Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Bahasa Indonesia Ibu Husnul Khatimah M.Pd

BAHASA INDONESIA BAKU SEBAGAI TOLAK UKUR


KESELAHAN BERBAHASA
Di susun oleh
Kelompok 5
Aliya Rahmasyifa Diani 20.12.5310
Siti Hafsah 20.12.5058
Mirwan 20.12.5038
Ananda Muhammad Ilyas 20.12.5023
Ahmad Gajali 20.12.5313
Hamsiyah 20.12.5028
Siti Khalifatul Azizah 20.12.5059

FAKULTAS TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“BAHASA INDONESIA BAKU SEBAGAI TOLAK UKUR KESELAHAN
BERBAHASA”. Tak lupa kami berterima kasih kepada Ibu Husnul Khatimah
M.Pd selaku dosen pembimbing kami dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.

Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi


pembaca, dan pembuatan makalah ini tentunya tak luput dari kesalahan, dan
semoga bagi pembaca dapat memberikan kritik dan saran bagi kami agar makalah
kami kedepannya bisa lebih baik lagi.

Mohon maaf apabila ada kesalahan kata dalam penulisan makalah ini.

Bati-bati, Oktober 2020

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................iv

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................v


B. Rumusan Masalah...............................................................................v
C. Tujuan Penulisan................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN................................................................................6

A. Ragam kesalahan Bahasa Indonesia...................................................6


B. Kesalahan dalam bidang tata kalimat.................................................3
C. Kesalahan dalam bidang tata bentukan...............................................7
D. Kesalahan dalam bidang tata bunyi....................................................8
E. Kemungkinan penyebab kesalahan.....................................................9

BAB III PENUTUP......................................................................................14

A. Kesimpulan ......................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................15

BAB I

iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia baku didefinisikan sebagai salah satu ragam bahasa


Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan
atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas. Bahasa
Indonesia baku muncul karena diperlukan sebuah standar bahasa dari beragamnya
variasi yang muncul dikarenakan luasnya penggunaan bahasa Indonesia. Dengan
ditetapkannya standar tersebut, pengguna bahasa memiliki patokan yang jelas
tentang bahasa Indonesia, misalnya saja mereka dapat membedakan bahasa
Indonesia dengan bahasa lain yang mirip seperti bahasa Malaysia atau bahasa
Melayu di Singapura dan Brunai Darussalam.

Bahasa Indonesia standar atau baku memang telah ditetapkan, akan tetapi
dalam praktek penggunaannya bukan berarti bahasa baku lah yang harus selalu
digunakan. Antilan Purba menyatakan bahwa penggunaan bahasa baku tidak bisa
dianggap lebih baik atau lebih benar dari bahasa tidak baku. Ragam bahasa
dinyatakan digunakan dengan baik dan benar ketika penggunaannya sesuai
dengan fungsi dan ciri kode ragam tersebut. Dengan kata lain, penggunaan bahasa
Indonesia baku secara baik dan benar adalah ketika digunakan sesuai dengan
fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia baku. Begitu juga sebaliknya, penggunaan
bahasa Indonesia tidak baku secara baik dan benar adalah ketika digunakan sesuai
dengan fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia tidak baku, yang praktis berarti di
luar fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia baku.

iv
B. Rumusan Masalah

1. Ragam kesalahan Bahasa Indonesia


2. Kesalahan dalam bidang tata kalimat
3. Kesalahan dalam bidang tata bentukan
4. Kesalahan dalam bidang tata bunyi
5. Kemungkinan penyebab kesalahan

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Ragam kesalahan Bahasa Indonesia


2. Untuk mengetahui Kesalahan dalam bidang tata kalimat
3. Untuk mengetahui Kesalahan dalam bidang tata bentukan
4. Untuk mengetahui Kesalahan dalam bidang tata bunyi
5. Untuk mengetahui Kemungkinan penyebab kesalahan

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ragam kesalahan Bahasa Indonesia

Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai


unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, dan juga paragraf yang menyimpang
dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca
yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah di tetapkan sebagai
mana dinyatakan dalam buku ejaan Bahasa Indonesia yang di sempurnakan.

Kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh orang yang mempelajari B2 (bahasa
yang di pelajari), tetapi juga dibuat oleh orang yang belajar B1 (bahasa Ibu).

Kesalahan berbahasa sangat beraneka ragam jenisnya dan dapat di


kelompokkan dengan berbagai cara sesuai dengan cara pandang yang berbeda-
beda. Artinya, setiap cara pandang tertentu akan menghasilkan pengelompokan
tertentu pula. Namun hanya sebagian saja yang akan kami terangkan dalam
makalah kami ini. Yaitu kesalahan dalam bidang tata kalimat (sintaksis), dalam
bidang tata bentukan (morfologi), dan dalam bidang tata bunyi (fonologi).

B. Kesalahan Dalam Bidang Tata Kalimat

Kesalahan yang bisa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi
kalimat antara lain sebagai berikut:

1. Penyusun kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah


Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tidak
disadari menerapkan struktur bahasa daerah. Misalnya :
Amin pergi ke rumahnya Rudy seharusnya Amin pergi ke rumah Rudy.
Buku ditulis oleh saya seharusnya Buku itu saya tulis.

6
2. Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preoposisi di awal
Ketika menulis atau berbicara dengan orang lain pada situasi resmi,
kadang-kadang menggunakan kalimat yang tidak bersubjek karena adanya
kata penghubung seperti dalam, pada, untuk, kepada diletakkan diawal
kalimat. Dengan demikian, kalimat tersebut menjadi tidak bersubjek
misalnya: Dalam pertemuan itu membahas berbagai persoalan.
Supaya kalimat itu menjadi bersubjek, seharusnya pertemuan itu
membahas berbagai persoalan atau dalam pertemuan itu dibahas berbagai
persoalan.
3. Penggunaan subjek yang berlebihan
Biasa kita mendengar kalimat Ety membeli ikan ketika Ety akan
makan malam. Kalimat tersebut menggunakan dua subjek yang sama.
Semestinya subjek kedua dihilangkan dan hal itu tidak mempengaruhi
makna kalimat. Dengan demikian, kalimat tersebut dapat di perbaiki
menjadi Ety membeli ikan ketika akan makan malam.
4. Penggunaan kata penghubung secara ganda pada kalimat majemuk
Dalam kalimat majemuk setara berlawanan kadang-kadang ada
yang menggunakan dua kata penghubung sekaligus. Penggunaan kata
penghubung yang ganda dalam suatu kalimat perlu dihindari. Semestinya
hanya satu kata penghubung, misalnya:
Meskipun sedang sakit kepala, namun Alimuddin tetap pergi
kesekolah
Seharusnya: meskipun sedang sakit kepala, zainal tetap pergi kesekolah.
5. Penggunaan kalimat yang tidak logis

Misalnya: buku itu menambah peningkatan mutu pendididkan di


Sekolah Dasar. Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin buku
mempunyai kemampuan membahas peningkatan mutu pendidikan SD.
Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu diperbaiki menjadi:

- Dalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan di


Sekolah Dasar. Atau

7
- Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan di
Sekolah Dasar.
6. Penggunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat
Kata penghubung berpasangan yang berfungsi menafikan suatu hal
terdiri atas bukan berpasangan melainkan untuk menafikan ‘benda’ dan
kata penghubung bukan berpasangan tetapi untuk menafikan ‘‘peristiwa
atau kerja’’. Kedua kata penghubung berpasangan tersebut seharusnya
digunakan secara konsisten dalam berbahasa Indonesia. Misalnya:
Bukan pak Alimuddin yang mengerjakan IPA tetapi pak Nurdin.
Sudirman tidak menulis buku tetapi menghitung angka.
Dengan demikian, kalimat yang menggunakan bukan ………tetapi
atau tidak……..melainkan dapat digolongkan bentuk yang tidak
semestinya. Contoh: Mereka tidak menulis tetapi sedang melukis.
Seharusnya : Mereka tidak menulis tetapi sedang melukis.
7. Penyusun kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing
Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang
lazim digunakan dalam membuat kalimat Tanya. Kata-kata tersebut bila
digunakan di tengah kalimat yang fungsinya bukan mananyakan sesuatu
merupakan pengaruh bahasa asing. Dengan demikian, perlu dihindari
penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa diganti dengan kata
bahasa Indonesia. Misalnya sebagai berikut :
Rumah di mana dia bermalam dekat dari pasar
Seharusnya: rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar.
8. Penggunaan kalimat yang tidak padu
Kalimat yang digunakan kadang-kadang kurang padu karena
kesalahan struktur kata yang kurang tepat sehingga maknanya agak kabur.
Misalnya:
Mereka menyatakan persetujuannya tentang keputusan yang bijaksana itu
Seharusnya: Mereka menyetujui keputusan yang bijaksana itu.

8
9. Penyusun kalimat yang mubazir
Kalimat yang mubazir biasanya disebabkan penggunaan kata-kata
yang berulang secara berlebihan, penggunaan dua kata yang relative sama
maknanya, misalnya:
Dalam konsep pendidikan yang disusunnya banyak terdapat berbagai
kesalahan. Seharusnya : Dalam konsep pendidikan yang disusunnya
terdapat banyak kesalahan.

C. Kesalahan dalam bidang tata bentukan


Kesalahan dalam bidang tata bentukan (morfologi), biasanya terjadi karena
morfem-morfem tertentu pada B2 ada yang ditanggalkannya atau diganti dengan
morfem B1. Kesalahan seperti ini biasanya terjadi karena kuatnya pengaruh
B1(bahasa yang dikuasainya) atau karena over generalisasi. Contoh-contoh
kesalahan dalam bidang morfologi antara lain :
1. Mereka sudah lama tidak ketemu (pengaruh B1, ketemu – jawa,
bertemu – Indonesia)
2. Hati-hati jangan sampai kesepak kuda. (pengaruh B1, kesepak – Jawa,
tersepak – Indonesia).
3. Jam 2 nanti kita kumpul di ruang sidang (pengaruh B1, kumpul –
Jawa, berkumpul – Indonesia).
4. Ia ziarah ke kuburan moyangnya (pengaruh B1, kuburan – Jawa, kubur
– Indonesia).
5. Ia sekarang mengelola usaha percetakan pamannya. (Over
generalisasi), di anggap dari kata asal lalu kemudian mendapat awalan
me-N sebagaimana pada kata melamar dari kata lamar mendapat
awalan me-N, padahal tidak demikian. Yang benar adalah mengelola
dari kata dasar kelola mendapat imbuhan me-N.
6. Ia baru saja menraktir temannya. ((Over generalisasi, dianggap dari
kata dasar traktir kemudian mendapat awalan me-N sebagaimana pada
kata menu-lis dari kata tulis mendapat awalan me-N, padahal tidak
demikian. Yang benar adalah mentraktir. Kata dasar traktir mendapat

9
imbuhan me-N tidak mengalami peluluhan sebab suku pertamanya
terbentuk dari clauster tr).

D. Kesalahan dalam bidang tata bunyi


Kesalahan-kesalahan bahasa Indonesia terdapat dalam berbagai tataran,
salah satunya dalam bidang tata bunyi (fonologi). Kesalahan berbahasa Indonesia
dalam bidang fonologi dapat dilihat dari penggunaan bahasa baik secara lisan
maupun tertulis. Namun sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia dibidang
fonologi berkaitan dengan pengucapan, baik itu dalam pengucapan fenom,
penghilangan fenom, penambahan fenom, salah meletakan penjedaan dan lainnya.
Fonologi ialah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan
membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari
kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu (Chear,1994:102). Dengan demikian
fonologi merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga
dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi pertama-tama dipandang dari
penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tulisan. Kombinasi kedua sudut
pandang itu ditemukan aneka jenis kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan
berbahasa Indonesia di bidang fonologi berkaitan dengan pengucapan. Tentu saja
bila kesalahan berbahasa lisan ini dituliskan maka jadilah kesalahan berbahasa itu
dalam bahasa tulis.
Penyebab kesalahan berbahasa di bidang fonologi :
1. Kesalahan pengucapan fonem,
Misalnya:
-Fonem /a/ diucapkan /e/ contoh, mengupayakan menjadi
mengupyaken
-Fonem /i/ diucapkan /e/ contoh, keliru menjadi
keleru
-Difotong /au/ diucapkan /o/ contoh, danau
menjadi dano.

10
2. Kesalahan penghilangan Fonem,
Misalnya:
- Hilang berubah menjadi ilang
- Haus berubah menjadi aus.
3. Kesalahan penambahan Fonem
Misalnya:
- Gaji berubah menjadi gajih
- Biji berubah menjadi bijih.

4. Kesalahan meletakkan jeda:

BENAR SALAH

Antarnegara Anatar Negara

Daripada Dari pada

Sayapun Saya pun

Semifinal Semi final

Si pengirim sipengirim

5. Kesalahan pemenggalan atas suku kata:

BENAR SALAH

Bu - ah Bua – h

Ma – in Mai – n

Bu – at bua – t

Su – a – tu Sua – tu

11
Mu – a – ra Mua – ra

Ke – lu – ar Ke – luar

Sau – da – ra Sa – u – da – ra

E. Kemungkinan penyebab kesalahan

Ada beberapa faktor kemungkinan penyebab timbulnya kesalahan. Dalam


bagian ini, pada garis besarnya, faktor-faktor itu dibedakan atas tiga macam yaitu
faktor pemakai bahasa, faktor lingkungan, dan faktor bahasa.
1. Faktor Pemakai Bahasa
Pemakai bahasa amat besar peranannya dalam usaha menanggulangi
kesalahan-kesalahan dalam berbahasa. Betapapun sempurnanya aturan bahasa,
aturan-aturan itu tidak akan ada artinya jika pemakai bahasa itu sendiri tidak mau
memahami dan sekaligus menerapkan di dalam kegiatan berbahasa.
Jika kita amati, pemakaian bahasa seseorang khususnya pelajar, mahasiswa,
pemuka-pemuka masyarakat, terlihatlah bahwa banyak di antara mereka
berbahasa diluar aturan yang telah ada. Dengan kata lain, mereka sering berbuat
kesalahan dalam berbahasa Indonesia.
Masalah bahasa Indonesia, misalnya, bukanlah hanya masalah para pakar
bahasa atau guru-guru bahasa Indonesia, melainkan masalah seluruh warga
Negara Indonesia. Oleh karena itu, seluruh bangsa Indonesia dituntut bersikap
positif terhadap bahasa Indonesia (suharianto, 1981:15). Menurutnya, beberapa
sikap positif yang diterapkan antaraa lain (1) merasa bangga berbahasa nasional
bahasa Indonesia, (2) mempunyai rasa setia bahasa, dan (3) merasa bertanggung
jawab atas perkembangan bahasa Indonesia.

12
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan pemakaian bahasa yang baik dan benar akan memberi pengaruh
yang positif terhadap perkembangan bahasa Indonesia; sebaliknya pemakaian
yang buruk akan memberikan pengaruh yang buruk pula terhadap pengaruh
perkembangan bahasa Indonesia. Lingkungan yang paling besar pengaruhnya
terhadap baik buruknya perkembangan bahasa Indonesia itu adalah lingkungan
pemakaian bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, kantor-kantor, atau instansi-
instansi pemerintahan.

3. Faktor Bahasa
Kesalahan dalam berbahasa juga bisa disebabkan oleh faktor bahasa yang
dalam hal ini karena kesulitan bahasa Indonesia itu sendiri dan pengaruh bahasa
lain terhadap bahasa Indonesia.
Pengaruh bahasa lain terhadap bahasa Indonesia tidak semuanya bersifat
positif, tetapi ada juga yang bersifat negatif atau merusak bahasa Indonesia.
Pengaruh inilah yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa.
Di antara sekian banyak bahasa asing yang ada, bahasa Inggris yang
paling besar pengaruhnya terhadap bahasa Indonesia. Kata-kata bahasa Inggris
yang terpakai pada bahasa Indonesia hampir tak terhitung jumlahnya. Pengaruh
yang semacam inilah yang dapat merusak perkembangan bahasa Indonesia atau
menghambat usaha pembinaan bahasa Indonesia itu sendiri.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesalahan-kesalahan berbahasa di dalam pembelajaran bahasa merupakan
suatu hal yang tidak bisa dihindari. Bahkan Tarigan (1990:67) mengatakan bahwa
hubungan keduanya ibarat air dengan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat hidup
dan berada di dalam air, begitu juga kesalahan berbahasa sering terjadi dalam
pembelajaran bahasa. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja
untuk menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa. Penggunaan bahasa
sehari-hari tentu tidak luput dari kesalahan, dan kesalahan tersebut bervariasi.
Melalui analisis kesalahan berbahasa, dapat dijelaskan bentuk
kesalahankesalahan yang dilakukan oleh siswa baik secara morfologis, fonologis,
dan sintaksis yang kemudian memberikan manfaat tertentu bagi proses pengajaran
bahasa. Hal ini menjadi sangat menarik ketika dalam proses pengajaran bahasa
dilakukan analisis kesalahan untuk menjadi umpan balik sebagai titik tolak
perbaikan dalam pengajaran bahasa dalam mencegah dan mengurangi terjadinya
kesalahan berbahasa yang dilakukan para siswa.

14
DAFTAR PUSTAKA

www.slideshare.net
https://purnamiap.blogspot.com/2015/02/kemungkinan-penyebab-kesalahan-
bahasa_11.html?m=1
http://akusipohonpisang.blogspot.com/2016/12/kesalaan-bahasa-
indonesia-pada-tataran.html?m=1
http://karang-lantang.blogspot.com/2012/10/analisis-kesalahan-morfologi-
pada.html?m=1#:~:text=Selanjutnya%2C%20kesalahan%20morfologi
%20adalah%20kesalahan,mengungkapkan%20pikiran%20dan
%20perasaan%20pengarang

15

Anda mungkin juga menyukai