UPTD PUSKESMAS
dr. Diana Eka
NGEMPLAK
Ratnasari
SIMONGAN
1 / 14
lengan atas kanan dan kiri dan pemeriksaan ABI (ankle brachial index).
2 / 14
9 107 70 108 71
10 108 72 109 72
11 110 74 111 74
12 113 75 114 75
13 120 80 120 80
3 / 14
5. Hiperaldosteronisme
6. Koartio aorta
7. Stenosis arteri renal
8. Penyakit ginjal kronik
9. Penyakit katup aorta
10. Chusing syndrome
11. Hipertiroid
7. Komplikasi 1. Hipertrofi ventrikel kiri
2. Proteinurea dan gangguan fungsi ginjal
3. Aterosklerosis pembuluh darah
4. Retinopati
5. Stroke atau TIA
6. Gangguan jantung (infark miokard, angina pektoris, gagal jantung)
8. Pemeriksaa Pemeriksaan Hypertension Mediated Organ Damage (HMOD) merujuk
n Penunjang pada perubahan struktural dan fungsional arteri pada organ (jantung,
pembuluh darah, otak, mata, dan ginjal). Pada sebagian besar pasien,
HMOD dapat asimtomatik. Beberapa jenis HMOD dapat reversibel
dengan terapi antihipertensi khususnya pada hipertensi awitan dini,
tetapi pada awitan lama HMOD mungkin irreversibel meskipun TD
kembali terkontrol. Skrining direkomendasikan kepada semua pasien
hipertensi dengan interval waktu setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun
sekali, sehingga terapi optimal dapat diberikan. Adapun penapisan
dasar HMOD terangkum dalam Tabel dibawah ini:
Tabel 1. Penapisan Dasar HMOD
> 20 mm (perempuan)
Profil Lipid Darah Untuk deteksi kemungkinan dislipidemia yang
(Kolesterol total, LDL, merupakan faktor terjadinya aterosklerosis pada
HDL, Trigliserida) pembuluh darah
direkomendasikan pada
usia 40 tahun ke atas
Rasio albumin: kreatinin Untuk deteksi peningkatan ekskresi albumin
urin yang mengindikasikan kemungkinan penyakit
ginjal
Kreatinin dan eGFR Untuk deteksi kemungkinan penyakit ginjal
darah
Funduskopi Untuk deteksi retinopati hipertensi, terutama
4 / 14
pada asien dengan hipertensi derajat 2 atau 3
Semua derajat hipertensi yang disertai dengan
DM
Pemeriksaan penunjang pada hipertensi anak bertujuan untuk mencari
penyebab yang mendasari hipertensi, berikut ini adalah pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan untuk diagnosis penyebab hipertensi pada
anak (tabel 2).
Tabel 2. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi Pada Anak
Uji Laboratorium
Populasi
Semua pasien Urinalisis, Kimia darah diantaranya elektrolit,
blood urea nitrogen (BUN), profil lemak
(high density lipoprotein/HDL dan kolesterol
total) USG ginjal pada anak usia < 6 tahun
atau anak dengan urinalisis atau fungsi ginjal
abnormal
Anak atau remaja obesitas Hemoglobin A1c (skrining diabetes)
(IMT > persentil 95) SGOT dan SGPT (skrining fatty liver) Profil
lemak puasa (skrining dislipidemia)
Pemeriksaan pilihan Glukosa puasa
berdasarkan riwayat dan Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
pemeriksaan fisik Skrining obat-obatan
Sleep study (bila ada tidur mengorok, daytime
sleepiness, atau ada riwayat apnea saat tidur)
Darah lengkap, khususnya pada anak dengan
pertumbuhan terlambat atau fungsi ginjal yang
abnormal
5 / 14
jenuh, lemak total, dan kolesterol
e) Rekomendasi nutrisi dan perencanaan makanan sesuai
dengan DASH
6 / 14
Dalam pemberian tatalaksana hipertensi dewasa maka
diperlukan monitoring pencapaian target penurunan tekanan
darah di fasilitas kesehatan yang disesuaikan penyakit penyerta
yang disandang penderita hipertensi dewasa dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
7 / 14
Gambar 1. Alur panduan inisiasi terapi obat sesuai dengan klasifikasi
hipertensi dewasa
Keterangan :
ACEi = angiotensin-converting enzyme inhibitor;
ARB = angiotensin receptor blocker;
CCB = calcium channel blocker;
MI = myocardial infarction
8 / 14
untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan; dan
3. mengikuti algoritma terapi dengan menggunakan terapi SPC
sebagai terapi awal, kecuali pada pasien dengan TD dalam
kisaran tinggi-normal dan pada pasien lanjut usia yang renta
(frail).
9 / 14
anak, tingkat hipertensi dan respon terhadap pengobatan.
1) Pengobatan Non-Farmakologis:
a) Mengubah Gaya Hidup. Penurunan berat badan, Penurunan
berat badan terbukti efektif mengobati hipertensi pada anak
yang mengalami obesitas
b) Diet rendah lemak dan garam. Diet rendah garam yang
dianjurkan adalah 1,2 g/hari pada anak usia 1-8 tahun dan
1,5 g/hari pada anak yang lebih besar
c) Olahraga secara teratur merupakan cara yang sangat baik
dalam upaya menurunkan berat badan dan tekanan darah
sistolik maupun diastolik. Olahraga teratur akan menurunkan
tekanan darah dengan cara meningkatkan aliran darah,
mengurangi berat badan dan kadar kolesterol dalam darah
serta mengurangi stres.
d) Seorang anak yang tidak kooperatif dan tetap tidak dapat
mengubah gaya hidupnya perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan obat anti hipertensi
e) Hindari konsumsi makanan ringan di antara waktu makan
yang pokok
f) Kurangi makanan ringan yang mengandung banyak lemak
atau terlampau manis. Buat pola makan teratur dengan
kandungan gizi seimbang dan lebih diutamakan untuk
banyak mengonsumsi buah dan sayuran
g) Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa anak yang
mendapat ASI ekslusif memiliki risiko yang lebih rendah
untuk mengalami obesitas dan hipertensi dibandingkan
dengan anak yang mendapat susu formula
h) Asupan makanan mengandung kalium dan kalsium juga
merupakan salah satu upaya untuk menurunkan tekanan
darah.
2) Pengobatan farmakologis:
Menurut the National High Blood Pressure Education Program
(NHBEP) Working Group on High Blood Pressure in Children and
Adolescents obat yang diberikan sebagai antihipertensi harus
mengikuti aturan berjenjang (step-up), dimulai dengan satu
macam obat pada dosis terendah, kemudian ditingkatkan secara
bertahap hingga mencapai efek terapoitik, atau munculnya efek
samping, atau bila dosis maksimal telah tercapai. Kemudian obat
kedua boleh diberikan, tetapi dianjurkan menggunakan obat yang
10 / 14
memiliki mekanisme kerja yang berbeda.
11 / 14
selektif dalam mekanisme kerjanya dan memiliki efek
samping yang lebih sedikit (misalnya terhadap timbulnya
batuk) dibandingkan dengan golongan penghambat ACE
Prinsip dasar pengobatan anti hipertensi kombinasi adalah
menggunakan obat-obatan dengan tempat dan mekanisme kerja
yang berbeda. Pemilihan obat juga harus sesederhana mungkin,
yaitu dengan menggunakan obat dengan masa kerja panjang,
sehingga obat cukup diberikan satu atau dua kali sehari.
Lama pengobatan yang tepat pada anak dan remaja hipertensi
tidak diketahui dengan pasti. Beberapa keadaan memerlukan
pengobatan jangka panjang, sedangkan keadaan yang lain dapat
membaik dalam waktu singkat. Oleh karena itu, bila tekanan
darah terkontrol dan tidak terdapat kerusakan organ, maka obat
dapat diturunkan secara bertahap, kemudian dihentikan dengan
pengawasan yang ketat setelah penyebabnya diperbaiki.
Tekanan darah harus dipantau secara ketat dan berkala karena
banyak penderita akan kembali mengalami hipertensi di masa
yang akan datang.
10. Edukasi 1. Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-
obatan yang harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk
mengontrol tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk
menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi mengi), cara kerja
tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan beberapa
kali minum sehari
2. Pemberian obat antihipertensi merupakan pengobatan jangka
panjang. Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan
untuk mengoptimalkan hasil pengobatan
3. Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga
12 / 14
kecukupan pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang
disarankan meskipun tidak ada gejala
4. Individu dan keluarga perlu diinformasukan juga agar melakukan
pengukuran kadar gila darah, tekanan darah dan periksa urin secara
teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan
atau minimal 1 tahun sekali.
11. Kriteria 1. Time:
Rujukan a. Tidak tercapainya target tekanan darah dalam 3 bulan
dengan antihipertensi tunggal/kombinasi
b. Hipertensi Krisis
c. Hipertensi Resistensi
d. Tekanan darah sistolik >140 mmHg, atau diastolik >90 mmHg
dalam 3 bulan berturut-turut
2. Age:
a. Hipertensi pada lansia
3. Comorbidity:
a. Pasien yang disertai dengan dislipidemia, anemia, infeksi, TB
paru atau lainnya
b. Kehamilan dan gagal jantung
c. Hipertensi sekunder
d. Hipertensi yang disertai dengan aritmia
4. Complication:
a. Gagal jantung
b. Retinopati
c. Hipertensi dengan kerusakan organ target
12. Peralatan 1. Stigmomanometer
2. Stetoskop
3. Ophalmoskop
4. Fotometri
5. Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis glukosa urin,
glukosa darah, profil lipid dan ureum-kreatinin
6. EKG
13. Prognosis Prognosis pada umumnya bonam apabila terkontrol
14. Referensi 1. Direktorat Penyakit Tidak Menular. Buku Pedoman. Pengendalian
Hipertensi. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes.4613/2021 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Hipertensi Pada Anak
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
13 / 14
HK.01.07/Menkes/4634/2021 tentang Pedomen Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Hipertensi Dewasa
4. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, Konsensus
Penatalaksanaan Hipertensi, Jakarta, 2019.
14 / 14