Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

IMPLEMENTASI PEMBERIAN BEKATUL FERMENTASI


MENGGUNAKAN EM4 TERHADAP PENINGKATAN BOBOT
BADAN DAN EFISIENSI BIAYA PAKAN AYAM ARAB
PEJANTAN DI MAHARDIKA FARM

SARAH ADILLA

DINAS PERTANIAN
KABUPATEN GRESIK
2023
ABSTRAK

Kebanyakan peternak memanfaatkan ayam arab untuk diambil telurnya

karena produksi telurnya yang tinggi. Dengan begitu, anak ayam arab kelamin

jantan tidak dibutuhkan bahkan kebanyakan dibuang. Bagi peternak yang jeli,

ayam arab yang relatif tidak dipakai ini lah yang memunculkan peluang usaha.

Ayam arab pejantan ini bisa dibesarkan seperti layaknya ayam kampung atau

ayam joper karena memiliki tekstur daging relative sama dengan tekstur daging

ayam kampung. Mahardika Farm bergerak di bidang peternakan ayam arab.

Untuk saat ini populasi sebanyak 4.000 ekor yang terdiri dari ayam arab produksi

telur dan ayam arab jantan pedaging. Faktor keberhasilan dari suatu peternakan

ayam arab adalah dari pakan, untuk pakan ayam arab pejantan pedaging

membutuhkan pakan yang lebih banyak dari pada ayam arab produksi telur.

Untuk pakan yang diberikan kepada ayam arab pejantan adalah full voer dengan

kandungan protein 19-20 % yang diproduksi oleh pabrik pakan. Kendala yang

kami hadapi adalah harga pakan voer yang semakin mahal. Namun dengan

adanya teknologi pakan berupa fermentasi bekatul, diharapkan dapat menekan

biaya pembelian pakan voer. Saya memilih fermentasi bekatul dikarenakan

harga bekatul relative murah dan mudah di dapatkan.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun laporan tugas akhir

dengan judul “ Implementasi Pemberian Bekatul Fermentasi Menggunakan

EM4 Terhadap Peningkatan Bobot dan Efisiensi Biaya Pakan Ayam Arab di

Mahardika Farm “

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun metriil

sehingga makalah ini dapat selesai.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik

mungkin, penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca untuk memperbaiki kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para

pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

iii
DAFTAR ISI

Abstrak ......................................................................................................... ii

Kata Pengantar ............................................................................................ iii

Daftar Isi ....................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 2

1.3. Tujuan .................................................................................... 3

1.4. Manfaat .................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................... 4

2.3. Landasan Teori....................................................................... 7

2.2.1. Budidaya Ayam Arab Pejantan.................................... 7

2.2.2. Fermentasi Dedak Menggunakan EM4 ....................... 14

2.2.3. Analisa Usaha ............................................................. 17

2.2.4. Margin ......................................................................... 21

2.4. Kerangka Pikir ........................................................................ 24

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertambahan Bobot Badan Ayam Arab Pejantan ................... 25

4.2. Konsumsi Pakan Ayam Arab Pejantan ................................... 26

4.3. Konversi Ransum Ayam Arab Pejantan .................................. 27

4.4. Analisa Usaha ........................................................................ 28

BAB IV PENUTUP

1.1. Kesimpulan ............................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34

iv
v
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut buku “ Meningkatkan Produktifitas Ayam Arab Petelur “

Ayam Arab merupakan ayam yang berasal dari Negara Belgia atau

bisa disebut dengan nama silver brekel. Ciri khas ayam ini terdapat

pada bulu-bulu seluruh tubuhnya berupa tambalan mirip sorban. Ayam

arab dan ayam arab betina terlihat hampir sama. Perbedaannya hanya

terdapat pada jengger. Ayam jantan Arab memiliki lambang bergerigi

panjang. Lambang Ayam Arab mulai tumbuh pada minggu pertama

kehidupan.Kebanyakan peternak memanfaatkan ayam arab untuk

diambil telurnya karena produksi telurnya yang tinggi. Dengan begitu,

anak ayam arab kelamin jantan tidak dibutuhkan bahkan kebanyakan

dibuang. Bagi peternak yang cermat, ayam arab yang relatif kurang

dimanfaatkan ini menciptakan peluang bisnis. Ayam arab pejantan ini

bisa dibesarkan seperti layaknya ayam kampung atau ayam joper

karena memiliki tekstur daging relative sama dengan tekstur daging

ayam kampung.

Mahardika Farm bergerak di bidang peternakan ayam arab.

Untuk saat ini populasi sebanyak 4.000 ekor yang terdiri dari ayam

arab produksi telur dan ayam arab jantan pedaging. Faktor

keberhasilan dari suatu peternakan ayam arab adalah dari pakan,

sebab biaya yang harus dikeluarkan peternak selama proses produksi

yaitu sekitar 60-70% (Gunawan et al, 2014). Untuk pakan ayam arab

1
pejantan pedaging membutuhkan pakan yang lebih banyak daripada

ayam arab produksi telur. Untuk pakan yang diberikan kepada ayam

arab pejantan adalah full voer dengan kandungan protein 19-20 % yang

diproduksi oleh pabrik pakan. Kendala yang kami hadapi adalah harga

pakan voer yang semakin mahal. Namun dengan adanya teknologi

pakan berupa fermentasi bekatul, diharapkan dapat menekan biaya

pembelian pakan voer. Saya memilih fermentasi bekatul dikarenakan

harga bekatul relative murah dan mudah di dapatkan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka

sangat perlu adanya implementasi pemberian fermentasi bekatul

menggunakan em4 untuk meningkatkan bobot badan dan mengefisien

biaya produksi. Hal ini juga dapat menghitung analisa usaha ayam

arab pejantan di Mahardika Farm menggunakan bekatul yang telah

difermentasi menggunakan em4.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana implementasi pemberian bekatul fermentasi

menggunakan em4 terhadap peningkatan bobot badan

ayam arab pejantan ?

2. Bagaimana biaya dan metode kuantitatif komparasi pemberian

bekatul fermentasi menggunakan em4 terhadap peningkatan

bobot badan ayam arab pejantan ?

3. Bagaimana efisiensi biaya pakan ayam arab pejantan di

Mahardika Farm ?

2
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui implementasi pemberian fermentasi

bekatul menggunakan em4 terhdap peningkatan bobot

badan ayam arab pejantan

2. Untuk mengetahui biaya dan metode kuantitatif komparasi

pemberian bekatul fermentasi menggunakan em4 terhadap

peningkatan bobot badan ayam arab pejantan

3. Untuk mengetahui efisiensi biaya pakan ayam arab

pejantan di Mahardika Farm

1.4. Manfaat
1. Dapat membantu peternak dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi terkait dengan implementasi

pemberian fermentasi bekatul terhadap peningkatan bobot

badan badan dan efisiensi biaya pakan ayam arab pejantan

2. Dapat memberikan informasi tentang analisa usaha ayam

arab pejantan dengan implementasi fermentasi bekatul

menggunakanEM4

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Kajian Teori

1 Pemberian Dedak Yang • Masalah utama dari penggunaan

Difermentasi Dengan Em4 dedak padi sebagai pakan ternak

Sebagai Pakan Ayam Broiler adalah rendahnya kandungan protein

(Najmah Ali, gustina, Dahniar, kasar dan tingginya kandungan serat

2019) kasar (Gunawan et al, 2014)

• Menurut Sukaryana et al (2011),

proses fermentasi dapat

meminimalkan pengaruh antinutrisi

dan meningkatkan kecernaan bahan

pakan dengan kandungan serat kasar

tinggi yang terdapat pada dedakpadi.

2 Performans Ayam Kampung • Ransum merupakan komponen biaya

Super Pada Pakan Yang terbesar yaitu 60-80% dari seluruh

Disubtitusi Dedak Padi biaya produksi pada ternak unggas

Fermentasi Dengan Fermentor (Rasyaf, 2006).

Berbeda • pada ransum ternak khususnya pada

unggas terbatas, sehingga dibutuhkan

suatu perlakuan khusus untuk

4
(Sitti Munira, La Ode Nafiu, Andi meningkatkan kandungan gizinya

Murlina Tasse, 2016) (meningkatkan kandungan protein dan

menurunkan kandungan serat kasar).

Salah satu cara perlakuannya adalah

proses fermentasi.

3 PENAMPILAN AYAM KUB • Utami (2011) melaporkan bahwa

UMUR 3 BULAN YANG DIBERI dedak padi mengandung nutrisi bahan

PAKAN DEDAK FERMENTASI kering 88,93%, protein kasar 12,39%,

DAN TIDAK FERMENTASI serat kasar 12,59%, kalsium 0,09%

(Harwi Kusnadi, Ria Puspitasari, dan posfor 1,07%

Evi Silviyani, Engkos Kosmana, • Semakin lama waktu fermentasi

Yudi Sastro, wahyuni Amelia semakin banyak zatzat yang dapat

Wulandari, 2021) dirombak, sebaliknya semakin banyak

level inokulum yang diberikan maka

semakin cepat fermentasi berlangsung

(Martaguri el al., 2011)

4 PENGARUH PAKAN • Dedak padi merupakan sisa dari

FERMENTASI TERHADAP penggilingan padi yang di manfaatkan

KADAR PROTEIN KADAR AIR sebagai sumber energi pada pakan

DAN KADAR LEMAK DAGING ternak dengan kandungan serat kasar

AYAM LOKAL PEDAGING berkisar 6-27% (Putrawan dan

UNGGUL (ALPU) Soerawidjaja, 2007).

(Syah Mohd Hadiid Thaariq, • Faktor pembatas penggunaannya

2018) dalam ransum unggas adalah tingginya

5
kandungan asam fitat, tannin, dan

serat kasarnya, sehingga ternak

unggas tidak dapat mencerna senyawa

tersebut (Bidura et al., 2010).

• Teknologi fermentasi pakan

merupakan salah satu teknologi

pengolahan bahan makanan secara

biologis yang melibatkan aktivitas

mikroorganisme guna memperbaiki

gizi bahan berkualitas rendah.

Fermentasi juga dapat meningkatkan

nilai kecernaan (Winarno, 2000)

5 EFISIENSI RANSUM DENGAN • Menurut Scot dkk., (1995) kebutuhan

PENGGUNAAN DEDAK PADI energi termetabolis ayam tipe ringan

FERMENTASI PADA AYAM umur 2-8 minggu antara 2600-3100

KAMPUNG FASE kkal/kg dan protein antara 18% - 21,4%

PERTUMBUHAN • menurut NRC (1994) kebutuhan energi

(Ibrahim, Usman, 2019) termetabolis dan protein masing -

masing 2900 kkal/kg dan 18%

• Efisiensi ransum adalah kemampuan

ransum yang dikonsumsi dalam satuan

waktu tertentu untuk menghasilkan

bobot badan seekor ternak dalam

waktu yang sama. Ukuran efisiensi

6
tersebut dapat berupa efisiensi teknis

(konversi ransum dan efisiensi ransum)

dan efisiensi ekonomis (Rasyaf, 1992).

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Budidaya Ayam Arab Pejantan

Ayam arab (Gallus turcicus) merupakan ayam kelas

mediterania yang merupakan hasil perkawinan dengan ayam

kampung. Ayam arab yang mulai populer sekitar 7 tahun yang lalu.

Menurut sebagian ulama, ayam arab telah dikembangkan di Jawa

Timur sejak tahun 1990. Ayam ini menjadi lebih populer di masyarakat

umum karena bertelur lebih banyak (tingkat pemijahan lebih tinggi)

daripada ayam domestik dan lebih mudah dipelihara daripada ayam

ras (Susilowati, 2004).

Ayam arab merupakan ayam yang jarang menetas dan memiliki

populasi bertelur yang cukup tinggi. Prospek pengembangannya cukup

baik mengingat ayam hutan merah memiliki banyak keunggulan dan

sangat mirip dengan ayam kampung (ayam lokal) yang masih digemari

yang spesifik, seperti rendah lemak dankolesterol (Susilowati, 2004).

Darmana dan Sitanggang (2002) menyatakan bahwa ayam arab bersifat

lincah, aktif dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Tubuh Braekel

berwarna putih, dengan tanda hitam yang berbeda digabungkan di seluruh

tubuh. Ada pigmen hitam (pewarna) di kaki, lambang merah, dan bintik-

7
bintik putih di telinga.

Gambar 2.1. A). Morfologi ayam arab betina. B) morfologi ayam arab jantan

Ciri-ciri ayam kampung ini adalah warna bulunya yang putih mulai dari

leher hingga kepala dan bulunya yang berwarna bintik-bintik hitam. Data

biologi ayam arab ditunjukkan pada Tabel 2.1.Tabel 2.1. data biologi

ayam arab ( Kusumawati, 2004 )

No. Data Biologis Keterangan

1. Lama hidup 5-10 tahun

2. Pubertas 9-9 tahun

3. Berat badan dewasa 1-2,5 kg

4. Temperatur tubuh 40,9-41.90C

5. Tekanan darah sistolitik/diastolitik 150-120 mmHg

6. Frekuensi respirasi 15-40/menit

7. Frekuensi jantung 180-450/menit

8
Banyak manfaat budidaya aram arab jantan, diantaranya :

• Minim pesaing

Dalam ternak ayam arab jantan memang tidak banyak yang

melakukannya. Oleh karena itu, karena kurangnya pesaing,

peluang ternak cukup luas.

• Pejantan ayam arab jantan banyak yang tidak dimanfaatkan Dalam

pembesaran DOC atau bibit ayam arab biasanya peternak

mencampur jenis kelamin dari ayam arab tersebut. Hal ini karena

sulit atau tidak mungkin untuk menentukan jenis kelamin ayam jika

ayam tersebut masih DOC atau umur semai. Ketika ayam arab

berumur dua bulan, atau ayam arab berumur tiga bulan, ayam mulai

mengenali jenis kelaminnya pada umur tersebut. Selama periode

ini, peternak biasanya memisahkan ayam arab betina dan mulai

bertelur, dan pejantan terkadang ditinggalkan atau diberikan kepada

siapa pun. Bagi peternak yang cermat, ayam arab yang relatif

kurang dimanfaatkan ini menciptakan peluang bisnis. Ayam jago

arab ini bisa diternakkan seperti ayam kampung atau ayam joper.

• Ayam arab mirip dengan ayam kampung. Padahal, penggunaan

ayam arab ada pada telurnya. Padahal, ayam arab termasuk dalam

jenis ayam pemijahan. Namun, hanya sedikit orang yang

menggunakan daging untuk konsumsi. Padahal, tekstur ayam arab

relatif sama dengan ayam kampung.Daging ayam arab mirip

dengah ayam kampong Sebenarnya pemanfaatan ayam arab

terdapat pada telur nya. Padahal, ayam arab termasuk dalam jenis

9
ayam bertelur. Namun, hanya sedikit orang yang menggunakan

daging untuk konsumsi. Padahal, tekstur ayam arab relatif sama

dengan ayam kampung.

• Peluang usaha menetaskan bibit ayam arab

Ketika kita memiliki ayam jantan, peluang menetas terbuka. Karena

ayam arab jantan rajin dalam mengawini betinanya sehingga rasio

telur dibuahi akan besar dan kemungkinan telur menetas juga tinggi

Perkandangan Ayam Arab

Kandang merupakan faktor penting dalam keberhasilan budidaya unggas,

karena merupakan tempat hidup ayam sejak usia dini hingga produktif. Oleh karena

itu, kandang harus memenuhi semua persyaratan untuk menjamin kesehatan dan

pertumbuhan ayam domestik. Unsur-unsur desain kandang ayam yang baik meliputi

ventilasi, dinding kandang, lantai, atap kandang, dan bahan konstruksi kandang

(Priyatno, 2002).

Kandang dan peralatan yang dikandungnya adalah sarana yang paling

penting dari peternakan unggas yang intensif, efisien dan efektif. Kandang harus

nyaman dan dirancang serta disediakan untuk memenuhi kebutuhan hidup ayam

yang wajar, karena ayam akan terus dikurung. Dalam hal ini, Anda perlu

mempertimbangkan di mana dan di mana menempatkan kandang, serta struktur dan

bentuk kandang itu sendiri. Karena kandang adalah aset (investasi) yang berharga,

kami memiliki kesalahan dalam strukturnya sejak awal. Perbaikan tambal sulam

tidak terlalu membantu, tetapi hasil yang salah selalu menyebabkan masalah, tetapi

sebisa mungkin dihindari (Williamsons dan Payne, 1993).

10
Berdasarkan struktur kandang, kandang dapat dibedakan menjadi kandang

baterai, kandang pos dan kandang panggung. Kandang baterai menggunakan

sistem lantai berlubang atau kawat. Kandang baterai adalah sangkar berbentuk

persegi panjang yang disusun dalam barisan panjang dengan dua lapisan atau lebih

(North, 1994).

Kandang surat. Kandang serasah adalah jenis peternakan unggas yang

bagian bawah kandangnya dapat ditutup dengan lantai seperti sekam padi, serbuk

gergaji, tongkol jagung, jerami padi cincang, dan kapur yang dicampur dengan

bahan serasah (Sudjarwo dan Indarto,). 1989). Serasah yang baik harus dapat

memenuhi beberapa kriteria. Artinya memiliki daya serap yang tinggi, lembut dan

tetap hangat sehingga tidak menyebabkan kerusakan dada, menyerap panas, dan

meratakan suhu di dalam kandang (Sudyarwo, 1989).

Menurut Suprijatna (2005), ada beberapa jenis struktur atap. Yaitu, atap

jongkok, atap bentuk A, kombinasi atap bentuk A dan jongkok, atap monitor, dan

atap setengah monitor.

Gambar 2.3. Model Atap KandangAyam

11
Pakan dan Minum Ayam Arab

Pakan adalah campuran berbagai zat organik dan anorganik untuk

ternak dan membantu memenuhi kebutuhan zat tersebut menanam

makanan (Suprijatna et al., 2005)

Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), ayam mengkonsumsi

pakan untuk memenuhi kebutuhan energinya, dan mereka terus makan

sebelum kebutuhan energinya terpenuhi. Jika Anda memberi ayam

kandungan energi yang rendah, ayam akan makan lebih banyak.

Dibandingkan dengan kandungan energi tinggi , maka semakin rendah

konsumsi pakannya, karenaayam makan untuk memenuhi kebutuhan

energinya. Ayam membutuhkan nutrisi seperti karbohidrat, lemak, mineral,

protein, vitamin dan air untuk keperluan hidupnya.

Selama fase pertumbuhan, ayam Arab membutuhkan makanan

berenergi tinggi dan berprotein tinggi. Untuk mendorong proses

pengolahan dan pertumbuhan yang seragam, disarankan untuk

menggunakan pakan ayam lengkap yang banyak tersedia di berbagai toko

pakan. Anda juga dapat mencampur 13%, 27%, dan 60% vitamin yang

ditambahkan untuk jagung, dedak halus, dan ayam arab untuk membuat

pakan Anda sendiri. Campuran ketiga bahan ini memberikan protein tinggi

dan energi yang sangat baik dan cocok untuk pertumbuhan ayam.

Air merupakan senyawa penting dalam kehidupaan. Dua pertiga dari

tubuh hewan adalah air dengan berbagai fungsi dalam kehidupan

(Parakkasi, 1999). Scott dkk. Menurut (1982), air memiliki fungsi sebagai

berikut: (1) Merupakan zat dasar darah, cairan interseluler dan intraseluler,

dan secara aktif terlibat dalam konversi zat makanan. (2) Karena air,

12
penting untuk mengontrol suhu tubuh. Ini memiliki penguapan dan panas

spesifik dari sifat-sifat ini, (3) membantu mempertahankan homeostasis

dengan berpartisipasi dalam reaksi fisiologis dan perubahan yang

mempengaruhi pH dan tekanan osmotik.konsentrasi elektrolit.

➢ Konsumsi pakan

Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak untuk mengkonsumsi

berbagai pakan yang digunakan dalam proses metabolisme tubuh

(Anggorodi, 1985). Menurut Siregar dkk. (1982) Dipengaruhi oleh

beberapa faktor, termasuk ukuran tubuh, jenis makanan, jenis

kelamin, aktivitas sehari-hari, suhu lingkungan, dan kuantitas dan

kualitas makanan yang diberikan.

Menurut potensi turun temurun, ternak dapat berproduksi dalam

kadar tertinggi bila mendapat nutrisi yang dibutuhkannya. Zat gizi

tersebut diperoleh dari ternak dengan cara mengkonsumsi

berbagai makanan (Sutardi, 1980).

➢ Konversi pakan

Rasio konversi pakan (FCR) adalah rasio jumlah pakan yang

dikonsumsi sebelum penjualan ayam (kg) terhadap berat

badan (kg) (Siregar et al., 1980). Oleh karena itu, semakin

kecil rasio konversi pakan, semakin tinggi rasio konversi

pakan. Persentase yang kecil berarti pertambahan berat

badan cukup atau ayam tidak makan terlalu banyak untuk

menambah berat badan (North, 1984).

13
Rasio konversi pakan adalah ukuran untuk membandingkan

jumlah pakan (telur atau daging) yang dikonsumsi dalam satuan

waktu yang sama. Konversi pakan banyak digunakan oleh peternak

guna mengukur kemampuan ternak dalam memanfaatkan pakan

menjadi produk baik daging atau telur. Konversi pakan pada ayam

adalah banyaknya pakan yang dihabiskan oleh ayam dalam

waktu tertentu untuk memperoduksi telur atau daging (Sarwono,

1991).

Rumus dari FCR adalah sebagai berikut :

FCR = jumlah pakan yang dikonsumsi (Kg)


Berat badan yang dicapai (Kg)

FCR didefinisikan sebagai jumlah kilogram pakan yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 1 kilogram berat badan. Idealnya satu

kilogram pakan dapat menghasilkan berat badan 1 kg atau bahkan

lebih (FCR ≤ 1). Jika nilai FCR lebih tinggi dari nilai standar, hal ini

menunjukkan adanya pemborosan pakan karena manfaat pakan

terhadap pertambahan bobot badan ayam belum maksimal.

2.1.2. Fermentasi Dedak Menggunakan Em4

Selain faktor genetik dan manajemen perawatan, salah satu

faktor kunci keberhasilan usaha tani adalah faktor pakan. Biaya pakan

dalam suatu usaha peternakan merupakan komponen terbesar dari total

biaya produksi yang harus dikeluarkan peternak selama proses produksi

yaitu sekitar 60- 70%. Untuk mendapatkan nutrisi yang lengkap, Anda

14
perlu menyediakan berbagai pakan berkualitas baik yang berasal dari

tumbuhan maupun hewan. Untuk mengatasi kendala tersebut

dibutuhkan inovasi-inovasi baru dalam penyediaan pakan yang

berkualitas, salah satu alternatif adalah penggunaan dedak fermentasi

dalam formulasi ransum ayam.Dedak padi merupakan hasil samping

limbah pertanian yang dapat dimanfaatkansebagai sumber energi pada

pakan ternak dengankandungan serat kasar 26-27 %. Masalah utama

dari penggunaan dedak padi sebagai pakan ternak adalah rendahnya

kandungan protein kasar dan tingginya kandungan serat kasar

(Gunawan et al, 2014). Ini meningkatkan nilai gizi dan kecernaan dedak

padi, dan penggunaan yang aman adalah dengan cara biologis, yaitu

teknologi fermentasi.

Peningkatan yang terjadi pada dedak padi fermentasi adalah

meningkatnya kandungan protein kasar. Fermentasi merupakan salah

satu teknologi pengolahan bahan pakan secara biologis yang

melibatkanaktifitas mikroorganisme guna memperbaiki gizi bahan

berkualitas rendah. Biasa bahan produk fermentasi relatif bisa bertahan

lama. Fermentasi dapat meningkatkan kualitas nutrisi bahan pakan,

karena proses fermentasi terjadi perubahan kimiawi senyawa-senyawa

organic (karbohidrat,lemak,protein, serat kasar dan bahan organik lain

baik dalam keadaan aerob maupun anaerob, melalui kerja enzim yang

dihasilkan mikroba. Menurut Sukaryana dkk. (2011), proses fermentasi

dapat meminimalkan efek antinutrisi dan meningkatkan kecernaan bahan

pakan berserat tinggi dalam dedak padi. Metode fermentasi yang dapat

digunakan untuk menurunkan serat kasar pada dedak padi adalah

15
fermentasi dengan menggunakan probiotik cair EM4 yang mengandun

sebagian besar bakteri fotosintetik (Rhodopseumonas spp), bakteri asam

laktat (Lactobacillus spp), yeast (Saccharomyces spp) yang

menguntungkan bagi pertumbuhan produksi ternak. Berdasarkan

pertimbangan tersebut, dilakukan penelitian tentang pengaruh dedak

fermentasi terhadap EM4 terhadap performans ayam. Berikut adalah

kandungan nutrisi dedak padi sebelum difermentasi dan sesudah

dilakukannya fermentasi

Tabel 2.2. Kandungan nutrisi dedak padi


Jumlah (%)
Perubahan
Komponen Tanpa Fermentasi
Nutrisi fermentasi Nilai
( Uji
( Astawan, 2010 ) proksimat ) Nutrisi

Protein 11,3 11,84 4,78 %

Karbohidrat 34 66,54 95,71 %


Lipid 15,0 2,99 -80,07 %
Serat kasar 7,0 5,78 -17,43 %
Kadar air - 31,46 -
Kadar abu 6,6 12,85 94,70 %

Cara pembuatan dedak fermentasi menggunakan EM4 :

Bahan :

• Dedak padi segar

• Air

• Molases

• Probiotik EM4

16
Alat :

o Bak/tong

o Terpal

Cara pembuatan :

1. Persiapkan tempat untuk membuat fermentasi pakan

2. Jika tempat sudah siap, kemudian kita masukan bekatul atau dedak

ketempat tersebut

3. Setelah itu masukan Air dan Gula secukupnya

4. Larutkan suplemen Probiotik EM4

5. Aduklah semua bahan campuran tadi dengan merata dan tutup rapat

sampai tempat menjadi kedap udara.

6. Dibutuhkan waktu 5 hari untuk menunggu proses fermentasi benar- benar

jadi.

7. Disetiap harinya kita harus membuka tutup fermentasi selama 15 menit.

8. Jika sudah 5 hari pakan fermentasi biasanya sudah siap untuk digunakan.

2.1.3. Analisa Usaha

Analisis bisnis adalah analisis dalam bentuk perencanaan,

penelitian, peramalan, dan evaluasi suatu perusahaan atau kegiatan

bisnis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui atau menghindari segala

kemungkinan buruk yang terjadi ketika proses bisnis dijalankan, karena

dalam sebuah usaha pasti memiliki resiko.Analisis tersebut juga bisa

digunakan untuk meningkatkan keuntungan dan tujuan utama sebuah

bisnis. Ya, sebenarnya sebuah analisis diperlukan untuk mengenal lebih

17
dalam sebuah bisnis dari segala sisi.

Cara melakukan analisis usaha :

1. Tentukan peluang usaha dengan analisis SWOT

2. Antisipasi ancaman bisnis terlebih dahulu dengan inovasi

3. Tentukan target pasar

4. Hitung anggaran dana

5. Rencanakan dan lakukan promosi

6. Minta saran dan kritik dari para pelanggan

7. Lakukan evaluasi

Tujuan dari analisa usaha adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan

bisnis dan menentukan soluasi untuk masalah bisnis. Analisa juga

berfungsi untuk mengambil keputusan tentang usahanya. Keputusan

ini didasari oleh hasil analisa dan data yang menunjukkan resiko-

resiko yang akan timbul di kemudian hari.

Berikut adalah rumus-rumus menganalisa usaha :

• Biaya produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran ekonomis yang harus

dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang. Berikut ini adalah

rumus untuk menghitung biaya produksi (Soekartawi, 2006).

Keterangan :

TC = TFC + TVC
TC = total biaya usaha

TFC = total biaya tetap usaha

TVC = total biaya variabel usaha

18
• Penyusutan

Penyusutan adalah pengalokasian biaya dan biaya perolehan secara

sistematis dan rasional selama masa manfaat aset tetap yang

bersangkutan, yang diuraikan secara sistematis sebagai berikut (Sondik,

2013):

Penyusutan = harga perolehan – nilai residu


Umur ekonomis

• Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah yang diterima pengrajin. Rumus untuk

menghitung pendapatan adalah sebagai berikut (Soekartawi, 2006)

TR = P x Q

Keterangan :
TR = total pendapatan usaha
P = harga produk dari usaha
Q =total penjualan usaha

• Keuntungan
Laba usaha merupakan penurunan total pendapatan akibat total biaya

usaha industri rumahan kerupuk opak. Secara matematis dapat

dituliskan sebagai berikut (Rahim dan Hastuti, 2007)

𝜋 = TR - TC

Keterangan :

𝜋 = keuntungan dari usaha

19
TR = total pendapatan usaha

TC = total biaya usaha

• Break Event Point ( BEP )

Titik impas atau BEP Menemukan jumlah barang atau jasa yang

harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi

biaya yang dikeluarkan dan memperoleh keuntungan. Berikut adalah

rumus BEP (Soekartawi, 2006).

Kriteria BEP Produksi adalah sebagai berikut :

BEP Produksi (Kg) = total biaya (Rp)


Harga jual (Rp)

a. Jika BEP Produksi < Jumlah Produksi, maka usaha berada

pada posisi menguntungkan.

b. Jika BEP Produksi = Jumlah Produksi, maka usaha berada

pada posisi titik impas atau tidak laba/tidak rugi.

c. Jika BEP Produksi >Jumlah Produksi maka usaha berada pada

posisi yang tidak menguntungkan.

Di sisi lain, standar penetapan harga BEP adalah sebagai berikut.

a. Jika BEP Harga < Harga Jual, maka usaha berada pada posisi

yang menguntungkan.

b. Jika BEP Harga = Harga Jual, maka usaha berada pada posisi

titik impas atau tidak laba/tidak rugi.

c. Jika BEP Harga > Harga Jual, maka usaha berada

pada posisi yang tidak menguntungkan.

20
• Revenue Cost Ratio

Revenue/ Cost Ratio adalah merupakan perbandingan antara total

penerimaan dengan total biaya dengan rumusan sebagai berikut :

Revenue Cost Ratio (R/C) = TR


TC
(Soekartawi,2006).

Jika R/C Ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan

atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio < 1, maka usaha

tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan.

Selanjutnya jika R/C ratio = 1 maka perusahaan berada pada titik impas

(break even point).

• ROI atau Return on Investment bisa disebut sebagai laba atas investasi

yang dihitung berdasarkan hasil pembagian dari pendapatan yang

dihasilkan oleh sejumlah modal yang ditanam.

ROI = ( Total Penjualan – Investasi ) x 100%


Investasi

2.2.4. Margin

Margin adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perbedaan antara keuntungan perusahaan dan penjualan sebagai

persentase. Dalam dunia bisnis, margin sering dikaitkan dengan istilah

profit. Dalam dunia akuntansi, margin digunakan sebagai amplifikasi dari

konsep laba. Ini berarti selisih penjualan dikurangi biaya produksi. Margin

adalah elemen penting dari laporan keuangan. Artinya margin itu wajib ada

21
di dalam dunia bisnis, terutama saat perusahaan berhasil meraih

keuntungan

Tujuan dari menghitung margin dalam sebuah bisnis :

• Mengetahui keuntungan perusahaan

• Mengetahui pertumbuhan perusahaan

• Menarik para investor

Cara menghitung margin dalam bisnis berdasarkan jenisnya

1. Margin laba kotor

Margin ini dihitung dengan cara mengurangkan harga pokok

penjualan (HPP) dari total penjualan, dibagi dengan total

penjualan, dikalikan 100%, dan hasilnya ditampilkan dalam

persentase.

Margin Kotor = ( Total Pendapatan – Harga Pokok Penjualan )

Total Pendapatan x 100%

2. Margin laba bersih


Tingkat pengembalian bersih ini digunakan untuk menentukan laba

yang dihasilkan perusahaan selama periode waktu tertentu.

Perhitungan margin ini dikurangi dengan biaya tambahan lainnya

seperti pajak, sewa dan investasi

Margin Bersih = ( Total Pendapatan–HPP – Biaya Operasional –


Biaya Pajak- Biaya lainnya )
Total Pendapatan x 100%

22
3. Margin laba operasional

Perhitungan margin laba operasi dimaksudkan untuk menghitung

keuntungan perusahaan dari pendapatan termasuk biaya

operasional termasuk total penjualan, utilitas, biaya manajemen

dan sebagainya. Namun, perhitungan ini tidak termasuk pajak,

utang, dan biaya non-operasional lainnya.

Margin Operasional = Total Pendapatan x 100 %

Pendapatan Operasional

23
2.2. Kerangka Pikir

IDENTIFIKASI MASALAH

KONDISI YANG DIHARAPKAN

KONDISI SEKARANG Pemberian pakan bekatul


fermentasi akan mempersingkat
1. Jenis usaha di Mahardika Farm waktu panen
memiliki 3.000 ekor ayam arab Untuk meningkatkan bobot badan
2. Biaya pakan relatif mahal ayam arab bisa dilakukan dengan
3. Waktu masa panen relative pemberian pakan bekatul
membutuhkan waktu lama fermentasi
Mengefisiensi biaya pakan

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana implementasi pemberian fermentasi bekatul
menggunakan em4 terhadap peningkatan bobot badan ayam
arab pejantan di Mahardika Farm ?
2. Bagaimana biaya dan metode kuantitatif komparasi pemberian
bekatul fermentasi menggunakan em4 terhadap peningkatan bobot
badan ayam arab pejantan ?
3. Bagaimana efisiensi biaya pakan ayam arab pejantan di Mahardika
Farm ?

TUJUAN

1. Untuk mengetahui implementasi pemberian fermentasi bekatul


menggunakan em4 terhadap peningkatan bobot badan ayam arab
pejantan
2. Untuk mengetahui biaya dan metode kuantitatif komparasi pemberian
bekatul fermentasi menggunakan em4 terhadap peningkatan bobot
badan ayam arab pejantan
3. Untuk mengetahui efisiensi biaya pakan ayam arab pejantan di
Mahardika Farm

24
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan selisih dari bobot akhir (panen)

dengan bobot badan awal pada saat tertentu. Pertumbuhan ternak sangat

tergantung dari pakan yang diberikan, jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi

maka ternak dapat mencapai bobot badan tertentu pada umur yang lebih muda

(North, 1978).

Tabel.4.1. Hasil perlakuan PBB ayam arab jantan hidup selama 3 bulan
pemeliharaan
Ulangan Perlakuan (Kg/ekor)

P0 P1 P2 P3

1 0,997 0,666 0,780 0,966

2 0,999 0,670 0,834 0,970

3 1 0,708 0,836 0,960

Rata-rata 0,999 0,681 0,816 0,965

Rata-rata bobot hidup ayam arab pejantan pada tabel 4.1. menunjukkan bahwa

dari angka tertinggi sampai terendah ada pada P0 (0,999), P3 (0,965), P2

(0,816), dan P1 (0,681). dari data tersebut memang P0 lebih tinggi dikarenakan

menggunakan pakan 100% voer Patriot yang memiliki kandungan protein 20%.

Namun untuk mengefisien biaya pakan yang dikeluarkan, maka perlu adanya

teknologi pakan berupa penambahan bekatul yang telah difermentasi, hasilnya

terdapat pada P3 dengan komposisi 50% voer + 50% bekatul fermentasi yang

memiliki rata-rata bobot badan per ekor 0,976 Kg.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan

pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot badan. Hal ini menandakan

bahwa penambahan bekatul yang telah difermentasi memberikan respon yang

25
baik terhadap penambahan bobot badan ayam arab pejantan. Hal ini disebabkan

karena meningkatnya kandungan protein bekatul karena melalui proses

fermentasi. Sependapat dengan pernyataan Mangisah et al (2008) melaporkan

bahwa proses fermentasi pakan secara signifikan dapat meningkatkan

kandungan protein pakan (meningkat 64,41%).

4.2. Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ternak

digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut

(Tilman dkk, 1991).

Tabel.4.2. Hasil perlakuan konsumsi pakan ayam arab pejantan selama 3 bulan
pemeliharaan
Perlakuan (Kg)
Ulangan
P0 P1 P2 P3

1 18,5 16,6 17,6 19,4

2 18,8 17,6 18,35 19,5

3 19,1 18,1 18,6 19,1

Total 56,4 52,3 54,55 58

Berdasarkan hasil sidik ragam pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa konsumsi

pakan ayam arab pejantan selama 3 bulan pemeliharaan memberikan pengaruh

yang tidak nyata pada setiap perlakuan penelitian (P>0,05). Hal ini dikarenakan

konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan,

kesehatan, suhu, dan kandang. Sependapat dengan pernyataan Widodo (2009)

melaporkan bahwa suhu, temperature, lingkungan, kesehatan ayam,

perkandangan, serta kandungan zat di dalam pakan tersebut.

Pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa konsumsi pakan yang paling tinggi

terdapat pada perlakuan 3, sedangkan konsumsi pakan paling sedikit terdapat

pada perlakuan 1. Hal ini sependapat dengan yang diungkapkan Soeharsono

26
(1976), North dan Bell (1990), dan Anggorodi (1995) tingkat energi dalam ransum

menunjukkan banyaknya ransum yang dikonsumsi ayam.

4.3. Konversi Ransum

Konversi ransum adalah hubungan antara jumlah yang dikonsumsi

dengan pertambahan berat badan selama satuan waktu tertentu (Anggarodi,

1985).

Tabel.4.3. Rata-rata konversi pakan dari DOC – panen


Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3

1 3,9 5 4,5 3,9

2 3,8 5,2 4,4 3,8

3 3,8 5,1 4,4 3,9

Rata-rata 3,8 5,1 4,4 3,9

Semakin kecil konversi ransum maka semakin efisien ternak dalam

mengkonversi pakan menjadi daging.Banyaknya konversi ransum yang

dikonsumsi selama DOC – panen (3 bulan) dari yang terkecil yaitu terdapat pada

perlakuan 100% voer dengan rata-rata 3,8 , sedangkan yang terbesar terdapat

pada perlakuan 100% bekatul fermentasi dengan rata-rata 5,1.

Berdasarkan sidik ragam, pada tabel 4.3. menunjukkan bahwa konversi

pakan dari DOC – panen (3 bulan) terhadap peningkatan bobot badan

memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan karena semakin

kecil nilai konversi ransum, artinya semakin mengefisiensi pakan. Sependapat

dengan Rasyaf (1994) yang berpendapat bahwa semakin kecil pendekatan

konversi ransum maka semakin hijau ransum, namun jika konversi ransum

meningkat maka terjadi pemborosan.

27
4.4. Analisa Usaha

Analisa usaha adalah sebuah kegiatan yang dilakukan pada sebuah

bisnis mulai dari perencanaan operasional, riset produk, memprediksi pasar, dan

mengevaluasi bisnis.

Tabel 4.4. Analisa usaha P0 (100% voer)


No Analisa Usaha Total

1 Biaya tetap Rp 815.413

2 Biaya variabel Rp 307.980.000

3 Total biaya produksi Rp 308.795.413

4 Penerimaan Rp 316.800.000

5 Keuntungan Rp 8.004.587

6 BEP unit 678 ekor

7 BEP harga Rp 20.385.325

8 R/C ratio 1,02

9 B/C ratio 0,02

10 ROI 2%

Berdasarkan perhitungan analisa usaha pada tabel 4.4. , pemeliharaan ayam

arab pejantan skala 10.000 ekor menghabiskan biaya Rp 308.795.413.

Memperoleh penerimaan sebesar Rp 316.800.000 dengan keuntungan yang

diperoleh sebesar Rp 8.004.587. Dan dari perhitungan R/C ratio sebesar 1,02,

B/C ratio 0,02 sedangkan nilai BEP unit diperoleh hasil sebanyak 678 ekor dan

BEP harga sebesar Rp 20.385.325 dengan nilai ROI sebesar 2%. Berdasarkan

hasil perhitungan R/C, B/C, BEP, ROI dengan menggunakan P0 menunjukkan

bahwa usaha tersebut layak untuk dikembangkan.

28
Tabel 4.5. Analisa usaha P1 (100% bekatul fermentasi)

No Analisa Usaha Total

1 Biaya tetap Rp 815.413

2 Biaya variabel Rp 170.425.000

3 Total biaya produksi Rp 171.240.413

4 Penerimaan Rp 108.960.000

5 Keuntungan - Rp 61.465.000

6 BEP unit 172 ekor

7 BEP harga Rp 3.706.423

8 R/C ratio 0,64

9 B/C ratio - 64

10 ROI - 0,36

Berdasarkan perhitungan analisa usaha pada tabel 4.5. , pemeliharaan ayam

arab pejantan skala 10.000 ekor menghabiskan biaya Rp 171.425.413.

Memperoleh penerimaan sebesar Rp 108.960.000 dengan kerugian yang

diperoleh sebesar

Rp 61.465.000. Dan dari perhitungan R/C ratio sebesar 0,64 , B/C ratio - 64

sedangkan nilai BEP unit diperoleh hasil sebanyak 172 ekor dan BEP harga

sebesar Rp 3.706.423 dengan nilai ROI sebesar -36%. Berdasarkan hasil

perhitungan R/C, B/C, BEP, ROI dengan menggunakan P0 menunjukkan bahwa

usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan.

29
Tabel 4.6. Analisa usaha P2 (25% voer + 75% bekatul fermentasi)

No Analisa Usaha Total

1 Biaya tetap Rp 815.413

2 Biaya variabel Rp 233.203.000

3 Total biaya produksi Rp 234.018.413

4 Penerimaan Rp 258.496.000

5 Keuntungan Rp 24.477.587

6 BEP unit 301 ekor

7 BEP harga Rp 8.154.130

8 R/C ratio 1,10

9 B/C ratio 0,10

10 ROI 10%

Berdasarkan perhitungan analisa usaha pada tabel 4.6. , pemeliharaan ayam

arab pejantan skala 10.000 ekor menghabiskan biaya Rp 234.018.413.

Memperoleh penerimaan sebesar Rp 258.496.000 dengan keuntungan yang

diperoleh sebesar Rp 24.477.587. Dan dari perhitungan R/C ratio sebesar 1,10,

B/C ratio 0,10 sedangkan nilai BEP unit diperoleh hasil sebanyak 301 ekor dan

BEP harga sebesar Rp 8.154.130 dengan nilai ROI sebesar 10%. Berdasarkan

hasil perhitungan R/C, B/C, BEP, ROI dengan menggunakan P0 menunjukkan

bahwa usaha tersebut layak untuk dikembangkan.

30
Tabel 4.7. Analisa usaha P3 (50% voer + 50% bekatul fermentasi)

No Analisa Usaha Total

1 Biaya tetap Rp 815.413

2 Biaya variabel Rp 273.121.000

3 Total biaya produksi Rp 273.936.413

4 Penerimaan Rp 305.696.000

5 Keuntungan Rp 31.759.587

6 BEP unit 228 ekor

7 BEP harga Rp 6.795.108

8 R/C ratio 1,12

9 B/C ratio 0,12

10 ROI 12 %

Berdasarkan perhitungan analisa usaha pada tabel 4.7. , pemeliharaan ayam

arab pejantan skala 10.000 ekor menghabiskan biaya Rp 273.936.413 .

Memperoleh penerimaan sebesar Rp 305.696.000 dengan keuntungan yang

diperoleh sebesar Rp 31.759.587. Dan dari perhitungan R/C ratio sebesar 1,12,

B/C ratio 0,12 sedangkan nilai BEP unit diperoleh hasil sebanyak 228 ekor dan

BEP harga sebesar Rp 6.795.108 dengan nilai ROI sebesar 12%. Berdasarkan

hasil perhitungan R/C, B/C, BEP, ROI dengan menggunakan P0 menunjukkan

bahwa usaha tersebut layak untuk dikembangkan.

31
BAB V
PENUTUP

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan makalah tentang Implementasi Pemberian Bekatul

Fermentasi Menggunakan Em4 Terhadap Peningkatan Bobot Badan dan

Efisiensi Biaya Pakan Ayam Arab Pejantan Di Mahardika Farm, adapun

kesimpulannya sebagai berikut :

1. Dari hasil implementasi pemberian bekatul fermentasi menggunakan EM4

terhadap peningkatan bobot badan ayam arab pejantan diketahui bahwa

bobot badan :

P0 (0,999) P2 (0,816)

P1 (0,681) P3 (0,965)

Untuk penjualan ayam arab hidup rumah potong ayam membutuhkan

ayam dengan bobot 0,9 – 0,95 Kg, sehingga dapat disimpulkan

bahwasannya P3 dengan bobot 0,965 Kg mampu memenuhi permintaan

kebutuhan rumah potong ayam

2. Biaya dan metode komparasi pemberian bekatul fermentasi

menggunakan EM4 terhadap peningkatan bobot badan ayam arab

pejantan :

P0 mendapatkan keuntungan sebesar Rp 8.004.587

P1 mengalami kerugian sebesar Rp 61.465.000

P2 mendapatkan keuntungan sebesar Rp 24.477.587

P3 mendapatkan keuntungan sebesar Rp 31.759.587.

3. Efisiensi biaya pakan ayam arab pejantan di Mahardika Farm terdapat

pada P3 dikarenakan dari perhitungan analisa usaha mendapatkan

32
keuntungan terbesar dan hasil akhir bobot badan P3 mampu memenuhi

permintaan rumah potong ayam yakni 0,9 – 0,95 Kg.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Bidura, I.G.N.G. 2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan ternak.


Penerbit Udayana University Press, Denpasar.
Darmana, Wirawan dan Sitanggang. 2002. Meningkatkan produktifitas
Ayam Arab Petelur. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Djarwanto. 1994. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis
Penulisan Skripsi. Yogyakarta : Liberty.
Gunawan, Widyobroto,B.P, Setioko A.R, Muladno. 2014. Teknologi
Pakan Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Indonesia.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Martaguri, I., Mirnawati, M., & Muis, H. 2011. Peningkatan kualitas
ampas sagu melalui fermentasi sebagai bahan pakan ternak.
Jurnal Peternakan 8(1), 38-43.
North. 2008. Commercial chicken production manual 2nd edition, Avi
Publ. Co., Inc., Westport, CT:31-8-321.
N.R.C. (1994). Nutrient Requirement for Poultry. National Research
Council, Washington D.C. USA.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia.
Jakarta. Universitas Indonesia Press..
Priyatno. 2002. Membuat Kandang Ayam. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Putrawan, I. D. G. A., dan T.H. Soerawidjaja. 2007.Stabilisasi dedak
padi melalui pemasakan ekstrusif Jurnal teknik kimia Indonesia
.6 (3) Desember 2007;681-688.
Rasyaf, M. (1992). Produksi & pemberian ransum unggas. Penerbit
Kanisius.
Rasyaf, M. 2006. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya,
Jakarta
Soeharsono. 1976. Respon broiler terhadap berbagai kondisi
lingkungan. Disertai. Universitas Padjajaran, Bandung.
Sarwono, Sarlito Wirawan, 1991, Psikologi Umum, Jakarta: Bulan
Bintang

34
Scott, M. L. M. C. Nesheim and RJ Young. 1982. Nutrition of The
Chicken. 3rd.Ed.ML Scott and Ithaca. New York.

Siregar. A. P. 1980. Tehnik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia.


Merdie Group.Jakarta.
Soekartawi, 2006. Analisis Usahatani. Jakarta. UI-Press. 110 hal.

Sudjarwo, E. dan P. Indarto. 1989. Pengaruh penggunaan berbagai


Macam van litter terhadap pertambahan bobot badan dan
konsumsi pakan ayam kampung umur 8 minggu. Seminar
tentang unggas lokal UniversitasDiponegoro, Semarang
Sukaryana, Y.U, Atmomarsono, V.D, Yunianto, E. Supriyatna. 2011.
Peningkatan Nilai Kecernaan Protein Kasar dan Lemak Kasar
Produk Fermentasi Campuran Bungkil Inti Sawit dan dedak
Padi pada Broiler. JITP, 1(3) : 167-172.
Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar
Ternak Unggas, Penebar Swadaya, Jakarta

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I Departemen Ilmu


Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Tilman DKK. 1991. Ilmu makanan ternak dasar. Gadjah Mada


University Press. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta

Utami, Y. 2011. Pengaruh imbangan feed suplemen terhadap


kandungan protein kasar, kalsium dan fosfor dedak padi yang
difermentasi Dengan Bacillus amyloliquefaciens.Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Andalas, Hal: 32. Padang.
Williamson, G. dan W. J.A. Payne. 1993 Pengantar Peternakan di
Daerah Tropis.Edisi Ketiga (Terjemahan) Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Winarno, F. G. 2000. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

35

Anda mungkin juga menyukai