Dosen Pengampu :
Zainal Arifin, M.Ag
Disusun oleh :
Muhammad Faqih
Ahamdulillah, puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Ilahi rabbi, yang dengan
pertolongan-Nya saya dapat menyelesaikan makalah berjudul ; “TASSAWUF AKHLAKI DAN
FALSAFI”.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada:
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Saya berharap
kritik dan saran dari para pembaca, agar makalah berikutnya menjadi lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………..................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
(A) Pengertian tassawuf…………………………………………………………………………2
(B) Perbedaan tasswuf akhlaki dan falsafi……………….……………………………………...3
(C) Tokoh-tokoh aklaki dan falsafi...…………………………………………………………….4
B) Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, saya akan menulis dua rumusan masalah.
1. Apa itu tasawwuf akhlaki dan falsafi.
2. Siapa saja tokohnya dan apa ajaran dari setiap tokoh.
C) Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah agar kita mengetahui secara lebih mendalam
mengenai fragmen-fragmen yang ada di dalam ilmu tasawwuf. Tasawwuf itu sendiri adalah
langkah selanjutnya untuk mendekatkan diri kepada tuhan setelah bergelut dalam kajian hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Akhlaki
Apabila kata tasawuf dan kata akhlak di satukan akan berbentuk sebuah frase, yaitu tasawuf
akhlaki, secara etimologis tasawuf akhlaki bermakna membersihkan tingkah laku atau saling
membersihkan tingkah laku. Jika konteksnya adalah manusia, seperti tingkah laku manusia.
Oleh karena itu, tasawuf akhlaki merupakan kajian ilmu yang sangat memerlukan praktik
untuk menguasainya. Tidak hanya berupa teori sebagai sebuah pengetahuan akan tetapi juga
harus terealisasi dalam rentang waktu kehidupan manusia, supaya lebih muda menempatkan
posisi tasawuf dalam kehidupan bermasyarakat, para pakar tasawuf membentuk spesifikasi
kajian tasawuf ini pada ilmu tasawuf akhlaki yang di dasarkan pada sabda nabi muhammad saw.
Tasawuf akhlaki merupakan gabungan antara ilmu tasawuf dan ilmu akhlak. Akhlak erat
sekali hubunganya dengan perilaku dan kegiatan manusia baik dalam interaksi sosial pada
lingkungan tempat tinggalnya. Jadi, tasawuf akhlaki dapat terealisasi secara utuh jika
pengetahuan tasawuf dan ibadah kepada allah di buktikan dalam kehidupan sosial.
2. Falsafi
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran – ajaranya memadukan antara visi mistis dan visi
rasional, menurut At – Taftazani, ciri umum tasawuf falsafi adalah ajaran ajaran yang samar –
samar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang memahami
ajaran tasawuf jenis ini. Tasawuf falsafi tidak hanya di pandang sebagai filsafat karena ajaran
dan metodenya didasarkan pada rasa ( dzauq ), tetapi tidak dapat pula di kategorikan sebagai
tasawuf dalam pengertianya yang murni karena ajarannya sering di ungkapkan dalam bahasa
filsafat dan lebih berorientasi pada panteisme.[7]
1. Tasawwuf akhlaki
Hasan Al – Bashri
Riwayat hidup Abu Sa’id Al – Hasan bin Yasir atau yang biasa di panggil Hasan Al – Bashri
beliau adalah seorang zahid yang amat masyhur di kalangan tabiin, ia adalah anak seorang budak
yang tertangkap di maisan yang bernama Zaid bin Tsabit, yang kemudian di angkat menjadi
sekertaris Nabi Muhammad SAW, sedangkan ibunya
adalah seorang hamba sahaya Ummu Salamah istri Nabi Muhammad SAW, ia dilahirkan
di madinah pada tahun 21 H ( 632 M ) dan wafat pada hari kamis 10 Rajab tahun 110 H ( 728
M ), ia di lahirkan dua malam sebelum khalifah umar bin khaththab wafat dan beliau juga di
kabarkan bertemu dengan 70orang sahabat yang turut menyaksikan Perang Badar dan 300
sahabat lainya.[8]
Hasan Al – Bashri yang mula – mula menyediakan waktunya untuk memperbincangkan
ilmu – ilmu kebatinan, kemurnian akhlak dan usaha menyucikan jiwa di masjid bashro. Ajaran –
ajaranya tentang kerohanian senan tiasa di dasarkan pada sunnah nabi, para sahabt nabiyang
hidup pada zaman itu pun mengakui kebesaranya bahkan ketika ada orang yang datang kepada
anas bin malik sahabt – sahabt nabi yang utama untuk menanyakan persoalan agama, anas
memerintahkan agar orang itu menghubungi hasan, mengenai kelebihan hasan yang lain, abu
qatadah berkata “ Bergurulah kepada syekh ini. Saya sudah saksikan sendiri ( keistimewaannya )
tidak ada seorang tabiin pun yang menyerupai sahabat nabi selainnya”[9]
Al – Ghazali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Ath – Thusi Asy – Syafi’i Al
– Ghazali atau yang biasa di kenal dengan nama Al –Ghazali dan mendapat gelar “ Hujjah Al –
Islam ”. Ia lahir paada tahun 450 H / 1058 M di kampung Ghazlah, sebuah kota di khurasan di
iran, ayahnya seorang ahli tasawuf yang shaleh meninggal dunia ketika Al – Ghazali dan
saudaranya Ahmad, masi kecil, namun sebelum meninggal ayahnya telah menitipkan kedua
putranya kepada seorang ahli tasawuf untuk mendidik dan membimbingnya.[11]
Pada tahun 488 H / 1095 M, Al – Ghazali dilanda keraguan, skeptis tentang kegunaan
pekerjaan dan karyanya, sehingga ia menderita penyakit yang sulit diobati. Oleh karena ia tidak
dapat memberikan kuliah di universitas tersebut. Lalu ia meninggalkan pekerjaanya dan seluruh
karirnya sebagai ahli hukum dan teolog. Beliau pindah dari damaskus lalu palestina. Di kota –
kota ini, ia merenung, membaca dan menulis. Sesudah itu, tergeraklah hatinya untuk menunaikan
ibadah haji. Setelah selesai ia pulang kekota kelahiranya, Thus. Di sana ia tetap seperti biasanya,
berkhalwat dan beribadah. Keadaan skeptis itu berlangsung selama sepuluh tahun, terhitung
sejak kepindahanya ke damaskus. Pada masa inilah, al – ghazali menulis karyanya yang terkenal,
yaitu Ihya Ulum Ad – Din.
Al – Ghozali memang hujjah islam, ia membela islam dalam menolak orang – orang
nashrani, juga dalam seranganya terhadap kaum batiniah dan kaum filosof.[12]
2. Tasawwuf falsafi
Abdul Karim Al – Jilli
Abdul Karim bin Ibrahim Al – Jalili lahir pada tahun 1365 M di jilan ( gilan ) sebuah
provinsi di sebelah selatan kasfia dan wafat pada tahun 1417, nama Al – Jilli diambil dari tempat
kelahiranya sedangkan gilan ialah seorang sufi yang terkenal dari baghda. Riwayat hidupnnya
tidak banyak di ketahui oleh para ahli sejarah, tetapi sebuah sumber mengatakan bahwa ia pernah
melakukan perjalanan ke india pada tahun 1387. Ia kemudian belajar tasawuf di bawah
bimbingan Abdul Qadir Al – Jailani, pendiri dan pemimpin tarekat qadiriyah yang sangat
terkenal. Disamping itu ia berguru pula kepada syaikh syarapuddin isma’il bin ibrahim al – jabrti
di zabid( yaman ) pada tahun 1393 – 1403.[14]
Ajaran – ajaranya
Ajaran – ajaran tasawuf Abdul Karim Al – Jilli yang terpenting adalah paham insan
kamil.Menurutnya, insan kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan,Seperti disebutkan dalam hadis:
“allah menciptakan adam dalam bentuk yang maha rahman”. (HR. Al-Bukhari).
“allah menciptakan adam dalam bentuk dirinya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Tuhan memiliki sifat – sifat seperti hidup, pandai, mampu berkehendak dan mendengar.
Manusia ( Adam ) pun memiliki sifat seperti itu. Proses yang terjadi setelah itu adalah setelah
tuhan menciptakan substansi, huwiyah tuhan di hadapkan dengan huwiyah adam, aniyahnya
disandingkan dengan aniyah adam, dzatnya di hadapkan dengan zatnya adam dan akhirnya adam
berhadapan dengan tuhan dalam segala hakikatnya, melaui konsep ini dapat dipahami bahwa
adam di lihat dari sisi penciptaanya merupakan salah seorang insan kamil dengan segala
kesemurnaanya, sebab pada dirinya terdapat sifat dan nam ilahiyah.
Dengan demikian , dari sudut pandang manusia tuhan merupakan cermin bagi manusia
untuk melihat dirinya manusia tidak mungkin melihat dirinya tanpa crmin itu, sebaliknay karena
tuhan mengharuskan dirinya agar semua sifat dan amanya dilihat maka tuhan menciptakan insan
kamil sebagai cermin bagi dirinya dari sini tampaklah hubugan antara tuhan dan indan kamil,
menurut A – Jilli insan kamil merupakan proses tempat beredarnya segala yang wujud dari awal
sampai akhir ia adalah satu sejak wujjud dan untuk slamnay ia dapat muncul dan menampakkan
dirinya dalm bernbagai macam. Nam alinya adalah mhammda nama kehormatanya adlah Abu Al
– Qasim dan gelarnya Syamsuddin.
b. Ibnu Masarah
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Masarrah ( 269-319 H ). Ia
merupakan salah seorang sufi sekaligus filsuf dari andalusia, spanyol ia juga memberikan
pengaruh yang besar terhadap madzhab Al – Mariyyah. Ibnu Hazm mengatakan bahwa Ibnu
Hazm memiliki kecenderungan besar terhadap filsafat. Sementara itu, menurut musththafa abdul
raziq ibnu masarah ermasuk sufi yang beraliran ittihadiyah.
Bersamaan dengan masa Ibnu Masarrah, di andalusia telah muncul tasawuf falsafi ia lebih
banyak di sebut sebagai filsuf ketimbang sufi. Namun pandangan – pandangan filsafatnay
tertutupi oleh kezahidanya. Pada mulanya Ibnu Masarah merupakan penganut sejati aliran
mu’tazilah tetapi ia berpaling pada madzhab neo-platonisme. Oleh karena itu ia dianggap
mencoba menghidupkan kembali filsafat yunani kuno. Walau demikian Ibnu Masarah tergolong
sebagai sufi yang memadukan paham sufistiknya dengan pendekatan filosofis.
Ajaran – ajaranya
Inilah di antara ajaran – ajaran Ibnu Masarah
1. Jalan menuju keselamatan adalah menyucikan jiwa, zuhud dan mahabbah yang merupakan asal
dari semua kejadian.
2. Dengan penakwilan ala philun atau aliran isma’iliyah terhadap ayat – ayat Al – Qur’an, ia
menolak adanya kebangkitan jasmani.
3. Siksa neraka bukanlah dalam bentuk yang hakikat[15]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya perkembangan ilmu tasawuf terjadi karena adanya perbedaan pendapat
dari para sufi. Sehingga timbullah berbagai macam paham di dalam dunia kesifian. Faham –
faham tersebut masing – masing memiliki tujuan yang berlainan, sehingga terjadi perbedaan
yang mencolok antara paham yang satu dengan yang lain.
Diantara peneliti – peneliti tasawuf membagi tasawuf kedalam tiga bagian yaitu :
Tasawuf Akhlaqi, Tasawuf Amali dan Tasawuf Falsafi.
Tasawuf di ciptakan sebagai media untuk mencapai maqashid al – Syar’I ( tujuan –
tujuan syara’ ). Karena tasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperi shalat,
puasa, zakat, haji dan lain sebagainya, yang di lakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca dapat memahami makalah ini dan dapat
mengembangkan lebih sempurna lagi kritik dan saran sangat kami harapkan untuk memotivasi
penulis agar dalam menyelesaikan makalah ini bisa memperbaiki diri dari kesalahan. Dan untuk
pak dosen pengampu saya khusunya DR. H. Zainal Arifin Lc. M. Ag, terimakasih telah
membimbing kami dalam memperdalam ilmu pengetahuan mengenai tasawwuf atas
partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia. 2009.
Asmaran, As, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002.
Madkour, Ibrahim, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Jakarta: Bumi Aksara. 1995.
Munir, Amin Samsul, Ilmu tasawuf, Jakarta: Amzah. 2012.
Susanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam, jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007.
[1] Munir, Samsul Amin, Ilmu Tasawuf. ( Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 128
[2] Anwar Rosihan, Akhlak Tasawuf. ( Bandung: CV Pustaka Setia,2009 ), hlm. 37
[3] Asmaran, AS, Pengantar Studi Tasawuf, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002 ), hlm. 45
[4] Ibid. hal. 45
[5] Ibid. hal. 51
[6] Ibid. hlm. 115
[7] Musrifah, susanto,sejarah peradaban islam, (jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007). hlm. 223