Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ADHD


(Attention Deficit Hyperactive Disorder)
Mata Kuliah : Keperawatan Anak II

Dosen Pembimbing:
Harnina Samantha A, S.Kep., Ns., MNS
Kelompok 5
Anggota :

Amelia Rohmawati (2002012959)


Arista Yuliana (2002012968)
Fara Nanda Alifiah (2002012952)
Lailatul Purwati Saputri (2002012981)
Mareta Putri Nurcahayani (2002012978)
Miftahul Jannah (2002012952)
Rifkia Shobakhatul Salsabilla (2002012977)
Shiva Maulidia (2002012975)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2022/2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Makalah disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak II.


Lamongan, 30 Oktober 2022

Menyetujui,
Anggota Kelompok :

1. Amelia Rohmawati (.....................)

2. Arista Yuliana (.....................)

3. Fara Nanda Alifiah (.....................)

4. Lailatul Purwati Saputri (.....................)

5. Mareta Putri Nurcahayani (.....................)

6. Miftahul Jannah (.....................)

7. Rifkia Shobakhatul Salsabillah (.....................)

8. Shiva Maulidia (.....................)

Mengetahui,

Dosen Pengampu,
Harnina Samantha A. S.Kep.,Ns.,MNS

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat allah SWT yang selalu memberi rahmat
yang tidak terhingga kepada hamba hambanya. Dalam menyusun Makalah ini, kami akan
membahas tentang “Asuhan Keperawatan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder )”
yang ditulis dengan bahasa yang jelas dan mempermudah untuk memahami.

Kami ucapan terima kasih juga kepada :

1. Bapak Dr. Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep., Ns., M.Kes. Selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Lamongan
2. Bapak Arifal Aris, S.Kep ., Ns., M.Kes. Selaku Dekan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
3. Ibu Suratmi S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Kaprodi Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
4. Ibu Harnina Samantha A. S.Kep., Ns., MNS Selaku Pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan Anak II.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan dari kesempurnaan baik
mengenai isi maupun hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan, meskipun kelompok kami
telah berusaha semaksimal mungkin.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan dengan
layak sebagaimana mestinya.

Lamongan , 30 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................5
BAB 2 Tinjauan pustaka.....................................................................................................6
1.1. pengertian RDS ........................................................................................................6
1.2. Etiologi.....................................................................................................................6
1.3. Manifestasi klinis......................................................................................................7
1.4. Patofisiologi .............................................................................................................7
1.5. Pathway ....................................................................................................................8
1.6. Penatalaksanaan .......................................................................................................8
1.7. Pemeriksaan penunjang............................................................................................9
1.8. Pencegahan...............................................................................................................10
2.9 Komplikasi.................................................................................................................10

BAB 3 Konsep Asuhan Keperawatan................................................................................13


1.1. Pengkajian.................................................................................................................13
1.2. Analisis data..............................................................................................................14
1.3. Diagnosis..................................................................................................................14
1.4. Intervensi..................................................................................................................14
1.5. Implementasi.............................................................................................................18
1.6. Evaluasi.....................................................................................................................19
BAB 4 PENUTUP................................................................................................................20
1.1. Kesimpulan...............................................................................................................20
1.2. Saran.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Konsentrasi merupakan suatu usaha seseorang untuk memusatkan
perhatiannya terhadap apa yang dilakukan. Kosentrasi berguna bagi seseorang dalam
menyelesaikan semua tugas yang diberikan. Dalam mengerjakan semua tugas yang
diberikan seseorang yang mampu berkonsentrasi akan mampu menyelesaikan semua
tugas tersebut dengan baik dan dalam waktu yang telah ditentukan, itu dikarenakan
orang yang bersangkutan tidak mudah teralihkan perhatiannya dalam menyelesaikan
tugas tersebut. Konsentrasi tidak hanya diperlukan ketika seseorang mengerjakan
tugas saja, konsentrasi juga di perlukan untuk memahami instruksi. Intruksi yang
diberikan akan dapat dipahami dan dilakukan bila seseorang berkonsentrasi terhadap
intruksi tersebut (Aliyyah, 2014).
Dirgantoro (2012) mengatakan bahwa kemampuan anak untuk berkonsentrasi
penting pada saat belajar maupun melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Secara
umum yang dimaksud dengan konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk untuk
bisa mencurahkan perhatian dalam waktu yang relatif lama. Sedangkan anak
dikatakan berkonsentrasi pada pelajaran jika dia bisa memusatkan perhatian pada apa
yang dipelajari. Dengan konsentrasi, anak tidak mudah mengalihkan perhatian pada
masalah lain di luar yang dipelajarinya. Semakin banyak informasi yang harus diserap
oleh anak maka kemampuan berkonsentrasi mutlak dimiliki dalam mengikuti proses
belajar.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktifitas memiliki kelemahan memusatkan perhatian pada sesuatu
yang dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat dibandingkan anak lain
yang seusia. Biasanya anak ADHD juga disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah
laku yang impulsif. Anak ADHD relatif tidak mampu menahan diri untuk merespon
situasi pada saat itu, sehingga mereka benar-benar tidak bisa menunggu (Martin G.L,
2012).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan ADHD?
1.2.2 Jelaskan Etiologi dari ADHD!

4
1.2.3 Jelaskan manifestasi klinis dari ADHD!
1.2.4 Jelaskan patofisiologi dari ADHD!
1.2.5 Buatlah pathway dari ADHD!
1.2.6 Jelaskan penatalaksanaan dari ADHD!
1.2.7 Jelaskan pemeriksaan penunjang dari ADHD!
1.2.8 Sebutkan pencegahan dari ADHD!
1.2.9 Sebutkan Komplikasi dari ADHD!
1.2.10 Buatlah Konsep Askep!

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memperoleh pengetahuan mengenai
ADHD.
1.3.2 Tujuan khusus
Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi mengenai ADHD

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian ADHD


Gangguan inatensi dan hiperaktivitas pada anak, pertama kali dikenalkan oleh
Heinrich Hoffman pada pertengahan abad ke-19 dalam sebuah buku dongeng untuk
anak-anak berjudul Slovenly Peter melalui karakter Fidgety Phil dan Harry Who. Pada
awal abad ke-20, gangguan tersebut dianggap sebagai sebuah sekuele dari ensefalitis
yang menyebabkan “Brain Damage”, dan seiring waktu menyebabkan “Drain
Dysfunction”. Istilah yang berkembang hingga pertengahan abad 20 untuk
menyebutkan gangguan tersebut Genetics and Environment Factors in Attention
Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) 101 antara lain sindroma hiperkinetik,
hiperaktivitas, gangguan hiperaktivitas-impulsifitas, defisit integrasi psikoneurologis,
dan pseudoneurosis (Andrés Martin et al., 2018).
Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan
neurodevelopmental pada anak, yang ditandai dengan adanya gejala berkurangnya
perhatian dan atau hiperaktivitas atau impulsivitas yang berlebihan. Kedua ciri
tersebut merupakan syarat mutlak untuk diagnosis dan harusnya nyata pada lebih dari
satu situasi (Sadock, Sadock and Ruiz, 2015).
Definisi lain menggambarkan ADHD sebagai sekumpulan gejala yang
bermanifestasi sebagai keidakmampuan individu untuk “merencanakan pekerjaan dan
mengerjakan perencanaan”, akibat defisit dari fungsi kognitif (Andrés Martin et al.,
2018).

2.2 Etiologi
Etiologi dari ADHD memang belum jelas diketahui. Faktor neurobiologi
diduga salah satu faktor yang cukup kuat untuk timbulnya gangguan ini. Pemaparan
zat toksik prenatal, prematuritas, dan mekanisme kelahiran yang mengganggu sistem
saraf diperkirakan berhubungan dengan gangguan ini (Franke et al., 2017). Beberapa
faktor yang diduga berhubungan atau sebagai penyebab ADHD antara lain:
1. Ada ketidakseimbangan senyawa kimia (neurotransmitter) di dalam otak.
2. Faktor Trauma Kehamilan , riset yang dilakukan pada anak kembar dan
anak adopsi, menunjukkan tingkat heritabilitas antara 60%-90% (Faraone

6
and Larsson, 2018). Kerusakan atau cedera otak yang dapat terjadi selama
masa kehamilan atau pada usia dini.
3. Faktor Lingkungan, antara lain adanya riwayat merokok, penggunaan
alkohol, penggunaan obat-obatan atau anemia selama kehamilan, dan
kelahiran anak yang prematur (Waldie et al., 2017), zat aditif pada
makanan (Schneider-Momm et al., 2018), serta intoksikasi logam berat
timbal (Daneshparvar et al., 2016).

2.3 Manifestasi Klinis


Menurut DSM-IV dalam Susanto & Fengkey, (2016) tipe dan manifestasi klinik
ADHD, yaitu :
a. Gangguan pemusatan perhatian (inatensi) : terdapat lebih dari 6 gejala
berikut telah menetap selama sekurang-kurangnya 6 bulan bahkan sampai
tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan
1) Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detil dan
tidak teliti dalam mengerjakan tugas atau aktivitas lainnya.
2) Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian
terhadap tugas atau aktivitas bermain
3) Sering tampak tidak mendengarkan apabila berbicara langsung
4) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas
sekolah, pekerjaan sehari-hari, atau tugas di tempat kerja (bukan
karena perilaku menentang atau tidak dapat mengikuti instruksi).
5) Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas.
6) Sering menghindari, membenci, atau enggan untuk terlibat dalam
tugas yang memiliki usaha mental yang lama (seperti tugas di
sekolah dan pekerjaan rumah).
7) Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk
tugas atau aktivitas (misalnya tugas sekolah, pensil, buku ataupun
peralatan)
8) Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimulasi dari luar
9) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari.

7
b. Hiperaktivitas-impulsivitas : terdapat lebih dari 6 gejala
hiperaktivitasimpulsivitas berikut ini telah menetap selama sekurang-
kurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten
dengan tingkat perkembangan. Gejala Hiperaktivitas ialah sebagai
berikut :
1) Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-
geliat di tempat duduk.
2) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau di dalam situasi
yang diharapkan anak tetap duduk.
3) Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas
waktu luang secara tenang
4) Sering dalam keadaan “siap bergerak/pergi” (atau bertindak seperti
digerakkan oleh mesin).

Gejala impulsivitas ialah sebagai berikut

1) Tidak sabar, sering menjawab pertanyaan tanpa berpikir lebih


dahulu sebelum pertanyaan selesai.
2) Sering sulit menunggu giliran.
3) Sering menyela atau mengganggu orang lain sehingga
menyebabkan hambatan dalam lingkungan sosial, pendidikan,
dan pekerjaan.

c. Tipe Campuran
Gejalanya campuran dari gangguan pemusatan perhatian (inatensi),
hiperaktivitas, dan impulsivitas Tanoyo, D. P. (2013). Menurut Pieter, H.
Z. dkk.(2011), kondisi ini mudah dilihat sehubungan dengan mereka
kurang mampu memperhatikan aktivitas permainan maupun tugas.
erPudah terpecah dan sering kehilangan barang. Faktor penyebabnya
bermuara dari kelemahan daya ingatan. Selain itu, penderita ADHD juga
memiliki perilaku yang berubah-ubah, impulsif, selalu aktif dan tidak bisa
asik dalam kegiatan yang menghabiskan waktu, seperti membaca atau
menyusun puzzle.

8
2.4 Patofisiologi
Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa area k
frontal, seperti frontrosubcortical pathways dan bagian frontal kortek itu sendiri,
merupakan area utama yang secara teori bertanggung jawab terhadap patofisiologi
ADHD. Mekanisme inhibitor di kortek, sistem limbik, serta sistem aktivasi retikular
juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi satu atau lebih seluruh area ini
sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD (Tanoyo D.P, 2015).
Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk mengatur
agar pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang terfokus membuat keputusan
yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan mengingat apa yang telah kita pelajari,
serta dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang tepat. Mekanisme inhibisi di kortek
berfungsi untuk mencegah agar kita tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak
terkontrol, serta marah pada keadaan yang tidak tepat. Dapat dikatakan bahwa 70 %
dari otak kita berfungsi untuk menghambat 30 % yang lain (Tanoyo DP, 2015).
Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut dengan ”disinhibitor disorder”
seperti perilaku impulsif, quick temper, membuat keputusan yang buruk, hiperaktif,
dan lain-lain. Sedangkan sistem limbik mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang.
Bila sistem limbik teraktivasi secara berlebihan, maka seseorang memiliki mood yang
labil, temperamen yang meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu menyentuh
apapun yang ada di sekitarnya, memiliki kewaspadaan berlebihan. Sistem limbik yang
normal mengatur perubahan emosional yang normal, level energi normal, rutinitas
tidur normal, dan level stress yang normal. Disfungsi dari sistem limbik
mengakibatkan terjadinya masalah pada hal tersebut (Tanoyo D.P, 2015).
Beberapa data mendukung hal ini yaitu pemeriksaan MRI pada kortek
prefrontal mesial kanan penderita ADHD menunjukkan penurunan aktivasi. Selama
pemeriksaan juga terlihat hambatan respon motorik yang berasal dari isyarat sensorik.
MRI pada penderita ADHD juga menunjukkan aktivitas yang melemah pada korteks
prefrontal inferior kanan dan kaudatum kiri. Neurotransmiter utama yang
teridentifikasi lewat fungsi lobus frontal adalah katekolamin (Tanoyo D.P, 2015).

9
2.5 Pathway RDS
Neurotransmitter Zat toksik, lingkungan
Trauma kelahiran
dopamine

Penurunan
neurobiologis

Harga Diri Rendah Lobus frontal mengalami Resiko gangguan


Situalis (D.0087) penurunan fungsi tumbuh kembang
(D.0107)

Merasa memiliki ADHD


kekurangan

Pengetahuan yang kurang


Perilaku terhadap penyakit
hiperaktivitas

Gangguan Pola Defisit Pengetahuan (D.0111)


Tidur (D.0055)

10
2.6 Penatalaksanaan
Menurut Belleza (2017), penatalaksanaan medis ADHD sebagai beriku:
a. Stimulan. Obat stimulan, seperti methylphenidate (Ritalin, Concerta) dan
dextroamphetamine (Dexedrine), telah sering digunakan; ketika diberikan
dalam jumlah besar, obat-obatan ini dapat menekan nafsu makan dan
mempengaruhi pertumbuhan anak.
b. Atomoxetine. Atomoxetine (Strattera) telah menjadi lini kedua dan, beberapa
kasus, pengobatan lini pertama pada anak-anak dan orang dewasa dengan
ADHD karena kemanjuran dan klasifikasi sebagai nonstimulan.
c. Antidepresan trisiklik. Antidepresan trisiklik (imipramine, desipramine,
nortriptyline) telah ditemukan efektif dalam berbagai penelitian pada anak-
anak dengan ADHD. Namun, karena efek samping potensial, mereka jarang
digunakan untuk tujuan ini
d. Modafinil. Modafinil (Provigil) memiliki data terkontrol placebo yang
mendukung kemanjurannya pada anak-anak dengan ADHD; obat ini dapat
digunakan sebagai pengobatan lini ketiga atau keempat

2.7 Pemeriksaan penunjang


Menurut Tanoyo, (2015) pemeriksaan penuujang yang dilakukan pada anak
ADHD, yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Liver Function Test
2) Complete blood cell counts
b. Pemeriksaan Imaging
1) MRI
2) PET (Positron Emission Tomography)

2.8 Pencegahan
Menurut Tayono, (2015) adapun beberapa pencegahan ADHD yaitu sebagai berikut :
a. Memberikan perhatian dan kasih Sayang yang cukup
Dalam mencegah anak mengalami gangguan hiperaktif yang sangat
berperan adalah orang tua, lingkungan keluarga akan sangat mempengaruhi
perilaku anak. Anak mengalami gangguan hiperaktif biasanya dampak dari anak
kekurangan perhatian dan kasih sayang dari ra ouanya, seperti karena orang

11
tuanya yang terlalu sibuk bekerja. Anak hiperaktif biasanya ingin mendapat
perhatian dan kasih sayang dari orangorang terdekatnya seperti orang tua di rumah
dan guru di Sekolah. Oleh sebab itu, baik orang tua maupun guru di sekolah harus
dapat memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup agar dapat mendorong
perilakunya secara terarah.
b. Meningkatkan Kematangan Emosi Anak
Dalam meningkatkan kematangan emosi anak dilakukan sebagai dasar
alam merespons rangsangan yang ada di hadapannya atau bagaimana dirinya
mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan dimana anak
berada. Anak hiperaktif cenderung mudah terangsang oleh stimulus dan kejadian
yang ada dihadapannya sehingga anak suka berpindah-pindah. Dengan
meningkatkan emosi pada anak diharapkan perilaku anak tersebut dapat dicegah.
c. Menggiring atau Menarik Perhatian Anak secara Terarah
Upaya yang dilakukan dalam menggiring atau menarik perhatian anak
secara terarah yaitu anak selalu dilibatkan pada suatu kegiatan yang mampu
menarik perhatian dan minat anak yaitu kegiatan-kegiatan yang bisa menyalurkan
energi emosional anak yang selalu berlebihan. Misalnya dalam kegiatan olahraga
dan bertamasya.
d. Anak Dilatih Belajar dan Mengamati atau Mempertajam Pengamatan
e. Anak hiperaktif cenderung tidak fokus tidak bisa berkonsentrasi lebih dari lima
menit. Dengan kata lain, Ia tidak bisa diam dalam waktu lama dan teralihkan
perhatiannya kepada hal lain. Untuk memfokuskan perhatiannya anak dilatih
belajar mengamati atau mempertajam pengamatannya melalui suatu kegiatan yang
dapat mengarahkan alat inderanya untuk mengamati, mempertajam perhatian dan
tindakannya agar anak dapat memfokuskan perhatiannya pada suatu kegiatan
belanja atau permainan.

2.9 Komplikasi
Menurut Ballard, Kennedy, & O’Brien, (2014), komplikasi yang dapat terjadi pada
anak ADHD adalah
c. Intelegensi dan kemampuan anak tidak sesuai dengan performa akademik
d. Dapat memiliki perilaku ingkar atau membangkang atau memiliki gangguan
perilaku/ psikiatrik lain (gangguan ansietas, gangguan alam perasaan seperti
depresi dan bipolar, gangguan belajar, gangguan komunikasi.

12
e. Komplikasi sekunder ADHD, seperti harga diri rendah dan penolakan oleh
teman sebaya, terus menimbulkan masalah yang serius bagi remaja.
Diperkirakan bahwa sedikitnya pada sepertiga anak, gejala akan berlangsung
hingga usia dewasa

13
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas : Nama Lengkap Anak termasuk orang tua Anak.
b. Riwayat Kesehatan : Keluhan Utama, Keluhan sekarang
c. Riwayat keluarga : Aadanya keluarga lain yang menderita ADHD
d. Riwayat social :interaksi antar anggota keluarga, masalah dengan
hukum, keadaan di sekolah dan disfungsi keluarga
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Kesadaran, vital sign.
2. Pemeriksaan persistem : Terutama pada system yang terlihat langsung.
a) Frekuensi nafas : Normal atau tidak
b) System pernafasan : Kesulitan dalam respirasi normal atau tidak
c) Sistem kardiovaskuler : Takikardia, nadi lemah atau cepat , akral dingin
atau hangat, cyanosis perifer.
d) Warna Kulit / membrane mukosa : mukosa bibir kering atau tidak, warna
kulit pucat atau tidak
e) Sistem perkemihan : Keluaran urine , Warna.
f. Pemeriksaan psikologis (mental)
Terdiri dari pemeriksaan terhadap kesan umum berupa refleksi menghisap, kontrol
impuls, dan state of arousal. Pemeriksaan mental seperti: Tes Intelegensia, Tes
Visuomotorik, Tes Kemampuan bahasa, dan lain-lain

3.2 Analisis Data

NO TGL/JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Diisi pada Berisi data Masalah yang sedang dialami Etiologi
saat tanggal subjektif dan pasien seperti kesulitan berisikan
pengkajian. objektif yang dalam akademik dan penyakit yang
didapati dari konsentrasi dan pemusatan dialami pasien.
pengkajian pemahaman.
keperawatan.

14
3.3 Diagnosis
1. Harga Diri Rendah Situalis berhubungan dengan Ketidakadekuatan Pemahaman.
(D.0087)
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurangnya Kontrol tidur. (D.0055)
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. (D.0111)
4. Risiko Gangguan Perkembangan berhubungan dengan kerusakan otak.(D.0107)

3.4 Intervensi Keperawatan

N SDKI SLKI SIKI


O
1. Harga Diri Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
Rendah Situalis tindakan keperawatan (L.01014)
berhubungan selama . . . jam Observasi:
dengan diharapkan 1. Monitor pola nafas,
Ketidakadekuatan kemampuan respon monitor saturasi oksigen
Pemahaman. terhadap situasi 2. Monitor frekuensi,
(D.0087) meningkat. Kriteria irama, kedalaman dan
hasil: upaya napas
3. Monitor adanya
1. Konsentrasi sumbatan jalan nafas
meningkat
2. Aktif dalam
fase sedang Terapeutik
3. Percaya diri
berbicara 1. Atur Interval
meningkat
pemantauan respirasi
(L.09069) sesuai kondisi pasien

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil

15
pemantauan, jika perlu

Terapi Oksigen (L.01026)


Observasi:

1. Monitor kecepatan aliran


oksigen
2. Monitor posisi alat terapi
oksigen
3. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
4. Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen

Terapeutik:

 Bersihkan sekret pada


mulut, hidung dan
trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan
jalan napas
 Berikan oksigen jika
perlu

Edukasi

1. Ajarkan keluarga
cara
menggunakan O2
di rumah

Kolaborasi

1. Kolaborasi penentuan

16
dosis oksigen

3.5 Implementasi
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
ditetapkan pada masing – masing diagnose keperawatan. (Surasmi,dkk 2013).Pada
diagnosa keperawatan Harga Diri Rendah Situalis berhubungan dengan
Ketidakadekuatan Pemahaman. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pada diagnosa keperawatan Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan


kurangnya Kontrol tidur Tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu :

1. .
2.
3.
4.
5.
6.

Pada diagnosa keperawatan Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang


terpapar informasi. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.

17
6.

Pada diagnosa keperawatan Risiko Gangguan Perkembangan berhubungan


dengan kerusakan otak. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Semua tindakan diatas telah dilakukan sesuai perencanaan keperawatan yang


sudah ditetapkan.

3.6 Evaluasi
Menurut Surasmi (2013) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Mengakhiri rencana
tindakan (klien telah mencapai tujuan yg ditetapkan)

18
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dirgantoro (2012) mengatakan bahwa kemampuan anak untuk berkonsentrasi
penting pada saat belajar maupun melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Secara
umum yang dimaksud dengan konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk untuk
bisa mencurahkan perhatian dalam waktu yang relatif lama. Sedangkan anak
dikatakan berkonsentrasi pada pelajaran jika dia bisa memusatkan perhatian pada apa
yang dipelajari. Dengan konsentrasi, anak tidak mudah mengalihkan perhatian pada
masalah lain di luar yang dipelajarinya. Semakin banyak informasi yang harus diserap
oleh anak maka kemampuan berkonsentrasi mutlak dimiliki dalam mengikuti proses
belajar.
Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan
neurodevelopmental pada anak, yang ditandai dengan adanya gejala berkurangnya
perhatian dan atau hiperaktivitas atau impulsivitas yang berlebihan. Kedua ciri
tersebut merupakan syarat mutlak untuk diagnosis dan harusnya nyata pada lebih dari
satu situasi (Sadock, Sadock and Ruiz, 2015).

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan
makalah yang baik dan benar.
4.2.2 Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik
dalam pembuatan makalah selanjutnya.
4.2.3 Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana penanganan penyakit
ADHD.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ballard, K. A., Kennedy, W. Z., & O’Brien, P. G. (2014). Keperawatan kesehatan


jiwa Psikiatrik: teori & praktik. Jakarta: EGC

Tanoyo, D. P. (2013). Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder Diagnosis And


Treatment. E-Jurnal Medika Udayana

Pieter, H. Z. dkk.(2011). Pengantar Psikopatologi untuk keperawatan. Jakarta:


Kencana.

Susanto, B. D., & Sengkey, L. S. (2016). Diagnosis dan penanganan rehabilitasi


medik Pada anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder. JURNAL
BIOMEDIK: JBM, 8(3).

20

Anda mungkin juga menyukai