KLP 1 Makalah Trauma Kepala
KLP 1 Makalah Trauma Kepala
23
Polewali, 17 juni
2023
Penyusun
Dafrtar isi
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
Latar belakang..........................................................................................................................4
Rumusan masalah....................................................................................................................5
Tujuan......................................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
Definisi trauma kepala.............................................................................................................6
Epidemiologi............................................................................................................................6
Mekanisme cedera kepala........................................................................................................7
Penyebab cedera kepala..........................................................................................................7
Pemeriksaan fisik pada pasien cedera kepala..........................................................................7
Manajemen pasien dengan cedera otak akibat trauma..........................................................8
Klasifikasi cedera kepala..........................................................................................................9
Pengobatan atau pencegahan..................................................................................................9
Pemeriksaan fisik pasien cedera kepala.................................................................................10
Cedera kepala khusus.............................................................................................................13
Fraktur tulang tengkorak........................................................................................................14
Cedera otak berkepanjangan.................................................................................................16
Cedera aksonal difus (diffuse axonal injuri/ DAI)....................................................................17
Cedera otak fokal (focal brain injuries)..................................................................................18
Hematom subdural................................................................................................................19
Perdarahan intraserebral traumatik.......................................................................................21
Cedera penetrasi....................................................................................................................21
PERTIMBANGAN KHUSUS.......................................................................................................22
Peningkatan tekanan intrakranial......................................................................................22
Herniasi..............................................................................................................................22
Herniasi uncal (leteral, transtentorial)...................................................................................23
Herniasi sentral......................................................................................................................24
KEJANG SETELAH TRAUMA KEPALA.......................................................................................24
BAB III.........................................................................................................................................26
PENUTUP....................................................................................................................................26
Kesimpulan.............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTKA...................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Cedera kepala atau trauma kepala merupakan cedera mekanik pada bagian
kepala melibatkan berbagai bagian kepala spesifik yang berkaitan dengan
mekanisme cedera yaitu pada jaringan lunak (SCALP), tulang tengkorak,
maupun otak terkecuali luka superficial di bagian wajah, secara langsung
maupun tidak langsung yang dapat menyebabkan gangguan sementara atau
permanen dalam aspek fungsi neurologis meliputi fisik, kognitif, ataupun
psikososial. (Kedokteran et al., 2022)
Trauma kepala dan cedera otak tidak selalu sama, membedakan antara
kedua hal tersebut penting ketika mempertimbangkan pengkajian dan perawatan
pasien dengan cedera akibat trauma, cedera kepala biasanya menunjukkan gejala
yang lebih terlihat seperti laserasi atau deformitas, sedangkan traumatic brain
injuries (TBI) dapat terjadi pada pasien yang menunjukkan keutuhan neurologi.
TBI dapat bertingkat dari ringan sampai berat, diagnosis dan intervensi dini
merupakan hal yang paling penting untuk meminimalkan outcome yang
merugikan. (Kedokteran et al., 2022)
Delapan puluh persen dari TBI diklasifikasikan sebagai TBI ringan, akan
tetapi efeknya akan muncul lama dan mengubah hidup, depresi, stress post
trauma, enselopati kronis traumatic dan perubahan personal telah dihubungkan
dengan cedera otak ringan.
Cedera kepala penyebab kematian dan kecacatan du dunia. Berdasarkan
data du amerika serikat, sebanyak 1,7 juta orang mengalami cedera kepala setiap
tahunnya. Menurut data riskesdes tahun 2013 bahwa prevelensi terjadinya
cedera kepala adalah sebanyak 8,2%. Cedera kpala di Negara maju dan
berkembang masih menjadi penyebab utama dari kematian dan kecacatan,
meskipun sudah terjadi kemajuan dalam bidang ilmu kegawatdaruratan. Ilmu
bedah saraf dan perawatan intensif mengenai trauma. (Kedokteran et al., 2022)
Cedera kepala merupakan proses patologis pada sel neuron yang bukan
akibat penyakit koginetal maupun degenerative, melainkan akibat kekuatan
mekanis dari luar.kekuatan mekanis tersebut menyebabkan gangguan yang
bersifat sementara atau menetap dan dapat menjadi berubahnya tingkat
kesadaran. Gangguan yang terjadi berupa gangguan fisik, fungsi kognitif, dan
psikososial.
Berdasarkan patomekanismenya, cedera kepala primer merupakan cedera
kepala yang menjadi akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat berupa
benturan langsung maupun proses akselerasi-deselerasi dari gerakan kepala.
Pada awal cedera primer dapat diakibatkan oleh adanya peristiwa coup dan
countercoup yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Cedera kepala sekunder adalah akibat yang terjadi setelah cedera kepala
berbagai proses patologik yang muncul sebagai fase lanjutan dari lesi otak
primer dapat berupa edema otak, perdarahan, iskemia kerusakan neuron yang
berkelanjutan, dan perubahan neurokimiawi. Pada cedera kepala sekunder
gangguan pada prosesmetabolisme dan homeostatis ion-ion sel otak, dinamika
homeostatis intracranial, dan kompartemen pada cairan serebrospinal (LCS)
yang diawali setelah trauma kepala terjadi biasanya dapat tidak terdeteksi pada
awal terjadinya trauma.(MN, SKP, kurniati et al., 2018)
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah bagaimana penanganan pada trauma kepala.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penanganan pada trauma kepala
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui definisi trauma kepala
b) Untuk mengetahui Epidemiologi
c) Untuk mengetahui Mekanisme cedera kepala
d) Untuk mengetahui Penyebab cedera kepala
e) Untuk mengetahui Pemeriksaan fisik pada pasien cedera kepala
f) Untuk mengetahui manajemen pasien dengn cedera otak akibat
trauma
g) Untuk mengetahui Klasifikasi cedera kepala
h) Untuk mengetahui Pengobatan atau pencegahan
i) Untuk mengetahui Pemeriksaan fisik pasien cedera kepala
j) Untuk mengetahui Cedera kepala khusus
k) Untuk mengetahui Fraktur tulang tengkorak
l) Untuk mengetahui Cedera otak berkepanjangan
m) Untuk mengetahui Cedera aksonal difus (diffuse axonal injuri/ DAI)
n) Untuk mengetahui Cedera otak fokal (focal brain injuries)
o) Untuk mengetahui Hematom subdural
p) Untuk mengetahui Perdarahan intraserebral traumatik
q) Untuk mengetahui Cedera penetrasi
r) Untuk mengetahui pertimbangan khusus
s) Untuk mengetahui Peningkatan tekanan intrakranial
t) Untuk mengetahui Herniasi
u) Untuk mengetahui Herniasi uncal (leteral, transtentorial)
v) Untuk mengetahui Herniasi sentral
w) Untuk mengetahui kejang setelah trauma kepala
BAB II
PEMBAHASAN
2 Optikus Penglihatan Minta pasien untuk membaca Jika nervus optikus baik,
huruf kecil pada kertas. pasien akan mampu
menghitung jumlah jari,
merasakan cahaya, atau
mata akan berkedip
ketika diberikan
perlakuan pasien juga
akan dapat membaca
tulisan.
3 Ukolomotor Pengaturan ukuran pupil Kaji respons papilari terhadap Saraf cranial ketiga
ius dan akomodasi cahaya secara langsung dan melewati tantorium
berdasarkan persetujuan herniasi. Tentorium
Pergerakan mata memberikan penekanan
ekstrakuler Minta pasien untuk mengikuti pada saraf cranial
pergerakan kertas permen karet tersebut, menyebabkan
pada posisi 6 arah pandangan dilatasi pupil menjadi
tanpa menggerakkan kepala tidak berespons (fixed)
pada sisi ipsilateral
herniasi. Walaupun
perbedaan ukuran pupil 1
mm dapat mengakibatkan
penekanan signifikan.
4 Trochlear Pergerakan mata Cek ukuran pupil pasien, Saraf cranial ke III, IV
ektraokular ketajaman, reaksi dan DAN VI dikaji secara
pergerakan ekstraokuler bersamaan.
6 Abdusen Pergerakan ekstaokuler Lihat saraf cranial III dan IV Lihat saraf cranial III dan
mata IV
7 Facialis Pergerakan wajah dan rasa Minta pasien untuk menaikkan Saraf facial mengontrol
alis, menutup rapat keloak ekspresi wajah serta rasa
mata, tersenyum, dari dua ertiga anterior
memperlihatkan gigi, lidah.
tersenyum, mengerutkan dahi,
menggembungkan pipi,
tempatkan permen karet di
kedua sisi lidah untuk
mengkaji rasa.
REFLEK PENGKAJIAN REAKSI NORMAL REAKSI ABNORMAL
Saraf cranial V dan Sentuh kornea menggunakan Kedipan mata Tidak berespons
VII kapas atau tetesan cairan
Cranial IX dan X normal saling stimulasi
tenggorokan dengan swab. Gangguan normal Gangguan reflex hilang
Tangue spatal, atau kateter
suction tes reflex deep tendon Skor 2 Hiperaktivitas
dengan menggunakan karet mengindikasikan lesi
hammer reflex respons dinilai fraktus piramida atau
dari 0-4 gangguan psikogenik.
0 absen/tidak berespons
1 menurun
2 normal
3 meningkat
4 hiperaktif
0-
Babinski Lakukan stimulasi cepat Reaksi negative- ibu jari Reaksi positif- ibu jari
cutaneus pada permukaan dan jari lain fleksi, dan jari lain
plantar kaki. menekuk ke bawah. ekstensi,menghadap kea
rah kepala
Rekasi ini tersebut
normal pada anak berusia
di bawah 2 tahun. Tidak
berespons pada semua
usia berarti kondisi
abnormal.
2. Herniasi
Herniasi terjadi ketika bagian otak meluas melebihi luas normalnya dan
mengenai jaringan jaringan otak di area luka. Herniasi dapat terjadi
karena hematom yang meluas, edema serebral, atau massa (seperti tumor
atau objek yang tertancap) yang mendorong jaringan otak menuju sorotan
kecil yang paling resisten.
4. Herniasi sentral
Ketika tekanan intracranial meningkat dan secara merata menyebar
sepanjang region supratentorial otak (misalnya edema cerebral). Jaringan
otak mulai bergeser. Hal ini akan menekan ventrikel dan mendorong
kedua hemisfer cerebrum ke bawah ke bagian notch (takik) tentorial.
a.Tanda awal herniasi sentral
1) Gelisah yang berkembang menjadi letargi
2) Pupil: konstriksi tetapi sama-sama besar dan reaktif
3) Respirasi cheyne stokes dengan menguap dan mendesau
4) Peningkatan tekanan intracranial
b. Tanda lanjut herniasi sentral
1) Kehilangan kesadaran (koma) dari kerusakan aktivasi sistem
retikuler
2) Pupil: midpoint atau dilatasi, tidak berespons
3) Penurunan atau respons motorik abnormal: posturing atau
4) Cheyne stokes, neurogenik sentral, atau respirasi ataxic
(pernapasan tidak teratur)
5) Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak berespons
terhadap terapi
6) Bradikardi
c.Prosedur diagnostic
1) Observasi klinis
2) CT scan
3) Insersi monitor tekanan intracranial
d. Intervensi terapeutik
Lihat ‘manajemen pasien dengan cedera otak traumatic berat.’
2. KEJANG SETELAH TRAUMA KEPALA
Pasien sering kali mengalami kejang setelah insiden trauma kepala.
Kejang tersebut dapat berlangsung dalam menit, jam, hari, atau bulan
setelah insiden. Kejang post-traumatik awal dihasilkan dari injuri
langsung pada otak atau akibat kenaikan tekanan intracranial. Kejang
post-traumatik lanjut terjadi dengan kerusakan area jaringan otak.
Aktivitas kejang secara nyata dapat meningkatkan metabolism. Hal ini
memperburuk hipoksia cerebral yang sudah terjadi dan edema pasien
yang masih dalam injuri fase akut secara signifikan.
a.Prosedur diagnostic
1) Observasi klinis
2) Riwatat cedera otak traumatic
3) Elektroensefalografi (intermiten atau continous) diperlukan
untuk mendiagnosis kejang pada pasien dengan sedadi berat
atau paralisis kimiawi
b. Intervensi terapeutik
1) Manajemen jalan napas dengan imobilisasi spinal (jika
terdapat riwayat jatuh)
2) Berikan oksigenasi
3) Berikan benzodiazepine untuk mengontrol kejang, titrasi
untuk memperoleh efeknya
4) Untuk kejang yang masih berlangsung, berikan phenytoin
atau foshenitoin secara intravena
5) Pertimbangkan henobarbital atau sedasi dalam (seperti
propofol) jika kejang tidak terkontrol (MN, SKP, kurniati et
al., 2018)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atauotak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung padakepala.Cedera kepala merupakan penyakit neurologik yang serius di
antara penyakitneurologik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil kecela
kaan lalu lintas. Resikoutama klien yang mengalami cedera kepala adalah kerusaka
n otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera
yang menyebabkan peningkatan tekananintrakranial.
Pasien sering kali mengalami kejang setelah insiden trauma kepala. Kejang
tersebut dapat berlangsung dalam menit, jam, hari, atau bulan setelah insiden.
Kejang post-traumatik awal dihasilkan dari injuri langsung pada otak atau akibat
kenaikan tekanan intracranial. Kejang post-traumatik lanjut terjadi dengan
kerusakan area jaringan otak. Aktivitas kejang secara nyata dapat meningkatkan
metabolism. Hal ini memperburuk hipoksia cerebral yang sudah terjadi dan edema
pasien yang masih dalam injuri fase akut secara signifikan.
DAFTAR PUSTKA