A. Pengertian Kurikulum
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh banyak ahli, dapat disimpulkan
bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni
menurut pandangan lama dan pandangan baru.
Pandangan lama, atau sering disebut pandangan tradisional, merumuskan
bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid
untuk memperoleh ijazah. Pengertian tadi mempunyai implikasi sebagai berikut :
1. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran
sendiri pada hakikatnya adalah pengalaman nenek moyang di masa
lampau. Berbagai pengalaman tersebut dipilih, dianalisis, serta
disusun secara sistematis dan logis, sehingga muncul mata
pelajaran seperti sejarah, ilmu bumi, ilmu hayat, dsb.
2. Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan,
sehingga penyampaian mata pelajaran pada siswa akan membentuk
mereka menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berpikir.
3. Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau,
adapaun pengajaran berarti penyampaian kebudayaan kepada
generasi muda.
4. Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh
ijazah. Ijazah diposisikan sebagai tujuan, sehingga menguasai mata
pelajaran berarti telah mencapai tujuan belajar.
5. Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata
pelajaran yang sama. Akibatnya, faktor minat dan kebutuhan siswa
tidak dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum.
6. Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem
penuangan (imposisi). Akibatnya, dalam kegiatan belajar gurulah
yang lebih banyak bersikap aktif, sedangkan siswa hanya bersifat
pasif belaka.
Pandangan baru atau modern di rumusukan sebagai berikut : “curriculum is
interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences
which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or
not”. Implikasi perumusan di atas adalah sebagai berikut :
3. Fungsi Diferensiasi
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan di
antara setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya,
diferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif,
sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.
4. Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu
melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih
jauh, misal melanjutkan studi ke sekolah yang lebih tinggi atau
persiapan belajar di dalam masyarakat. Persiapan kemamppuan
belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan, mengingat sekolah
tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau
apa pun yang menarik perhatian mereka.
5. Fungsi Pemilihan
Perbedaan (diferensiasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal
yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti
memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa
yang diingikan dan menarik minatnya. Untuk mengembangkan
berbagai kemampuan tersebut, maka kurikulum perlu disusun
secara luas dan bersifat fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima
dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika siswa menyadari
semua kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya melalui
proses eksplorasi. Selanjutnya siswa sendiri yang memperbaiki
kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang
ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik kurikulum dan
akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara
optimal.
BAB II
A. Pendahuluan
Schubert (1986) menguraikan bayangan atau gambaran lapangan kurikulum,
yang bertujuan untuk memberikan prespektif kurikulum dengan
menggambarkannya sebagau suatu lapangan inkuiri dan aktivitas profesional.
Analisis Schubert tentang lapangan kurikulum dimulai dari penjelasan tentang
karakteristik alternatif kurikulum, serta berbagai kekuatan dan kelemahan
yang bersifat relatif.
1. Gambaran Karakteristik Kurikulum
Menurut Schubert, survei yang dilakukan secara cepat terhadap
sejumlah buku teks kurikulum akan menghasilkan sejumlah
gambaran/bayangan (image) atau karakteristik yang berbeda
satu sama lain. Untuk menganalisis dan menguraikan seluruh
image kurikulum, sebagaimana yang banyak ditemukan dalam
buku-buku teks kurikulum, merupakan suatu pekerjaan raksasa
mengingat banyaknya buku kurikulum yang ditemukan dalam
masyarakat. Selain itu, para ahli menilai bahwa hasil pekerjaan
semacam itu akan meragukan. Karena itu, cara-cara yang lebih
efisien yang dapat dilakukan adalah dengan mengelompokkan
atau menentukan kategori berbagai konsepsi kurikulum yang
pokok, yang disertai dengan contoh, pengertian, dan kecaman
terhadap masing-masing kategori tersebut.
2. Berbagai Domain Studi Kurikulum
Kurikulum berada di tengah-tengah bidang studi kependidikan
yang saling berhubungan. Oleh karenanya, perlu
diidentifikasikan bagian-bagian yang dominan dari studi
kurikulum itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam kenyataannya
ada sebagian sarjana dan ahli kurikulum yang memfokuskan
studinya pada seluruh subdivisi kurikulum. Kurikulum juga
menjadi suatu proses sosial, saat berbagai individu secara
bersama-sama berusaha mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia melalui
rekonseptualisasi yang saling menguntungkan.
3. Kurikulum dan Berbagai Subdivisi Pendidikan yang
Berhubungan
Untuk menggambarkan kurikulum sebagai lapangan inkuiri dan
praktik seperti telah disinggung dalam uraian sebelumnya perlu
juga diperhatikan bahwa praktik-praktik kurikulum pada
dasarnya dipengaruhi oleh seluruh subdivisi kurikulum.
Menurut Schubert, berbagai subdivisi kurikulum tersebut
adalah teori kurikulum, sejarah kurikulum, pengembangan
kurikulum, desain kurikulum, implementasi kurikulum, evaluasi
kurikulum, perubahan kurikulum, dan inkuiri kurikulum.
Definisi setiap kurikulum ini penting untuk dicermati, untuk
mengarahkan praktik nyata dalam suatu subdivisi dan
menghindari terjadinya tumpang-tindih praktik antarsubdivisi.
B. Lapangan Kurikulum
Perencanaan dan pengembangan kurikulum harus didasarkan pada ide-ide
umum tentang kurikulum, yang muncul berkat interaksi antara teori dan
praktik. Adapun lapangan kurikulum yang memuat ide-ide tersebut berkenaan
dengan proses dan konten pendidikan. Berikut adalah prinsip-prinsip dasar
jika hendak memperbaiki kurikulum, yaitu :
1. Bidang kurikulum adalah suatu area umum studi yang berkenaan
dengan pengembangan dan implementasi tujuan (umum dn khusus)
pendidikan dan alat untuk mencapainya, yang terdiri atas teori dan
praktik terintegrasi.
2. Studi dan praktik dalam bidang kurikulum menuntut pemahaman
yang luas tentang fondasi (filosofis, sosiologis, dan psikologis)
kurikulum, yang mendasari tindakan kurikulum tersebut.
3. Pada praktiknya, bidang kurikulum meliputi prencanaan,
pengembangan, desain instruksional, riset, perteorian, evaluasi, dan
kepemimpinan sebagai penunjang dan pendorong kurikulum.
4. Hasil pengamatan belajar dari kurikulum adalah terencana dan
tersembunyi. Proses belajar yang berkaitan dengan kurikulum
tersembunyi sering kali lebih berpengaruh, karena perbuatan kita
akan kehidupan sehari-hari di sekolah merefleksikan berbagai nilai
aktual dan keyakinan yang ada dalam masyarakat.
5. Segala keputusan yang berkaitan dengan bidang kurikulum harus
melalui serangkaian proses yang kompleks dan memiliki banyak
alternatif. Hal ini diakibatkan bahwa perencanaan tanpa
pengetahuan dan pertimbangan berbagai alternatif akan mengatasi
kesempatan belajar.
6. Bidang kurikulum bersifat interdisiplin dan mengandung berbagai
ide bersama dari bidang pendidikan lainnya, dalam perumusan
tujuan (ends) maupun metode/ alat (means) program-program
sekolah.
7. Semua kegiatan dalam bidang kurikulum harus mengacu pada hal
tertentu, yang spesifik berkenaan dengan situasi belajar. Inilah
faktor penting dari keberadaan sekolah.
Berkaitan dengan hal di atas, berikut adalah uraian faktor-faktor yang terkait
dengan lapangan kurikulum.
1. Organisasi Kurikulum
Adalah cara program sekolah, proses belajar, atau serangkaian
pengalaman siswa yang direncanakan dan disusun secara
terstruktur.
2. Evaluasi Kurikulum
Berkaitan dengan perbaikan program yang berkelanjutan dan
merupakan proses berkelanjutan. Evaluasi kurikulum tersebut
merujuk pada proses yang mempertimbangkan kecukupan dan
keefektifannya.
3. Kurikulum Tersembunyi
Adalah kurikulum yang tidak direncanakan dan tidak termasuk
ke dalam kurikulum sekolah, tetapi memiliki banyak hal
penting bagi kehidupan siswa. Hal-hal tersembunyi ini dapat
saja dipelajari oleh siswa, dalam membantu mereka membuat
keputusan bagi diri sendiri dan perubahan perilaku mereka.
4. Kurikulum Luar Sekolah
Adalah berbagai hal dari luar sekolah yang dapat dipelajari oleh
siswa, misalnya yang bersumber dari berbgaia media informasi
(media cetak, elektronik, dsb) peristiwa dalam struktur
keluarga, serta hubungan sosial dalam masyarakat dan
kelompok sosial lainnya.
5. Perencanaan Kurikulum
Adalah proses komprehensif ketika pihak yang terkait
merumuskan tujuan dari pendidikan,, bagaimana tujuan
tersebut dilakukkan melalui strategii mengajar-belajar, dengan
mempertimbangkan kepantasan dan keefektifan tujuan (ends)
dan alat (means) belajar. Perencanaan kurikulum yang baik
diperlukan untuk mengembangkan pengalaman pendidikan
secara kontinu, untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
6. Pengembangan Kurikulum
Adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan
rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Hal ini berkenaan
dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen
situasi mengajar-belajar melalui serangkaian kegiatan.
7. Pembelajaran Kurikulum
Terutama berkenaan dengan desain rencana situasi mengajar-
belajar yang nyata. Hal ini didasarkan atas tujuan yang luas dan
identifikasi cara penerjemahan tujuan tersebut menjadi program
pengalaman belajar yang terkoordinasi dan koheren.
C. Pembelajaran
Pembelajaran terkait dengan tujuan dan rencana kurikulum, yang difokuskan
pada persoalan metodologi, seperti teknik mengajar, kegiatan implementasi
sumber, dan alat pengukuran yang digunakan dalam situasi mengajar-belajar
yang khusus. Jadi, perencanaan kurikulum adalah suatu konsep generik yang
meliputi perencanaan kurikulum dan desain instruksional. Menurut Hamalik
(2001), untuk memahami proses belajar-mengajar harus diawali dengan
mengetahui dulu makna atau pengertian dari mengajar dan pengajaran
sebagai berikut :
1. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik
atau murid di sekolah.
2. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda
melalui lembaga pendidikan sekolah.
3. Mengajar adalah usaha pengorganisasian lingkungan sehingga
menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
4. Mengajar atau mendidik adalah memberikan bimbingan belajar
kepada murid.
5. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi
warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
6. Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Berikut ini adalah karakteristik belajar yang harus dikenali guru dalam
membelajarkan siswa, antara lain :
BAB III
2. Pendekatan Fungsional
Bertitik tolak dari suatu masalah tertentu dalam masyarakat
atau lingkungan sekolah. Masalah yang dipilih dan akan
dipelajari tersebut adalah berbagai masalah yang berfungsi dan
bermakna bagi kehidupan manusia.
3. Pendekatan Daerah
Bertitik tolak darii pemilihan suatu daerah tertentu sebagai
subjek pelajaran.
C. Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang
bermakna dan terstruktur. Bertujuan mempunyai arti bahwa suatu
keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Adapun
terstruktur mempunyai asumsi bahwa setiap bagian ayang ada dalam
keseluruhan itu brada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu.
D. Pendekatan Sistem
Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen atau bagian.
Komponen itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Pendekatan sistem digunakan juga sebagai suatu sistem berpikir, bahkan
sistem pendekatan ini dikembangkan dalam upaya pembaharuan pendidikan.
BAB IV
A. Masalah Umum
Masalah umum dapat dikelompokkan menjadi delapan kelompok, yaitu :
1. Bidang Cakupan (Scope)
Scope atau bidang cakupan dapat didefinisikan sebagai “luas”.
Kurikulum yang di dalamnya mencakup berbagai topik,
pengalaman belajar, aktivitas, pengorganisasian “elemen-
elemen”, serta hubungan pengintegrasian dan pengorganisasian
berbagai elemen tersebut yang harus diberikan kepada siswa.
2. Relevansi
Relevansi atau kesesuaian merupakan masalah laiin yang
cukup esensial dan harus mendapatkan perhatian dalam
pengembangan kurikulum. Kata relevansi sendiri harus
dikaitkaan dengan masalah dunia kerja (vocation),
kependudukan (citizenship), hubungan antarpribadi (personal
relationship), dan berbagai aktivitas masyarakat lainnya yang
menyangkut budaya, sosial, politik, dsb.
3. Keseimbangan
Dalam sulitnya mendefinisikan kata balance atau
keseimbangan, Oliva menunjukkan beberapa variabel yang
harus dipertimbangkan seperti :
a. Kurikulum yang berpusat pada siswa dan kurikulum
berpusat pada pelajaran.
b. Kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat.
c. Pendidikan umum dan pendidikan khusus.
d. Luas dan dalamnya kurikkulum.
e. Tiga domain penting pendidikan (kognitif, afektif,
psikomotorik).
f. Pendidikan individual dan pendidikan masyarakat.
g. Inovasi dan tradisi.
h. Logis dan psikologis.
i. Kebutuhan yang diharapkan dan tidak diharapkan
siswa.
j. Kebutuhan akademis yang diharapkan.
k. Metode, pengalaman, dan strategi.
l. Cepatnya perubahan dan pergantian waktu atau
masa.
m. Dunia kerja dan permainan.
n. Sekolah dan masyarakat sebagai sumber daya dalam
pendidikan.
o. Disiplin kelembagaan.
p. Tujjuan-tujuan kelembagaan.
q. Disiplin ilmu.
4. Integrasi
Pengintegrasian berarti memadukan, menggabungkan dan
menyatukan antardisiplin ilmu. Kadar dan tingkat keintegrasian
lebih ditentukan oleh dasar filosofis pengembang kurikulum,
dibandingkan berdasarkan data empiris.
5. Sekuens (Sequence)
Sekuens berarti susunan atau urutan pengelompokkan kegiatan
atau langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan
kurikulum. Berikut adalah langkah-langkah sekuens, yaitu :
a. Mulai dari yang paling sederhana menuju ke yang
kompleks.
b. Menurut alur kronologis.
c. Balikan dari alur kronologis.
d. Mulai dari keadaan geografis yang dekat sampai ke
yang jauh.
e. Dari jauh menuju dekat.
f. Dari konkret ke abstrak.
g. Dari umum ke khusus.
h. Dari khusus ke umum.
6. Kontinuitas
Kontinuitas merupakan pengulangan terencana tentang isi
(content) untuk mencapai keberhasilan. Pada dasarnya, prinsip
kontinuitas menyerupai dengan apa yang disebut “spiral
curiculum”, yaitu pengenalan konsep, keterampilan, dan
pengetahuan secara berulang.
7. Artikulasi
Artikulasi diartikan sebagai pertautan antara kelompok elemen
atau unsur lintas tingkatan sekolah. Adapun artikulasi
merupakan rencana sekuens unit-unit materi pembelajaran
tersebut secara lintas tingkatan.
8. Kemampuan Transfer (Traferability)
Segala hal yang diberikan sekolah pada hakikatnya merupakan
“proses pentransferan nilai”, maksudnya apapun yang dipelajari
di sekolah seharusnya harus dapat diaplikasikan di luar sekolah,
saat siswa sudah menamatkan pendidikannya. Para ahli
pendidikan seperti Thorndike, Daniel dan L.N Tanner, serta
Taba menyepakati bahwa jika guru hendak mentransfer nilai-
nilai tersebut, maka terlebih dahulu harus diperhatikan prinsip-
prinsip umum dari proses transfer yaitu :
a. Transfer merupakan “hati nurani” pendidikan.
b. Proses transfer memungkinkan untuk dilakukan.
c. Proses transfer dimulai dari situasi yang lebih dekat,
ke situasi luar kelas yang lebih jauh dan luas.
d. Hasil transfer akan lebih bermakna jika guru
membantu siswa dalam menderivasi, generalisasi,
serta menetapkan generalisasi tersebut.
e. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ketika siswa
memperoleh pengetahuan bagi dirinya, proses
tersebut telah berhasil.
BAB V
PSIKOLOGI BELAJAR
A. Definisi Belajar
Belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yag hendak dicapai semata.
Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga
terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi,
berdasarkan proses (sebagai alat atau means) akan tercapai tujuan (ends),
sesuatu hal yang dikehendaki oleh pedidikan.
B. Beberapa Teori Belajar
Dalam psikologi belajar kita mengenal beberapa aliran yang masing-masing
mempunyai konsep. Diantaranya :
1. Psikologi Daya
Pandangan ini berpendapat bahwa dalam diri manusia terdapat
berbagai daya. Kurikulum disusun untuk semua siswa, tanpa
memperhatikan isi, minat, dan kebutuhan siswa.
2. Teori Mental State
Menurut J. Herbart, jiwa manusia sesungguhnya terdiri atas
berbagai kesan atau tanggappan yang masuk melalui alat indra,
berasosiasi satu sama lain, untuk kemudian membentuk mental
atau kesadaran manusia. Sebagai implikasinya, kurikulum
disusun dari sejumlah mata pelajaran yang mengandung
pengetahuan yang luas. Mottonya adalah “Knowledge is
Power”.
3. Psikologi Behaviorisme
Aliran psikologi ini berangkat dari anggapan bahwa kesan dan
ingatan sesungguhnya merupakan kegiatan organisme. Belajar
diartikan sebagai pembentukan hubungan antara stimulus dan
respon. Hubungan tersebut dapat diperkuat atau diperlemah,
bergantung pada latihan yang diadakan.
4. Teori Koneksionisme
Pada umumnya, teori koneksionisme berpandangan bahwa
lingkungan mempengaruhi kelakuan belajar individu,
sedangkan kelakuan motivasi bersifat dinamis.
Teori ini berdasarkan pandangan psikoologi behaviorisme,
dengan hukum-hukum belajar, yaitu :
a. Hukum Latihan
Apabila sering dilatih, hubungan tersebut akan
menguat.
b. Hukum Pengaruh
Kuat atau lemahnya hubungan tersebut
bergantung pada pengaruhnya, memuaskan atau
tidak.
c. Hukum Kesiapan
Unsur kesiapan memengaruhi kepuasan atau
kegagalan dalam belajar.
C. Faktor-Faktor Belajar
Dalam penyusunan kurikulum perlu diperhatikan beberapa faktor belajar,
diantaranya :
1. Kegiatan belajar
Belajar memerlukan banyak kegiatan, agar anak memperoleh
pengalaman guna mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman, sikap dan nilai, serta pengembangan keterampilan.
Pengajaran dianggap efektif jika anak bersifat atif, sedangkan
guru bertindak selaku pembimbing.
2. Latihan dan ulangan
Hasil belajar akan menjadi lebih mantap, jika para siswa sering
diberikan ulangan dan latihan secara kontinu, sistematis dan
terbimbing. Kurikulum perlu menyediakan alokasi waktu yang
memadai dengan sistem penyampaian tepat, sehingga
memungkinkan dilakukannya ulangan, latihan dan penggunaan
hasil belajar.
3. Kepuasan dan kesenangan
Dorongan belajar akan bertambah besar jika belajar tersebut
memberikan kepuasan kepada siswa. Karena itu, kurikulum
harus disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan para
siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya.
4. Asosiasi dan transfer
Berbagai pengalaman yang diperoleh, yaitu pengalaman lama
dan baru, harus diasosiasikan agar menjadi satu kesatuan.
Pengalaman dari satu situasi perlu diasosiasikan dengan
pengalaman dari situasi lain, sehinngga memudahkan transfer
hasil belajar. Berkaitan dengan transfer ini, dibahas tiga teori
berikut :
a. Teori disiplin formal. Pembentukan berbagai daya
pada manusia dapat diperkuat melalui latihan
akademis.
b. Teori unsur-unsur yang identik. Transfer terjadi jika
diantara dua situasi atau kegiatan terdapat unsur-
unsur yang bersamaan.
c. Teori generalisasi. Transfer terjadi jika siswa telah
memiliki pengertian atau kesimpulan umum.
5. Pengalaman masa lampau dan pengertian
Berbagai pengalaman dan pengertian yang telah dimiliki siswa
akan memudahkannya menerima pengalaman baru.
Pengalaman dan pengertian masa lampau tersebut menjadi
dasar serta pengalaman apersepsi.
6. Kesiapan dan kesediaan belajar
Faktor kesiapan turut menentukan hasil belajar. Kesiapan
mengandung arti kesiapan mental, sosial, emosional, dan fisik.
Kesiapan akan memudahkan para siswa untuk belajar sehingga
mencapai keberhasilan.
7. Minat dan usaha
Kegiatan belajar yang didasari dengan penuh minat akan lebih
mendorong siswa belajar lebih baik sehingga akan
meningkatkan hasil belajar.
8. Fisiologis
Kesehatan dan keseimbangan jasmani siswa perlu mendapat
perhatian sepenuhnya, karena kondisi fisiologis ini sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi, kegiatan, dan hasil belajar.
9. Intelegensi atau kecerdasan
Kemajuan belajar juga ditentukan oleh tingkat perkembangan
intelegensi siswa seperti ceerdas, kurang cerdas, atau lamban.
Materi kurikulum harus disusun berdasarkan tingkat kecerdasan
siswa, sehingga siswa mampu menyerap materi tersebut, yang
akan memberikan hasil belajar yang memadai.
BAB VI
MODEL KURIKULUM
A. Kurikulum Humanistik
Berdasarkan kurikulum humanistik, fungsi kurikulum adalah menyiapkan
peserta didik dengan berbagai pengalaman naluriah yang sangat berperan
dalam perkembangan individu. Dalam kurikulum humanistik, guru diharapkan
dapat membangun hubungan emosional yang baik denga peserta didiknya.
Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif.
b. Menghormati individu peserta didik.
c. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.
C. Kurikulum Teknologi
Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas program
metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan.
Teknologi mempengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu aplikasi dan teori.
Aplikasi teknologi meruapakan suatu rencana penggunaan beragam alat dan
media. Sebagai teori, teknologi digunakan dalam pengembangan dan evaluasi
material kurikulum dan instruksional. Salah satu kelemahan kurikulum
teknologi ini adalah kurangnya perhatian pada penerapan dan dinamika
inovasi. Model teknologi ini hanya menekankan pengembangan efektivitas
produk saja, sedangkan perhatian untuk mengubah lingkungan yang lebih luas,
seperti organisasi sekolah, sikap guru, dan cara pandang masyarakat, sangat
kurang.
D. Kurikulum Akademik
Dari waktu ke waktu, para ahli akademik terus mencoba mengembangkan
sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia
pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk mengamati, hubungan
antar sesama, analisis data dan penarikan kesimpulan. Satu kelemahan dalam
pendekatan ini adalah kegagalan dalam memberikan perhatian pada lainnya,
dan permasalah itu tidak dapat di jawab dengan satu ilmu saja.
BAB VII
PERENCANAAN KURIKULUM