Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENGERTIAN, PERANAN, DAN FUNGSI KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh banyak ahli, dapat disimpulkan
bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni
menurut pandangan lama dan pandangan baru.
Pandangan lama, atau sering disebut pandangan tradisional, merumuskan
bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid
untuk memperoleh ijazah. Pengertian tadi mempunyai implikasi sebagai berikut :
1. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran
sendiri pada hakikatnya adalah pengalaman nenek moyang di masa
lampau. Berbagai pengalaman tersebut dipilih, dianalisis, serta
disusun secara sistematis dan logis, sehingga muncul mata
pelajaran seperti sejarah, ilmu bumi, ilmu hayat, dsb.
2. Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan,
sehingga penyampaian mata pelajaran pada siswa akan membentuk
mereka menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berpikir.
3. Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau,
adapaun pengajaran berarti penyampaian kebudayaan kepada
generasi muda.
4. Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh
ijazah. Ijazah diposisikan sebagai tujuan, sehingga menguasai mata
pelajaran berarti telah mencapai tujuan belajar.
5. Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata
pelajaran yang sama. Akibatnya, faktor minat dan kebutuhan siswa
tidak dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum.
6. Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem
penuangan (imposisi). Akibatnya, dalam kegiatan belajar gurulah
yang lebih banyak bersikap aktif, sedangkan siswa hanya bersifat
pasif belaka.
Pandangan baru atau modern di rumusukan sebagai berikut : “curriculum is
interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences
which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or
not”. Implikasi perumusan di atas adalah sebagai berikut :

1. Tafsiran tentang kurikulm bersifat luas, karena kurikulum bukan


hanya terdiri atas mata pelajaran (courses), tetapi meliputi semua
kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah.
2. Sesuai dengan pandangan ini, berbagai kegiatan di luar kelas
(ekstrakurikuler) sudah tercakup dalam pengertian kurikulum. Oleh
karena itu, tidak ada pemisahan antara intra dan ekstrakurikulum.
3. Pelaksanaan kurikulum tidak hanyadibatasi pada keempat dinding
kelas saja, melainkan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar
kelas, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
4. Sistem penyampaian yang dipergunakan oleh guru disesuaikan
dengan kegiatan atau pengalaman yang akan disampaikan. Oleh
karena itu, guru harus mengadakan berbagai kegiatan belajar-
mengajar yang bervariasi, sesuai dengan kondisi siswa.
5. Tujuan pendidikan bukanlah untuk menyampaikan mata pelajaran
(courses) atau bidang pengetahuan yang tersusun rapi (subject),
melainkan pembentujkan pribadi anak dan belajar cara hidup di
dalam masyarakat.

Dapat disimpulkan kurikulum adalah

- Kurikulum sebagai suatu program kegiatan yang terencana


- Kurikulum sebagai hasil belajar yang diharapkan
- Kurikulum sebagai reproduksi kultural
- Kurikulum sebagai kumpulan tugas dan konsep diskrit
- Kurikulum sebagai agenda rekonstruksi sosial
- Kurikulum sebagai currere
Ada beberapa perbedaan antara kurikulum lama dan kurikulum baru

1. Kurikulum lama berorientasi pada masa lampau, karena berisikan


pengalaman-pengalaman masa lampau. Sedangkan kurikulum baru
berorientasi pada masa sekarang, sebagai persiapan unutk masa
yang akan datang.
2. Kurikulum lama tidak berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas,
sulit dipahami, dan tidak ada kesatuan pendapat di antara kalangan
guru tentang filsafat pendidikan yang dianut tersebut. Di lain pihak,
kurikulum baru berdasarkan pada filsafat pendidikan yang jelas,
yang dapat diajarkan ke dalam serangkaian tindakan yang nyata
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kurikulum lama berdasarkan pada tujuan pendidikan yang
mengutamakan perkembangan segi pengetahuan akademik dan
keterampilan, dengan mengabaikan perkembangan sikap, cita-cita,
kebiasaan, dsb. ‘Belajar’ lebih ditekankan pada unsur mengingat
dan latihan-latihan belaka. Sebaliknya kurikulum baru bertujuan
untuk mengembangkan keseluruhan pribadi siswa. ‘Belajar’ bukan
untuk memperoleh ijazah, melainkan agar mampu hidup di dalam
masyarakat.
4. Kurikulum lama berpusat pada mata pelajaran, yang diajarkan
secara terpisah. Gagasan untuk memadukan beberapa mata
pelajaran telah ada, namun masih merupakan suatu bidang studi
yang sempit. Sebaliknya, kurikulum baru disusun berdasarkan
masalah atau topik tertentu. Siswa belajar dengan mengalami
sendiri, sehingga terjadi proses modifikasi dan penguatan tingkah
laku melalui pengalaman dengan menggunakan mata pelajaran.
5. Kurikulum lama hanya didasarkan pada buku pelajaran (textbook)
sebagai sumber bahan dalam mengajarkan mata pelajaran.
Meskipun buku-buku sumber tersebut sering diperbaiki, namun
sering kali bahan yang terkandung di dalamnya sudah tidak up to
date lagi, sering kali pemilihan bahan tidak selaras dengan filsafat
dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Sebaliknya, kurikulum
baru bertitik tolak dari masyarakat dalam kehidupan keseharian,
yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan, minat, dan
kebutuhan individu individu. Bahkan, sumber yang paling luas
adalah masyarakat itu sendiri, sedangkan buku hanya menjadi
sumber pelengkap.
6. Kurikulum lama dikembangkan oleh masing-masing guru secara
perorangan. Singkatnya, berhasil atau tidaknya kurikulum
bergantung pada guru secara perorangan, atau dengan kata lain
guru merupakan suatu ‘cardinal factor’ dalam keberhasilan
kurikulum sekolah. Di lain pihak, kurikulum baru dikembangkan
oleh sekelompok guru secara bersama-sama atau oleh departemen
tertentu. Setiap guru terikat pada konsep yang telah disusun oleh
kelompok atau departemen tertentu, dengan tidak mengurangi
kebebasan guru untuk mengadakan beberapa penyesuaian dalam
batas-batas tertentu.
B. Peranan Kurikulum
Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting dan ketiga peranan
kurikulum ini harus berjalan seimbang. Dengan kata lain terdapat
keharmonisan diantara ketiganya. Ketiga peranan kurikulum, yaitu :
1. Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan
dan menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Dengan
demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat
mempengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan
berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan
dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial.
2. Peranan Kritis atau Evaluatif

Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak


hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga
menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan
diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur
berpikir kritis. Dengan demikian, kurikulum harus merupakan
pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
3. Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan
kreatif dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan
menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan
masyarakat di masa sekarang dan masa mendatang. Untukk
membantu setiao individu dalam mengembangkan semua
potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan
pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan, dan
keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi
masyarakat.
C. Fungsi Kurikulum
Selain memiliki peranan kurikulum juga memiliiki fungsi diantara, yaitu :
1. Fungsi Penyesuaian
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh.
Karena lingkungan sendiri senantiasa berubaha dan bersifat
dinamis, maka masing-masing individu pun harus memiliki
kemampuan menyesuaikan diri serta dinamis pula. Di sinilah
letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga
individu bersifat well-adjusted.
2. Fungsi Integrasi

Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang


terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian
dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan
memberikan sumbangan dalam pembentukan atau
pengintegrasian masyarakat.

3. Fungsi Diferensiasi
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan di
antara setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya,
diferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif,
sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.
4. Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu
melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih
jauh, misal melanjutkan studi ke sekolah yang lebih tinggi atau
persiapan belajar di dalam masyarakat. Persiapan kemamppuan
belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan, mengingat sekolah
tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau
apa pun yang menarik perhatian mereka.
5. Fungsi Pemilihan
Perbedaan (diferensiasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal
yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti
memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa
yang diingikan dan menarik minatnya. Untuk mengembangkan
berbagai kemampuan tersebut, maka kurikulum perlu disusun
secara luas dan bersifat fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima
dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika siswa menyadari
semua kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya melalui
proses eksplorasi. Selanjutnya siswa sendiri yang memperbaiki
kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang
ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik kurikulum dan
akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara
optimal.
BAB II

STUDI LAPANGAN KURIKULUM

A. Pendahuluan
Schubert (1986) menguraikan bayangan atau gambaran lapangan kurikulum,
yang bertujuan untuk memberikan prespektif kurikulum dengan
menggambarkannya sebagau suatu lapangan inkuiri dan aktivitas profesional.
Analisis Schubert tentang lapangan kurikulum dimulai dari penjelasan tentang
karakteristik alternatif kurikulum, serta berbagai kekuatan dan kelemahan
yang bersifat relatif.
1. Gambaran Karakteristik Kurikulum
Menurut Schubert, survei yang dilakukan secara cepat terhadap
sejumlah buku teks kurikulum akan menghasilkan sejumlah
gambaran/bayangan (image) atau karakteristik yang berbeda
satu sama lain. Untuk menganalisis dan menguraikan seluruh
image kurikulum, sebagaimana yang banyak ditemukan dalam
buku-buku teks kurikulum, merupakan suatu pekerjaan raksasa
mengingat banyaknya buku kurikulum yang ditemukan dalam
masyarakat. Selain itu, para ahli menilai bahwa hasil pekerjaan
semacam itu akan meragukan. Karena itu, cara-cara yang lebih
efisien yang dapat dilakukan adalah dengan mengelompokkan
atau menentukan kategori berbagai konsepsi kurikulum yang
pokok, yang disertai dengan contoh, pengertian, dan kecaman
terhadap masing-masing kategori tersebut.
2. Berbagai Domain Studi Kurikulum
Kurikulum berada di tengah-tengah bidang studi kependidikan
yang saling berhubungan. Oleh karenanya, perlu
diidentifikasikan bagian-bagian yang dominan dari studi
kurikulum itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam kenyataannya
ada sebagian sarjana dan ahli kurikulum yang memfokuskan
studinya pada seluruh subdivisi kurikulum. Kurikulum juga
menjadi suatu proses sosial, saat berbagai individu secara
bersama-sama berusaha mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia melalui
rekonseptualisasi yang saling menguntungkan.
3. Kurikulum dan Berbagai Subdivisi Pendidikan yang
Berhubungan
Untuk menggambarkan kurikulum sebagai lapangan inkuiri dan
praktik seperti telah disinggung dalam uraian sebelumnya perlu
juga diperhatikan bahwa praktik-praktik kurikulum pada
dasarnya dipengaruhi oleh seluruh subdivisi kurikulum.
Menurut Schubert, berbagai subdivisi kurikulum tersebut
adalah teori kurikulum, sejarah kurikulum, pengembangan
kurikulum, desain kurikulum, implementasi kurikulum, evaluasi
kurikulum, perubahan kurikulum, dan inkuiri kurikulum.
Definisi setiap kurikulum ini penting untuk dicermati, untuk
mengarahkan praktik nyata dalam suatu subdivisi dan
menghindari terjadinya tumpang-tindih praktik antarsubdivisi.
B. Lapangan Kurikulum
Perencanaan dan pengembangan kurikulum harus didasarkan pada ide-ide
umum tentang kurikulum, yang muncul berkat interaksi antara teori dan
praktik. Adapun lapangan kurikulum yang memuat ide-ide tersebut berkenaan
dengan proses dan konten pendidikan. Berikut adalah prinsip-prinsip dasar
jika hendak memperbaiki kurikulum, yaitu :
1. Bidang kurikulum adalah suatu area umum studi yang berkenaan
dengan pengembangan dan implementasi tujuan (umum dn khusus)
pendidikan dan alat untuk mencapainya, yang terdiri atas teori dan
praktik terintegrasi.
2. Studi dan praktik dalam bidang kurikulum menuntut pemahaman
yang luas tentang fondasi (filosofis, sosiologis, dan psikologis)
kurikulum, yang mendasari tindakan kurikulum tersebut.
3. Pada praktiknya, bidang kurikulum meliputi prencanaan,
pengembangan, desain instruksional, riset, perteorian, evaluasi, dan
kepemimpinan sebagai penunjang dan pendorong kurikulum.
4. Hasil pengamatan belajar dari kurikulum adalah terencana dan
tersembunyi. Proses belajar yang berkaitan dengan kurikulum
tersembunyi sering kali lebih berpengaruh, karena perbuatan kita
akan kehidupan sehari-hari di sekolah merefleksikan berbagai nilai
aktual dan keyakinan yang ada dalam masyarakat.
5. Segala keputusan yang berkaitan dengan bidang kurikulum harus
melalui serangkaian proses yang kompleks dan memiliki banyak
alternatif. Hal ini diakibatkan bahwa perencanaan tanpa
pengetahuan dan pertimbangan berbagai alternatif akan mengatasi
kesempatan belajar.
6. Bidang kurikulum bersifat interdisiplin dan mengandung berbagai
ide bersama dari bidang pendidikan lainnya, dalam perumusan
tujuan (ends) maupun metode/ alat (means) program-program
sekolah.
7. Semua kegiatan dalam bidang kurikulum harus mengacu pada hal
tertentu, yang spesifik berkenaan dengan situasi belajar. Inilah
faktor penting dari keberadaan sekolah.

Berkaitan dengan hal di atas, berikut adalah uraian faktor-faktor yang terkait
dengan lapangan kurikulum.

1. Organisasi Kurikulum
Adalah cara program sekolah, proses belajar, atau serangkaian
pengalaman siswa yang direncanakan dan disusun secara
terstruktur.
2. Evaluasi Kurikulum
Berkaitan dengan perbaikan program yang berkelanjutan dan
merupakan proses berkelanjutan. Evaluasi kurikulum tersebut
merujuk pada proses yang mempertimbangkan kecukupan dan
keefektifannya.
3. Kurikulum Tersembunyi
Adalah kurikulum yang tidak direncanakan dan tidak termasuk
ke dalam kurikulum sekolah, tetapi memiliki banyak hal
penting bagi kehidupan siswa. Hal-hal tersembunyi ini dapat
saja dipelajari oleh siswa, dalam membantu mereka membuat
keputusan bagi diri sendiri dan perubahan perilaku mereka.
4. Kurikulum Luar Sekolah
Adalah berbagai hal dari luar sekolah yang dapat dipelajari oleh
siswa, misalnya yang bersumber dari berbgaia media informasi
(media cetak, elektronik, dsb) peristiwa dalam struktur
keluarga, serta hubungan sosial dalam masyarakat dan
kelompok sosial lainnya.
5. Perencanaan Kurikulum
Adalah proses komprehensif ketika pihak yang terkait
merumuskan tujuan dari pendidikan,, bagaimana tujuan
tersebut dilakukkan melalui strategii mengajar-belajar, dengan
mempertimbangkan kepantasan dan keefektifan tujuan (ends)
dan alat (means) belajar. Perencanaan kurikulum yang baik
diperlukan untuk mengembangkan pengalaman pendidikan
secara kontinu, untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
6. Pengembangan Kurikulum
Adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan
rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Hal ini berkenaan
dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen
situasi mengajar-belajar melalui serangkaian kegiatan.
7. Pembelajaran Kurikulum
Terutama berkenaan dengan desain rencana situasi mengajar-
belajar yang nyata. Hal ini didasarkan atas tujuan yang luas dan
identifikasi cara penerjemahan tujuan tersebut menjadi program
pengalaman belajar yang terkoordinasi dan koheren.
C. Pembelajaran
Pembelajaran terkait dengan tujuan dan rencana kurikulum, yang difokuskan
pada persoalan metodologi, seperti teknik mengajar, kegiatan implementasi
sumber, dan alat pengukuran yang digunakan dalam situasi mengajar-belajar
yang khusus. Jadi, perencanaan kurikulum adalah suatu konsep generik yang
meliputi perencanaan kurikulum dan desain instruksional. Menurut Hamalik
(2001), untuk memahami proses belajar-mengajar harus diawali dengan
mengetahui dulu makna atau pengertian dari mengajar dan pengajaran
sebagai berikut :
1. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik
atau murid di sekolah.
2. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda
melalui lembaga pendidikan sekolah.
3. Mengajar adalah usaha pengorganisasian lingkungan sehingga
menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
4. Mengajar atau mendidik adalah memberikan bimbingan belajar
kepada murid.
5. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi
warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
6. Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.

Lebih lanjut, Hamalik (2001) mengemukakan bahwa :

1. Pengajaran mempunyai maksud yang sama dengan kegiatan


mengajar.
2. Pengajaran adalah interaksi belajar-mengajar sebagai suatu sistem.
3. Pengajaran identik dengan pendidikan.

Mengajar adalah upaya penyampaian pengetahuan kepada peserta didik yang


rumusan konsepnya adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan, dalam hal ini


masa depan kehidupan anak yang ditentukan orang tua. Oleh
karenanya, sekolah berfungsi untuk mempersiapkan mereka agar
mampu hidup dalam masyarakat yang akan datang.
2. Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan,
yang dilaksanakan dengan menggunakan metode imposisi, dengan
cara menuangkan pengetahuan kepada siswa.
3. Tujuan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan.
Pengetahuan bersumber dari perangkat mata ajaran yang
disampaikan di sekolah.
4. Guru dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa. Peran guru
dalam hal ini adalah sangat dominan. Guru juga dipandang sebagai
orang yang serba mengetahui dan serba pandai.
5. Siswa selalu bersikap dan bertindak pasif. Siswa dianggap sebagai
tong kosong yang belum mengetahui apapun.siswa hanya
menerima apa yang diberikan oleh guru, bersikap sebagai
pendengar, pengikut, dan pelaksana tugas. Adapun kebutuhan,
minat, tujuan, abilitas, dan hal lain yang dimiliki siswa diabaikan
dan tidak mendapat perhatian guru.
6. Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas. Kegiatan
pengajaran hanya dilaksanakan sebatas ruangan kelas saja,
sedangkan pengajaran di luar kelas tidak pernah dilakukan.
7. Mengajar adalah pewarisan kebudayaan pada generasi muda
melalui lembaga pendidikan sekolah. Implikasi dari pernyataan ini
adalah bahwa pengajaran bertujuan membentuk manusia
berbudaya, yaitu manusia yang mampu hidup dalam pola
kebudayaan masyarakatnya.
8. Pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses pewarisann yang
dilakukan melalui berbagai prosedur, yaitu pengajaran, media,
hubungan pribadi, dsb.
9. Bahan pengajaran bersumber dari kebudayaan, yang merupakan
kumpulan warisan sosial dalam masyarakat.
10. Siswa diposisikan sebagai generasi muda yang merupakan ahli
waris kebudayaan.
11. Pengajaran adalah upaya pengorganisasian lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
12. Peserta didik diibaratkan sebagai organisasi yang hidup. Oleh
karenanya, guru harus menjadi organisator belajar bagi siswa yang
potensial tersebut, sehingga tujuann pengajaran yang optimal akan
tercapai.

Berikut ini adalah karakteristik belajar yang harus dikenali guru dalam
membelajarkan siswa, antara lain :

1. Kebermaknaan, dalam hal in belajar harus lebih bermakna bagi


siswa.
2. Prasyarat, dalam artian bahan yang dipelajari siswa harus terkait
dengaan pengalaman prasyarat yang dimiliki siswa.
3. Model Belajar, model ini disajikan sesuai dengan model perilaku
yang dapat diamati dan ditiru siswa
4. Komunikasi Terbuka, penyajian bahan belajar ditata agar pesan-
pesan yang disampaikan guru bersifat terbuka terhadap pendapat
siswa.
5. Daya Tarik, bahan belajar memiliki daya tarik penyajian.
6. Aktif Dalam Latihan, berusaha mengaktifkan peran siswa dalam
latihan atau praktik.
7. Latihan yang Terbagi, proses latihan dilaksanakan dengan cara
membagi kepada siswa dalam jangka waktu yang pendek.
8. Tekanan Instruksional, yang diusahakan dengan menekankan
kewajiban belajar yang dimulai dari yang kuat, tetapi lambat laun
semakin melemah.
D. Kepemimpinan Kurikulum
Perencanaan dan pengembangan kurikulum yang efektif menuntut adanya
kepemimpinan yang berpengaruh, dengan tugas dan wewenang sebagai
berikut :
1. Kepemimpinan kurikulum dapat muncul dari suatu kategori
personel yang profesional.
2. Sekolah bertanggung jawab dalam memberikan dukungan personel
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus (spesialis)
dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum, riset dan
evaluasi.
3. Personel administratif dan kepengawasan mempunyai tanggung
jawab utama menyediakan atau memberikan kepemimpinan dan
asistensi dalam pengembangan dan implementasi kurikulum.
4. Para pendidik mempunyai wewenang melakukan studi dan
memberikan komentar terhadap kurikulum luar sekolah sebagai
bagian dari tanggung jawab profesional secara keseluruhan.
5. Pelatihan lanjut bagi para pendidik profesional harus mencakup
pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang canggih dalam
perencanaan kurikulum.
6. Sekolah (di daerah) bertanggung jawab menyediakan berbagai
kesempatan bagi para pendidik untuk berkembang secara
profesional, yang meliputi pengembangan staf atau pendidikan
penataran, misalnya dalam bentuk lokakarya, konferensi kelompok
studi, dan interaksi profesional lainnya.
7. Personel administratif dan kepengawasan bertanggung jawab
menyediakan kondisi yang paling memungkinkan dalam situasi
belajar-mengajar.
8. Kepemimpinan untuk perbaikan kurikulum menuntut pengetahuan
dan keterampilan dalam pengembangan organisasional, hubungan
antarinsan, dan dinamika kelompok.

BAB III

PENDEKATAN STUDI KURIKULUM

A. Pendekatan Mata Pelajaran


Pendekatan mata pelajaran bertitik tolak dari mata pelajaran seperti Ilmu
Bumi, Sejarah, Ekonomi, Ilmu Biologi, Ilmu Kimia, Ilmu Alam, Ilmu
Berhitung, Ilmu Alljabar, Menyanyi, Menggambar, Olah raga, Pekerjaan
Tangan, dsb. Masing-masing mata pelajaran berdiri sendiri sebagai disiplin
ilmu, tersimpan di dalam kotak-kotak mata pelajaran dan terlepas satu sama
lain. Berbagai mata pelajaran tersebut tidak mempunyai hubungan maupun
kaitan satu sama lain, bahkan setiap mata pelajaran cendeerung menganggap
dirinya yang paling penting. Itulah sebabnya pola kurikulum yang ada dalam
pendekatan ini merupakan pola kurikulum terpisah.
B. Pendekatan Interdisipliner
Untuk mempelajari suatu disiplin ilmu yang telah tersusun secara sistematis
dan logis, diperlukan kematangan intelektual tertentu. Dengan pendekatan
mata pelajaran, para siswa di sekolah tidak memiliki kesempatan untuk
membahas berbagai masalah sosial dari masyarakat lingkungannya. Para ahli
berpendapat bahwa kurikulum sekolah sebaiknya tidak disusun berdasarkan
mata pelajaran yang terpisah, melainkan merupakan perpaduan sejumlah mata
pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama, menjadi suatu bidang studi.
Pendekatan interdisipliner terdiri atas tiga jenis pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan Struktural

Bertitik tolak dari suatu struktur tertentu, yang merupakan


suatu disiplin ilmu.

2. Pendekatan Fungsional
Bertitik tolak dari suatu masalah tertentu dalam masyarakat
atau lingkungan sekolah. Masalah yang dipilih dan akan
dipelajari tersebut adalah berbagai masalah yang berfungsi dan
bermakna bagi kehidupan manusia.
3. Pendekatan Daerah
Bertitik tolak darii pemilihan suatu daerah tertentu sebagai
subjek pelajaran.
C. Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang
bermakna dan terstruktur. Bertujuan mempunyai arti bahwa suatu
keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Adapun
terstruktur mempunyai asumsi bahwa setiap bagian ayang ada dalam
keseluruhan itu brada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu.
D. Pendekatan Sistem
Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen atau bagian.
Komponen itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Pendekatan sistem digunakan juga sebagai suatu sistem berpikir, bahkan
sistem pendekatan ini dikembangkan dalam upaya pembaharuan pendidikan.
BAB IV

BERBAGAI MASALAH KURIKULUM

A. Masalah Umum
Masalah umum dapat dikelompokkan menjadi delapan kelompok, yaitu :
1. Bidang Cakupan (Scope)
Scope atau bidang cakupan dapat didefinisikan sebagai “luas”.
Kurikulum yang di dalamnya mencakup berbagai topik,
pengalaman belajar, aktivitas, pengorganisasian “elemen-
elemen”, serta hubungan pengintegrasian dan pengorganisasian
berbagai elemen tersebut yang harus diberikan kepada siswa.
2. Relevansi
Relevansi atau kesesuaian merupakan masalah laiin yang
cukup esensial dan harus mendapatkan perhatian dalam
pengembangan kurikulum. Kata relevansi sendiri harus
dikaitkaan dengan masalah dunia kerja (vocation),
kependudukan (citizenship), hubungan antarpribadi (personal
relationship), dan berbagai aktivitas masyarakat lainnya yang
menyangkut budaya, sosial, politik, dsb.
3. Keseimbangan
Dalam sulitnya mendefinisikan kata balance atau
keseimbangan, Oliva menunjukkan beberapa variabel yang
harus dipertimbangkan seperti :
a. Kurikulum yang berpusat pada siswa dan kurikulum
berpusat pada pelajaran.
b. Kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat.
c. Pendidikan umum dan pendidikan khusus.
d. Luas dan dalamnya kurikkulum.
e. Tiga domain penting pendidikan (kognitif, afektif,
psikomotorik).
f. Pendidikan individual dan pendidikan masyarakat.
g. Inovasi dan tradisi.
h. Logis dan psikologis.
i. Kebutuhan yang diharapkan dan tidak diharapkan
siswa.
j. Kebutuhan akademis yang diharapkan.
k. Metode, pengalaman, dan strategi.
l. Cepatnya perubahan dan pergantian waktu atau
masa.
m. Dunia kerja dan permainan.
n. Sekolah dan masyarakat sebagai sumber daya dalam
pendidikan.
o. Disiplin kelembagaan.
p. Tujjuan-tujuan kelembagaan.
q. Disiplin ilmu.
4. Integrasi
Pengintegrasian berarti memadukan, menggabungkan dan
menyatukan antardisiplin ilmu. Kadar dan tingkat keintegrasian
lebih ditentukan oleh dasar filosofis pengembang kurikulum,
dibandingkan berdasarkan data empiris.
5. Sekuens (Sequence)
Sekuens berarti susunan atau urutan pengelompokkan kegiatan
atau langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan
kurikulum. Berikut adalah langkah-langkah sekuens, yaitu :
a. Mulai dari yang paling sederhana menuju ke yang
kompleks.
b. Menurut alur kronologis.
c. Balikan dari alur kronologis.
d. Mulai dari keadaan geografis yang dekat sampai ke
yang jauh.
e. Dari jauh menuju dekat.
f. Dari konkret ke abstrak.
g. Dari umum ke khusus.
h. Dari khusus ke umum.
6. Kontinuitas
Kontinuitas merupakan pengulangan terencana tentang isi
(content) untuk mencapai keberhasilan. Pada dasarnya, prinsip
kontinuitas menyerupai dengan apa yang disebut “spiral
curiculum”, yaitu pengenalan konsep, keterampilan, dan
pengetahuan secara berulang.
7. Artikulasi
Artikulasi diartikan sebagai pertautan antara kelompok elemen
atau unsur lintas tingkatan sekolah. Adapun artikulasi
merupakan rencana sekuens unit-unit materi pembelajaran
tersebut secara lintas tingkatan.
8. Kemampuan Transfer (Traferability)
Segala hal yang diberikan sekolah pada hakikatnya merupakan
“proses pentransferan nilai”, maksudnya apapun yang dipelajari
di sekolah seharusnya harus dapat diaplikasikan di luar sekolah,
saat siswa sudah menamatkan pendidikannya. Para ahli
pendidikan seperti Thorndike, Daniel dan L.N Tanner, serta
Taba menyepakati bahwa jika guru hendak mentransfer nilai-
nilai tersebut, maka terlebih dahulu harus diperhatikan prinsip-
prinsip umum dari proses transfer yaitu :
a. Transfer merupakan “hati nurani” pendidikan.
b. Proses transfer memungkinkan untuk dilakukan.
c. Proses transfer dimulai dari situasi yang lebih dekat,
ke situasi luar kelas yang lebih jauh dan luas.
d. Hasil transfer akan lebih bermakna jika guru
membantu siswa dalam menderivasi, generalisasi,
serta menetapkan generalisasi tersebut.
e. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ketika siswa
memperoleh pengetahuan bagi dirinya, proses
tersebut telah berhasil.

Transferability merupakan prisnip dari pengajaran dan


sekaligus juga prinsip dari kurikulum.
B. Beberapa Masalah Khusus
1. Berbagai masalah yang berhubungan dengan tujuan dan hasil-hasil
kurikulum yang diharapkan oleh sekolah.
2. Berbagai masalah yang berhubungan dengan isi dan organisasi kurikulum.
3. Masalah yang berhubungan dengan proses penyusunan dan revisi
kurikulum.
C. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam studi tentang ilmu mengajar dan kurikulum, pembahasan mengenai
permasalahan yang dialami guru senantiasa mendapat tempat tersendiri. Ini
dikarenakan guru mengemban peran yang sangat penting dalam keberhasilan
proses pendidikan. Bahkan, berdasarkan pandangan yang ada sekarang ini,
betapapun bagus dan indahnya kurikulum, keberhasilan kurikulum tersebut
pada akhirnya bergantung pada masing-masing guru.
Pengembangan kurikulum melibatkan banyak pihak, terutama guru yang
bertugas di kelas. Setiap guru mengemban tanggung jawab secara aktif dalam
perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pengadministrasian, dan perubahan
kurikulum. Sejauh mana keterlibatan guru akan turut menentukan keberhasilan
pengajaran di sekolah.

BAB V

PSIKOLOGI BELAJAR

A. Definisi Belajar
Belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yag hendak dicapai semata.
Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga
terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi,
berdasarkan proses (sebagai alat atau means) akan tercapai tujuan (ends),
sesuatu hal yang dikehendaki oleh pedidikan.
B. Beberapa Teori Belajar
Dalam psikologi belajar kita mengenal beberapa aliran yang masing-masing
mempunyai konsep. Diantaranya :
1. Psikologi Daya
Pandangan ini berpendapat bahwa dalam diri manusia terdapat
berbagai daya. Kurikulum disusun untuk semua siswa, tanpa
memperhatikan isi, minat, dan kebutuhan siswa.
2. Teori Mental State
Menurut J. Herbart, jiwa manusia sesungguhnya terdiri atas
berbagai kesan atau tanggappan yang masuk melalui alat indra,
berasosiasi satu sama lain, untuk kemudian membentuk mental
atau kesadaran manusia. Sebagai implikasinya, kurikulum
disusun dari sejumlah mata pelajaran yang mengandung
pengetahuan yang luas. Mottonya adalah “Knowledge is
Power”.
3. Psikologi Behaviorisme
Aliran psikologi ini berangkat dari anggapan bahwa kesan dan
ingatan sesungguhnya merupakan kegiatan organisme. Belajar
diartikan sebagai pembentukan hubungan antara stimulus dan
respon. Hubungan tersebut dapat diperkuat atau diperlemah,
bergantung pada latihan yang diadakan.
4. Teori Koneksionisme
Pada umumnya, teori koneksionisme berpandangan bahwa
lingkungan mempengaruhi kelakuan belajar individu,
sedangkan kelakuan motivasi bersifat dinamis.
Teori ini berdasarkan pandangan psikoologi behaviorisme,
dengan hukum-hukum belajar, yaitu :
a. Hukum Latihan
Apabila sering dilatih, hubungan tersebut akan
menguat.
b. Hukum Pengaruh
Kuat atau lemahnya hubungan tersebut
bergantung pada pengaruhnya, memuaskan atau
tidak.
c. Hukum Kesiapan
Unsur kesiapan memengaruhi kepuasan atau
kegagalan dalam belajar.
C. Faktor-Faktor Belajar
Dalam penyusunan kurikulum perlu diperhatikan beberapa faktor belajar,
diantaranya :
1. Kegiatan belajar
Belajar memerlukan banyak kegiatan, agar anak memperoleh
pengalaman guna mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman, sikap dan nilai, serta pengembangan keterampilan.
Pengajaran dianggap efektif jika anak bersifat atif, sedangkan
guru bertindak selaku pembimbing.
2. Latihan dan ulangan
Hasil belajar akan menjadi lebih mantap, jika para siswa sering
diberikan ulangan dan latihan secara kontinu, sistematis dan
terbimbing. Kurikulum perlu menyediakan alokasi waktu yang
memadai dengan sistem penyampaian tepat, sehingga
memungkinkan dilakukannya ulangan, latihan dan penggunaan
hasil belajar.
3. Kepuasan dan kesenangan
Dorongan belajar akan bertambah besar jika belajar tersebut
memberikan kepuasan kepada siswa. Karena itu, kurikulum
harus disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan para
siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya.
4. Asosiasi dan transfer
Berbagai pengalaman yang diperoleh, yaitu pengalaman lama
dan baru, harus diasosiasikan agar menjadi satu kesatuan.
Pengalaman dari satu situasi perlu diasosiasikan dengan
pengalaman dari situasi lain, sehinngga memudahkan transfer
hasil belajar. Berkaitan dengan transfer ini, dibahas tiga teori
berikut :
a. Teori disiplin formal. Pembentukan berbagai daya
pada manusia dapat diperkuat melalui latihan
akademis.
b. Teori unsur-unsur yang identik. Transfer terjadi jika
diantara dua situasi atau kegiatan terdapat unsur-
unsur yang bersamaan.
c. Teori generalisasi. Transfer terjadi jika siswa telah
memiliki pengertian atau kesimpulan umum.
5. Pengalaman masa lampau dan pengertian
Berbagai pengalaman dan pengertian yang telah dimiliki siswa
akan memudahkannya menerima pengalaman baru.
Pengalaman dan pengertian masa lampau tersebut menjadi
dasar serta pengalaman apersepsi.
6. Kesiapan dan kesediaan belajar
Faktor kesiapan turut menentukan hasil belajar. Kesiapan
mengandung arti kesiapan mental, sosial, emosional, dan fisik.
Kesiapan akan memudahkan para siswa untuk belajar sehingga
mencapai keberhasilan.
7. Minat dan usaha
Kegiatan belajar yang didasari dengan penuh minat akan lebih
mendorong siswa belajar lebih baik sehingga akan
meningkatkan hasil belajar.
8. Fisiologis
Kesehatan dan keseimbangan jasmani siswa perlu mendapat
perhatian sepenuhnya, karena kondisi fisiologis ini sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi, kegiatan, dan hasil belajar.
9. Intelegensi atau kecerdasan
Kemajuan belajar juga ditentukan oleh tingkat perkembangan
intelegensi siswa seperti ceerdas, kurang cerdas, atau lamban.
Materi kurikulum harus disusun berdasarkan tingkat kecerdasan
siswa, sehingga siswa mampu menyerap materi tersebut, yang
akan memberikan hasil belajar yang memadai.
BAB VI

MODEL KURIKULUM

A. Kurikulum Humanistik
Berdasarkan kurikulum humanistik, fungsi kurikulum adalah menyiapkan
peserta didik dengan berbagai pengalaman naluriah yang sangat berperan
dalam perkembangan individu. Dalam kurikulum humanistik, guru diharapkan
dapat membangun hubungan emosional yang baik denga peserta didiknya.
Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif.
b. Menghormati individu peserta didik.
c. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.

Evaluasi kurikulum humanistik lebih memberi penekanan pada proses yang


dilakukan. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk
peserta di masa depan. Kurikulum humanistik memiliki beberapa kelemahan,
seperti :

1. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi


perkembangan individual peserta didik.
2. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik,
pada kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta
didik.
3. Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat
secara keseluruhan.
4. Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang
terhubungkan.
B. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum
dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Kurikulum
rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai
permasalahan manusia dan kemanusiaan. Kegiatan yang dilakukan dalam
kurikulum rekonstruksi sosial antara lain melibatkan :
1. Survei kritis terhadap suatu masyarakat.
2. Studi yang melihat hubungan antara ekonomi lokal dengan
ekonomi nasional atai internasional.
3. Studi pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi lokal.
4. Uji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian.
5. Berbgai pertimbangan perubahan politik.
6. Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya.

Dalam kurikulum rekonstruksi sosial, guru berperan menghubungkan tujuan


peserta didik dengan manfaat lokal, nasional, dan internasional. Para peserta
didik diharapkan dapat menggunakan minatnya dalam menemukan jawaban
atas permasalahan sosial yang dibahas di kelas. Evaluasi dalam kurikulum
rekonstruksi sosial mencakup spektrum yang luas, yaitu kemampuan peserta
didik dalam menyampaikan permasalahan, kemungkinan pemecahan masalah,
pendefinisian kembali pandangan mereka tentang dunia, dan kemampuan
mengambil tindakan atas suatu ide.

C. Kurikulum Teknologi
Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas program
metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan.
Teknologi mempengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu aplikasi dan teori.
Aplikasi teknologi meruapakan suatu rencana penggunaan beragam alat dan
media. Sebagai teori, teknologi digunakan dalam pengembangan dan evaluasi
material kurikulum dan instruksional. Salah satu kelemahan kurikulum
teknologi ini adalah kurangnya perhatian pada penerapan dan dinamika
inovasi. Model teknologi ini hanya menekankan pengembangan efektivitas
produk saja, sedangkan perhatian untuk mengubah lingkungan yang lebih luas,
seperti organisasi sekolah, sikap guru, dan cara pandang masyarakat, sangat
kurang.
D. Kurikulum Akademik
Dari waktu ke waktu, para ahli akademik terus mencoba mengembangkan
sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia
pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk mengamati, hubungan
antar sesama, analisis data dan penarikan kesimpulan. Satu kelemahan dalam
pendekatan ini adalah kegagalan dalam memberikan perhatian pada lainnya,
dan permasalah itu tidak dapat di jawab dengan satu ilmu saja.
BAB VII

PERENCANAAN KURIKULUM

A. Prinsip-Prinsip Perencanaan Kurikulum


Ada 6 prinsip perencanaan kurikulum, yaitu :
1. Perencanaan kurikulum berkenaan dengan pengalaman-pengaalam
para siswa.
2. Perencanaan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai keputusan
tentang konten dan proses.
3. Perencanaan kurikulum mengandung keputusan-keputusan tentang
berbagai isu dan topik.
4. Perencanaan kurikulum melibatkan banyak kelompok.
5. Perencanaan kurikulum dilaksanakan pada berbagai tingkatan.
6. Perencanaan kurikulum adalah sebuah proses yang berkelanjutan.
B. Karakteristik Perencanaan Kurikulum
Ada beberapa karakteristik yang dapat dipelajari dalam merencanakan
kurikulm diantaranya, :
1. Perencanaan harus berdasarkan konsep yang jelas tentang berbagai
hal.
2. Perencanaan kurikulum harus dibuat dalam kerangka kerja yang
komprehensif.
3. Perencanaan kurikulum harus bersifat reaktif dan antisipasif.
4. Tujuan pendidikan harus meliputi rentang yang luas.
5. Rumusan berbagai tujuan pendekatan harus diperjelas dengan
ilustrasi konkrit.
6. Masyarakat luas mempunyai hak dan tanggung jawab untuk
mengetahui berbagai hal yang ditujukan bagi anak-anak mereka
melalui perumusan tujuan pendidikan.
7. Pendidik berhak dan bertanggung jawab mengidentifikasi program
sekolah yang akan membimbing siswa ke arah pencapaian tujuan
pendidikan.
8. Perencanaan dan pengembangan kurikulum paling efektif jika
dikerjakan secara bersama-sama.
9. Perencanaan kurikulum harus memuat artikulasi program sekolah
dan siswa pada setiap jenjang dan tingkatan sekolah.
10. Program sekolah harus dirancang untuk mengordinasikan semua
unsur dalam kurikulum kerangka kerja pendidikan.
11. Masing-masing sekolah mengembangkan dan memperhalus suatu
struktur organisasi yang memfasilitasi studi masalah-masalah
kurikulum dan mensponsori kegiatan perbaikan kurikulum.
12. Perlunya penelitian tindakan dan evaluasi, untuk menyediakan
revitalisasi rencana dan program kurikulum.
13. Partisipasi kooperatif harus dilaksanakan dalam kegiatan
perencanaan kurikulum.
14. Dalam perencanaan kurikulum, harus diadaknn evaluasi secara
kontinu terhadap semua aspek pembuatan keputusan kurikulum.
15. Berbagai jenjang pendidikan hendaknya merespon dan
mengakomodasi perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan
siswa.
C. Komponen Perencanaan Kurikulum
Pengelolaan komponen perencanaan kurikulum harus memperhatikan
beberapa faktor, yaitu :
1. Tujuan
Perumusan tujuan belajar diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat, dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitarnya. Implikasi tujuan adalah sebagai
berikut :
a. Suatu pengertian tentang arah (sasaran) bagi setiap
orang yang tertarik dengan proses pendidikan,
seperti siswa, guru, administrator, orang tua, penilik,
pengawas, dll.
b. Basis perencanaan kurikulum yang rasional dan
logis,
c. Memberikan suatu basis untuk penilaian siswa.
2. Konten
Konten atau isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian
dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang
meliputi bahan kajian dan mata pelajaran.
Untuk itu, terdapat kriteria yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan isi kurikulum ini, yaitu :
a. Signifikansi, yaitu seberapa penting isi kurikulum
pada suatu disiplin atau tema studi.
b. Validitas, yang berkaitan dengan keotentikan dan
keakuratan isi kurikulum tersebut.
c. Relevansi sosial, yaitu keterkaitan isi kurikulum
dengan nilai moral, cita-cita, permasalahan sosial,
isu kontroversial, dsb. Untuk membantu siswa
menjadi anggota efekktif dalam masyarakat.
d. Utility atau kegunaan (daya guna), berkaitan dengan
kegunaan isi kurikulum dalam mempersiapkan
siswa menuju kehidupan dewasa.
e. Learnability atau kemampuan untuk dipelajari, yang
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
memahami isi kurikulum tersebut.
f. Minat, yang berkaitan dengan minat siswa terhadap
isi kurikulum tersebut.
3. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai aktivitas
yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi belajar-
mengajar.
4. Sumber
Sumber atau resources yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Buku dan bahan tercetak
b. Perangkat lunak komputer
c. Film dan kaset video
d. Kaset
e. Televisi dan proyektor
f. CD ROM interaktif, dsb.
5. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian dilakukan secara bertahap,
berkesinambungan, dan bersifat terbuka. Dari evaluasi ini dapat
diperoleh keterangan mengenai kegiatan dan kemajuan belajar
siswa, dan pelaksanaan kurikulum oleh guru dan tenaga
kependidikan lainnya. Dalam pelaksanaan evaluasi ini, terdapat
banyak isntrumen pengukuran yang dapat dipergunakan oleh
pendidik, antara lain :
a. Tes standar
b. Tes buatan guru
c. Sampel hasil karya
d. Tes lisan
e. Observasi sistematis
f. Wawancara
g. Kuesioner
h. Daftar cek dan skala penilaian
i. Kalkulator anekdotal
j. Sosiogram dan pelaporan
BAB VIII

PIHAK-PIHAK TERKAIT DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Sumber Daya Manusia Pengembangan Kurikulum


Sumber Daya Manusia (SDM) pengembangan kurikulum adalah kemampuan
terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap pengembang
kurikulum, dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Sumber daya manusia
tersebut terdiri atas berbagai pakar ilmu pendidikan, administrator pendidikan,
guru ilmuwan, orang tua, siswa dan tokoh masyarakat. Berikut adalah
deskripsi tugas dan wewenang pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan
kurikulum ini, yaitu :
1. Pakar-Pakar Ilmu Pendidikan
Spesialis para pengembang kurikulum ini bertugas untuk :
a. Duduk sebagai anggota panitia atau sponsor.
b. Mengajukan gagasan dan berbagai masukan yang
diperlukan oleh panitia pengembang kurikulum.
c. Melakukan penelitian dalam bidang pengembangan
kurikulum.
d. Menyusun buku sumber yang dibutuhkan sesuai
dengan kurikulum yang sedang dikembangkan.
e. Memberikan latihan dan penataran bagi para
pengembang kurikulum.
2. Administrator Pendidikan
Administrator pendidikan merupakan sumber daya manusia
yang berada pada :
a. Administrator di tingkat pusat (direktur, kepala
pusat) mempunyai wewenang dan kepemimpinan
untuk mengarahkan orang serta bertanggung jawab
atas pekerjaan orang tersebut dlam mencapai tujuan.
b. Administrator di tingkat daerah (dinas pendidikan
tingkat kotamadya atau kabupaten) bertugas
berdasarkan kerangka dasar dari program inti dari
tingkat inti dari tingkat pusat.
c. Kepala sekolah mempunyai tugas yang lebih
berkenan dengan implementasi kurikulum
kurikulum di sekolah.
3. Guru
Guru merupakan titik sentral, yaitu sebaga ujung tombak di
lapangan dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan
belajar-mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan
profesional dan pribadi guru. Dikarenakan pengembangan
kurikulum bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya
mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba
kurikulum di kelasnya.
4. Orang Tua
Sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya
sebagian orang tua siswa saja yang dilibatkan, yaitu mereka
yang mempunyai latar belakang memadai. Oleh karena
sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum
dilaksanakan di rumah, orang tua sewajarnya mengikuti atau
mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah.
5. Siswa
Dalam meningkatkan kualitas siswa, para pembina kurikulum
(dalam kedudukannya sebagai guru) hendanya tidak
melepaskan diri dalam tanggung jawabnya sebagai pendidik
dan pembimbing, sehingga partisipasi siswa tersebut tidak lepas
dari bimbingan guru.
B. Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum
Sebagai kunci utama keberhasilan pengembangan kurikulum, guru memegang
banyak peranan yang sangat penting dan krusial.
1. Pengelolaan administratif
Pengelolaan administratif adalah pengelolaan secara tercatat,
teratur, tertib, sebagai penunjang jalannya pendidkan yang
lancar.
2. Pengelolaan konseling dan pengembangan kurikulum
Pengelolaan layanan bimbingan konseling dan pengembangan
kurikulum merupakan hal yang mendesak dan diperlukan untuk
menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Akan tetapi, untuk
itu diperlukan keahlian pemahaman prinsp dan penguasaan
keterampilan teknis. Kegiatan guru sehari-hari di lembaga
pendidikan tempat ia bertugas adalah :
 Melakukan pengelolaan administratif
 Mempersiapkan bahan ajar
 Memberikan layanan konseling dan informasi
 Pertemuan dengan rekan sejawat
 Meneliti dan mengembangkan materi
pembelajaran
3. Guru sebagai tenaga profesi kependidikan
Jabatan guru adalah suatu profesi kependidikan yang
mensyaratkan dikuasainya kemampuan profesional yang
memadai. Guru tidak hanya berperan sebagai guru di dalam
kelas, ia juga seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar,
pengembang alat-alat belajar, penyusun organisasi, manajer
sistem pengajaran, dan pembimbing, baik di sekolah maupun di
masyarakat.
4. Berpatisipasi dalam pengembangan kurikulum
Guru diharapkan berperan aktif dalam kepanitiaan atau tim
pengembang kurikulum, bersama dengan guru lainnya dan
orang tua. Oleh karena itu, guru memegang peranan yang
cukup penting, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengembangan kurikulum bagi kelasnya.
5. Meningkatkan keberhasilan sistem instruksional
Keberhasilan mengajar bergantung pada tiga faktor, yaitu
kepribadian, pengetahuan, dan keahlian guru. Dengan keahlian,
keterampila, dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru
mampu menciptakan situasi belajar yang aktif dan mampu
mendorong kreativitas anak.
6. Pendekatan kurikulum
Guru yang bijaksana senantiasa berupaya mengembangkan
kurikulum sekolah berdasarkan kepentingan masyarakat,
kebutuhan siswa, serta ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.
Hasil perbaikan dan pelaksanaan kurikulum diperlihatkan pada
orang tua siswa melalui laporan siswa, dan orang tua tersebut
memberikan respon atas laporan tersebut. Dengan demikian,
terjadilah proses pengembangan kurikulum yang
berkesinambungan.
7. Meningkatkan pemahaman konsep diri
Guru dapat mengembangkan kurikulum dengan cara
mempelajari lebih banyak tentang dirinya sendiri. Keberhasilan
guru terletak pada pengetahuan tentang diri dan pengenalan
terhadap kekuatan dan kelemahan pribadi, serta sebagaimana
mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut.
8. Memupuk hubungan timbal-balik yang harrmonis dengan siswa
Tujuan utama guru adalah mengubah pola tingkah laku siswa
menjadi lebih baik. Guru berupaya mendorong dan memajukan
kegiatan belajar siswa sehingga terjadi perubahan tingkah laku
yang diinginkan. Kerja sama antara guru dan siswa dapat
meningkatkan upaya pengembangan kurikulum.
PENGEMBANGAN KURIKULUM

NAMA : FEMITHA M.D TAKAEB


KELAS : VI/A
NAMA BUKU : DASAR-DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENULIS : Prof. Dr. H. Oemar Hamalik
PENERBIT : PT Remaja Rosdakarya Bandung
TERBIT : 2007
TEBAL BUKU : 276 Halaman

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI


( STAKN ) KUPANG
2018

Anda mungkin juga menyukai