Anda di halaman 1dari 8

Secara bahasa, “ ‫ “ العروض‬berarti “ ‫ “ ) الطريقالصعبة‬jalan yangsulit” ,(‫ ”الناحية‬,(arah” (‫الخشبة المعترضة‬

‫بيت‬--‫ط ال‬--‫ وس‬yang kayu ” Definisi ‘arudlsecara bahasa melintang di tengah-tengah rumah), “
‫ “ ) السحابالرقيق‬awan tipis),atau “ ‫ ) “ الناقةالصعبة‬unta yang sulit dijinakkan).‘Arudl juga merupakan
sebutan lain bagi kota Mekah karenaletaknya yang diyakini berada di tengah-tengah, dan di kota
Mekahinilah pertama kali diciptakannya Ilmu ‘Arudl. Pendapat lainmengatakan bahwa ‘Arudl
merupakan suatu tempat yang terletak diantara kota Mekah dan Thaif.Kata al-‘arudl essensinya
menunjukkan kepada sesuatu yangterletak di tengah-tengah sehingga jelas terlihat. ‘Arudl
memilikipengartian dasar sebagai sesuatu yang tampak jelas baik karenasesuatu itu sulit,
melintang di hadapan, berada di tengah-tengah, ataulainnya. Dalam hal ini, definisi secara bahasa
tersebut sesuai dengansifat dasar Ilmu ‘Arudl yang berfungsi untuk menjelaskan
fenomenafenomena yang jelas terdapat di dalam syair Arab.Adapun secara istilah, para ahli
berbeda pandapat dalammenjelaskan definisi Ilmu ‘Arudl. Al-Fadhali (1407 H: 11) serta
IsbirDefinisi ilmu ‘arudl& Ali (tt.: 15) mendefinisikan Ilmu ‘Arudl sebagai ilmu yangsecara
istilahmembahas tentang pokok-pokok dan kaidah-kaidah dari wazan syairArab; Shahib bin
‘Ibaad menjelaskan Ilmu ‘Arudl sebagai suatutimbangan untuk mengetahui keteraturan dan
kerusakan pola syairArab, sebagai mana Ilmu Nahwu sebagai alat pengukur untukmengetahui
kefasihan dan kekeliruan suatu ucapan; Haqqi (1970 :16) menjelaskan bahwa Ilmu ‘Arudl adalah
ilmu yang membahastentang kaidah-kaidah nazham.

Khath al-'arudl (‫( العروض خط‬atau kitabah ‘arudiyah ( ‫( الكتابةالعروضیة‬merupakan langkah pertama
yang harus dilakukan pelajaragar dapat mengetahui pola (metrum) suatu syair Arab. Khath
al-‘arudl penting dilakukan atau diketahui, setidaknya karena duaalasan: pertama, untuk
membedakan hurur-huruf syair yangdisuarakan dari yang tidak disuarakan atau memastikan
adanya huruf- huruf yang muncul dalam suara syair tetapi tidak tertuliskan dalamtulisan syair,
dan kedua, untuk mengetahui dan dapat menjelaskanperubahan yang terjadi dalam suatu tulisan
syair ataupenyimpangannya dari kaidah penulisan imlaiyah, penulisan Arabbaku. Cara penulisan
‘Arudl berbeda dengan cara penulisan imla’ standar yang digunakan adalah standar bunyi, bukan
standar tulisan.cara penulisan‘Arudl berbedaseperti yang biasa dikenal. Penulisan ‘Arudl (khath
al-‘arudl)dengan imla’didasarkan pada pelafalan atau pengucapan kalimat-kalimat syair, tidak
berdasarkan aturan tulisannya. Dalam penulisan ‘Arudl, kitaberpedoman pada apa yang
diucapkan atau didengar dari kata-katasyair, bukan berdasarkan bagaimana keharusan cara
penulisannyayang benar dalam kaidahimla’.

Wahdah Shautiyah (‫(الصوتیة الوحدة‬

Setiap syair pada hakikatnya tersusun atas satuan-satuan suara,yang dalam istilah syair Arab
disebut wahdah as-shautiyah. Satuan suara pada syair Arab merupakan unit bunyi terkecil yang
terbentuk karena adanya rangkaian harakat dan sukun pada kata bahasa Arab.dsb., kata-kata ini
terdiri dari dua harakat beriringan.satuan bunyiMinimal satuan suara adalah terdiri dari satu
harakat dan satu sukunterkecil dalamsyair disebut(berharakat sukun), sedangkan maksimalnya
terdiri dari empatwahdah shautiyahharakat dan satu sukun, yang dihitung berdasarkan bunyi
huruf-hurufketika sebuah kata bahasa Arab diucapkan.Penentuan harakat dan sukun, seperti telah
dijelaskan, didasarkanpada bunyi ujaran, bukan berdasarkan tulisannya. Berdasarkan
polaharakat-sukun tersebut, satuan-satuan bunyi syair Arab (wahdah as- shautiyyah) dibedakan
menjadi tiga bentuk, yaitu: sabab ( ‫ ( السبب‬,watad (‫ ( الوتد‬,dan fashilah (‫ الفصیلة‬.(Sabab terdiri atas
dua jenis, yaitusabab khafif dan sabab tsaqil; watad terdiri atas dua jenis yaituwatad majmu’ dan
watad mafruq; demikian pula fashilah terdiri atasdua jenis yaitu fashilah sughra dan fashilah
kubra. Secara rinci,jenis-jenis wahdah as-shautiyyah adalah sbb:(a) Sabab Khafif (‫ببالخفيف‬--‫الس‬
( Sabab khafif yaitu wahdah as-shautiyyah yang terbentuk darisatu harakat dan satu sukun,
dituliskan dengan lambang “o/”. Misalnya pada kata ْ‫ْ ُنك‬,‫ْ َم ك‬,‫ ِنم‬,ْ‫ ُلق‬,dsb., kata-kata ini terdiridari
satu harakat dan satu sukun.(b) Sabab Tsaqil (‫ ( السببالثقيل‬Sabab tsaqil yaitu wahdah as-shautiyyah
yang terbentuk dari “dua harakat yang beriringan”, tanpa desertai oleh sukun, dituliskan dengan
lambang “// ”. Misalnya pada kata َ 55, ‫َ َعم‬,‫ ِك ب‬,َ‫ )َك ل‬c(‘Majmu Watad) ‫ ( الوتد موع ا‬Watad majmu’
yaitu wahdah as-shautiyyah yang terbentuk dari “dua harakat beriringan” yang diikuti oleh “satu
sukun”, dituliskan dengan lambang “o//”. Misalnya pada kata ‫ لَىع‬,ٰ‫ َم َع نـ‬,ْ ‫ ِِم‬,ْ‫ رَىس‬,dsb., kata-kata ini
terdiri atas dua harakat beriringan dansatu sukun.(d) Watad Mafruq ( ‫ ( الوتدالمفروق‬Watad mafruq
yaitu wahdah as-shautiyyah yang terbentuk dari “dua harakat” yang di antaranya diseling oleh
“satu sukun”,dituliskan dengan lambang “/o/”. Misalnya kata ‫َْ يَنبـ‬,‫َ اَتم‬,‫ ْنَطب‬,ُ‫ ََّد م‬,dsb., kata-kata ini
terdiri atas dua harakat dengan satu sukundi tengahnya.(e) Fashilah Sughra ( ‫غرى‬--‫الفصيلةالص‬
( Fashilah Shughra yaitu wahdah as-shautiyyah yang terbentukdari “tiga harakat” yang diikuti
oleh “satu sukun”, dirumuskank Misalnya///”. o “lambang denganata ‫َبَص ٌر‬, ‫ َنَصَر ا‬, ‫َبِرئُـْو ا‬, ‫ َجَبٌل‬d, sb..
shughra Fashilahdari gabungan merupakan dasarnya pada sabab tsaqil (//) dan sabab khafif (o/).
‫( ( الكبرى‬f) Fashilah Kubra ( ‫الفصيلة‬Fashilah kubra yaitu wahdah as-shautiyyah yang terbentuk dari
“empat harakat” yang diikuti oleh “satu sukun”, dirumuskan////”. o “lambang denganMkata
isalnya‫ُسبُـ َلَنا‬, ‫َك َر َم ٌة‬, ‫ََم َك ًة‬-‫ س‬, ‫ َنَصَر ُهْم‬, dsb. Fkubra ashilahdari gabungan merupakan dasarnya pada
sabab tsaqil (//) dan watad majmu’(o//).

Taf’ilah (‫( التفعيلة‬dan Wazan (2.7(‫ الوزن‬Taf’ilah (‫( التفعيلة‬dan Wazan (2.7(‫ الوزن‬Taf’ilah (‫( التفعيلة‬dan
Wazan (‫(الوزن‬Satuan-satuan bunyi (wahdah as-shautiyyah) di dalam syairSatuan-satuan bunyi
(wahdah as-shautiyyah) di dalam syairSatuan-satuan bunyi (wahdah as-shautiyyah) di dalam
syairmembentuk taf’ilah, yang merupakan bentuk dari suatu wazanmembentuk taf’ilah, yang
merupakan bentuk dari suatu wazanmembentuk taf’ilah, yang merupakan bentuk dari suatu
wazansatuan-satuansatuan-satuansatuan-satuan(timbangan) syair. Dengan kata lain, taf’ilah
merupakan gabungan(timbangan) syair. Dengan kata lain, taf’ilah merupakan
gabungan(timbangan) syair. Dengan kata lain, taf’ilah merupakan gabunganbunyi syairbunyi
syairbunyi syairmembentukmembentukmembentukdari beberapa wahdah as-shautiyah. Secara
bahasa, taf’ilah berartidari beberapa wahdah as-shautiyah. Secara bahasa, taf’ilah berartidari
beberapa wahdah as-shautiyah. Secara bahasa, taf’ilah berartimetrummetrummetrumpotongan-
potongan, dalam hal ini potongan-potongan syair.potongan-potongan, dalam hal ini potongan-
potongan syair.potongan-potongan, dalam hal ini potongan-potongan syair.Sedangkan secara
istilah, taf’ilah didefinisikan sebagai berikut:Sedangkan secara istilah, taf’ilah didefinisikan
sebagai berikut:Sedangkan secara istilah, taf’ilah didefinisikan sebagai berikut:Taf'ilah ialah satu
bagian dasar dalam pembentukan sebuah syair,Taf'ilah ialah satu bagian dasar dalam
pembentukan sebuah syair,Taf'ilah ialah satu bagian dasar dalam pembentukan sebuah
syair,seperti fu'uulun dan faa'ilaatun. Taf'ilah dalam ilmu 'arudh tersusunseperti fu'uulun dan
faa'ilaatun. Taf'ilah dalam ilmu 'arudh tersusunseperti fu'uulun dan faa'ilaatun. Taf'ilah dalam
ilmu 'arudh tersusundari huruf-huruf taqthi’ sebagai berikut: faa, 'ain, lam, alif, nun, ta,dari
huruf-huruf taqthi’ sebagai berikut: faa, 'ain, lam, alif, nun, ta,dari huruf-huruf taqthi’ sebagai
berikut: faa, 'ain, lam, alif, nun, ta,sin, mim, waw, ya. sin, mim, waw, ya. sin, mim, waw, ya.
Keenam bentuk wahdah as-shautiyyah, sebagaimana telahKeenam bentuk wahdah as-shautiyyah,
sebagaimana telahKeenam bentuk wahdah as-shautiyyah, sebagaimana telahdijelaskan pada bab
sebelumnya, dapat dikombinasikan menjadi 10dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat
dikombinasikan menjadi 10dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat dikombinasikan menjadi
10macam taf’ilah, yakni sebagai berikut:macam taf’ilah, yakni sebagai berikut:macam taf’ilah,
yakni sebagai berikut:

pola kombinasi wahdah as-shautiyyah, diperoleh 10Dari pola kombinasi wahdah as-shautiyyah,
diperoleh 10Dari pola kombinasi wahdah as-shautiyyah, diperoleh 10macam taf’ilah,
yaitu:macam taf’ilah, yaitu:macam taf’ilah, yaitu:(1) [ o/ o// ], dilambangkan dengan huruf
taqthi’, dibaca [ ْ )1( [,‫ [ ُنْلُو ُعفـ‬o/ o// ], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ْ )1( [,‫ [ ُنْلُو ُعفـ‬o/
o// ], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ْ ‫ُنْلُو ُعفـ‬,[ Tabel 2.4 Taf’ilah dan Wazan Syair
Arabtradisi syair ArabTabel 2.4 Taf’ilah dan Wazan Syair Arabtradisi syair ArabTabel 2.4
Taf’ilah dan Wazan Syair Arabtradisi syair
Arabmempertahankanmempertahankanmempertahankanpenggunaan hanyapenggunaan
hanyapenggunaan hanya(2) [o// o/], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ْ )2([,‫[ ُناِل َعف‬o//
o/], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ْ )2([,‫[ ُناِل َعف‬o// o/], dilambangkan dengan huruf
taqthi’, dibaca [ ْ 10[,‫ ُناِل َعف‬wazan10 wazan10 wazan(3) [o/ o/ o//], dilambangkan dengan huruf
taqthi’, dibaca [ ْ)3([,‫[ ُنْليِـاَع َفم‬o/ o/ o//], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ْ)3([,‫[ ُنْليِـاَع َفم‬o/
o/ o//], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ْ )4([,‫[ْ ُنت‬,‫[ْ ُنت‬,‫[ْ ُنت‬,‫[ ُنْليِـ اَع َفم‬o/ o// o/],
dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ َ )4(‫[ ِال اَعف‬o/ o// o/], dilambangkan dengan huruf
taqthi’, dibaca [ َ )4(‫[ ِال اَعف‬o/ o// o/], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ َ )5(‫[ ِال اَعف‬o// o/
o/], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ْ )5([,‫[ ُنِلْع َفتْـُسم‬o// o/ o/], dilambangkan dengan
huruf taqthi’, dibaca [ ْ)5([,‫[ ُنِلْع َفتْـُسم‬o// o/ o/], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ْ,‫ُنِلْع َفتْـُسم‬
)6([ [o/// o//], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ُْ )6([,‫[ تَناَل َع ُفم‬o/// o//], dilambangkan
dengan huruf taqthi’, dibaca [ ُْ)6([,‫[ تَناَل َع ُفم‬o/// o//], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ُْ
)7([,‫[ تَناَل َع ُفم‬o// o///], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ْ )7([,‫[ ُناِل َع َفتُـ م‬o// o///],
dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ْ )7([,‫[ ُناِل َع َفتُـم‬o// o///], dilambangkan dengan huruf
taqthi’, dibaca [ ْ )8([,‫[ْ ُنَتال‬,‫[ْ ُنَتال‬,‫[ْ ُنَتال‬,‫[ ُناِل َع َفتُـم‬o/ o/ /o/], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca
[ ِ )8(‫[ اَع ف‬o/ o/ /o/], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ِ )8(‫[ اَع ف‬o/ o/ /o/],
dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ِ )9(‫[ اَع ف‬o//o/o/], dilambangkan dengan huruf
taqthi’, dibaca [ ِ )9([,‫[ ْعَفتْـُسمْ ُنل‬o//o/o/], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ِ )9([,‫ْعَفتْـُسمْ ُنل‬
[o//o/o/], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ِ )10([,‫[ْعَفتْـُسمْ ُنل‬/o/ o/ o/], dilambangkan
dengan huruf taqthi’, dibaca [ ُ )10([.‫[َتْالُو ْعَفم‬/o/ o/ o/], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca
[ ُ)10([.‫[َتْالُو ْعَفم‬/o/ o/ o/], dilambangkan dengan huruf taqthi’, dibaca [ ُ‫َتْالُو ْعَفم‬.[

Kumpulan dari wazan-wazan dalam syair akan membentukKumpulan dari wazan-wazan dalam
syair akan membentukKumpulan dari wazan-wazan dalam syair akan membentukSkema 2.3
Proses Pembentukan BahrpengulanganSkema 2.3 Proses Pembentukan BahrpengulanganSkema
2.3 Proses Pembentukan Bahrpengulangansatuan pola yang lebih besar yaitu bahr. Bahr, secara
bahasa berartisatuan pola yang lebih besar yaitu bahr. Bahr, secara bahasa berartisatuan pola
yang lebih besar yaitu bahr. Bahr, secara bahasa berartiwazan-wazanwazan-wazanwazan-
wazan‘laut’. Adapun secara istilah, dalam ilmu ‘Arudl, bahr berarti:‘laut’. Adapun secara istilah,
dalam ilmu ‘Arudl, bahr berarti:‘laut’. Adapun secara istilah, dalam ilmu ‘Arudl, bahr
berarti:membentuk polamembentuk polamembentuk polautama syairutama syairutama syairBahr
adalah hasil pengulangan bagian-bagian taf’ilah dalamBahr adalah hasil pengulangan bagian-
bagian taf’ilah dalamBahr adalah hasil pengulangan bagian-bagian taf’ilah dalamrangka
membentuk syairrangka membentuk syairrangka membentuk syairDianalogikan dengan laut,
bahr syair merupakan tempatDianalogikan dengan laut, bahr syair merupakan
tempatDianalogikan dengan laut, bahr syair merupakan tempatbermuaranya seluruh wahdah-
wahdah shautiyah atau taf’ilah-taf’ilahbermuaranya seluruh wahdah-wahdah shautiyah atau
taf’ilah-taf’ilahbermuaranya seluruh wahdah-wahdah shautiyah atau taf’ilah-taf’ilahyang
terdapat di dalam syair. Harakat-harakat dan sukun-sukunyang terdapat di dalam syair. Harakat-
harakat dan sukun-sukunyang terdapat di dalam syair. Harakat-harakat dan sukun-
sukunmembentuk wahdah shautiyyah, wahdah-wahdah shautiyahmembentuk wahdah
shautiyyah, wahdah-wahdah shautiyahmembentuk wahdah shautiyyah, wahdah-wahdah
shautiyahmembentuk taf’ilah atau wazan, dan taf’ilah-taf’ilah membentukmembentuk taf’ilah
atau wazan, dan taf’ilah-taf’ilah membentukmembentuk taf’ilah atau wazan, dan taf’ilah-taf’ilah
membentukbahr. Demikianlah “aliran” yang lebih kecil membentuk “aliran”bahr. Demikianlah
“aliran” yang lebih kecil membentuk “aliran”bahr. Demikianlah “aliran” yang lebih kecil
membentuk “aliran”yang lebih besar hingga akhirnya seluruhnya bermuara pada bahryang lebih
besar hingga akhirnya seluruhnya bermuara pada bahryang lebih besar hingga akhirnya
seluruhnya bermuara pada bahr‘lautan’.‘lautan’.‘lautan’.63636364Bahr syair Arab seluruhnya
berjumlah 16 macam. 15 bahr64Bahr syair Arab seluruhnya berjumlah 16 macam. 15
bahr64Bahr syair Arab seluruhnya berjumlah 16 macam. 15 bahrditemukan oleh Imam Khalil
bin Ahmad al-Farahidi, dan 1 bahr, ditemukan oleh Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi, dan 1
bahr, ditemukan oleh Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi, dan 1 bahr, tradisi syair Arabtradisi
syair Arabtradisi syair Arabsangatsangatsangatyaitu bahr mutadarik ditemukan murudnya, yaitu
Imam al-Akhfasy.yaitu bahr mutadarik ditemukan murudnya, yaitu Imam al-Akhfasy.yaitu bahr
mutadarik ditemukan murudnya, yaitu Imam al-Akhfasy.menghargai 16menghargai
16menghargai 16Bahr-bahr tersebut, yaitu:Bahr-bahr tersebut, yaitu:Bahr-bahr tersebut,
yaitu:pola iramapola iramapola irama1) Thawil ( )9( ‫ الطویل‬Sari’ ()1(‫ السریع‬Thawil ()9( ‫ الطویل‬Sari’
()1(‫ السریع‬Thawil ()9( ‫ الطویل‬Sari’ ()2(‫ السریع‬Madid ()10( ‫ المدید‬Munsarih ()2(‫ المنسرح‬Madid (( ‫المدید‬
)10 Munsarih ()2(‫ المنسرح‬Madid ()10( ‫ المدید‬Munsarih ()3(‫ المنسرح‬Basith ()11( ‫ البسیط‬Khafif ((‫الخفیف‬
)3 Basith ()11( ‫ البسیط‬Khafif ()3(‫ الخفیف‬Basith ()11( ‫یط‬-‫ البس‬Khafif ()4(‫ الخفیف‬Wafir ()12( ‫وافر‬-‫ال‬
Mudlari’ ()4(‫ المضارع‬Wafir ()12( ‫ الوافر‬Mudlari’ ()4(‫ المضارع‬Wafir ()12( ‫ الوافر‬Mudlari’ ()5(‫المضارع‬
Kamil ()13( ‫ الكامل‬Muqtadlab ()5(‫ المقتضب‬Kamil ()13( ‫ الكامل‬Muqtadlab ()5(‫ المقتضب‬Kamil (( ‫الكامل‬
)13 Muqtadlab ()6(‫ المقتضب‬Hazaj ()14( ‫ الھزج‬Mujtats ()6(‫ المجتث‬Hazaj ()14( ‫ الھزج‬Mujtats (6(‫المجتث‬
) Hazaj ()14( ‫ الھزج‬Mujtats ()7(‫ المجتث‬Rajaz ()15( ‫ الرجز‬Mutaqarib ()7(‫ المتقارب‬Rajaz ()15( ‫الرجز‬
Mutaqarib ()7(‫ المتقارب‬Rajaz ()15( ‫ الرجز‬Mutaqarib ()8(‫ارب‬-‫ المتق‬Ramal ()16( ‫ الرمل‬Mutadarik (
)8(‫ المتدارك‬Ramal ()16( ‫ الرمل‬Mutadarik ()8(‫ المتدارك‬Ramal ()16( ‫ الرمل‬Mutadarik (‫(المتدارك‬

Maka di dalam kata ‫ َفَم َقاَم َها‬terdapat huruf Ha (‫ )ﻫ‬sesudah Rawi yang berupa huruf Mim (‫)م‬.

3) Qafiyah Mu’assasah yang bersambung dengan huruf Layyinah atau dengan huruf Ha’.

( ‫)ُم َؤَّس َس ٌة َم ْو ُصْو َلٌة ِبا لَّلْيِن َاْو ِبْلَهاِء‬

Contohnya yang bersambung dengan huruf Layyinah adalah seperti syi’ir Nabighah Adz-
Dzubyani dalam bahar Thawil:

‫ِك ِلْيِنى ِلَهٍّم َيا ُأَم ْيَم َة َناِصِب‬،

‫َو َلِيٍل ُاَقاِس ْيِه َبِط ِئ الَك َو اِكِب‬

Maka didalam kata ‫ َك َو اِكٍب‬terdapat huruf alif (‫ )ا‬dan washalnya[6] berupa huruf yak ‫كواكبى‬
.Adapun contohnya yang bersambung dengan huruf H’ adalah seperti syi’ir Adi bin Zaid dalam
bahar Munsarih:

‫ِفي َلْيَلٍة َال َنَر ا ِبَها َاَح ًدا‬،

‫َيْح ِكْى َع َلْيَنا ِاَّال َك َو اِكُبَها‬

Maka di dalam kata ‫ َك َو اِكُبَها‬terdapat huruf alif (‫ "كوا" )ا‬dan washalnya berupa huruf ha’ (‫)ِكُبَها‬

B) Qafiyah Muqayyadah (‫)َقاِفَيٌة ُم َقَّيَد ٌة‬

Suatu qafiyah dinamakan "muqayyadah" bilamana terikat dengan tanda sukun (huruf mati)
ketika membunyikan suatu huruf tersebut.Bentuk qafiyah ini ada tiga macam yaitu:

1) Qafiyah muqayyadah yang sunyi dari ta’sis dan ridi atau dari mu’assasah dan mardufah.(
‫)ُم َقَّيَد ٌة ُمَج َّرَد ٌة‬

Contohnya yang bersambung dengan huruf Layyinah adalah seperti syi’ir Al-A’sya dalam bahar
Mutaqarab:
‫َاِم اْلَح ْبُل َو اٍه ِبَها ُم ْنَجِذ م‬ ‫َاَتْهُجُر َغاِنَيٌة َاْم ُتِلْم‬

Maka kata ‫ ُم ْنَجِذْم‬adalah qafiyah muqayyadah mujarradah, karena huruf mim (‫ )م‬nya mati dan
sunyi dari ridif dan ta’sis

2) Qafiyah muqayyadah yang terkena ridif (‫)ُم َقَّيَد ٌة َم ْر ُد ْو َفٌة‬

Contohnya seperti syi’ir

‫ُك ُّل َع ْيٍش َس اِئٌر ِللَّز َو اْل‬

Maka kata ‫ ِللَّز َو اْل‬adalah qafiyah muqayyadah mardufah, karena terdapat huruf mad berupa alif (‫)ا‬
sebelum rawi.

3) Qafiyah muqayyadah yang terkena ta’sis (‫)ُم َقَّيَد ٌة ُم َؤ َّس َس ٌة‬

Contohnya seperti syi’ir huthai’ah dalam bait majzu’ kamil muraffal.

‫َو َغ َر ْر َتِنى َو َز َع ْم َت َاَّنَك َالِبٌن ِفي الَّصْيِف َتاِم ْر‬

Maka kata ‫ َت اِم ْر‬adalah qafiyah muqayyadah mu’assasah, karena terdapat huruf alif ta’sis
didalamnya.

Adapun sinad yang berhubungan dengan harakah terdiri dari 3 macam, yaitu :

Sinad hadzwu, ialah adanya perbedaan di dalam harakah huruf yang sebelum ridf. Contoh :

‫َلَقْد ُاِلَج اْلَخ َباُء َع َلى َج َو اِر * َك َأَّن ُع ُيْو َنُهـَّن ُع ُيْو ُن ِع ْيِن‬

‫َك َأِّنـــْي َبْيَن َخ اِفَيِتْي ُعَقاِب * ُتِرْيُد َح َم اَم ــًة فِى َيْو ِم َغــْيِن‬

Sinad isyba’, ialah adanya perbedaan di dalam harakah dakhîl. Contoh :

‫َو ُهْم َطَّرُد ْو ا ِم ْنَها َبِلًّيا َفَأْص َبَح ْت * َبِلــٌّي ِبَو اٍد ِم ْن ِتَهاَم ـَة َغاِئِر‬
‫َو ُهْم َم َّنُعْو َها ِم ْن ُقَض اَع َة ُك ِّلَهـا * َوِم ْن ُمَض ِر اْلَحْمَر اِء ِع ْنَد الَّتَغاُو ِر‬

Sinad taujih, ialah adanya perbedaan di dalam harakah huruf yang sebelum rawi muqayyad.
Contoh :

‫َو َقاِئِم اَأْلْع َم اِق َخـــــاِو ى اْلُم ـــْخ َتَر ْق‬

‫َأَّلَف َش تَّى َلْيَس ِبالَّراِع ــــْي اْلَح ــــِم ْق‬

‫َش َّذ اَبًة َع ْنَها َش َذ ا الــــــُّر ْبِع الُّسُحـــْق‬

CARA PRAKTEK

Cara praktek syi’ir :

Menentukan unsur-unsur baitnya. Menentukan yang menjadi shadar, ajuz, mishra’/syatru, arudh,
dharab dan hasywunya
Menentuan nama bait di lihat dari segi komplit atau tidaknya bagian-bagian bait. Apakah bait
tam, majzu’, masytur, manhuk, mushmit, musharra’, muqaffa atau bait mudawwir.

Menentukan nama bait di lihat dari segi jumlahnya. Apakah bait mufrad, nuthfah, qit’ah atau
qashidah.

Mentaqti’ dan menentukan bahar serta mengetahui taf’ilah.

Menentukan macam zihaf dan ‘illahnya. Dan bisa saja tidak ada zihaf dan tidak ada ‘illah (tidak
ada perubahan dari wazan asalnya).

Menentukan yang dharurat syi’riyyah (khusus yang ini, ya kalau memang ada)

Menentukan qafiyah. Apakah qafiahnya terjadi pada sebagian kata, satu kata atau pada dua kata.

Menentukan nama huruf qafiyah. Apakah rawi, washal, huruj, ridif,ta’sis atau dakhil

Menentukan harakat qafiyah. Apakah harakah qafiyahnya terdiri dari rassu, isyba’, hasywu,
nafadz, majra, atau taujih.

Menentukan nama qafiyah. Apakah qafiyah mutakawis, mutarakib, mutadarik, mutawatir atau
mutaradif.

Tentukan apakah ada noda/cacat pada qafiyahnya atau tidak ada nodanya/cacatnya. Kalau ada
nodanya, apakah noda tersebut karena itha, tadhmin, iqwa’, ishraf, ikfa, ijazah atau sinad.

Anda mungkin juga menyukai