi
bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi
senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroba. Bakteri merupakan salah satu
contoh mikroba. Pada kali ini bakteri yang akan dianalisis adalah Pseudomonas sp
pada limbah kelapa sawit dalam penggunaannya sebagai pupuk organik.

TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menggali pemahaman
yang lebih dalam mengenai peran bakteri Pseudomonas sp. dalam penggunaan
limbah kelapa sawit sebagai bahan baku dalam produksi pupuk organik.
PEMBAHASAN

Penggunaan bakteri Pseudomonas sp. di dalam limbah kelapa sawit dalam


penggunaannya sebagai pupuk organik harus melalui beberapa tahapan. Beberapa
tahapan yang harus dilalui adalah identifikasi, isolasi, dan preservasi. Setiap
tahapan memiliki metode dan fungsi yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan
pupuk organik yang berkualitas, setiap tahapan harus dilalui dengan baik.

1. IDENTIFIKASI
Bakteri Pseudomonas sp. adalah jenis mikroorganisme yang banyak
ditemukan di lingkungan sekitar dan memiliki peran penting dalam ekosistem.
Salah satu perannya adalah mengikat fosfor, yang secara positif mempengaruhi
ketersediaan fosfat untuk tanaman. Selain itu, bakteri Pseudomonas sp. juga
menghasilkan enzim antibiotik yang berperan dalam interaksi antar-bakteri.
Pertumbuhan bakteri Pseudomonas sp. dapat diamati melalui perubahan
kekeruhan dalam media Nutrient Broth. Mereka menggunakan pepton sebagai
sumber organik dan asam amino sebagai sumber nitrogen, yang merupakan
komponen media Nutrient Broth (Imran dan Mustaka 2020).
Identifikasi bakteri Pseudomonas sp. dapat dilakukan dengan cara
pewarnaan gram, uji biokimia, analisis molekuler, dan karakter fisiologis.
Prosedur pewarnaan Gram dimulai dengan langkah pertama, yaitu mengolesi
koloni bakteri yang telah dibuat preparat dengan kristal violet (Gram A) selama
60 detik, lalu mencucinya dengan air mengalir dan mengeringkannya. Selanjutnya
(Gram B), langkah kedua melibatkan penambahan larutan iodium selama 60 detik,
diikuti dengan pencucian menggunakan air mengalir dan pengeringan. Setelah itu
(Gram C), langkah ketiga melibatkan penambahan larutan alkohol-aseton ke
preparat selama 15 hingga 30 detik, lalu pencucian dengan air mengalir dan
pengeringan. Kemudian (langkah keempat), larutan safranin ditambahkan ke
preparat selama 60 detik, diikuti dengan pencucian dan pengeringan. Terakhir
(langkah kelima), preparat diperiksa di bawah lensa mikroskop dengan perbesaran
1000x dan menggunakan minyak imersi (Sulviana et al. 2017).
2. ISOLASI
Isolasi merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan kultur murni
dari suatu bakteri sehingga menghasilkan bakteri yang identik dan berasal dari
satu sel tunggal yang sama. Isolasi untuk bakteri Pseudomonas sp. dimulai dengan
mengambil sampel bakteri. Sampel Pseudomonas sp. dapat berasal dari sumber
alami seperti tanah, air, dan tanaman. Pengambilan sampel dari sumber alami dari
tanah dan tanaman yang tergolong solid bisa menggunakan pinset steril dan
disimpan dalam plastik yang steril, sedangkan pengambilan sampel dari air bisa
menggunakan pipet yang steril dan disimpan pada tabung uji yang steril (Muslim
dan Suwandi 2023). Sampel juga bisa didapatkan dari bank kultur yang
menyediakan kultur Pseudomonas sp. (Widnyana dan Javandira 2016).
Setelah sampel didapatkan, sampel diinokulasi di sebuah media kultur.
Media kultur yang bisa digunakan untuk menumbuhkan Pseudomonas sp. yaitu
media seperti King B’s medium, Nutrient Agar, dan Pseudomonas Agar Base atau
PAB (Ali et al. 2014). Teknik inokulasi yang bisa dilakukan dalam proses
inokulasi Pseudomonas sp. ialah teknik streak-plate, spread-plate, dan pour plate.
Setelah dilakukan proses inokulasi sampel Pseudomonas sp. ke dalam sebuah
media, langkah berikutnya ialah proses verifikasi kemurnian isolat bakteri dengan
melakukan pengamatan koloni bakteri yang tumbuh. Jika koloni bakteri yang
tumbuh memiliki ciri yang identik, maka isolat bakteri yang tumbuh bisa
dikatakan berasal dari satu sel yang sama.

3. SELEKSI
Seleksi bakteri Pseudomonas sp. dilakukan dengan cara memilih bakteri
yang memiliki kemampuan khusus dalam mendegradasi senyawa pada limbah
cair kelapa sawit dan aman untuk digunakan sebagai pupuk organik. Metode
seleksi yang dapat digunakan dengan melakukan uji fisiologi pada bakteri
Pseudomonas sp. yang diisolasi, seperti uji hidrolisis pati dan uji patogenisitas
(Sari 2016).
Uji hidrolisis pati adalah uji yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
mikroorganisme dalam menghidrolisis pati menjadi gula. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan media yang mengandung pati sebagai sumber karbohidrat. Setelah
inkubasi, media diuji dengan menggunakan larutan iodin. Jika terbentuk zona
bening disekitar koloni bakteri, maka bakteri tersebut memiliki aktivitas amilolitik
atau dapat menghidrolisis pati menjadi gula (Nuryanti et al. 2021). Uji hidrolisis
pati digunakan untuk seleksi bakteri yang memiliki kemampuan untuk
mendegradasi bahan organik dalam limbah kelapa sawit dan menghasilkan
senyawa-senyawa yang berguna sebagai pupuk organik.
Sedangkan, Uji patogenisitas adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui apakah suatu mikroorganisme termasuk dalam patogen dan mampu
menimbulkan penyakit pada organisme inang. Uji ini dapat dilakukan pada
berbagai jenis organisme, seperti tanaman, serangga, dan hewan. Uji patogenisitas
dilakukan dengan cara menginokulasikan mikroorganisme pada organisme inang
dan mengamati apakah organisme inang tersebut mengalami gejala penyakit atau
tidak (Siahaan 2017). Uji ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa bakteri
yang digunakan sebagai agen pengolahan biologis pada limbah pengolahan kelapa
sawit tidak bersifat patogen dan aman digunakan

4. PRESERVASI
Limbah kelapa sawit adalah suatu buangan yang dihasilkan dari proses
pengolahan kelapa sawit yang berbentuk cair, padat, dan gas yang berpotensi
menyebabkan pencemaran lingkungan sekitar (Ahmad, 2011). Salah satu
pendekatan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan bakteri
Pseudomonas sp. yang mampu menguraikan limbah padatan tersebut menjadi
pupuk organik. Namun, untuk mempertahankan keberlangsungan bakteri ini,
diperlukan metode preservasi yang tepat. Preservasi bertujuan untuk menahan laju
aktivitas mikroba, sehingga daya tumbuh (viabilitas) dapat dipertahankan dan
untuk memelihara isolat agar daya tumbuh (recovery) dan kelangsungan hidupnya
tidak mengalami perubahan yang signifikan (Machmoed 2001).
Pada pengolahan limbah padatan kelapa sawit, metode preservasi yang
dapat digunakan pada bakteri Pseudomonas sp. adalah pengeringan beku
(freeze-drying). Menurut Bernasoni et al. (1995) pengeringan merupakan
pemisahan cairan dari suatu bahan padat yang lembab dengan cara menguapkan
cairan dan membuang uap yang terbentuk. Pengeringan beku atau freeze drying
merupakan proses pengeringan dengan cara pelarut dibekukan kemudian
disublimasi dari keadaan padat langsung menjadi gas kemudian diserap/divakum
hingga pelarut habis (Haryadi, 2013). Freeze drying atau pengeringan beku
merupakan teknologi pengeringan non termal dengan menggunakan suhu yang
rendah (Gaidhani et al. 2015). Hal ini sesuai dengan Kordi (2004) yang
menyatakan bahwa Bakteri Pseudomonas sp pH 5,3-9,7 umumnya berkembang
dengan baik pada pH antara 5,5-9,0. PH rendah merupakan keadaan yang optimal
bagi berkembang biaknya beberapa jenis bakteri patogen seperti bakteri
Pseudomonas sp. Advinda et al. (2015), menyatakan bahwa dengan penambahan
gliserol pada penyimpanan suhu beku mempengaruhi viabilitas Pseudomonas sp.
dalam bahan pembawa alginat pada 14 hari, 28 hari dan 42 hari masa inkubasi.
Kesimpulannya, penggunaan bakteri Pseudomonas sp. dalam pengolahan
limbah padatan kelapa sawit dengan metode pengeringan beku (freeze-drying)
adalah pendekatan yang efektif dalam mengatasi masalah pencemaran
lingkungan, menghasilkan pupuk organik yang bermanfaat, dan mempertahankan
kelangsungan hidup bakteri. Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa
penambahan gliserol dalam penyimpanan suhu beku dapat meningkatkan
viabilitas Pseudomonas sp. selama sehingga penyimpanan dapat bertahan lebih
lama. Dengan demikian bakteri Pseudomonas sp. menggunakan pengeringan
beku memiliki potensi dalam mendukung pengolahan limbah padatan kelapa
sawit yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
PENUTUP

KESIMPULAN

Penggunaan bakteri Pseudomonas sp. dalam pengolahan limbah kelapa


sawit sebagai pupuk organik merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa
tahapan penting, yaitu identifikasi, isolasi, seleksi, dan preservasi. Setiap tahapan
memiliki peran dan metode yang berbeda untuk mencapai hasil yang berkualitas.
Identifikasi bakteri Pseudomonas sp. adalah langkah awal yang penting, dan
metode seperti pewarnaan gram, uji biokimia, analisis molekuler, dan karakter
fisiologis dapat digunakan untuk mengidentifikasi bakteri ini. Identifikasi yang
tepat memastikan bahwa bakteri yang digunakan memiliki sifat yang diinginkan,
seperti kemampuan mengikat fosfor dan menghasilkan enzim antibiotik.
Isolasi merupakan langkah penting dalam memperoleh kultur murni dari
bakteri Pseudomonas sp. untuk memastikan bahwa mereka berasal dari sel
tunggal yang sama. Seleksi bakteri dilakukan dengan uji fisiologi, seperti uji
hidrolisis pati dan uji patogenisitas, untuk memilih bakteri yang mampu
mendegradasi limbah cair kelapa sawit dengan aman. Uji hidrolisis pati
mengidentifikasi kemampuan bakteri dalam mengurai pati menjadi gula, yang
berguna dalam pembuatan pupuk organik. Uji patogenisitas penting untuk
memastikan bakteri yang digunakan tidak bersifat patogen.
Preservasi melibatkan metode pengeringan beku (freeze-drying) untuk
mempertahankan daya tumbuh dan kelangsungan hidup bakteri Pseudomonas sp.
Pengeringan beku merupakan metode non-termal yang efektif dalam
mempertahankan viabilitas bakteri, dengan penambahan gliserol dapat
meningkatkan daya tahan selama penyimpanan.
Dengan demikian, pendekatan ini efektif dalam mendukung pengolahan
limbah padatan kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan,
menghasilkan pupuk organik berkualitas, dan memastikan keberlanjutan bakteri
Pseudomonas sp. dalam proses pengolahan limbah kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA

Advinda L, Fifendy M, In'am K. 2015. Penambahan gliserol pada bahan pembawa


alginat sebagai penstabil pertumbuhan bakteri Pseudomonas. Prosiding
Semirat bidang MIPA BKS-PTN Barat. Universitas Tanjungpura
Pontianak: 87 – 94.
Ahmad A. 2011. Penyisihan kandungan padatan limbah cair pabrik kelapa sawit
dengan bioreaktor hibrid anaerob bermedia cangkang sawit. Universitas
Riau.
Ali SZ, Sandhya V, Venkateswar RL. 2014. Isolation and characterization of
drought-tolerant ACC deaminase and exopolysaccharide-producing
fluorescent Pseudomonas sp. Annals of microbiology. 64(2): 493-502.
Bernasoni G. 1995. Teknologi Kimia Jilid 2. Edisi Pertama. Jakarta(ID) : Pradaya
Pratama
Gaidhani KA, Harwalkar M, Bhambere D, Nirgude PS. 2015. Lyophilization /
freeze drying review, WJPR.4(8).
Haryadi P. 2013. Pengeringan beku dan aplikasinya di industri pangan.
Foodreview. 8(2).
Imran, Mustaka ZD. 2020. Identifikasi kandungan kapang dan bakteri pada
limbah padatan (Decanter solid) pengolahan kelapa sawit untuk
pemanfaatan sebagai pupuk organik. Jurnal Agrokompleks. 20(1): 16-21.
Kordi MGHK. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta(ID) :
Bina Adiaksara dan Rineka Cipta.
Machmoed M. 2001. Teknik penyimpanan dan pemeliharaan mikrobia. Buletin
AgriBi. (4): 24-32.
Muslim A, Suwandi. 2023. Pengendalian Hayati Patogen Tanaman Dengan
Mikroorganisme Antagonis Edisi Revisi I. Sumatera Selatan (ID): UNSRI
PRESS.
Nuryanti S, Fitriana, Pratiwi AR. 2021. Karakterisasi isolat bakteri penghasil
selulosa dari buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). As-Syifaa Jurnal
Farmasi. 13(1):71-79.
Roidah IS. 2013. Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO. 1(1): 30-42.
Sari S. 2016. Pengaruh aplikasi pupuk organik dengan campuran bakteri
Pseudomonas fluorescens terhadap serangan patogen Xanthomonas
axanopodis pada tanaman kedelai. Jurnal Agribios. 14(2).
Siahaan MM. 2017 Pengaruh aplikasi mikroba antagonis untuk mengendalikan
penyakit layu bakteri pada tanaman tomat yang disebabkan oleh Ralstonia
solanacearum [Thesis]. Malang : Universitas Brawijaya.
Sulviana AW, Puspawati N, Rukmana RM. 2017. Identifikasi Pseudomonas
aeruginosa dan uji sensitivitas terhadap antibiotik dari sampel pus infeksi
luka operasi di RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Biomedika. 10(2): 18-24.
Widnyana IK, Javandira C. 2016. Activities Pseudomonas sp. and Bacillus sp. to
stimulate germination and seedling growth of tomato plants. Agriculture and
Agricultural Science Procedia. 9(1): 419-423.
Winarni E, Ratnani RD, Riwayati I. Pengaruh jenis pupuk organik terhadap
pertumbuhan tanaman kopi. Jurnal Momentum. 9(1): 35-39.

PERAN ANGGOTA :

● Grace Natalia Masrani (F3401221079) - Menuliskan bagian preservasi


bakteri Pseudomonas Sp.
● Syafira Maulina (F3401221093) - Menuliskan bagian Identifikasi bakteri
Pseudomonas sp.
● Fatih Imtiyazul Ihsan (F3401221126) - Menuliskan bagian seleksi bakteri
Pseudomonas Sp.
● Hafizh Aqsath Paringga Muhammad (F3401221135) - Membuat cover,
latar belakang, tujuan, dan penutup serta merapikan isi makalah
● Mohammad Thaariq Adlwa (G8401221027) - Menuliskan bagian isolasi
bakteri Pseudomonas sp.
.

Anda mungkin juga menyukai