Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“MANFAAT PENDIDIKAN DALAM ASPEK INDIVIDU DAN


KELUARGA SERTA SOSIAL DAN LINGKUNGAN DALAM
PRESPEKTIF AL-QUR’AN”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Tafsir Tarbawi”
Dosen Pengampu: Mahbub Junaidi, M.Th.I.

Disusun Oleh :
1. Zumaroh (20054001)
2. Artfa Naufa Amaliyah (20054012)
3. Niken Kurnia Sari (20054017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan segala rahmat serta karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manfaat Pendidikan
Dalam Aspek Individu dan Keluarga Serta Sosial dan Lingkungan Dalam Prespektif Al-
Qur’an” pada mata kuliah Tafsir Tarbawi dengan baik dan tepat waktu.
Terima kasih kami sampaikan kepada setiap pihak yang telah membantu dan
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada Bapak Mahbub Junaidi, M.Th.I
selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi, karena tanpa adanya bimbingan dari
beliau tentu kami tidak akan menyelesaikan makalah ini dengan maksimal.
Makalah ini utamanya ditujukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Tafsir
Tarbawi, dan umumnya untuk meningkatkan minat baca dan memperluas pengetahuan
mengenai pengertian dan tujuan manajemen kelas. Terlepas dari itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah kami. Oleh karena
itu, kritik dan saran kami harap datangnya dari mana pun, agar kami dapat memperbaiki
makalah ini dengan lebih baik.
Akhir kata, semoga makalah tentang “Manfaat Pendidikan Dalam Aspek Individu
dan Keluarga Serta Sosial dan Lingkungan Dalam Prespektif Al-Qur’an” ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Lamongan, 29 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar belakang........................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Manfaat Pendidikan Dalam Aspek Individu dan Keluarga Prespektif Al-Qur'an ........... 3
B. Manfaat Pendidikan Dalam Aspek Sosial dan Lingkungan Prespektif Al-Qur’an ......... 6
BAB III ...................................................................................................................................... 8
PENUTUP.................................................................................................................................. 8
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 8
B. Saran........................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan merupakan esensi(inti) bagi manusia agar mengenal tanggung
jawabnya sebagai makhluk individu dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat dan
alam. Pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari aspek sosial budaya
mempunyai peran strategis dalam membina individu yang berkualitas baik dalam
keluarga, sekolah, atau masyarakat. Peran penting ini pada dasarnya menjadi suatu upaya
yang dilaksanakan dengan sadar, terpadu, terarah, dan sistematis untuk memanusiakan
anak didik dan memajukan taraf hidup manusia dalam semua aspek kehidupan, sehingga
peran manusia sebagai peran khalifah di muka bumi terwujud.
Pendidikan sudah dimulai dari manusia pertama di bumi yakni Adam As. Adam
As mendapatkan pengetahuan langsung dari Allah SWT kemudian mentransformasikan
kepada keluarganya. Keluarga Adam As inilah pionir unit terkecil masyarakat yang
kemudian mengembangkan dan melestarikan pendidikan, karena pada dasarnya
pendidikan adalah proses transformasi nilai-nilai budaya dari individu ke individu lain
dalam masyarakat yang berjalan terus menerus dari zaman ke zaman. Lingkungan
pendidikan mencakup semua variabel (akademik, sosial, dan organisasi) yang berinteraksi
untuk mempengaruhi kesejahteraan pribadi dan akademik peserta didik. Lingkungan
pendidikan adalah jaringan rumit dari ikatan emosional, intelektual, dan fisik yang
dibangun secara sosial oleh individu, dan itu mempengaruhi kinerja akademik, kualitas.
Pandangan perspektif Islam, menyatakan bahwa pendidikan atau lingkungan
mempunyai dampak besar kepada tumbuh kembang anak didik, namun tidak dapat
dikatakan persis sama sebab lingkungan dan pendidikan tak dapat sepenuhnya
mempengaruhi anak didik. Seperti mengenai kelahiran Nabi Muhammad SAW yang
sangat jauh dari nilai-nilai moral, masyarakatnya penyembah berhala, saling bermusuhan
antar suku, namun semua itu tidak berpengaruh terhadap perkembangan dan kepribadian
Nabi Muhammad SAW, justru sebaliknya beliau memiliki akhlak yang mulia, mengasihi
terhadap sesama manusia dan tetap berpegang teguh pada Keesaan Allah SWT. Ada faktor
lain yang bisa mempengaruhi kepribadian Nabi Muhammad SAW seperti sifat, kebiasaan,
dan faktor pembawaan (hereditas) dan hidayah dari Allah SWT. Dengan demikian pada
maklah ini akan membahas lebih mendalam mengenai manfaat pendidikan dalam aspek
individu serta sosial dan lingkungan dalam prespektif Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini rumusan
masalah dalam makalah :
1. Apa manfaat pendidikan dalam aspek individu dan keluarga dalam prespektif Al-
Qur’an?
2. Apa manfaat pendidikan dalam aspek sosial dan lingkungan dalam prespektif Al-
Qur’an?

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, berikut ini tujuan
dalam makalah :
1. Untuk mengetahui manfaat pendidikan dalam aspek individu dan keluarga dalam
prespektif Al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui manfaat pendidikan dalam aspek sosial dan lingkungan dalam
prespektif Al-Qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manfaat Pendidikan Dalam Aspek Individu dan Keluarga Prespektif Al-Qur'an


Pendidikan keluarga dalam perspektif Al-Qur’an adalah memberikan hak dan
tanggung jawab kepada kepala keluarga untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari api
neraka yaitu dengan memberikan pendidikan agama sebagai ketaatan kepada Allah dengan
menjauhi segala larangan dan menjalankan perintah-Nya, serta mengajarkan kepada anak
untuk berakhlak mulia sehingga bisa menjadi manusia seutuhnya (khairul bariyyah).
Seseorang dibesarkan di lingkungan keluarga mulai dari, kebutuhan fisik maupun mental
selama masa pertumbuhan dipenuhi oleh keluarga, karena manusia tidak dibekali
kemampuan fisik dan mental sejak lahir untuk mengurus dirinya sendiri sebagaimana
makhluk-makhluk yang lain.
Aspek Keluarga merupakan lembaga tertua bersifat informal yang pertama dan
utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati. Manfaat
Pendidikan dalam keluarga yaitu sebagai daya upaya orang tua dalam memberikan
bimbingan, pengarahan, pembinaan dan pembentukan kepribadian serta memberikan
bekal pengetahuan untuk masa depan anak. Al-Qur’an telah menegaskan tentang Manfaat
Pendidikan dalam aspek individu dan keluarga prespektif Al-Qur'an yang meliputi
jasmani yang kuat, memiliki kecerdasan dan memiliki pengetahuan. Sebagaimana
dijelaskan pada ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

1. Jasmani yang kuat (QS. Al Anfal ayat 60)


Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun
anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan
dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan,
kecerdasan, dan pembentukan watak. Salah satu tahap dari keseluruhan proses pendidikan
yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan gerak individu yang dilakukan
atas kemauan sendiri serta bermanfaat, dan dengan reaksi atau respon yang terkait
langsung dengan mental, emosional dan sosial. Dalam hal ini dijelaskan pada QS. Al
Anfal ayat 60.
‫عد َُّو ُك ْم َو ٰاخ َِريْنَ مِ ْن د ُْونِ ِه ْۚ ْم ََل‬
َ ‫ّٰللا َو‬ َ ‫ط ْعت ُ ْم ِ ِّم ْن قُ َّوةٍ َّومِ ْن ِ ِّربَاطِ ْال َخ ْي ِل ت ُ ْر ِهب ُْونَ بِ ٖه‬
ِ ‫عد َُّو ه‬ َ َ ‫َوا َ ِعد ُّْوا لَ ُه ْم َّما ا ْست‬
ْ
)60( ‫ف اِلَ ْي ُك ْم َوا َ ْنت ُ ْم ََل تُظلَ ُم ْون‬
َّ ‫ّٰللا ي َُو‬
ِ ‫سبِ ْي ِل ه‬
َ ‫ش ْيءٍ فِ ْي‬َ ‫ّٰللاُ يَ ْعلَ ُم ُه ْۗ ْم َو َما ت ُ ْن ِفقُ ْوا مِ ْن‬
‫ت َ ْعلَ ُم ْونَ ُه ْۚ ْم َ ه‬

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada
jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).”
Isi kandungan ayat di atas yaitu Usai memerintahkan agar nabi Muhammad
memberi tindakan keras bahkan sampai mengusir Yahudi bani Quraidhah yang telah
merusak perjanjian, maka ayat ini memerintahkan agar mempersiapkan kekuatan

3
semaksimal muai dari kekuatan akal (strategi), jasmani, senjata, dan apa saja yang kamu
mampu untuk menghadapi kemungkinan buruk atau balas dendam dari mereka. Dan
karena itu, persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka yang
terbukti secara nyata memusuhi Islam, dengan mengerahkan kekuatan apa saja yang kalian
miliki dan dari pasukan berkuda yang memang dipersiapkan untuk berperang.
Persiapan kekuatan secara maksimal tersebut bertujuan agar dapat menggentarkan
musuh Allah, musuh kalian dan juga untuk menggentarkan orang-orang selain mereka
yang kalian tidak mengetahuinya baik disebabkan oleh kemunafikannya maupun musuh-
Musuh Islam yang belum tampak permusuhannya; tetapi Allah senantiasa mengetahuinya,
kapan dan di mana saja. Disebabkan sebuah perjuangan di jalan Allah itu membutuhkan
biaya besar, maka redaksi berikutnya berisi anjuran untuk mengeluarkan infak: apa saja
yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup bahkan berlipat
ganda asalkan ikhlas kepada kalian dan kalian tidak akan dizalimi, yakni dirugikan atau
dikurangi sedikit pun balasan kebaikannya perang diizinkan dalam Islam adalah demi
melindungi dakwah, mempertahankan diri dan atau melawan kezaliman, meski berperang
bukanlah satu-satunya cara yang dikehendaki, bahkan terciptanya perdamaian adalah lebih
didambakan oleh Islam.
Apabila mereka atau sebagian dari orang-orang kafir itu condong kepada
perdamaian, maka terimalah, sebab bukan perang itu sendiri yang dikehendaki Islam, dan
untuk menguatkan mental kalian dari kemungkinan munculnya pengkhianatan di balik
perdamaian tersebut, maka bertakwa Allah kepada Allah, serahkan seluruh urusan kepada-
Nya setelah berusaha sekuat tenaga. Sungguh, dia maha mendengar segala bentuk
percakapan mereka, maha mengetahui apa saja yang mereka rencanakan atas kalian, dan
Allah pasti akan membela kalian.

2. Kecerdasan ( Qs. An-Nisa' ayat 6 )


‫ارا ا َ ْن‬ ً َ‫َوا ْبتَلُوا ْال َي ٰتمٰ ى َحت ه ٓى اِذَا َبلَغُوا ال ِنِّكَا ْۚ َح فَا ِْن ٰانَ ْست ُ ْم ِ ِّم ْن ُه ْم ُر ْشدًا فَادْفَعُ ْٓوا اِلَ ْي ِه ْم ا َ ْم َوالَ ُه ْم ْۚ َو ََل ت َأ ْ ُكلُ ْو َها ٓ اِس َْرافًا َّو ِبد‬
َ ‫ِف ْۚ َو َم ْن َكانَ فَ ِقي ًْرا فَ ْل َيأ ْ ُك ْل ِب ْال َم ْع ُر ْوفِ ْۗ فَ ِاذَا دَفَ ْعت ُ ْم اِلَ ْي ِه ْم ا َ ْم َوالَ ُه ْم فَا َ ْش ِهد ُْوا‬
ْۗ ‫علَ ْي ِه ْم‬ ْ ‫غ ِنيًّا فَ ْل َي ْست َ ْعف‬
َ َ‫يَّ ْك َب ُر ْوا ْۗ َو َم ْن َكان‬
)60( ‫اّٰلل َح ِس ْيبًا‬ِ ‫َو َك ٰفى ِب ه‬
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian
jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka
serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim
lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya)
sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah
ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka
bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan
harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu)
bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu)”.
Isi kandungan ayat di atas yaitu menjelaskan tentang larangan menyerahkan harta
anak yatim dalam kondisi mereka belum mampu mengelola, berikutnya Allah
memerintahkan agar para wali menguji terlebih dahulu kematangan berpikir, kecerdasan,
dan kemampuan mereka mengelola harta sebelum menyerahkannya. Dan ujilah

4
kecerdasan dan mental anak-anak yatim itu dengan memperhatikan keagamaan mereka,
kematangan berpikir, dan cara membelanjakan harta, kemudian latihlah mereka dalam
menggunakan harta itu sampai hampir mereka cukup umur untuk menikah dengan
menyerahkan harta sedikit demi sedikit. Kemudian jika menurut pendapat kamu melalui
uji mental tersebut dapat diketahui dengan pasti bahwa mereka betul-betul telah cerdas dan
pandai dalam memelihara dan mengelola harta, maka serahkanlah kepada mereka hartanya
itu, sehingga tidak ada alasan bagi kalian untuk menahan harta mereka.
Larangan para wali, dalam mengelola harta ikut memakannya harta anak yatim itu
dan mengambil manfaat melebihi batas kepatutan, dan janganlah kamu menyerahkan harta
kepada mereka dalam keadaan tergesa-gesa menyerahkannya sebelum mereka dewasa,
karena kalian khawatir bila mereka dewasa mereka akan memprotes kalian. Barang siapa
di antara pemelihara itu mampu mencukupi kebutuhan hidup untuk diri dan keluarganya,
maka hendaklah dia menahan diri dari memakan harta anak yatim itu dan mencukupkan
diri dengan anugerah dari Allah yang diperolehnya.
Memperbolehkan orang miskin makan harta itu menurut cara yang patut sekadar
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, sebagai upah atau imbalan atas pemeliharaannya.
Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu yang sebelumnya berada di tangan kamu
kepada mereka, maka hendaklah kalian adakan saksi-saksi ketika menyerahkan harta itu
kepada mereka. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas atas segala amal perbuatan dan
perilaku mereka.

3. Pengetahuan (QS. Al-Baqarah ayat 247)


َ َ‫علَ ْينَا َونَ ْحنُ ا َ َح ُّق بِ ْال ُم ْلكِ مِ ْنهُ َولَ ْم يُؤْ ت‬
ً‫سعَة‬ َ ُ‫طالُ ْوتَ َم ِل ًكا ْۗ قَالُ ْٓوا اَنهى يَ ُك ْو ُن لَهُ ْال ُم ْلك‬
َ ‫ث لَ ُك ْم‬ َ ‫َوقَا َل لَ ُه ْم نَبِيُّ ُه ْم ا َِّن ه‬
َ َ‫ّٰللا قَدْ بَع‬
ْۗ ‫ّٰللاُ يُؤْ تِ ْي ُم ْلكَهٗ َم ْن يَّش َۤا ُء‬
‫طةً فِى ْالع ِْل ِم َو ْال ِجس ِْم ْۗ َو ه‬ َ ُ‫ط ٰفىه‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم َوزَ ادَ ٗه بَ ْس‬ َ ‫ص‬ َ ‫ِ ِّمنَ ْال َما ْۗ ِل قَا َل ا َِّن ه‬
ْ ‫ّٰللا ا‬
)247( ‫ع ِل ْي ٌم‬ َ ‫ّٰللاُ َوا ِس ٌع‬ ‫َو ه‬
“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah
Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang
diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata:
"Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan
tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-
Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.”
Dari ayat ini dipahami, bahwa wewenang memerintah bukanlah atas dasar
keturunan, tetapi atas dasar pengetahuan dan kesehatan jasmani, bahkan disini diisyaratkan
bahwa kekuasaan yang direstui-Nya adalah yang bersumber dari-Nya, dalam arti adanya
hubungan yang baik antara penguasa dan Allah SWT. Di sisi lain, ayat ini mengisyaratkan
bahwa bila kita ingin memilih, janganlah terpedaya oleh keturunan, kedudukan sosial, atau
popularitas, tetapi hendaknya atas dasar kepemilikan sifat-sifat dan kualifikasi yang dapat
menunjang tugas yang akan dibebankan kepada yang kita pilih itu.

5
B. Manfaat Pendidikan Dalam Aspek Sosial dan Lingkungan Prespektif Al-Qur’an
Pendidikan Islam di era modern ini adalah perkembangan zaman. Dengan
menyebarnya arus globalisasi dengan aliran yang sangat deras umat Islam yang terdapat
di wilayah tersebut telah dipengaruhi dari sisi kehidupan mereka. Manusia berubah
menjadi sekularistik serta materialistik diakibatkan oleh modernisasi, olehnya itu,
dengan tidak hanya terpaku ke sisi normatifitas tetapi juga ke sisi hostiristik merupakan
tujuan dari pendidikan Islam. Dalam praktiknya, pendidikan Islam dapat memadukan
nilai-nilai sosio kultural maupun nilai-nilai multikultural. Pertama, internalisasi nilai-
nilai sosio kultural dalam implementasi pendidikan Islam berangkat dari heterogenitas
pembelajar yang berasal dari diversitas etnik, agama, dan budaya. Sebagai contoh
dalam sebuah kelas sangat memungkinkan terdiri dari siswa yang berasal dari latar
belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda. Dengan demikian, seorang
pendidik dalam menjalankan tugasnya hendaknya berpijak pada nilai-nilai sosial
dan kultural untuk mengakomodir semua kebutuhan siswa.

1. Mempunyai keterampilan (Ar-Rahman ayat 33)


)33( ‫س ْل ٰط ٍن‬
ُ ِ‫ض فَا ْنفُذُ ْو ْۗا ََل ت َ ْنفُذُ ْونَ ا ََِّل ب‬ َ ْ ‫ت َو‬
ِ ‫اَل ْر‬ ِ ‫ار السَّمٰ ٰو‬
ِ ‫ط‬َ ‫ط ْعت ُ ْم ا َ ْن ت َ ْنفُذُ ْوا مِ ْن ا َ ْق‬ ِ ْ ‫ٰي َم ْعش ََر ْال ِج ِِّن َو‬
َ َ ‫اَل ْن ِس ا ِِن ا ْست‬
“Wahai golongan jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi)
menjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya
kecuali dengan kekuatan dari Allah”
Dengan ayat ini, Allah menyeru jin dan manusia. Jin disebutkan lebih dulu
daripada manusia karena jin memiliki kemampuan lebih besar dalam mengarungi
angkasa. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Jin ayat 9, bahwa mereka sejak dulu
telah sanggup mengarungi angkasa untuk mencuri berita langit. Namun kemudian
Allah melempari mereka dengan panah api.
Ada tiga pendapat mengenai ayat ini :
a. Berkaitan dengan ketidakmampuan manusia lari dari takdir Allah dan lari dari
kekuasaan-Nya. Sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
b. Berkaitan dengan keadaan pada hari kiamat nanti, terutama di yaumul mahsyar.
Manusia tidak akan mampu meloloskan diri di saat itu. Ibnu Katsir juga
menjelaskan hal ini. Demikian pula Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al
Munir.
c. Berkaitan dengan kemampuan manusia menjelajah ruang angkasa. Bahwa Allah
swt mempersilakan jika manusia hendak melintasi langit dan bumi.
“Di antara Rahman-Nya Allah kepada manusia dan jin adalah kebebasan yang
diberikan kepada kita untuk melintasi alam ini dengan sepenuh tenaga yang ada pada
kita, dengan segenap akal dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan,” tulis Buya
Hamka dalam Tafsir Al Azhar. “Namun di akhir ayat, Allah mengingatkan bahwa
kekuatanmu itu tetap terbata.

2. Etos kerja yang tinggi (Al Hajj ayat 78)


َ‫س همى ُك ُم ْال ُم ْسلِمِ يْن‬ َ ‫ج مِ لَّةَ اَبِ ْي ُك ْم اِب ْٰر ِهي ْۗ َْم ه َُو‬
ٍ ْۗ ‫علَ ْي ُك ْم فِى ال ِدِّي ِْن مِ ْن َح َر‬
َ ‫ّٰللا َح َّق ِج َهاد ٖ ِْۗه ه َُو ا ْجت َٰبى ُك ْم َو َما َجعَ َل‬ِ ‫َو َجا ِهد ُْوا فِى ه‬
‫َص ُم ْوا‬ ِ ‫الزكوةَ َوا ْعت‬ ٰ ٰ
َّ ‫صلوة َ َواتُوا‬ ٰ َّ ‫اس فَاَقِ ْي ُموا ال‬ ِۖ ِ َّ‫علَى الن‬ ۤ ُ ‫علَ ْي ُك ْم َوت َ ُك ْونُ ْوا‬
َ ‫ش َهدَا َء‬ َ ‫س ْو ُل‬
َ ‫ش ِه ْيدًا‬ َّ َ‫ەۙ مِ ْن قَ ْب ُل َوفِ ْي ٰهذَا ِليَ ُك ْون‬
ُ ‫الر‬
)78( ‫صي ُْر‬ ِ َّ‫اّٰلل ْۗه َُو َم ْو ٰلى ُك ْۚ ْم فَنِ ْع َم ْال َم ْو ٰلى َونِ ْع َم الن‬
ِ ‫بِ ه‬

6
“ Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia
telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama.
(Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-
orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, agar Rasul
(Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia. Maka laksanakanlah salat; tunaikanlah zakat, dan berpegang
teguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-
baik penolong”.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa Rasulullah saw menjadi saksi di hari Kiamat
atas umatnya. Maksudnya ialah dia bersaksi bahwa ia telah menyampaikan risalah
Allah kepada mereka, menyeru mereka agar beriman kepada Allah dan agar mereka
tetap berpegang teguh kepada agama Allah, serta beribadah kepada Allah dan
melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhkan larangan-larangan-Nya.
Sedangkan kaum Muslimin menjadi saksi atas manusia di hari Kiamat kelak,
maksudnya ialah mereka telah melakukan seperti yang telah dilakukan Rasul atas
mereka, yaitu mereka telah menyeru manusia agar beriman, menyampaikan agama
Allah, melakukan tugas yang dibebankan Allah dan Rasul kepada mereka dengan
sebaik-baiknya. Setelah itu mereka menyerahkan urusan mereka kepada Allah, apakah
ajakan mereka diterima atau ditolak.
Sebagian Ahli tafsir dalam menafsirkan ayat ini menyatakan bahwa kaum
Muslimin menjadi saksi atas manusia termasuk di dalam persaksian mereka atas umat-
umat terdahulu, yang telah diutus kepada mereka Rasul-rasul. Mereka mengetahui hal
itu dari Allah melalui Al-Qur'an yang menerangkan bahwa Rasul dahulu telah
menyampaikan agama yang bedasar tauhid kepada mereka.
Semua perintah Allah yang disebutkan itu dapat dilaksanakan dengan baik, agar
umat Muhammad yang ditugaskan menjadi saksi terhadap manusia pada hari Kiamat
dapat melakukan persaksian itu dengan sebaik-baiknya, maka Allah memerintahkan
kepada mereka:
a. Selalu melaksanakan salat yang lima waktu, karena salat menjauhkan manusia dari
perbuatan keji dan mungkar dan merupakan penghubung yang kuat antara Tuhan
yang disembah dengan hamba-Nya.
b. Menunaikan zakat, agar dapat membersihkan jiwa dan harta, agar mempersempit
jurang antara si kaya dan si miskin.
c. Berpegang teguh dengan tali Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya
dan menjauhkan segala larangan

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan keluarga dalam perspektif Al-Qur’an adalah memberikan hak dan
tanggung jawab kepada kepala keluarga untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari api
neraka yaitu dengan memberikan pendidikan agama sebagai ketaatan kepada Allah dengan
menjauhi segala larangan dan menjalankan perintah-Nya, serta mengajarkan kepada anak
untuk berakhlak mulia sehingga bisa menjadi manusia seutuhnya (khairul bariyyah). Al-
Qur’an telah menegaskan tentang manfaat pendidikan dalam aspek individu dan keluarga
prespektif Al-Qur'an yang meliputi jasmani yang kuat, memiliki kecerdasan dan memiliki
pengetahuan.
Pendidikan Islam di era modern ini adalah perkembangan zaman. Dengan
menyebarnya arus globalisasi dengan aliran yang sangat deras umat Islam yang terdapat
di wilayah tersebut telah dipengaruhi dari sisi kehidupan mereka. Manusia berubah
menjadi sekularistik serta materialistik diakibatkan oleh modernisasi, olehnya itu,
dengan tidak hanya terpaku ke sisi normatifitas tetapi juga ke sisi hostiristik merupakan
tujuan dari pendidikan Islam. Dalam praktiknya, pendidikan Islam dapat memadukan
nilai-nilai sosio kultural maupun nilai-nilai multikultural. Al-Qur’an telah menegaskan
tentang manfaat pendidikan dalam aspek sosial dan lingkungan prespektif Al-Qur’an yang
meliputi mempunyai keterampilan dan etos kerja yang tinggi.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sa’bany, Iiq Taufiq. 2019. PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN.


Jakarta. INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
Maesaro, Siti. 2020. NILAI-NILAI PENDIDIKAN JASMANI. Jakarta. UNIVERSITAS
ISLAⅣNEGERI(UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Farida, Noor. 2022. LINGKUNGAN PENDIDIKAN PERSPEKTIF AL-QUR’AN. Jakarta.
INSTITUT PTIQ
Arum, Khusni. 2018. Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbasis Sosial Profetik
(Analisis Terhadap Pemikiran Kuntowijoyo).‖ Millah: Journal of Religious
Studies17(2): 177–96. https://journal.uii.ac.id/Millah/article/view/10609 (November 13,
2022).
Aziz, Abd, Stit Al-Amin, and Kreo Tangerang. 2019. PENDIDIKAN ETIKA SOSIAL
BERBASIS ARGUMENTASI QURANIK.‖ Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan
Manajemen Pendidikan Islam.

Anda mungkin juga menyukai