Anda di halaman 1dari 116

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY.

M 30 TAHUN DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT


DI RUANGAN PONEK RSUD CIMACAN
KABUPATEN CIANJUR

DISUSUN OLEH :
FUJI ASMAUL KHASANAH
NIM : P17324215030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018
ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY.
M 30 TAHUN DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT
DI RUANGAN PONEK RSUD CIMACAN
KABUPATEN CIANJUR

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Diploma III Kebidanan

DISUSUN OLEH :
FUJI ASMAUL KHASANAH
NIM : P17324215030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018

ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Fuji Asmaul Khasanah
Tempat/tanggal lahir : serang, 31 maret 1997
Agama : Islam
Golongan Darah : O
Nama Ayah : Nur Wachid
Nama Ibu : Thoyyibah
Alamat rumah : jln. Baru cimanggu lamping RT 01/08 kedung jaya
tanah sareal kota bogor. 16162 Kota Bogor
No. Telepon 087855083435

B. Riwayat Pendidikan

1. TK Gunadarma Putra (2001-2003)

2. SDN Kedung Jaya 2 Bogor (2003-2009)

3. SMP IT ABN (2009-2012)

4. MAN 2 Kota Bogor (2012-2015)

5. Poltekkes Kemenkes Bandung Program Studi Kebidanan Bogor (2015-


2018)

v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
LAPORAN TUGAS AKHIR,
Fuji Asmaul Khasanah
NIM : P17324215030
Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. M Usia 30 Tahun dengan
Preeklampsia Berat di Ruang Ponek RSUD Cimacan
xiii + VI BAB + 56 halaman + 9 lampiran + 3 tabel

ABSTRAK
Preeklamsia adalah suatu kondisi yang terjadi dengan gejala seperti tekanan
darah tinggi dan terdapat protein dalam urin, terjadi setelah usia kehamilan 20
minggu pada kehamilan. Hasil pengkajian data di RSUD Cimacan terhitumg sejak
Januari sampai dengan Desember 2017 angka kejadian preeklamsia berat
sebanyak 58 ibu hamil dari 1448 ibu hamil (4%) yang melakukan pemeriksaan.
Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk mengaplikasikan asuhan
kebidanan dengan preeklamsia berat.
Metode yang digunakan adalah laporan kasus dengan pendokumentasian
SOAP. Teknik dalam laporan kasus ini yaitu wawancara, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, observasi, studi dokumentasi dan studi literatur.
Hasil pengkajian data subjektif yang didapatkan yaitu Ny. M datang ke
RSUD Cimacan, rujukan dari bidan karena tekanan darah ibu tinggi. Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan TD 150/100 mmHg, N 81x/menit, R
22x/menit S 36,5OC. Pada pemeriksaaan abdomen TFU 31 cm, bagian atas fundus
teraba bokong, punggung kanan,bagian terendah kepala, denyut jantung janin
138x/menit reguller, his 2 kali dalam 10 menit lamanya 15 detik. Pada
pemeriksaan vagina toucher pembukaan 3cm. Ekstremitas bawah sebelah kanan
dan kiri terdapat oedema, refleks patella positif, serta pemeriksaan protein urine
positif 2. Diagnosa yang didapat yaitu Ny.M, 30 tahun, G3P2A0 hamil 40 minggu
dengan Preeklampsia berat. Janin tunggal hidup presentasi kepala.
Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu penanganan protap pada pasien dengan
preeklampsia berat dengan pemberian MgSO4, memeriksa syarat pemberian
MgSO4, dilakukan pemasangan infuse dan diberikan MgSO4 4g dengan 100ml
RL (loading dose) habis dalam 15 menit. Setelah habis diganti dengan 500ml RL
drip dengan MgSO4 40% 5g 20 tpm (maintenance), diberikan dopamet
(methyldopa) 3x10 mg dan nifedipin 3x10 mg dan melakukan induksi persalinan
menggunakan oskitosin 5iu.
Kesimpulan dari asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. M sudah sesuai
dengan standar penanganan RS dan kasus pada Ny.M sudah tertangani. Saran
yang diberikan kepada klien dan keluarga yaitu menjaga kesehatan agar tidak
terjadi kasus yang berulang serta mengaplikasikan segala hal yang telah
dianjurkan.

Kepustakaan : 22 (2004-2017)

Kata Kunci :Asuhan Kebidanan, Persalinan, Preeklamsia Berat

vi
v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. karena atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.M 30 Tahun dengan Preeklampsia Berat di
RSUD Cimacan Kabupaten Cianjur”. Shalawat dan salam senantiasa selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, para sahabat, keluarga serta seluruh
umat-Nya.
Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan di Program Studi
Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
Selama proses pembuatan Laporan Tugas akhir ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan, sehingga
penulis mengalami berbagai hambatan, tantangan, dan kesulitan selama
penyusunan Laporan Tugas Akhir, sehingga penulis merasa masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan banyak dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan
kepada :
1. DR. Ir. H. Osman Syarief, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Bandung.
2. Dr. H. Dharmawan S. Dahlan, MARS selaku Direkur RSUD Cimacan
Kabupaten Cianjur.
3. Hj. Ns. Enung Harni Susilawati, SKp, M.KM selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung serta
Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya.
4. Bd. Yulita, S.ST selaku CI ruang Poli Kebidanan, dan para Bidan di ruangan
VK, Nifas RSUD Cimacan Kabupaten Cianjur beserta para staf yang selalu
memberikan bimbingan dan pengetahuan yang bermanfaat.

v
5. Bd. Resmi Cahya Lestari, Amd.Keb selaku CI dan para Perawat di ruang Bayi
Baru Lahir RSUD Cimacan Kabupaten Cianjur beserta para staf yang selalu
memberikan bimbingan dan pengetahuan yang bermanfaat.
6. Titi Nurhayati, M.KM selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan pengarahan, masukan dan nasehat–nasehat dalam penulisan
Laporan Tugas Akhir ini.
7. Dedes Fitria, M.Keb selaku wali tingkat kelas III A yang selalu memberikan
motivasi dan dukungannya.
8. Kepada Ny.M dan keluarga yang dapat bekerjasama dengan sangat baik, dan
menjadikan Asuhan pada Ny. M sebagai bahan Laporan Tugas Akhir.
9. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan terbesar secara
moril, materil dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir ini.
10. Serta teman-teman mahasiswi Program Studi Kebidanan Bogor angkatan
XVII yang telah memberikan dukungan dan perhatiannya.
Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Seluruh isi Laporan Tugas Akhir ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Bogor, Juni 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME....................................vi
KATA PENGANTAR....................................................................................vii
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xi
DAFTAR TABEL...........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................3
E. Ruang Lingkup...........................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................5
A. konsep dasar persalinan............................................................................5
1. Pengertian persalinan...................................................................5
2. Tahapan dalam Persalinan..........................................................5
B. Konsep dasar persalinan dengan preeklamsia berat..............................7
1. Pengertian preeklamsia berat dalam persalinan.......................7
2. Etiologi preeklamsia berat...........................................................8
3. Patofisiologi preeklamsia berat..................................................14
4. Tanda gejala preeklamsia berat..................................................15
5. klasifikasi.......................................................................................16
6. Faktor resiko.................................................................................17
7. Penanganan preeklamsia.............................................................17
8. SOP penanganan preeklamsia di RSUD Cimacan....................22

x
9. Peran bidan...................................................................................24
BAB III METODELOGI ..............................................................................
A. Metodelogi...........................................................................................31
B. Teknik pengumpulan data.................................................................32
BAB IV TINJAUAN KASUS.........................................................................31
Asuhan kebidanan intranatal........................................................................31
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................50
A. Data Subjektif.....................................................................................50
B. Data Objektif.......................................................................................51
C. Analisa.................................................................................................52
D. Penatalaksanaan.................................................................................52
BAB VI PENUTUP.........................................................................................56
A. Kesimpulan..........................................................................................56
B. Saran....................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Observasi

Lampiran 2. SOAP Bayi Baru Lahir

Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan Asi Eksklusif

Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan Nutrisi Ibu Nifas

Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan Teknik Menyusui

Lampiran 6. Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Tali Pusat

Lampiran 7. Satuan Acara Penyuluhan Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Lampiran 8. Satuan Acara Penyuluhan ALat kontrasepsi Kalender

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar Normal Pemeriksaan Laboratorium saat kehamilan.................16


Tabel 2.2 Skor pelvik menurut Bisop..................................................................17
Tabel 2.3 Jenis Obat Anthihipertensi...................................................................22

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan laporan rutin Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012
tercatat jumlah kematian ibu maternal terlaporkan sebanyak 818 orang
(87,99/100.000).(1,2)
Pada tahun 2012 kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga
penyebab utama kematian yaitu perdarahan (30,1% ), hipertensi (26,9%),
infeksi (5,6%) dan lainnya (37,9%). Berdasarkan data yang ada di Dinas
Kesehatan Kabupaten Cianjur pada tahun 2015 terdapat 49 ibu meninggal
dunia akibat melahirkan. Sedangkan angka kematian ibu di RSUD Cimacan
pada tahun 2017 sebanyak 5 orang dari 1444 orang ibu melahirkan.(2,3,4)
Melihat data di atas hipertensi masih merupakan penyebab utama
kematian ibu, baik di Indonesia, Jawa Barat, maupun RSUD Cimacan.
Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya kenaikan tekanan darah
melebihi batas normal yaitu 140/90 tanpa disertai protein urin pada saat
usia kehamilan ≥ 20 minggu dan akan menghilang setelah 12 minggu
pasca bersalin. Salah satu HDK yang sering terjadi adalah preeklampsia.5
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang spesifik hanya
muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada
penyakit trofoblastik) dapat didiagnosis dengan adanya peningkatan darah
dan proteinuria. Preeklampsia terbagi menjadi dua yaitu, PER dan PEB.
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan,
adapun Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang

1
Ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di
sertai proteiuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.6
Preeklampsia ringan apabila tidak ditangani dengan baik bisa
memburuk menjadi PEB, bila sudah PEB komplikasi yang akan terjadi
yaitu solusio plasenta, payah pada ginjal, jantung, paru-paru yang
disebabkan edema, lever karena nekrosis, perdarahan otak, HELLP
Sindrom (hemolisis, enzim hati meningkat, trombosit rendah) sehingga
beresiko terjadinya kematian maternal dan neonatal.7
Penanganan preeklamsia berat yaitu, melakukan kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian terapi dan tindakan. Pemberian terapi yaitu,
memberikan loading dose 4 gram MgSO4 secara intravena, (40% dalam 10
cc) selama 15 menit. Dan dilanjutkan pemberian maintenance secara infus
6 gram dalam larutan Ringer /6 jam atau diberikan 4 atau 5 gram im
selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im setiap 4-6 jam.
Sebelum melalukan pemberian MgSO4 dilakukan pemeriksaan reflek
patella dengan positif (+) dan pemeriksaan frekuensi pernapasan ≥ 16
kali/menit, tidak ada tanda-tanda distress napas. Dan tersedianya
antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukosanas 10 % =
1 g (10% dalam 10 cc) diberikan iv 3 menit. Melakukan observasi agar
tidak terjadi kejang berulang. Penanganan persalinan preeklampsia harus
terjadi dalam 24 jam persalinan, dilakukan induksi 2-5 IU dalam 500 ml
dektrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.7
Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang
berkualitas ditentukan dengan cara bidan memberikan asuhan kebidanan
untuk berkomunakasi secara efektif dan melakukan konseling dalam
penanganan hipertensi serta bidan dapat memberikan terapi nifedipin 10
mg dan pemberian penanganan awal yaitu pemberian MgSO4 saat mulai
melakukan rujukan ke RS, sedangkan peran bidan dirumah sakit yaitu
melakukan penanganan awal dengan melakukan kolaborasi dengan Dr.
SpOG serta memantau kemajuan persalinan dan observasi ketat.8

2
Di RSUD Cimacan terdapat kejadian preeklamsi pada bulan
Februari 2018 berjumlah 10 orang. Dan pada tahun 2017 preeklamsi Di
RSUD Cimacan berjumlah 58 orang.4 Melihat masih tinggi kejadian
preeklampsia dan preeklampsia ini merupakan penyumbang tertinggi dari
AKI maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan
dengan judul “Asuhan Pada Ny. M 30 Tahun Dengan Preeklampsi Berat
di Ruangan Ponek RSUD Cimacan Kabupaten Cianjur”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan analisa yang telah diuraikan di atas,
rumusan masalah yang penulis ambil adalah “ Bagaimanakah Asuhan
Kebidanan Intranatal pada Ny. M usia 30 tahun dengan preeklampsia berat
diruangan Ponek RSUD Cimacan?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan kebidanan yang tepat untuk menangani
masalah pada ibu dengan Preeklampsia.
2. Tujuan Khusus
a.
Diperoleh data Subjektif dari Ny. M usia 30 tahun G 3P2A0 usia
kehamilan 40 minggu dengan Preeklampsia Berat di Ruang Ponek
RSUD Cimacan.
b.
Diperoleh data Objektif dari Ny. M Usia 30 tahun G 3P2A0 usia
kehamilan 40 minggu dengan Preeklampsia Berat di Ruang Ponek
RSUD Cimacan.
c.
Diperoleh Analisa dan perencanaan asuhan Ny. M Usia 30 tahun
G3P2A0 usia kehamilan 40 minggu dengan Preeklamsia Berat di
Ruang Ponek RSUD Cimacan.

3
d.
Diperoleh Penatalaksanaan dari Ny. M Usia 30 tahun G 3P2A0 usia
kehamilan 40 minggu dengan Preeklampsia Berat di Ruang Ponek
RSUD Cimacan.
e.
Diperoleh faktor pendukung dan penghambat dalam memberikan
asuhan pada Ny. M Usia 30 tahun G 3P2A0 usia kehamilan 40 minggu
dengan Preeklamsia Berat di Ruang RSUD Cimacan.

D. Manfaat Penulisan
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil laporan kasus ini dapat dimanfaatkan untuk bahan masukan
dalam kasus ibu Internatal dengan Preeklampsia berat di RSUD
Cimacan dengan Standar Operasional Prosedur.
b. Bagi institusi
Dapat menambah kepustakaan dan wacana khususnya tentang
penanganan ibu bersalin dengan Preeklampsia Berat.
c. Bagi klien
Menambah pengetahuan klien dalam bidang kesehatan dan wawasan
mengenai Preeklampsia berat serta komplikasi yang dapat terjadi.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup asuhan kebidanan ini berfokus pada asuhan kebidanan
Internatal pada Ny. M Usia 30 tahun G3P2A0 usia kehamilan 40 minggu
dengan Preeklampsia berat di Ruang Ponek RSUD Cimacan.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janin. Hampir sebagian besar persalinan
merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan
persalinan patologi. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)
tanpa disertai adanya penyulit.(7,9)
Berdasarkan beberapa definisi persalinan tersebut dapat disimpulkan
bahwa persalinan adalah proses pengeluaran bayi cukup bulan, plasenta dan
selaput ketuban pada jalan lahir ibu.
2. Tahapan dalam persalinan
Dalam prosesnya, persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu kala I, kala II, kala
III, dan kala IV10
a. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung anatara nol sampai
pembukaan lengkap.Pada permulaan his kala pembuaan berlangsung
tidak begitu kuat, sehingga parturine masih dapat berjalan-jalan.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida 8 jam. Berdasarkan kurva fierdman, diperhitungkan
pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2
cm/jam, dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap
dapat diperkirakan.

5
b. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih
lama. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga
Terjadilah tekanan pada otot-otot dasar penggul yang melalui lengkung
refleks yang menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum,
ibu merasakan seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his kepala janin mulai tampak, vulva membuka, dan perineum
meregang.
Dengan his dan mengedan yang terpimpin akan lahir kepala, diikuti
oleh seluruh badan janin. Kala II pada primigravida berlangsung selama
satu setengah jam sampai dua jam dan pada multigravida berlangsung
setengah jam hingga satu jam.
Tanda gejala kala II adalah :
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk
pintu atas panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot
dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau
vaginanya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva vagina dan anus membuka.
5) Menigkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam (informasi
objektif ) yang hasilnya adalah :
1) Pembukaan serviks telah lengkap.
2) Terlihatnya bagian kepala bayi dilalui introitus vagina.
Bila dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi
diluar his, dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan
dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dan dagu melewati
perineum.

6
c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan
pengeluaran urin. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas,
terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit
dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir, pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah antara 100-200 cc.
d. Kala IV
Pimpin kala IV terutama observasi ketat, karena bahaya perdarahan
primer post partum terjadi pada dua jam pertama. Setelah plasenta lahir
lakukan rangsangan taktil (masase uterus) yang bertujuan untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Lakukan evaluasi tinggi
fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat
sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di
bawah pusat. Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Lakukan
evaluasi keadaan umum ibu dan dokumentasikan semua asuhan dan
temuan selama persalinan kala IV.

B. Preeklampsia Berat
1. Pengertian Preeklampsia
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik dimana hipertensi
terjadi setelah 20 minggu pada wanita yang sebulumnya memiliki tekanan
sarah normal.11
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya
muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada
penyakit trofoblastik) dapat didiagnostik dengan adanya peningkatan darah
dan proteiunuria.12

7
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan preeklamsia adalah suatu penyakit yang terjadi dalam
kehamilan dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria.

2. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba
menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu, disebut “penyakit teori”.
Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya preeklamsia (hipertensi
dalam kehamilan) yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Usia
Usia yang berisiko terkena preeklamsia adalah yang berusia ≥ 35
tahun. Pada usia 35 tahun atau lebih, dimana pada usia ini dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena proses arterosklerosis akibat
endapan kalsium di dinding pembuluh arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu,
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
darah yang sempit dan menyebabkan naiknya tekanan darah yang
merupakan salah satu gejala dari preeklamsia.11
b. Paritas
Preeklamsia sering kali terjadi pada kehamilan pertama, terutama
pada primigravida muda.11
c. Riwayat preeklamsia sebelumya
Ibu hamil yang pernah mengalami preeklamsia sebelumnya
memiliki resiko 7 kali lebih besar mengalami preeklamsia pada
kehamilan saat ini dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami
preeklamsia.11

8
d. Riwayat keluaga pernah preeklamsia/ eklampsia
Ibu hamil yang memiliki riwayat preeklamsia/eklampsia
dikelaurganya memiliki resiko 3 kali lipat lebih tinggi mengalami
kejadian serupa dibandingkan dengan yang tidak. 11
e. Obesitas
Resiko terjadinya preeklamsia lebih besarbpada wanita dengan
IMT (Indeks Masa Tubuh) yang tinggi dibandingkan yang rendah dan
mengidentifikasi wanita yang peningkatan IMT 5-7 kg/m2 memiliki
dua kali resiko lebih besar mengalami preeklamsia. IMT awal berguna
sebagai predictor hipertensi pada kehamilan, karena angka IMT
biasanya lebih tinggi pada ibu yang menderita hipertensi. Obesitas
adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh dapat menyebabkan aliran darah berkurang lancar. Penyempitan
dan sumbatan lemak tubuh yang berlebihan. Sedangkan menurut
varney penimbunan lemak tubuh dapat menyebabkan penimbunan
lemak di sepanjang pembuluh darah dan menyebabkan aliran darah
kurang lancar. Akibat tekanan darah meningkat, maka terjadi
hipertensi. Dan hal tersebut merupakan salah satu gejala preeklamsia.
(11,12)

f. Penyakit yang sudah ada sebelum hamil


1) Hipertensi kronik
Pada wanita hamil dengan hipertensi kronis yang miliki resistensi
terhadap angiotensin II Angiotensin II mempengaruhi langsung sel
endotel dengan membuatnya berkontraksi. Semua faktor ini dapat
menimbulkan kebocoran sel antar endotel, sehingga melalui
kebocoran tersebut, unsur-unsur pembentuk darah seperti trombosit
dan fibrinogen tertimbun pada lapisan sub endotel. Perubahan
vaskuler yang disertai dengan hipoksia pada jaringan setempat dan
sekitarnya, diperkirakan menimbulkan perdarahan, neokrosis dan
kelainan organ akhir lainnya yang seing dijumpai pada preeklamsia
berat. Penyakit hipertensi kronik berperan dalam morbiditas dan
mortalitas maternal dan neonatal. Dari seleuh ibu yang mengalami

9
hipertensi selama hamil, setengah sampai sepertiganya didiagnosa
mengalami preeklamsia.11
2) Diabetes mellitus
Salah satu pengaruh diabetes terhadap kehamilan, salah satunya
adalah dapat menyebabkan preeklamsia-eklampsia. Selama
trimester kedua dan ketiga, peningkatan kadar laktogen plasental,
estrogen, progesterone. Kortisol, prolactin, dan insulin
meningkatkan produksi glukosa untuk memastikan supai glukosa
yang berlebihan untuk janin. Dan ini akan memperlambat kerja
ginjal sehingga terjadi kerusakan sistem ginjal dan akan terjadi
proteinuria dan peningkatan tekanan darah. Insiden faktor resiko
ini mendekati 50%.11
3) Penyakit ginjal
Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah diantaranya
stenosis ateri renalis, glomerulonephritis, pielonefritis, tumor ginajl
ginjal, penyakit ginjal polikista, trauma pada ginjal. Ginjal bias
meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormone angiotensin.
Yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormone aldosterone
dan akibatnya pasokan friksi pembuluh darah. Sedangkan menurut
manuaba pada stenosis arteri renalis terjadi penyempitan arteri
yang menuju salah satu pembuluh darah ginjal yang menyebabkan
hipertensi. Kerusakan pada glomerulus akan menyebabkan
proteinuria.(11,13)
3. Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui
dengan jelas. Banyak teori telah dekemukakan tentang terjadinya
hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori tersebut
dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah:14

1
a. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah
dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh
darah tersebut menembus mimetrium berupa arteri arkuarta dan arteri
arkuarta memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus
endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang
arteri spiralis.
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga
jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis
mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis memberi dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskuler, dan
peningkatan aliran darah pada daerah uteroplasenta. Akibatnya aliran
darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat,
sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini
dinamakan “remodeling arteri spiralis”.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas
pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan
otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri
spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah
uteroplasma menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan
yang dapat menjelaskan pathogenesis HDK selanjutnya. Diameter rata-
rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron, sedangkan
pada preeklampsia rata-rata 200 mikron.
b. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel
(a)Iskemia plasenta dan pembentukan radikal bebas

1
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan radikal bebas. Salah satu radikal bebas yang
dihasilkan adalah radikal hidroksil yang sangat toksik, khususnya
terhadap membrane sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil
akan merusak membrane sel yang mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan
merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel
endotel.
(b) Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat
toksis
ini akan beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah dan akan
merusak membrane sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah
mengalami kerusakan oleh peroksida lemak karena letaknya
langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat
rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah
menjadi peroksida lemak.
c. Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membrane sel
endotel. Kerusakan membrane sel endotel mengakibatkan terganggunya
fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Pada
waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel
endotel, maka akan terjadi :
1) Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungis sel endotel
adalah memproduksi prostaglandin.
2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakanà Agregasi sel trombosit ini adalah untuk menutup tempat-
tempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi ini
memproduksi tromboksan ( TXA2) suatu vasokonstriktor kuat. Pada
preeclampsia kadar tromboksan lebih tinggi dari kadar prostasiklin
sehingga terjadi vasokonstriksi dengan terjadi kenaikan tekanan darah.

1
3) Perubahan khas pada endotel kapilar glomerulus
4) Peningkatan permeabilitas kapilar
5) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor yaitu endotelin
6) Peningkatan faktor koagulasi
d. Teori Intoleransi Imunologik Antara Ibu dan Janin
1) Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi
dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida.
2) Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko lebih
besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan
dengan suami yang sebelumnya.
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak
adanya “hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan
adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G) yang berperan
penting dalam modulasi respons imun, sehingga si ibu tidak menolak
hasil konsepsi (plasenta). Adanya human leukocyte antigen protein
(HLA-G) pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis
oleh sel Natural Killer ibu.
Selain itu, adanya human leukocyte antigen protein (HLA-G)
akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua
ibu. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan
ekspresi HLA-G. HLA-G juga merangsang produksi sitikon ,
sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.
Pada awal trimester kedua kehamilan perempuan mempunyai
kecenderungan terjadi preklampsia karena mempunyai proporsi
Helper sel yang lebih rendah dibanding normotensif.
e. Teori Adaptasi Kardiovaskuler
Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan
vasopresor. Refrakter, berarti pembuluh darah tidak peka terhadap
rangsangan bahan vasopresor atau dibutuhkan kadar vasopresor yang
lebih tinggi untuk menimbulkan respons vasokonstriksi. Pada
kehamilan normal terjadinya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor

1
adalah akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel
endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan bahwa daya refrakter
terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi prostaglandin sintesa
inhibitor. Prostaglandin ini di kemudian hari ternyata adalah prostasiklin.
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap
bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh
darah terhadap bahan vasopresor hilang hingga pembuluh darah menjadi
sangat peka terhadap bahan vasopresor. Peningkatan kepekaan pada
kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat
ditemukan pada kehamilan 20 minggu.
f. Teori Genetik
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotype janin.
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeclampsia, 26%
anak perempuannya akan mengalami preeclampsia pula, sedangkan
hanya 8% anak menantu mengalami preeclampsia.
g. Teori Defisiensi Gizi ( Teori Diet )
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan,
termasuk minyak hati halibut dapat mengurangi resiko preeclampsia.
Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tak jenuh yang dapat
menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, dan
mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.7 Beberapa peneliti juga
menganggap bahwa defisiensi kalsium pada diet perempuan hamil
mengakibatkan resiko terjadinya preeclampsia/eklampsia.
Penelitian dilakukan di Negara Equador andes dengan metode uji
klinik ganda tersamar, dengan membandingkan pemberian kalsium dan
placebo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi
suplemen kalsium cukup, kasus yang mengalami preeclampsia adalah
14% sedangkan yang diberi glukosa 17%.14
h. Teori Stimulus Inflamasi

1
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam
sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses
inflamasi. Pada kehamilan normal plasenta juga melepaskan debris
trofoblas sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas,
akibat reaksi stress oksidatif. Jumlah debris trofoblas masih dalam batas
wajar sehingga reaksi inflamasi juga masih dalam batas normal.11
Berbeda dengan reaksi apoptosis pada preeclampsia di mana pada
preeclampsia terjadi peningkatan stress oksidatif sehingga produksi
debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak
sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda,
maka reaksi stress oksidatif akan sangat meningkat sehingga jumlah
sisa debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan
beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar
dibandingkan reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respons
inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel
makrofag/granulosit yang lebih besar pula sehingga terjadi reaksi
sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeklampsia.14
4. Tanda dan gejala
Preeklamsia terkadang berkembang tanpa gejala. Tekanan darah tinggi
dapat berkembang secara perlahan, tetapi lebih sering diketahui secara
mendadak. Oleh karena itu pemantauan tekanan darah sangat penting
karena preeklamsia terihat pertama kali dari tekanan darah, yang
meliputi:15
a. Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolic.
b. ≥ 90 mmHg pada dua kali pemeriksaan yang berjarak sekitar 4 jam.
c. Protein berlebih dalam urin (proteinuria) atau tanda-tanda
d. tambahan masalah ginjal.
e. Sakit kepala parah.
f. Perubahan visi, penglihatan kabur atau sensitivitas cahaya.
g. Nyeri perut bagian atas, biasanya dibawah tulang rusuk sebelah kanan.
h. Mual atau muntah.
i. Output urine menurun.

1
j. Penurunan kadar trombosit dalam darah (trombositopenia).
k. Gangguan fungsi hati.
l. Sesak nafas, yang disebabkan oleh cairan di paru-paru.
5. Klasifikasi
Klasifikasi preeklampsia menurut Manuaba (2012), yaitu:13
a. Preeklamsia ringan
Tanda dan gejala.
1) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam
2) Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan
intervenal pemeriksaan 6 jam
3) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih seminggu
4) Prtotein urine 0,3 gram atau lebih dengan tingkat kualitatif + 1-2
pada urine kateter atau urine aliran pertengahan.
b. Preeklampsia berat
Tenda gejala :
1) Tekanan darah 160/110 mmHg
2) Oligouria, urine kurang dari 400 cc/24 jam
3) Protein uria lebih dari 3 gram/liter
4) Keluhan subjektif nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri
kepala, odema paru dan sianosis, dan gangguan kesadaran.
Tabel 2.1 kadar normal pemeriksaan laboratorium pada kehamilan16
No Pemeriksaan Laboratorium Kadar Normal
Darah Lengkap
Hemoglobin 11,1-12 g/dl
1. Hematocrit 33-39 %
Trombosit 150-400 x109
Fibrinogen 3,63-4,23 g/L
Fungsi Ginjal
Kreatinin 44-73 µmol/L
2. Ureum 2,4-4,2 mmol/L
Asam Urat 0,14-0,38 mmol/L
Fungsi Hati
ALT 10-30 i.u/L
3. AST 6-32 i. u/L
GGT 5-43 i. u/L

1
Albumin 28-35 g/L
Protein total 48-65 g/L

6. Faktor Resiko
Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
yang dapat dikelompokkan dalam factor resiko sebagai berikut :15
a. Primigravida, primipaternitas.
b. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multiple, DM,
Hidrops fetalis, bayi besar.
c. Umur yang Ekstrim.
d. Riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia.
e. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.
f. Obesitas.
7. Penanganan Preeklampsia
a. Penanganan Persalinan Preeklampsia
Pertimbangan atau terminasi kehamilan pada ibu dengan preeklampsia
bayi harus lahir segera dilahirkan dalam 12 jam sejak terjadinya
kejang. Induksi persalinan dianjurkan bagi ibu dengan preeklampsia
berat dengan janin yang belum viable atau tidak akan viable dalam 1-2
minggu, di mana janin sudah viable namun namun usia kehamilan
belum mencapai 34 minggu, menejemen ekspektan dianjurkan, asalkan
tidak terdapat kontraindikasi serta pengawasan ketat. Ibu dengan
preeklampsia berat di mana usia kehamilan 34 dan 37 minggu,
anjurkan menejemen ekspektan asalkan tidak terdapat hipertensi yang
tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat janin. Lakukan
pengawasan ketat. Pada ibu dengan preeklampsia yang kehamilannya
sudah aterm persalinan dini dianjurkan serta induksi persalinan.17
Pada preeklampsia berat harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan
pada eklampsia dalam 12 jam sejak gejala eklampsia timbul. Jika
terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam
(pada eklampsia), maka lakukan seksio sesarea, seksio sesarea akan
dilakukan, perhatikan bahwa terdak terdapat koagulopati, anastesi yang
aman/

1
terpilih adalah anastesi umum jangan lakukan anastesi lokal, sedang
anestesi spinal berhubungan dengan resiko berpotensi, dan jika
anastesi yang umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlalu kecil
lakukan persalinan pervaginam jika serviks matang lakukan induksi
dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml dekstrose 10 tetes/menit atau
prostaglandin.7
Pada preeklampsia tanpa tanda-tanda severitas (bukan
preeklampsia berat) dengan kehamilan preterm (<37 minggu), jika
tekanan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan
ditunggu hingga aterm. Namun pada kehamilan aterm (>37 minggu),
persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau
dipertimbangkan untuk dilakukan induksi persalinan pada taksiran
tanggal persalinan. Sementara pada pasien dengan preeklampsia berat,
persalinan/ terminasi dipertimbangkan saat usia gestasi sudah lebih
dari 34 minggu. Namun, selain pertimbangan usia gestasi, terminasi
kehamilan juga dilakukan jika terdapat kondisi sebagai berikut:
a. Pada ibu :
1) Kejang (eklampsia)
2) Solusio plasenta
3) Ketuban pecah dini
4) Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated liver enzymes, Low
platelet count)
5) Perburukan kondisi klinis memburuk
b. Pada janin :
1) Adanya tanda-tanda gawat janin
2) IUGR (Intrauterine growth retardation)
3) Oligohidramnion
Pada preeklampsia berat, persalinan/terminasi harus terjadi dalam
24 jam. Sedangkan pada eklampsia, persalinan/terminasi harus terjadi
dalam 6 jam sejak kejang timbul. Jika umur kehamilan sudah aterm
atau
>37 minggu dan pasien sedang dalam proses bersalin serta terdapat

1
kemajuan yang memadai ditinjau dari partograf dan tidak terdapat
komplikasi pada janin atau ibu, lanjutkan percobaan persalinan
pervaginam dengan pemantauan janin dan ibu secara ketat.18

Setelah ditegakkannya diagnosis preeklamsia berat, induksi atau


akselerasi persalinan dan kelahiran pervaginam merupakan tatalaksana
ideal. Induksi atau akselerasi persalinan dilakukan, dengan pematangan
pada serviks yang dapat dinilai dengan metode Skor Bishop.19

Tabel 2.2 Skor Pelvik menurut Bishop

Faktor
Skor
Pembukaan Pendataran Konsistensi Posisi
Station
(cm) (%) Serviks Serviks
0 Tertutup 0-30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40-50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60-70 -1,0 Lunak Anterior

3 >5 >80 +1, +2 – –

Induksi ke persalinan aktif biasanya berhasil pada skor bisop 9


atau lebih dan kurang berhasil pada skor dibawahnya. Akselerasi yaitu
induksi persalinan adalah merangsang uterus untuk memulai terjadinya
persalinan. Ugmentasi adalah meningkatkan frekuensi lama, dan
kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan. Menggunakan oksitosin 5-
10 IU dalam cairan dekstrosa 5 % sebagai terapi intervena serta
keperluan hidrasi.(19,15)

b. Penanganan Preeklamsia13
1. Tatalaksana Umum pada Preeklamsia
Ibu hamil dengan preeklamsia harus segera dirujuk ke Rumah Sakit.
Pencegahan dan tatalaksana kejang:
(a) Bila terjadi kejang perhatikan jalan nafas, pernafasan (oksigen),
dan sirkulasi (cairan intravena)

1
(b) MgSO4 diberikan intravena kepada ibu eklamsia (sebagai
tatalaksana kejang) dan preeklamsia berat (sebagai pencegahan
kejang).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa MgSO4 lebih unggul dari fenitoin dan diazepam atau
koktail litik lainnya untuk pencegahan kejang. Uji coba
menemukan bahwa MgSO4 lebih unggul dari phenytoin dan
diazepam dalam pencegahan kejang berulang dan kematian ibu
dan perinatal. Pemberian MgSO4 biasanya adalah intravena.
Pemberian secara intravena adalah metode yang banyak
digunakan, karena pemberian secara intramuskular sangat
menyakitkan dan terkadang dapat menyebabkan pembentukan
abses gluteal. Pemberian lidokain di area suntukan bisa
mengurangi ketidaknyamanan. Pemberian secara intramuscular
dilakukan jika tidak memungkinnya dilakukan secara intavena,
seperti kurangnya akses iv, tidak tersedianya pompa infus, atau
selama transportasi pasien.
Syarat pemberian MgSO4 yaitu tersedia Ca Glukonas 10%,
ada refleks patella, dan jumlah urine minimal 0,5 ml/ kg BB/
jam.
Cara pemberian MgSO4 yaitu berikan dosis awal 4 g
MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau kejang
berulang. Ambil 4 g larutan MgSO4 (10N ml larutan MgSO4
40 % dan larutkan dengan 10 ml akuabides, berikan larutan
tersebut secara perlahan IV selama 20 menit. Jika akses
intravena sulit, berikan masing-masing 5 g MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40
% IM dibokong kiri dan kanan.
Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4
dalam 6 jam sesuai prosedur. Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan
MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat
/ Ringer Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28

2
tetes/ menit selama 6 jam, dan diulangi hingga 24 jam setelah
persalinan atau persalinan atau kejang berakhir (bila
eklampsia). Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi
tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, refleks
patella, dan jumlah urine. Bila frekuensi pernafasan < 16x/
menit, dan atau tidak didapatkan refleks tendon patella, dan
atau terdapat oliguria (produksi urine <0,5 ml/ kg BB/ jam),
segera hentikan pemberian MgSO4. Jika terjadi depresi nafas,
berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam
10 menit.
Selama ibu dengan preeklamsia dan eklamsia di rujuk,
pantau dan nilai adanya perburukan preeklamsia. Apabila
terjadi eklamsia, lakukan penilaian awal dan tatalaksana
kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSO4 2 g IV perlahan
(15- 20 menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan.
Masih terdapat kejang, dapat dipertimbangkan pemberian
diazepam 10 mg IV selama 2 menit.Pada kondisi dimana
MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal
(loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang
memadai. Lakukan intubisi jika terjadi kejang berulang dan
segera kirim ke ruang ICU (bila tersedia) yang sudah siap
dengan fasilitas ventilator tekanan positif.13
(a) Antihipertensi
Ibu dengan hipertensi berat selama kehamilan perlu
mendapat terapi antihipertensi. Pilihan antihipertensi
didasarkan terutama pada pengalaman dokter dam ketersediaan
obat. Beberapa jenis antihipertensi yang dapat digunakan
misalnya:20

2
Tabel 2.3 Jenis Obat Antihipertensi20
Nama Obat Dosis Keterangan
Nifedipin 4 x 10-30 mg per oral Dapat menyebabkan
(short acting) 1x 20-30 mg hipoperfusi pada ibu dan
per oral (long acting/adalah janin bila diberikan
OROS®) sublingual

Nikardipin 5 mg/ jam, dapat dititrasi Blokir saluran kalsium yang


2,5mg/jam tiap 5 menit kuat dengan tindakan
hingga maksimum 10 vasodilator.
mg/jam.
Metildopa 2 x 250-500 mg per Metildopa bekerja
oral(dosis maksimum 2000 dengancara merelaksasi
mg/hari) pembuluh darah.
sumber : Mayovclinic.201820

Antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya


kaptropil), ARB (misalnya valsartan), dan klorotiazid
dikontraindikasikan pada ibu hamil. Ibu yang mendapat terapi
hipertensi di masa antenatal dianjurkan untuk melanjutkan
terapi antihipertensi hingga persalinan. Terapi antihipertensi
dianjurkan untuk hipertensi pascasalin berat.
8. Standar Operating Procedure Penanganan Preeklampsia di RSUD
Cimacan
Perawatan dan pengobatan preeklampsia berat. Pengelolaan dan
pengobatan preeklamsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang,
pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap
penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.21
a. Monitoring selama di rumah sakit
Pemeriksaan sangat teliti diikuti denganobservasi harian tentang tanda-
tanda klinik berupa : nyeri kepala, gangguan visus , nyeri epigastrium
dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu, perlu dilakukan
penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan
darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NST.

2
b. Manajemen umum perawatan preeklamsia berat
Perawatan preeklamsia berat sama halnya dengan perawatan
preeklamsia ringan, dibagi menjadi dua unsur :
1) Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obatan atau terapi
medisinalis.
2) Sikap terhdap kehamilannya ialah ; aktif manajemen agresif,
kehamilan diakhiri (triminasi) setiap saat bila keadaan
hemodinamika sudah stabil.
c. Sikap terhadap penyakit : pengobatan medikamentosa
1) Penderita preekalmsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk
rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
Perawatan yang penting pada preeklamsia mempunyai resiko tinggi
untuk terjadinya edema derita preeklamsia dan eklamsia mempunyai
resiko tinggi untuk terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas,
tetapi faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan
oliguria ialah hipovolmia, vasospasme, kerusakan sel endotel,
penurunan gradient tekanan onkotik koloid/ pulmonary capillary
wedge pressure.
Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral maupun
infus) dan output cairan (melalui urin) menjadi sangat penting.
Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah
cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi
tanda- tanda edema paru, segera dilakukan tindakan koreksi. Ciran
yang diberikan dapat berupa (a) 5% ringer-dekstose 5% yaitu tiap 1
liternya diselingi dengan infus Ringer laktat (60-125 cc/jam) 500cc.
Dipasang foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin.
Oliguria terjadi bila produksi urin <30 cc/jam dalam 2-3 jam atau
<500 cc/24 jam. Diberikan antasidauntuk menetralisir asam lambung
sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindariresiko aspirasi
asam lambung yang sangat asam. Diet yang cukup protein ], rendah
karbohidrat, lemak dan garam.21

2
2) Pemerian obat antikejang
Obat antikejang adalah :
(a)
MgSO4
(b)
Contoh obat-obatan lain yang dipakai untuk antikejang :
i. Diazepam
ii. Fenitoin
Difenihidantoin obat anti kejang untuk epilepsy telah
banyak dicoba pada penderita eklampsia.
Beberapa peneliti telah memakai bermacam-macam
regimen. Fenoitoin sodium mempunyai khasiat stabilisasi
membrane neuron, cepat masuk jaringan otak dan efek
antikejang terjadi 3 menit setelah injeksi intravena.
Fenitoin sodiumdiberikan dalam dosis 15 mg/kg berat
badan dengan pemberian intravena 50 mg/menit. Hasilnya
tidak lebih baik dari magnesium sulfat. Pengalaman
pemakian fenitoin di beberapa senter di dunia masih
sedikit.
Pemberian magnesium sulfat sebagai antikejang lebih
efektif disbanding fenitoin berdasarkan Cochrane riview
terhadap enam uji klinik, yang melibatkan 897 penderita
eklampsia. Obat antikejang yang banyak dipakai di
Indonesia adalah magnesiumsulfat (MgSO4H2O).
Magnesium sulfat menghambat menurunkan kadar
asetilkolin pada rangsangan saraf dengan menghambat
transmisi neuromuskukar. Transmisi neoromuskular
membutuhkan kalsium sehingga aliran rangsangan
magnesium sulfat, jadi kompetitif inhibition antara ion
kalsium dan ion magnesium, kadar kalsium yang tinggi
dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat.
Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan

2
pertama untuk antikejang pada preeklampsia atau
eklampsia. Banyak cara pemberian magnesium sulfat.21
3) Cara pemberian :
Magnesium sulfat regimen
a) Loading dose : intial dose
4 gram MgSO4 intravena, (40% dalam 10 cc) selama 15 menit
b) Maintenance
Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer /6 jam atau
diberikan 4 atau 5 gram im selanjutnya maintenance dose
diberikan 4 gram im setiap 4-6 jam.
c) syarat-syarat pemberian MgSO4
Harus sedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukosanas 10 % = 1 g (10% dalam 10 cc) diberikan iv
3 menit. Reflek patella (+) kuat dan frekuensi pernapasan ≥ 16
kali/menit, tidak ada tanda-tanda distress napas.
d) magnesium sukfat dihentikan bila terdapat tanda-tanda
intoksikasi atau setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam
setelah kejang terakhir
4) Dosis terapeutik dan toksis MgSO4
a) Dosis terapeutik
4-7 milliequivalen/liter 4,8 – 8,4 mg/dl
b) Reflex tendon
10 milliequivalen /liter 12 ng/dl
c) Terhentinya penapasan
15 milliequivalen / liter 18 mg/dl
d) Terhentinya jantung
≥30 milliequivalen /liter ≥36 mg/dl
Pemberian magnesium sulfat dapat menurunkan resiko
kematian ibu dan didapatkan 50 % dari pemberian menimbulkan
efek flusbes (rasa panas).

2
Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4 maka
diberikan salah satu obat berikut : tiopental sodium, sodium
amobarbital, diazepam, atau fenitoin.
5) Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema
paru- paru, payah jantung kongesif atau anasarka. Diuretikum yang
dipakai ialah furosemide.
Pemberian diuretikum dapat merugikan , yaitu memperbesar
hipovolemia, memperburuk perfusi utero-plasenta, meningkatkan
hemokonsentrasi, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan penurunan
berat janin.
6) Pemberian antihipertensi
Masih banyak pendapat dari beberapa Negara tentang penetuan batas
(cat off) tekanan darah, untuk memberikan antihipertensi. Misalnya
Belfort mengusulkan cut off yang dipakai adalah ≥160/110 mmHg
dan MAP ≥ 126 mmHG.21
7) penanganan persalinan
pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi 24 jam, sedang
pada eklampsia dalam 12 jam sejak gejala eklampsia timbul. Jika
terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12
jam (pada eklampsia), lakukan seksio sesarea. Jika seksio sesarea
akan dilakukan perhatikan bahwa :
a) tidak terdapat koagulopati
b) anastesia yang aman/ terpilih adalah anesthesia umum. Jangan
lakukan anestesi local, sedang anastesi local spina berhubungan
dengan resiko hipotensi.
Jika anastesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm
terlalu kecil, lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang,
lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 dektrose 10
tetes/menit atau dengan prostaglandin.21

2
9. Peran Bidan
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.8 Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat,
hiperemesis gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus
imminen, molla hidatidosa dan komlikasinya dan kehamilan ganda,
kelalaian letak serta preeklampsia. Pelaksanaan Kewenangan Bidan
dalam Pelayanan Kebidanan pada BPM Menurut Kepmenkes Nomor
900/ Menkes/ SK/ VII/ 2002, Permenkes Nomor HK. 02.02/ Menkes/
149/ 2010, Dalam penanganan bidan di BPM bidan dapat memberikan
penanganan awal yaitu pemberian MgSO4 4 g dengan tetesan 24
tetes/menit dan pemberian nifedipin 10 mg. Serta penanganan bidan
dirumah sakit adalah melakukan kolaborasi dengan Dr. SpOG dan
melalukan observasi setiap jam.22

2
BAB III
METODOLOGI
A. Metodologi

Metodologi yang penulis gunakan dalam melakukan penyusunan laporan


tugas akhir ini adalah metode studi kasus (case study). Studi kasus diartikan
sebagai lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu. Untuk
mengkaji kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang
berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi.
Kejadian-kejadian kasus yang muncul sehubungan dengan kasus tersebut,
maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan
tertentu.
Dalam hal ini studi kasus yang penulis lakukan adalah dengan teknik
pendekatan manajemen kebidanan varney, yaitu proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien. Menurut Hellen Varney ada 7 langkah dalam manajemen
kebidanan yang harus dilakukan dimulai dari pengumpulan data dasar,
interpretasi data dasar, identifikasi diagnosa atau masalah potensial,
mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera, merencanakan asuhan yang menyeluruh, melakukan perencanaan dan
evaluasi.
Adapun metode pendokumentasian yang digunakan adalah dengan SOAP.
SOAP merupakan singkatan dari subjektif (S), objektif (O), assessment(A),
planning (P) :
1. S (Data Subjektif)
Lakukan pengkajian data dengan riwayat penyakit sebelumnya, tanyakan
tanda gejala yang mendukung dan adanya keluhan yang mengganggu
berhubungan dengan Preeklampsia Berat.

2
2. O (Data Objektif)
Lakukan pemeriksaan dalam, observasi adanya peningkatan tekanan darah
160/100 mmHg, serta protein urine > 1 dan serta adanya oedema pada
ekstremitas.
3. A (Assesment)
Dari data yang didapatkan dari subjektif dan objektif dapat disimpulkan
dengan analisa Preeklamsia Berat.
4. P (Planning)
Perencanaan berupa observasi lebih lanjut, preklamsia berat bisa dilakukan
persalinan spontan. Setelah persalinan dapat diobservasi setelah masa nifas
karena Preeklamsia berat dapat terjadi.12

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
yang ditujukan kepada klien, keluarga dan tenaga kesehatan yang terlibat
dalam asuhan ini secara lisan dari klien atau sasaran penelitian, atau
bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang tersebut. Metode ini
dilakukan penulis saat melakukan pengkajian awal untuk mendapatkan
data subjektif yaitu identitas pasien, keluhan utama pasien, riwayat
kehamilan sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, Pasien
dengan preeclampsia berat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi tekanan darah 150/100 mmHg dan
dilakukan observasi setiap 1 jam sekali dan pemeriksaan laboratorium
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
data objektif klien yang sebenarnya, yang dilakukan secara sistematis,
menyeluruh dan teliti sesuai daftar tilik sehingga didapatkan hasil yang
akurat. Pemeriksaan fisik diawali dengan pemeriksaan umum dan
pemeriksaan secara

2
menyeluruh sesuai dengan standar kebidanan, kemudian lakukan
pemeriksaan fisik secara lebih spesifik. Pasien dengan preeklampsia berat
bias dilakukan dengan memeriksaan urine untuk mengetahui adanya
protein positif 2.
3. Observasi
Observasi adalah prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi
melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti. Pada pasien dengan
preklamsia observasi pemeriksaan tanda-tanda vital, tensi, nadi, repirasi
serta suhu. Dan pemantuan keadaan ibu dan janin.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu cara pengumpulan data secara tertulis dengan
mencari informasi dan mempelajari catatan medis pasien dengan mencatat
data yang ada dan sudah didokumentasikan dalam catatan medis pasien.
Studi dokumentasi dilakukan penulis dengan cara mencari informasi data
yang ada dan mencatat data yang berhubungan dengan kesehatan dan
perkembangan ibu dan janin melalui buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
atau buku pemeriksaan kehamilan.
5. Studi Literatur
Studi literatur adalah pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai
informasi baik berupa teori, generalisasi, maupun konsep yang telah
dikemukakan oleh berbagai ahli. Penulis mempelajari dan mengkaji
asuhan dilandasi berbagai buku, jurnal, profil kesehatan Indonesia.

3
BAB IV
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL

No. Medrek : 00.23.74.86


Hari/ Tanggal Masuk : 15 februari 2018
Waktu Pengkajian : 06:30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang PONEK RSUD Cimacan
Nama Pengkaji : Fuji Asmaul K.

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas klien
Istri Suami
Nama Ny. M Tn. A
Usia 30 Tahun 34 Tahun
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan IRT Wiraswasta
Alamat Desa cibodas kecamatan pacet
2. Alasan Datang
Ibu mengeluh pusing sejak 3 hari yang lalu serta merasakan mulas dan
keluar air-air dari jalan lahir pukul 04.00 WIB, tetapi belum keluar lendir
bercampur darah. Pukul 06.30 WIB ibu dirujuk ke RSUD Cimacan diantar
oleh bidan, Dari hasil pemeriksaan di bidan praktik mandiri pukul 23.00
WIB, tekanan darah ibu tinggi yaitu 180/110 mmHg.
3. Riwayat sebelum ibu datang ke rumah sakit
Dari hasil pengkajian di bidan praktik mandiri tanggal 14 februari 2018
pukul 23.00 WIB, didapatkan data yaitu tekanan darah 180/110 mmHg,
DJJ 149x/mnt, serta hasil protein urin positif (+2). Ibu mendapatkan terapi
obat

3
antihipertensi yaitu nifedipin 1x10 mg. Sebelum dilakukan rujukan dan
tidak dipasang infus.
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ini merupakan kehamilan ketiga dan belum pernah keguguran, Hari
pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 7-05-2017, Taksiran persalinan
(TP) 14-02-2018. Gerakan janin dirasakan pertama kali pada usia
kehamilan 4 bulan, gerakan janin aktif. Selama hamil ibu sudah
memeriksakan kehamilannya sebanyak 6 kali ke bidan dan setiap
dilakukan pemeriksaan hasil tekanan darah ibu tinggi. Ibu mengkonsumsi
tablet penambah darah yang diberikan oleh bidan. Ibu sudah mendapatkan
terapi dari dokter namun ibu jarang mengkonsumsi obat yang diberikan
sehingga tekanan darah ibu tidak teratasi.
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu

Kehamilan Persalinan Nifas KET


No anak Penolo
UK Penyulit Jenis Sex BB Umur Penyulit
Ke ng
9 - Hidup
1 1 bln Spontan Paraji P 3000 16 thn -
9
2 2 bln - Spontan Paraji L 2600 13 thn - Hidup

Hamil
3
ini

6. Riwayat Kesehatan Ibu


Ibu memiliki penyakit darah tinggi sejak 1 bulan yang lalu dan sudah
berobat ke dokter serta mendapatkan terapi anti hipertensi.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri saat
buang air kecil, sesak nafas, gatal-gatal disertai nyeri pada daerah genital.
8. Riwayat Biologi dan Ekonomi
a. Biologi
Pukul 06.00 WIB ibu makan terakhir dengan menu setengah porsi nasi
dan sayur serta minum terakhir 1 gelas air putih. Buang air besar
terakhir

3
1 hari yang lalu serta buang air kecil terakhir pukul 05.00 WIB. Tadi
malam ibu tidak bisa beristirahat dengan tenang, sering terbangun
karena merasa cemas.
b. Ekonomi
Ibu berencana melahirkan ditolong oleh bidan. Ibu dan keluarga sudah
mempersiapkan biaya persalinan, namum ibu belum memiliki BPJS.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis

2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 150/100 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Respirasi : 22x/menit
d. Suhu : 36,5°C
3. Antropometri (Sumber Data : Buku KIA)
a. BB sebelum hamil : 55 kg
b. BB sekarang : 62 kg
c. Tinggi badan : 155 cm
d. Kenaikan BB selama hamil : 7 kg
e. IMT : 22 cm
f. LILA : 28 cm
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : tidak edema
b. Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih
c. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, TFU 31 cm
(2 jari di bawah px), TBJ: (31-11) x 155 =
3100 gram, di fundus teraba bokong,
sebelah kanan teraba punggung dan

3
sebelah kiri teraba ekstremitas, bagian
terendah janin teraba kepala, sudah masuk
PAP, konvergent, penurunan kepala 4/5, ,
kandung kemih kosong, DJJ 144 x/menit,
regular. His 2 x 10’ x 10’’
d. Genetalia : Tidak ada pengeluaran lendir bercampur
darah, tidak ada pembesaran kelenjar
scene dan bartolin, vulva vagina tidak ada
kelainan. Pemeriksaan dalam ketuban
negatif, porsio tipis lunak, pembukaan 3
cm, presentasi kepala ubun-ubun kecil
kanan, kepala Hodge II, tidak ada
moulage.
e. Anus : tidak ada hemorrhoid
f. Ekstremitas : Terdapat oedema pada kedua kaki , kuku
berwarna kemerahan dan refleks patella (+)
g. Pemeriksaan Penunjang
Protein urine : positif (2)
Hemoglobin : 12,1 g/dL
NST (Nonstress test) : Aktif 144-151 x/menit regular.

C. ANALISA
Ny. M usia 30 tahun G3P2A0 hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan
preeklampsi berat, janin tunggal hidup presentasi kepala.
D. PENATALAKSAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
2. Memasang dower kateter pukul 06.30 WIB. Produksi dalam urinebag
sebanyak 40cc
3. Memasang oksigen 3 liter pukul 06.35 WIB
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat karena semalam ibu tidak tidur dengan
cukup.

3
5. Meminta keluarga untuk selalu mendampingi dan memberikan dukungan
kepada ibu.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dengan advice :
a. Lakukan USG
b. Berikan terapi dopamet 3x 500 mg peroral pukul 06.55 WIB
c. Berikan terapi nifedipin 3x10 mg peroral pada pukul 07.02 WIB
d. Berikan terapi MgSO4 jika syarat pemberian 4 g MgSO4 (10 ml dan
larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan 10 ml akuabides selama
15 menit (loadingdose)
e. Setelah habis diganti dengan 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40
%) dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ Ringer Asetat,
lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam,
dan diulang sehingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir
(bila eklampsia)
7. Melakukan observasi TTV setiap jam.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal : 15 februari 2018
Waktu : 09.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa pusing
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 180/110 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Respirasi : 22x/ menit
d. Suhu : 36,5°C

3
3. Pemeriksaan fisik
Abdomen :Penurunan kepala 3/5, DJJ 139x.menit
regular, his 4 x10’ x 35’’. Kandung kemih
kosong
Genetalia :Terdapat pengeluaran lendir bercampur
darah, portio tipis lunak, ketuban negatif,
pembukaan 7 cm , kepala Hodge III, ubun-
ubun kecil (UUK) kanan depan tidak ada
penumbung tali pusat. Terpasang dower
cateter produksi urin 150cc
Pemeriksaan penunjang
USG :Dilakukan oleh dr. SpOG dengan hasil usia
kehamilan 39-40 minggu janin hidup
tunggal presentasi kepala.
Laboratorium :
a. Hematologi Hasil Nilai normal
Hb : 12,1 Gr% 12-14 Gr%
Leukosit : 9.400/mm3 4000-11.000/mm3
Thrombosit : 137.000/mm3 150.000-400.000/mm3
Hematokrit : 36,3% 36-46%
Waktu pembekuan : 6 menit 3-7 menit
Golongan darah : B/Rh (+)

b. Serologi
HbsAg : Skrining negatif
HIV Anti Body : Non Reaktif

C. ANALISA
Ny. M 30 tahun G3P2A0 hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase aktif dengan
preeklamsia berat janin dalam keadaan baik.

3
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
2. Melakukan kolaborasi dengan Dr. SpOG advice :
a. memberikan terapi dopamet 500 mg dan nifedipin 10 mg peroral
sesuai advice dokter ( tablet pertama) pukul 09.00 WIB
b. Ganti cairan infus MgSO4 dengan cairan Dektros 5% dengan 5 IU
oksitosin dalam tetesan 24 tetes/menit ( Kolf I )
3. Pukul 09.00 WIB memberikan terapi dopamet 500 mg dan nifedipin 10 mg
peroral sesuai advice dokter (tablet pertama)
4. Pukul 09.10 WIB menganti cairan infus dengan cairan Dektros 5% dengan
5 IU oksitosin dalam tetsan 24 tetes/menit (kolf 1)

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : 15 februari 2018
Waktu : Pukul 12.30 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa mulas dan ingin mengedan.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 160/100 mmHg
b. Nadi : 89x/menit
c. Respirasi : 23x/menit
3. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen : Penurunan kepala 1/5 , DJJ 148x/menit
regular, His 4x10’x45’’. Kandung kemih
teraba kosong

3
b. Genetalia : Terpasang kateter produksi urine 500 cc.
portio tidak teraba, ketuban negatif,
pembukaan 10 cm, tidak ada penumbung
tali pusat, persentasi kepala, UUK kanan
depan , Hodge IV tidak ada molase.
c. Ektermitas : Tangan kiri terpasang infus Dektros Kolf I
+ oksitosin 5 IU sisa 150 cc 20 tpm
C. ANALISA
Inpartu kala II dengan preeklamsia berat, keadaan janin baik

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan. ibu mengerti
2. Melepas Dower kateter pukul 12.40 WIB. Agar permudah memimpin
persalinan.
3. Memberitahu ibu bahwa akan dipimpin persalinan
4. Membantu ibu memilih posisi persalinan yang nyaman
5. Memimpin ibu meneran saat ada his
6. Memberi minum saat ibu saat tidak ada his
7. Memimpin persalinan pukul 12.45 WIB dengan teknik persalinan normal. Ibu
mengedan dengan baik secara miring kiri. pukul 13.30 WIB lahir bayi laki-
laki menangis spontan, tonus otot aktif.
8. Mengeringkan bayi
9. Memeriksa janin kedua . tidak terdapat janin kedua

3
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : 15 februari 2018
Waktu : Pukul 13.31 WIB
Tempat : Ruang Bersalin

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa senang karena bayinya telah lahir. Ibu masih merasa mulas.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 160/90 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Respirasi : 22x/ menit
d. Suhu : 36,5°C
3. Pemeriksaan fisik
Abdomen : TFU sepusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong.
Genitalia : Terdapat semburan darah, tali pusat bertambah
panjang dan menjulur di depan vulva .
Ektermitas : Tangan kiri terpasang infus Dektros 5 % + oksitosin
5 IU 24 tetes/menit.

C. ANALISA
Inpartu kala III dengan preeklamsia berat

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu bahwa akan disuntikkan oxytosin secara IM di 1/3
paha luar atas
2. Menyuntikkan oxytosin 10 IU secara IM

3
3. Menjepit dan memotong tali pusat
4. Melakukan PTT. Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta
5. Melahirkan plasenta secara dorsokranial. Pukul 13.45 WIB lahir
plasenta secara spontan
6. Melakukan massage uterus selama 15 detik. Teraba keras, bulat,
globuler (fundus berkontraksi)
7. Memeriksa kelengkapan plasenta. Kesan lengkap
8. Memeriksa laserasi. Tidak terdapat laserasi
9. Memeriksa kontraksi, kontraksi baik dan pengeluaran darah ±150 cc

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : 15 Februari 2018
Waktu : Pukul 13.48 WIB
Tempat : Ruang Bersalin

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa senang karena ari-ari sudah lahir. Ibu masih merasa mules.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 160/100 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respirasi : 22x/ menit
d. Suhu : 36,1°C

3. Pemeriksaan fisik
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, teraba keras, globuler.
Kandung kemih kosong

4
Genitalia : Tidak terdapat robekan jalan lahir, terdapat
pengeluaran darah sekitar 50 cc
Ektermitas : Tangan kiri terpasang infus Dektros 5 % +
oksitosin 5 IU 24 tetes/menit.(kolf 1)

C. ANALISA
Inpartu kala IV dengan preeklamsia berat

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu bahwa tidak terdapat robekan jalan lahir
2. Memberitahu ibu bahwa mules yang dirasakan adalah normal
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi ringan seperti miring kanan dan
kiri
4. Memberitahu ibu cara massage uterus agar kontraksi baik.
5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisinya
6. Merpihkan, mendekontaminasi, dan membersihkan alat dan bahan
7. Melakukan pemantauan kala IV selama 2 jam.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : 15 Februari 2018
Waktu : Pukul 15.30 WIB
Tempat : Ruang Bersalin

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu sudah makan dan minum akan tetapi masih merasakan mulas

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis

4
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 150/90 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respirasi : 22x/ menit
d. Suhu : 36,1°C
3. Pemeriksaan fisik
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, teraba keras, globuler.
kandung kemih kosong
Genitalia : Tidak terdapat robekan jalan lahir, terdapat
pengeluaran darah sekitar 50 cc
Ektermitas : Tangan kiri terpasang infus RL + MgSO4 40% kolf
II

C. ANALISA
P3A0 Post partum 2 jam dengan preeklampsi berat

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
2. Memberikan dukungan emosional.
3. Melakukan pemantauan TTV, perdarahan, dan kandung kemih
4. Melepas oksigen pada pukul 15.32 WIB
5. Memberitahu ibu bahwa mules yang dirasakan adalah normal
6. Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas
7. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisinya
8. Memberikan ibu obat yaitu 1 tablet amoxicillin, 1 tablet Fe, 1 tablet
asam mefenamat dan menganjurkan ibu meminum obat setelah
makan

4
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 15 Februari 2018
Waktu : 19.30 WIB
Tempat : Ruang Alamanda (Nifas)

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh pusing, sudah makan 1 porsi nasi, telur, sayur bayam dan
minum 3 gelas air. Sudah ambulasi dini dan mengganti pembalut. Sudah
menyusui bayina 3 kali selama 15 menit.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 140/90 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respirasi : 22x/ menit
d. Suhu : 36,1°C
3. Pemeriksaan fisik
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung
kemih kosong.
Genitalia : Tidak terdapat robekan jalan lahir, terdapat
pengeluaran darah sekitar 50 cc
Ektermitas : Tangan kiri terpasang infus RL + MgSO4 40 %
15 cc Kolf II (sudah habis)

C. ANALISA
Ny. M usia 30 tahun P3A0 post partum 6 jam dengan preeklamsia berat.

4
D. PENATALAKSAAN
1. Memberitahu kepada keluarga bahwa ibu akan diberikan obat.
2. Memasang kateter kembali pada pukul 15.31 WIB. Untuk mengetahui
input output produksi urine.
3. Protap MgSO4 sampai 24 jam telah selesai dan menganti cairan infus
RL 500 ml kolf I 20 tpm/menit.
4. Melalukan kolaborasi dengan Dr. SpOG :
a. Berikan terapi dopamet 1x500 mg pukul 23.00 WIB
b. Berikan terapi Asam mefenamat 1x500 mg pukul 23.45 WIB
c. Berikan terapi cefadroxil 1x500 mg pukul 03.45 WIB
d. Berikan terapi nenomi 1 x 500 mg pukul 03.45 WIB

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ Tanggal Pengakajian : 16 Februari 2018
Waktu pengkajian : 07.00 WIB
Tempat : Ruang Alamanda (Nifas)

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu sudah tidak pusing dan ibu sudah menyusui bayinya. Ibu semalam bisa
tidur saat bayi tidur.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaraan : Compos mentis
3. Tekanan Darah : 140/90 mmHg
4. Nadi : 76x/menit
5. Respirasi : 16 x/menit
6. Suhu : 36,4 ◦C
7. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung
kemih kosong.
8. Genetalia : Pengeluaran darah ±50 cc

4
9. Ektermitas : Terpasang infus tangan kiri RL sisa 300 ml 20 tpm

C. ANALISA
P3A0 postpartum 1 hari dengan riwayat preeklampsia berat

D. PENATALAKSAAN
1. Memberitahu kepada keluarga bahwa ibu akan diberikan obat.
2. Melalukan kolaborasi dengan Dr. SpOG :
a. Berikan asam mefenamat 2x1 500 gram diminum pagi dan sore hari
b. Berikan dopamet 3x1 500 gram di minum 3 kali sehari
c. Berikan tablet Fe 2 x 60 gram diminum pagi dan malam hari
d. Cek ulang protein urine jika negatif ibu diperbolehkan pulang
3. Konseling kebutuhan nutrisi ibu postpartum.
4. Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas terutama pada riwayat
preeklampsia. Ibu mengerti.
5. Melakukan cek urin kembali, hasil protein urin Negatif(-)
6. Dr. SpOG dan anak mengizinkan ibu pulang dan menganjurkan ibu untuk
kontrol 1 minggu kembali ke poli kebidanan.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Poli Kebidanan RSUD CIMACAN
Tanggal : Senin, 19 Februari 2018
Waktu : Pukul 08.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan, makan 3x sehari dan minum 8-10 gelas
perhari. Menyusui secara on demand 15-30 menit. Tidur malam 8 jam dan
tidur siang 1 jam. Tidak ada pantangan selama masa nifas.

4
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 81x/menit
c. Respirasi : 22x/ menit
d. Suhu : 36,5°C
3. Pemeriksaan fisik
Payudara : Tidak ada benjolan ataupun pembengkakan.
Tampak pengeluaran ASI
Abdomen : TFU pertengahan pusat-simpisis, kontraksi baik
kandung kemih kosong
Genetalia : Tampak pengeluaran lokhea sanguelenta ±10cc.

C. ANALISA
P3A0 postpartum 5 hari dengan riwayat preeklamsia berat kedaan ibu baik

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan
ibu baik.
2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi secara on demand (2 jam sekali).
3. Mengajarkan posisi menyusui yang benar kepada ibu.
4. Konseling kebutuhan istirahat
5. Menganjurkan ibu untuk memandikan bayi pada pagi dan sore hari dan
dijemur.
6. Mengajarkan cara perawatan tali pusat yang benar yaitu dengan prinsip
bersih kering.
7. Mendiskusikan kembali kepada ibu untuk kunjungan rumah pada tanggal 1
maret 2018 ibu menyetujuinya.

4
CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Rumah Ny. M
Tanggal : Senin, 1 Maret 2018
Waktu : Pukul 08.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan, makan 3x sehari dan minum 8-10 gelas
perhari. Menyusui secara on demand 15-30 menit. Tidur malam 8 jam dan tidur
siang 1 jam. Tidak ada pantangan selama masa nifas, ibu sudah bisa mandiri
mengasuh bayinya dan mengurus pekerjaan rumah tangga.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 89x/menit
c. Respirasi : 20x/ menit
d. Suhu : 36,4°C

3. Pemeriksaan fisik
Payudara : Tidak ada benjolan ataupun pembengkakan.
Tampak pengeluaran ASI
Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.
Genitalia : Terdapat pengeluaran lokea alba
Ekstremitas : Tidak terdapat odema, tidak ada tanda human.

C. ANALISA
P3A0 postpartum 14 hari dengan riwayat preeklamsia berat kondisi ibu baik.

4
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan
ibu baik.
2. Konseling tentang keluarga berencana.
3. Mengingatkan ibu tanda bahaya masa nifas.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on demand.
Mengingatkan ibu tentang imunisasi bayinya dan bayi akan disuntik BCG
saat usia 1 bulan, ibu mengerti dan akan membawa bayinya ke puskesmas.

4
BAB V
PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas beberapa hal yang berkaitan
dengan penatalaksaan asuhan kebidanan persalinan pada Ny. M usia 30 tahun
dengan preeklamsia berat. Di RSUD Cimacan, dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan penulis menggunakan menegement kebidanan dengan
pendokumentasian SOAP sehingga penulis mampu memahami dan
menerapkan menejemen kebidanan secara optimal.
A. Subjektif
Pada pengkajian data subjektif tanggal 15 februari 2018 diperoleh informasi
yang memadai melalui anamnesa Ny. M usia 30 tahun datang bersama suami
ditemani oleh bidan, ibu mengatakan rujukan dari bidan karena tensi ibu
tinggi. Pada Ny.M didapatkan hasil ibu hamil anak ke tiga, tidak pernah
keguguran. Hari Pertama Hari Terakhir (HPHT) pada tanggal 07 mei 2017.
Hari taksiran persalinan (HTP) pada tanggal 14 februari 2018. Sehingga dapat
digunakan rumus Neagel usia kehamilan ibu saat itu 40 minggu dan dapat
disimpulkan bahwa kehamilan ibu cukup bulan.7
Berdasarkan anamnesa yang didapatkan pada Ny. M mengeluh pusing
sejak 3 hari yang lalu. Dari hasil pemeriksaan di BPM bidan mengatakan
tekanan darah ibu tinggi yaitu 180/110 mmHg serta pemeriksaan urine dari
bidan BPM mengatakan hasil nya positif 2. Menurut teori wiknjosastro bahwa
salah satu tanda dan gejala dari preeklamsia yaitu Tekanan darah sistolik ≥
140 mmHg dan diastolic.≥ 90 mmHg pada dua kali pemeriksaan yang berjarak
sekitar 4 jam.Protein berlebih dalam urin (proteinuria) atau tanda-tanda
tambahan masalah ginjal.14
Ibu mengeluh pusing sejak 3 hari yang lalu serta merasakan mulas dan
keluar cairan dari jalan lahir pada hari kamis, 15 februari 2018 pukul 04.00
WIB, tetapi belum keluar lendir bercampur darah. Menurut teori Manuaba

4
mengemukakan mulas dan keluar lendir bercampur darah merupakan tanda-
tanda persalinan.15
Ny. M mengatakan memiliki riwayat hipertensi 1 tahun yang lalu. Dari
hasil riwayat pemeriksaan dalam buku KIA diketahui bahwa tekanan darah
ibu normal pada trimester 1 dan ke trimester 2, sedangkan menurut
pemeriksaan pada trimester 3 didapatkan hasil tekanan darah ibu 170/100
mmHg. Dengan demikian menurut teori varney ibu yang memiliki riwayat
tekanan darah tinggi beresiko 7 kali lebih besar mengalami preeclampsia pada
kehamilan saat ini dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami
preeklampsia.12
Pada usia kehamilan 35 minggu ibu mengalami tekanan darah tinggi dan
menurut bidan ibu harus segera ke penanganan lebih lanjut di Rumah Sakit,
namun ibu menolak karena ibu merasa ketakutan akan di caesarea dan ibu
akan menunggu sampai ada tanda-tanda persalinan. Di dalam teori Edwin
pada preeklampsia berat, persalinan/terminasi harus terjadi dalam 24 jam.
Sedangkan pada eklampsia, persalinan/terminasi harus terjadi dalam 6 jam
sejak kejang timbul. Jika umur kehamilan sudah aterm atau >37 minggu dan
pasien sedang dalam proses bersalin serta terdapat kemajuan yang memadai
ditinjau dari partograf dan tidak terdapat komplikasi pada janin atau ibu,
lanjutkan percobaan persalinan pervaginam dengan pemantauan janin dan ibu
secara ketat.18

B. Objektif
Pada Ny. M dilakukan pemeriksaan tekanan darah 2 kali untuk
mendaptkan tekanan darah tinggi atau tidak, didapatkan tekanan darah
150/100 mmHg. Sesuai dengan teori prawirohardjo bahwa Tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolic.≥ 90 mmHg pada dua kali pemeriksaan
yang berjarak sekitar 4 jam.15 Serta tanda vital berlanjut pada pemeriksaan
nadi 82x/menit, pemeriksaan suhu dengan hasil 36,5℃ dan respirasi
22x/menit dari pemeriksaan nadi, suhu, dan respirasi dalam batas normal.
Selain pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan abdomen yaitu didapat
tidak ada bekas luka operasi, TFU 31 cm (2 jari di bawah px), TBJ 3100 gram.
di fundus teraba bokong, sebelah kanan teraba punggung dan sebelah kiri
teraba
5
ekstremitas, bagian terendah janin teraba kepala, sudah masuk PAP,
konvergent, penurunan kepala 3/5, kandung kemih kosong, DJJ 144 x/menit,
regular. His 2 x 10’ x 10’’ pada kasus ini tidak ditemukan keabnormanalan
pada pemeriksaan abdomen.
Pada pemeriksaan genetalia tidak ada pengeluaran lendir bercampur darah,
tidak ada pembesaran kelenjar scene dan bartolin, vulva vagina tidak ada
kelainan. Pemeriksaan dalam porsio tipis lunak, terdapat sisa cairan ketuban
berwarna jernih, pembukaan 3 cm, presentasi kepala ubun-ubun kecil kanan
depan, kepala Hodge II, tidak ada moulage. Pada pemeriksan genetalia ibu
terdapat tanda-tanda ibu akan mendekati persalinan. Menurut teori
prawirohardjo Pada persalinan adanya his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih
lama. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar penggul yang melalui lengkung refleks
yang menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu
merasakan seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada
waktu his kepala janin mulai tampak, vulva membuka, dan perineum
meregang.15
Pada pemeriksaan ektermitas kedua kaki tampak odema menurut teori
yang dikemukakan oleh winjaksastro bahwa diagnosis preeklamsia
berdasarkan dari tiga gejala yaitu odema pada pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka hipertensi dan proteinuria. Pada kasus ini ibu mengalami
pembengkakan kaki dan ini salah satu yang menunjang terjadinya
preeklampsia pada ibu.14
Dari pemeriksaan penunjang protein urine ibu positif 2. Menurut teori
winjaksastro pemeriksaan yang menunjang preeklamsia protein urine positif
14
2.

C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat
ditegakkan analisa “ Ny.M 30 tahun G3P2A0 Usia kehamilan 40 minggu
inpartu kala 1 fase laten dengan Preeklampsia Berat janin tunggal, hidup,
presentasi kepala. Keadaan janin baik”.

5
D. Penatalaksaan
Di BPM bidan D Ny. M pada usia kehamilan 35 minggu Ny. M
mengatakan sudah dilakukan penangan awal yaitu pemberian nifedipin 10
mg/oral, namun saat dilakukan perujukan tidak diberikan infus. menurut teori
hal ini terdapat kesenjangan teori, bahwa kewenangan Bidan dalam pelayanan
kebidanan pada BPM Menurut Kepmenkes Nomor 900/ Menkes/ SK/ VII/
2002, Permenkes Nomor HK. 02.02/ Menkes/ 149/ 2010, Dalam penanganan
bidan di BPM bidan dapat memberikan penanganan awal sebelim merujuk
yaitu pemberian MgSO4 4 g dengan tetesan 24 tetes/menit dan pemberian
nifedipin 10 mg.22
Pada saat Ny. M tiba diponek dilakukan pemeriksaan lengkap yaitu
didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg kemudian dilakukan kolaborasi
dengan Dr. SpOG yaitu advice dokter untuk memberikan MgSO4 serta
dilakukan observasi ketat dan lakukan induksi persalinan.
Memasang dower kateter pada ibu. Pemasangan dower kateter ini sesuai
dengan anjuran dari rumah sakit. Menurut SOP tujuan pemasangan dower
kateter untuk mengetahui intake/ output urine dan salah satu syarat
diberikannya terapi MgS04 mengetahui pegeluaran urin.21
Melakukan pemeriksan laboratorium yaitu mengambil darah vena
venaperifer dan pemeriksaan protein urine. Menurut teori edwin bahwa
pemeriksaan urine bertujuan untuk melihat adanya protein di dalam urine dan
mengetahui ada beberapa perubahan yang terjadi dalam ginjal. Yaitu
menururnnya aliran darah ke ginjal akibat hypovolemia menyebabkan
terjadinya oligoia, dan anuria. Berat ringan nya oliguria menggambarkan berat
ringannya hipovelimia, sekaligus menggambarkan berat ringannya
preeklamsia.18
Memberikan terapi dopamet 3x500 mg/oral dan nifedipin 3x10
mg/peroral. Menurut teori canida bahwa bahwa ibu hipertensi berat dalam
kehamilan perlu terapi antihipertensi, pemberian obat antihipertesif untuk
membantu menurukan tekanan darah ibu. beberapa obat antihipertensi
misalnya, Nifedipin, Nikardioin, dan metildopam.20

5
Selanjutnya memberikan MgSO4 sesuai dengan anjuran dari dokter yaitu
Memberikan terapi MgSO4 jika syarat pemberian 4 g MgSO4 (10 ml larutan
MgSO4 40%) dan larutkan dengan 10 ml akuades selama 15 menit
(loadingdose) . Setelah habis diganti dengan 6 g MgSO4 ( 15 ml larutan
MgSO4 40% ) dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/Ringer
Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam,
dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila
eklampsia). Menurut teori Canadian Cara pemberian MgSO4 yaitu berikan
dosis awal 4 g MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau kejang
berulang. Ambil 4 g larutan MgSO4 (10N ml larutan MgSO4 40 % dan
larutkan dengan 10 ml akuabides, berikan larutan tersebut secara perlahan IV
selama 20 menit. Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 g
MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40
% IM dibokong kiri dan kanan.20
Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4 dalam 6 jam
sesuai prosedur. Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan
dalam 500 ml larutan Ringer Laktat / Ringer Asetat, lalu berikan secara IV
dengan kecepatan 28 tetes/ menit selama 6 jam, dan diulangi hingga 24 jam
setelah persalinan atau persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia).
Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernafasan, refleks patella, dan jumlah urine. Bila frekuensi
pernafasan < 16x/ menit, dan atau tidak didapatkan refleks tendon patella, dan
atau terdapat oliguria (produksi urine <0,5 ml/ kg BB/ jam), segera hentikan
pemberian MgSO4. Jika terjadi depresi nafas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10
ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit. Selama ibu dengan preeklamsia dan
eklamsia di rujuk, pantau dan nilai adanya perburukan preeklamsia. Apabila
terjadi eklamsia, lakukan penilaian awal dan tatalaksana kegawatdaruratan.
Berikan kembali MgSO4 2 g IV perlahan (15-20 menit). Bila setelah
pemberian MgSO4 ulangan.20

Sebelum dilakukan pemberian MgSO4 dilakukan pemeriksaan pernapasan


dengan hasil 16x/menit, kemudian reflek patella positif, dan protein urine
didapatkan hasil 300 cc atau lebih dari 0,5 ml/kg/jam. Ini sesuai dengan teori

5
Canadian bahwa syarat-syarat pemerian MgSO4 Syarat pemberian MgSO4
yaitu tersedia Ca Glukonas 10%, ada refleks patella, dan jumlah urine minimal
0,5 ml/ kg BB/ jam.20

Dilakukan pemeriksaan USG pada ibu preeklampsia untuk memastikan


keadaan janin dan usia kehamilan ibu saat ini. Menurut SOP rumah sakit hal
ini telah sesuai dengan prosedur bahwa untuk mengetahui keadaan janin
apakah ada atau tidak nya penyulit pada kehamilan ini dan serta memastikan
usia kehamilan saat ini.21

Pada kasus ini Ny. M disarankan untuk persalinan normal dengan


memantau keadaan klien serta pemantauan kesejahteraan janin, yaitu dengan
memberikan MgSO4 serta dilakukan induksi persalinan untuk mempercepat
persalinan dalam 24 jam. Menurut teori pada preeklampsia berat,
persalinan/terminasi harus terjadi dalam 24 jam. Sedangkan pada eklampsia,
persalinan/terminasi harus terjadi dalam 6 jam sejak kejang timbul. Jika umur
kehamilan sudah aterm atau >37 minggu dan pasien sedang dalam proses
bersalin serta terdapat kemajuan yang memadai ditinjau dari partograf dan
tidak terdapat komplikasi pada janin atau ibu, lanjutkan percobaan persalinan
pervaginam dengan pemantauan janin dan ibu secara ketat.18

Persalinan normal dengan cara induksi persalinan, bayi harus segera lahir
dalam waktu 24 jam setelah pemberian dektros 5 % serta oksitosin 5 IU dalam
tetesan 24 tetes/menit. Didalam teori prawirohardjo Induksi ke persalinan aktif
biasanya berhasil pada skor bisop 9 atau lebih dan kurang berhasil pada skor
dibawahnya , sedangkan menurut Cunningham akselerasi yaitu induksi
persalinan yaitu untuk merangsang uterus memulai terjadinya persalinan. Serta
ugmentasi adalah meningkatkan frekuensi lama, dan kekuatan kontraksi uterus
dalam persalinan. Menggunakan oksitosin 5-10 IU dalam cairan dekstrosa 5 %
sebagai terapi intervena serta keperluan hidrasi.(15,19)

Dilakukan pengawasan dan pemeriksaan ketat setiap 1 jam dan terpantau.


Bayi lahir pukul 13.30 WIB, menangis kuat tonus otot baik, serta dilakukan

5
IMD kepada ibu. Dalam hal ini sesudah sesuai dengan SOP yang ada dirumah
sakit Cimacan bahwa persalinan normal berlangsung dan berjalan dengan
selamat, namun jika induksi tidak berhasil maka langsung dilakukan secarea.21

Komplikasi persalinan menurut teori manuaba yang akan terjadi terhadap


ibu yaitu dapat terjadi eklampsia atau kejang serta perdarahan saat persalinan
sehingga jika tidak tertangani ibu dapat meninggal dunia. Sedangkan
komplikasi yang akan terjadi pada bayi yaitu Indikasi janin Kehamilan lewat
waktu, Solusio plasenta, Kematian intra uteri, Kelainan congenital , Ketuban
pecah dini.13

Saat dilakukan observasi setelah melahirkan tensi ibu mulai turun menjadi
140/90 mmHg, tanda-tanda vital lainnya dalam batas normal yaitu Nadi
82x/menit Respirasi 21x/menit pengeluaran darah dalam batas normal sekitar
150 cc serta tidak terdapat robekan pada jalan lahir. Menurut teori hal ini
dapat terjadi setelah ibu melahirkan atau 24 jam setelah melahirkan kondisi
ibu mulai pulih serta dilakukan mobilisasi dini agar kondisi ibu kembali
dengan baik. Saat diperblehkan pulang oleh dokter ibu dilakukan pemeriksaan
urine kembali dan diapatkan hasil protein negatif . menurut teori bahwa
protein urine dapat hilang pasca ibu melahirkan tetapi dapat timbul setelah
post partum. Setelah dilakukan pemeriksaan dan pemantauan selama 2 minggu
ibu dalam kondisi baik serta tekanan darah 120/80 mmHg , tanda-tanda vital
ibu dalam batas normal, serta di dalam lingkungan ibu tidak ada pantangan
makan serta ibu selalu mengkonsumsi obat terapi pulang yaitu antihipertensi,
penambah darah serta vitamin.20

5
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan kepada Ny. M dengan
Preeklampsia Berat dalam Persalinan sejak tanggal 15 Februari sampai
dengan 16 Februari 2018, maka dapat disimpulkan :
1. Data Subjektif yang di dapatkan klien berumur 30 tahun,
datang dari BPM mengeluh pusing dan sudah keluar rembesan
ketuban serta mules sudah mulai teratur, menurut data yang
diperoleh (HPHT) 7 Mei 2017, taksiran persalinan (TP) 14
Februari 2018. kepala pusing dan tekanan darah tinggi, sudah
ada tanda-tanda persalinan.
2. Data objektif yang di ketemukan pada pemeriksaan, Hasil
pemeriksaan pada saat usia kehamilan ibu 40 minggu pada Ny.
M yaitu tekanan darah 150/100 mmHg, pemeriksaan
ekstremitas terdapat oedema pada kedua kaki, dan pemeriksaan
laboratorium didapatkan protein urine positif 2. tidak ada bekas
luka operasi, TFU 31 cm (2 jari di bawah px), TBJ: (31-11) x
155 = 3100 gram, di fundus teraba bokong, sebelah kanan
teraba punggung dan sebelah kiri teraba ekstremitas, bagian
terendah janin teraba kepala, sudah masuk PAP, konvergent,
penurunan kepala 3/5, , kandung kemih kosong, DJJ 144
x/menit, regular. His 2 x 10’ x 10’’. Serta vulva vagina tidak
ada kelainan posio tipis lunak, tedapat cairan sisa ketuban
berwarna jernih, pembukaan 3 cm, Hodge II, serta tidak ada
molase.
3. Analisa Kebidanan yang ditegakkan Ny M 30 Tahun G 3P2A0
usia kehamilan 40 minggu inpartu kala I fase laten dengan
preeklampsia berat.
4. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu Pada kasus ini Ny. M
disarankan untuk persalinan normal dengan memantau keadaan
klien serta pemantauan kesejahteraan janin, yaitu dengan
memberikan MgSO4 serta dilakukan induksi persalinan untuk
mempercepat persalinan dalam 24 jam. Menurut teori pada
preeklampsia berat, persalinan/terminasi harus terjadi dalam 24
jam. Jika umur kehamilan sudah aterm atau >37 minggu dan
pasien sedang dalam proses bersalin serta terdapat kemajuan
yang memadai ditinjau dari partograf dan tidak terdapat
komplikasi pada janin atau ibu, lanjutkan percobaan persalinan
pervaginam dengan pemantauan janin dan ibu secara ketat serta
asuhan persalinanan dengan teknik APN. Oleh karena itu, pada
kasus ini komplikasi yang disebabkan preeklampsia tidak
terjadi sehingga ibu maupun bayinya dalam keadaan sehat.
5. Faktor Penunjang
Adanya respon yang baik antara klien,keluarga dan petugas dalam
melakukan asuhan kepada klien, yaitu mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak baik dari lahan praktik seperti dokter dan bidan yang
selalu memberi kepercayaan,pengetahuan dan saran yang berarti
sehingga dapat terjalin kerjasama dalam memberikan asuhan yang
sesuai dengan program tetap rumah sakit. Sikap ibu dan keluarga yang
kooperatif memudahkan penulis untuk menggali permasalahan melalui
pengkajian pemeriksaan fisik sehingga asuhan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan serta dapat di terima baik oleh klien.
6. Faktor Penghambat
Penulis mengalami hambatan pada komunikasi karena keterbatasan
bahasa serta akses rumah yang jauh dengan fasilitas kesehatan serta
tidak melakukan pemantauan tekanan darah setiap 1 jam sekali karena
keterbatasan SDM.
B. Saran
1. RSUD Cimacan
Diharapkan tetap mempertahankan penerapan Asuhan Kebidanan
terhadap pasien Hipertensi dalam kehamilan dan meningkatkan asuhan
terutama memantau tekanan darah pada pasien Preeklampsia setiap 1
jam sekali.
2. Klien dan Keluarga
Diharapkan klien dan keluarga dapat mengenal tanda-tanda hipertensi
dalam kehamilan, khususnya bila di temukan dapat memperburuk
kondisi ibu sehingga tidak terjadi komplikasi.
Keluarga dapat memberikan dukungan moril dan menganjurkan suami
dan keluarga untuk memberikan perhatian dan dukungan kepada ibu.

3. Bagi Bidan
Diharapkan untuk meningkatkan kualitas asuhan sesuai dengan teori
yang terus berkembang namun tetap berdasarkan wewenang sebagai
bidan sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan dan bermanfaat bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia 2016. [diakses tanggal 10 juni


2018] didapat dari www.depkes.go.id.
2. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012. (diakses tanggal 23
Juni 2018) didapat dari : http://www.depkes.go.id
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur.2015 [www.dinkescianjur.co.id]
4. Data RSUD Cimacan. 2017.
5. Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. ECG.
Jakarta.2007
6. Prawirohardjo, S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta.2008
7. Saifudin, Abdul Bari dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka. 2014.
8. IBI.50 Tahun IBI : Bidan Menyongsong Masa Depan.jakarta. 2006
9. Manuaba, I.B.C. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: EGC.2004
10. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan edisi 4 Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono. 2008
11. Bobak, Irene.M, dkk. Keperawatan maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.2005
12. Varney, H., et al. Buku Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta: RPKC.
2008.
13. Manuaba I. A. C, I, B,G. Fajar M, dan I. B.G. 2012. Ilmu kebidanan,
penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan Edisi 2, Jakarta: EGC
14. Wiknjosastro, H. . Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP. 2007
15. Prawirohardjo. Ilmu kandungan. Jakarta Yayasan Bina Pustaka.2007
16. Fraser, Diane,dkk.2009. Myles Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta. EGC. 2009
17. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial pedoman. Teknis
Pelaynan Dasar. Jakarta. 2013
18. Edwin, Y. Neonatal Obstetric Emergency Life Support (NOELS). Surakarta :
RSUD Dr.Moewardi Bagian Pendidikan dan Pelatihan.2013
19. Cunningham, F.G., et al. Obstetri William. Edisi 23. Jakarta: EGC. 2013
20. Mayovclinic. Diseases And Conditions Preeklamsia. Florida: Mayo
Foundation for Education and Research. 2014. [diakses pada tanggal 12 April
2018].
21. SOP RS Cimacan. Penanganan Preeklampsia di RSUD Cimacan. RSUD
Cimacan. 2017
22. Damayanti, Fitriani Nur, Permenkes Nomor HK. 02.02/ Menkes/ 149/ 2010,
dan Permenkes Nomor 1464/ Menkes/ Per/ X/ 2010 . Kota Semarang. 2012
Lampiran 1

Tekanan Pemberian
Pukul repirasi nadi DJJ His pembukaaan
darah obat

06.30 150/100 22x/menit 82 144x/menit 2x10’x10 3 cm -Dopamet


mmHg x/menit 3x500
mg/oral
-Nifedipin
3x10 mg/
oral
-MgSO4 4
gr + 10 ml
akuabides
selama 15
menit
-MgSO4 6
gr + 500
ml RL 28
tpm

07.30 150/100 21x/menit 89 149x/menit 3x10’x20 -MgSO4 6


mmHg x/menit gr + 500
ml RL 28
tpm

08.30 150/100 23x/menit 89 149x/menit 3x10’x20” -MgSO4 6


mmHg x/menit gr + 500
ml RL 28
tpm

09.00 180/100 22x/menit 82 139x/menit 4x10’x35” 7 cm -Dopamet


mmHg x/menit 3x500 mg/
oral
-Nifedipin
3x10 mg/
oral
-Dekstros
5%+5
IU
oksitosin
24 tpm
10.30 150/100 21x/menit 89 149x/menit 3x10’x30 Dekstros 5
mmHg x/menit % + 5 IU
oksitosin
24 tpm
11.30 150/110 23x/menit 89 149x/menit 3x10’x35 Dekstros 5
mmHg x/menit % + 5 IU
oksitosin
24 tpm

12.30 160/100 23x/menit 89 148x/menit 4x10’x45” 10 cm Dekstros 5


mmHg x/menit % + 5 IU
oksitosin
24 tpm

13.00 150/90 24x/menit 89 149x/menit 3x10’x35 10 cm Dekstros 5


mmHg x/menit % + 5 IU
oksitosin
24 tpm

Pukul 13.30 bayi lahir spontan menangis kuat, tonus otot baik, kemerahan.
Lampiran 2

ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL PADA BY NY. M

Hari/Tanggal : Kamis, 15 februari 2018


Waktu : 14.30WIB
Tempat : RSUD CIMACAN (PONEK)
Pengkaji : Fuji asmaul

A. DATA SUBJEKTIF

Bayi Ny. M lahir spontan, menangis kuat, tonus otot baik, kulit kemerahan. pukul
13.30 WIB. Jenis kelamin laki-laki. Tidak ada penyulit saat melahirkan. Dan Bayi
sudah berhasil IMD.

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum: Baik


Kesadaran : Composmentis
TonusOtot : Aktif
Warna Kulit : Kemerahan
Menangis : Kuat
Tanda-tanda Vital
Respirasi : 35 kali/menit
Denyut Jantung Bayi : 140 kali/menit
Suhu : 36,6oC
Antropometri :
BB lahir : 2700 gram
PB : 50 cm
LK : 30 cm
LD : 29 cm

2.Pemeriksaan Fisik

Kepala : tidak ada caput sucaedanum


Mata : tidak ikterik. Konjungtiva merah muda.
Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung.
Telinga : simetris dengan mata. Elastis.
Leher : tidak ada pembesaran ataupun benjolan.
Bahu,Lenga,Tangan : Normal, simetris, tonus otot baik. Jumlah jari
dimasing-masing tangan.
Dada : simetris, puting susu sejajar. Tidak ada kelainan.
Tidak ada kesulitan bernafas.Tidak ada retraksi
dada.
Abdomen : Tidak ada tanda infeksi pada tali pusat.
Tungkai & Kaki : Pergerakan normal. Simetris. Jumlah jari 5.
Kulit : Ada verniks. Warna kulit kemerahan. Tidak ada
tanda lahir. Tidak ada pembengkakan/bercak hitam.
Punggung : Tidak ada benjolan dan cekungan pada tulang
punggung.
Genitalia :bersih. Sekrotum sudah memasuki testis . Sudah
BAK.
Anus : bayi belum BAB.

3. Sistem Saraf
a. Refleks Glabela : bayi mengedipkan mata saat diketuk antara
alis.
b. Refleks Rooting : bayi mencari sumber rangsangan dan
menengok saat bayi pengkaji menyentuh bibir bayi
c. Refleks Sucking : bayi memiliki reflek menghisap yang
terlihat saat bayi menyusu
d. Refleks swallowing : bayi memiliki reflek menelan yang terlihat
saat bayi menyusu
e. Refleks Moro : bayi bergerak dan terkejut saat pengkaji
mengeser kain yang dipakai bayi.
f. Refleks Palmar graps : bayi menggenggam tangan nya saat
pengkaji meletakan 1 jari pada telapak tangan bayi.
g. Refleks Plantar : jari kaki bayi melipat kedalam saat
pengkaji menyimpan satu jari pada ujung kaki.
h. Refleks Babinski : jari kaki bayi memuai saat pengkaji
mengusap telapak kaki bayi.

C.ANALISA

By. Ny M usia 1 jam Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan.


D.PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu kepada ibu tentang keadaan bayinya bahwa bayi sehat.


2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya.
3. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya.
4. Melakukan perawatan tali pusat dengan prinsip bersih dan kering.
5. Melakukan kontak dini antara ibu dan bayi. Ibu mendekap bayinya dan
segera disusui.
6. Membimbing ibu untuk menyusui bayinya.
7. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan disuntikkan vitamin K1 untuk
mencegah perdarahan otak. Ibu menyetujui.
8. Menyuntikkan vitamin K1 0,5 cc secara IM di paha kiripukul08.10 WIB
9. Mengoleskan salep mata di mata sebelah kanan dan kiripukul08.10 WIB

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal pengkajian : jumat , 16 februari 2018
Waktu pengkajian : 07.00WIB
Tempat pengkajian : RSUD CIMACAN (NIFAS)
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sering menangis karena asi masih sedikit keluar. BAB
bayinya hitam kental, BAK ±3 kali, bayinya banyak tidur.

B. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 2700 gram
Warna Kulit : Kemerahan
Tanda-tanda vital
Respirasi : 42 kali/menit
Denyut jantung bayi : 130 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : Sklera putih
Abdomen : Tali pusat tidak ditemukan tanda-tanda
Infeksi. Tali pusat bersih.
Refleks hisap dan mencari ada

C. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 hari

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu mengerti
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif kepada ibu
3. Membersihkan payudara ibu karena tampak kotor. Kemudian
mengajarkan ibu massase payudara agar asi keluar .asi sudah keluar,
bayi menghisap kuat. Reflek sucking,rooting,swallowing ada.
4. Membantu ibu menyusui bayinya dengan benar.
5. Menjelaskan kepada ibu bahwa aktivitas tidur akan lebih banyak
dibandingkan aktivitas lain pada bayi baru lahir.
6. Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayi baru lahir terhadap
perubahan suhu lingkungan, segera mengganti popok bila basah. Ibu
mengerti.
7. Menjelaskan pada ibu bahwa feces wana hitam disebut meconium akan
keluar sampai ±24 jam setelah lahir.
8. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai memandikan bayi
9. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya di pagi hari sebelum pukul
09.00 WIB selama ±10 menit dengan tubuh ditelanjangi. Ibu akan
melakukannya
10. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai tanda bahaya bayi baru
lahir.
11. Menyampaikan bahwa pada tanggal 19 februari 2018 pukul 07.00 WIB
, untuk mendapatkan suntik HBo dan polio 1 . ibu dan bayi sudah
diperbolehkan pulang.

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal : Senin, 19 februari 2018
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Poli Anak RSUD CIMACAN

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sudahaktif menyusu setiap 2-3 jam sekali. BAB 4 kali
sehari,BAK lebih dari 8 kali sehari, ibu datang untuk imunisasi bayinya HB0
dan polio 1.

B. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 3150 gram
Warna Kulit : Kemerahan
Tanda-tanda vital
Respirasi : 30 kali/menit
Denyut Jantung : 125 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : Sklera putih. Konjungtiva tidak pucat.
Mulut : Lidah dan mulut bersih
Leher : tidak ada benjolan.
Abdomen : tali pusat suda puput dan tidak ada tanda infeksi.
Ekstremitas : tonus otot aktif.
Kulit : Tidakadamasalahkulit
Refleks hisap kuat

C. ANALISA
By Ny M Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 5 hari

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi dalam keadaan
sehat.
2. Mengingatkan untuk selalu menjemur bayinya setelah mandi pagi yaitu
jam 08.00-09.00 pagi.
3. Memberitau tanda bahaya bayi baru lahir.
4. Memberitahu ibu untuk membawa bayinya diimunisasi BCG di
posyandu ataupun di puskesmas ketika bayi sudah berumur 1 bulan
yaitu tanggal 15 maret 2018. Ibu akan datang ke posyandu atau
puskesmas.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal : jumat, 1 Maret 2018
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. M

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sudah aktif menyusu setiap 2-3 jam sekali. BAB 4 kali
sehari,BAK lebih dari 8 kali sehari. Tetapi bayi setelah menyusi suka gumoh

B. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 3150 gram
Warna Kulit : Kemerahan
Tanda-tanda vital
Respirasi : 30 kali/menit
Denyut Jantung : 125 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : Sklera putih. Konjungtiva tidak pucat.
Mulut : Lidah dan mulut bersih
Leher : tidak ada benjolan.
Abdomen : tali pusat suda puput dan tidak ada tanda infeksi.
Ekstremitas : tonus otot aktif.
Kulit : Tidakadamasalahkulit
Refleks hisap kuat

C. ANALISA
By Ny M Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 14 hari

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi dalam keadaan
sehat.
2. Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya 2 jam sekali dan
setelah menyusui ditepuk-tpuk dahulu hingga bayi bersendawa, untuk
menghindari gumoh, ibu mengerti dan dapat mencontohkan.
3. Memberitau tanda bahaya bayi baru lahir.
4. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk membawa bayinya
diimunisasi BCG di posyandu ataupun di puskesmas ketika bayi sudah
berumur 1 bulan yaitu tanggal 15 maret 2018. Ibu akan datang ke
posyandu atau puskesmas
5. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi hari. Dilakukan
sebelum mandi 15-20 menit sekitar pukul 07.30-08.00 WIB
Lampiran 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : ASI

Sub Topik : ASI Eksklusif

Sasaran : Ny. M

Hari/ tanggal : Rabu, 16 Februari 2018

Waktu : 10 menit

Penyuluh : fuji asmaul

Tempat : RSUD Cimacan

I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan diharapkan ibu mampu memahami
tentang ASI Ekslusif
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian ASI Eksklusif
2. Menyebutkan manfaat pemberian ASI Eksklusif

II. Materi
Terlampir
III. Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab.

IV. Media dan alat peraga


1. Buku KIA

V. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Pembukaan
(1 menit) a. Menyampaikan salam a. Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Kontrak waktu c. Memberi respon
2. Penyampaian Isi a. Menjelaskan
(8 menit) pengertian ASI Mendengarkan,
Eksklusif memperhatikan,
b. Menjelaskan manfaat mendiskusikan materi
pemberian ASI
Eksklusif
3. Penutup a. Tanya jawab a. Menanyakan materi
(1 menit) b. Test akhir yang belum jelas
c. Menyimpulkan hasil b. Menjawab test
penyuluhan c. Aktif bersama
d. Memberi salam menyimpulkan
Penutup d. Menjawab salam

VI. Evaluasi
Evaluasi dilakukan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang telah
disimpulkan, meliputi:
A. Mengajukan pertanyaan lisan
1. Apa yang dimaksud ASI Eksklusif?
2. Apa saja manfaat pemberian ASI Eksklusif?
B. Observasi
1. Respons atau tingkah laku masyarakat saat diberikan pertanyaan,
apakah diam
atau menjawab (benar atau salah)
2. Ibu antusias atau tidak
3. Ibu mengajukan pertanyaan atau tidak

VII. Daftar Pustaka


Suprijadi,2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis Bagi
Dosen Diploma III Kebidanan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
MATERI

ASI Eksklusif

1. Pengertian
ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. ASI eksklusif adalah istilah
untuk menyebutkan bayi yang hanya diberi ASI, tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan
makanan padat, misalnya pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,bubur nasi,tim,
atau makanan lain selain ASI.

2. Manfaat pemberian ASI eksklusif


1) Manfaat ASI bagi bayi
a. Mudah dicerna & diserap
b. Mengandung enzim pencernaan (maka sering merasa lapar)
c. ASI selalu berada pada suhu yg tepat
d. Mencegah kerusakan gigi
e. Meningkatkan hubungan ibu-bayi dan pertumbuhan
f. Mengurangi kemungkinan caries gigi

2) Manfaat Bagi Ibu


a. Mempererat hubungan kasih sayang ibu – bayi
b. Tidak merepotkan
c. Merangsang involusi/pengecilan rahim
d. Membantu program KB
e. Mencegah tumor payudara
3) Manfaat Asi Bagi Keluarga
a. Tidak merepotkan
b. Mengurangi pengeluaran rumah tangga
LAMPIRAN 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
NUTRISI IBU NIFAS

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Nifas


Sub Pokok Bahasan : Nutrisi Masa Nifas
Sasaran : Ny. M
Tempat : RSUD Cimacan
Hari/Tanggal : Kamis, 16 februari 2018
Penyuluh : Fuji Asmaul
A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran, ibu nifas dapat memahami dan mulai
mengonsumsi nutrisi yang baik untuk ibu nifas.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan pembelajaran senam hamil, diharapkan ibu dapat:
a. Mengetahui arti dari nutrisi masa nifas
b. Mengetahui manfaat dari nutrisi masa nifas
c. Mengetahui jenis makanan yang baik untuk ibu nifas
B. Metode Penyampaian
1. Demonstrasi
2. Tanya jawab
C. Media
Leaflet
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
NO Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Ibu
1. Pembukaan a. Salam pembuka Menjawab salam
(3 menit) b. Memberikan kesempatan kepada ibu
untuk menjelaskan yang telah ibu
ketahui
2. Inti a. Menyampaikan materi tentang Mendengarkan dan
(15 menit) pengertian nutrisi masa nifas memperhatikan
b. Menjelaskan tentang manfaat dari
nutrisi masa nifas
c. Menjelaskan jenis makanan yang
baik untuk masa nifas
d. Emberikan menu yang baik untuk
ibu nifas
3. Penutup a. Mempersilahkan ibu untuk bertanya Ibu bertanya
(5 menit) bila ada yang belum dipahami Menjawab salam
b. Menyimpulkan hasil penyuluhan
c. Menutup dengan mengucap salam

F. Evaluasi
Dengan memberikan pertanyaan:
1. Jelaskan pengertian nutrisi masa nifas
2. Apa saja manfaat nutrisi masa nifas ?
3. Apa saja jenis makanan yang baik untuk masa nifas ?
MATERI
NUTRISI MASA NIFAS

A. Definisi Gizi Ibu Nifas


Secara etimologi, kata “gizi” berasal dari bahasa Arab “ghidza”, yang
berarti “makanan”. Gizi adalah zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Masa nifas adalah masa setelah
keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati,2010).
Masa nifas atau masa menyususi adalah masa yang sangat penting, karena
setelah ibu melahirkan akan memerlukan waktu untuk memulihkan kembali
kondisinya dan memepersiapkan ASI sebagai makanan pokok untuk bayinya.
Gizi ibu nifas adalah makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh selama masa nifas.
B. Fungsi Gizi Ibu Nifas
Zat gizi ibu menyusui secara umum lebih tinggi daripada ibu hamil, karena
diperlukan untuk:
1. Mempertahankan kesehatan ibu.
2. Pemulihan kesehatan ibu.
3. Proses produksi ASI yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan.
4. Sumber tenaga untuk beraktivitas selama pengasuhan bayi.
5. Mengganti jaringan yang rusak.
C. Bahan Makanan yang Dianjurkan Pada Ibu Nifas
1. Sumber kalori: beras, roti, kentang, bihun dan sebagainya.
2. Sumber protein: susu,telur,daging atau hati dan sebagainya.
3. Sumber vitamin dan mineral: sayuran yang berwarna hijau atau
kuning, buah-buahan yang dagingnya berwarna merah atau
kuning.
4. Banyak minum terutama sari buah atau air perebus sayuran 4-6
gelas sehari, bubur kacang hijau dan susu.
5. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari.
D. Bahan Makanan yang Dibatasi pada Ibu Nifas
1. Kopi.
Karena kopi mengandung kafein. Kafein pada ibu menyususi tidak akan
terbuang secara sempurna, melainkan sebagiannya akan tersisa pada ASI
yang akan ditelan oleh bayi. Akibatnya bayi alan menjadi rewel dan sulit
tidur, dikarenakan bayi belum dapat mengeluarkan kafein secara sempurna
seperti orang dewasa.
2. Makanan yang Pedas.
Hal ini dikarenakan kandungan rasa pedas yang ada didalam makanan
akan terkonsumsi oleh bayi melalui ASI, yang akan menyebabkan perut
bayi menjadi panas (iritas) bahkan dapat menyebabkan bayi diare.
3. Bahan makanan yang dapat menimbulkan kembung misalnya:
ubi, singkong, kol, sawi, dan sebagainya.
4. Lemak Jenuh
Lemak jenuh harus dihindari karena terbukti dapat menghambat omega 3
yang dangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi. Salah satu
makanan yang menganduklemak jenuh adalah gorengan.
5. Alkohol
Alkohol akan terbawa ke dalam ASI dan akan membuat byai menjadi
pusing,lemah,sulit bangun dan juga produksi ASI akan berkurang.

E. Bahan Makanan yang Dibutuhkan pada Ibu Nifas


Bahan Makanan Berat (gr) Ukuran Rumah
Tangga
Beras 500 2,5 gelas
Nasi 200 5 ¼ gelas
Daging 75 3 potong
Tempe 125 5 potong
Sayuran 300 3 gelas
Buah Pepaya 200 1 potong
Susu 200 1 gelas
Gula Pasir 30 3 sendok makan
Minyak 40 4 sendok makan

Catatan:

1. 1 gelas isinya 200 ml air


2. 1 potong daging, ukuran 6 X 5 X 2 cm
3. 1 potong tempe, ukuran 4 X 6 X 1 cm
4. 1 potong pepaya, ukuran 5 X 15 cm

F. Contoh Menu Makanan Ibu Nifas Dalam 1 Hari


Pagi : Nasi, tempe goreng, telur, tumis kacang panjang dan wortel, susu.
Snack untuk pukul 10:00 WIB : 1 potong pepaya dan 1 cangkir teh
manis Siang : Nasi, semur daging,tahu goreng, sayur bayam, semangka,
Malam : Nasi, pepes ikan, perkedel, cah kangkung.
LAMPIRAN
5
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TEKNIK MENYUSUI

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Sub Pokok Bahasan : Teknik Menyusui
Sasaran : Ny. M
Tempat : RSUD Cimacan
Hari/Tanggal : Rabu, 16 Februari 2017
Penyuluh : Fuji Asmaul
A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran, ibu mengerti dan memahami tentang
teknik menyusui yang baik.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran, diharapkan ibu dapat melakukan :
1. Mengetahui arti teknik menyusui yang baik
2. Mengetahui persiapan memperlancar pengeluaran ASI
3. Menyebutkan posisi dan perlekatan menyusui bayi
4. Menyebutkan dan mempraktikan langkah menyusui bayi yang baik.
B. Metode Penyampaian
1. Demonstrasi
2. Tanya Jawab
C. Media
1. Bantal
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
NO Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Ibu
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam Menjawab salam
(3 menit) b. Mempersilahkan ibu untuk
menjelaskan yang ibu ketahui
2. Inti a. Menyampaikan materi tentang a. Mendengarkan
(12 menit) pengertian teknik menyusui dan
b. Menjelaskan persiapan memperhatikan
memperlancar pengeluaran ASI b. Melakukan teknik
c. Membimbing melakukan teknik menyusui
menyusui yang baik
3. Penutup a. Mempersilahkan ibu untuk bertanya Bertanya
(4 menit) bila ada yang belum dipahami Menjawab salam
b. Menyimpulkan hasil dari
penyuluhan
c. Menutup dengan mengucapkan
salam

F. Evaluasi
Dengan memberi pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian teknik menyusui
2. Apa saja persiapa memperlancar pengeluaran ASI ?
3. Apa saja posisi menyusui yang baik ?
G. Referensi
Dr.Nanis Sacharina Marzuki, Sp.A.2007.ASI Eksklusif.Jakarta:Bidakara
MATERI
TEKNIK MENYUSUI

A. Pengertian
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengen perlekatan dan posisi ibu dan bayi yang benar.
B. Persiapan Memperlancar Pengeluaran ASI
1. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang
lepas tidak menumpuk.
2. Putting susu ditarik-tarik secara halus setiap mandi, sehingga
menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
3. Bila putting belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan
jalan oprasi.
C. Posisi dan Perlekatan Menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. cara menyusui yang tergolong
biasa dilakukan adalah duduk,berdiri atau berbaring.
D. Langkah-langkah Menyusui yang Benar
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan
disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.
1. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh
bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja. Kepala dan tubuh bayi lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
putting susu. Satu tangan ibu lagi membentuk huruf “C” untuk menyangga
payudara.
2. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, berikan rangsangan didaerah sudut
bibir bayi dengan putting atau dengan jari kelingking sampai mulut
bayi terbuka.
3. Bila suda terbuka, segera dekatkan payudara pada mulut bayi. Sampai
mulut bayi menghisap daerah areolanya juga bukan hanya daerah
putting susunya saja.
4. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada
payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka
lebar.
E. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi engga menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan
benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
4. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
5. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Bayi Baru Lahir

Sub Topik : Perawatan Tali Pusat

Sasaran : Ny. M

Hari/ tanggal : Senin, 19 Februari 2018

Waktu : 10 menit

Penyuluh : Fuji Asmaul

Tempat : RSUD Cimacan

VIII. Tujuan
C. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan diharapkan ibu mampu
memahami tentang perawatan tali pusat
D. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu:
3. Menjelaskan pengertian perawatan tali pusat
4. Menjelaskan penyebab dan tanda infeksi pada tali
pusat
5. Menjelaskan cara perawatan tali pusat

IX. Materi
Terlampir

X. Metode
2. Diskusi dan Tanya jawab.

XI. Media dan alat peraga


2. Buku KIA

XII. Kegiatan Penyuluhan


No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Pembukaan
(1 menit) d. Menyampaikan salam d. Menjawab salam
e. Menjelaskan tujuan e. Mendengarkan
f. Kontrak waktu f. Memberi respon
2. Penyampaian Isi c. Menjelaskan
(8 menit) perawatan tali pusat Mendengarkan,
d. Menjelaskan tanda memperhatikan,
infeksipada tali pusat mendiskusikan materi
3. Penutup e. Tanya jawab e. Menanyakan materi
(1 menit) f. Test akhir yang belum jelas
g. Menyimpulkan hasil f. Menjawab test
penyuluhan g. Aktif bersama
h. Memberi salam menyimpulkan
Penutup h. Menjawab salam

XIII. Evaluasi
Evaluasi dilakukan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
telah disimpulkan, meliputi:
A. Mengajukan pertanyaan lisan
3. Apa yang dimaksud perawatan tali pusat?
4. Apa saja penyebab dan tanda infeksi pada tali pusat?
5. Bagaimana cara merawat tali pusat?
B. Observasi
4. Respons atau tingkah laku masyarakat saat diberikan
pertanyaan, apakah diam atau menjawab (benar atau salah)
5. Ibu antusias atau tidak
6. Ibu mengajukan pertanyaan atau tidak

XIV. Daftar Pustaka


Dewi Lia, Nanny Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
MATERI

Perawatan Tali Pusat

1. Pengertian
Perawatan tali pusat adalah perawatan yang dapat mencegah terjadinya
infeksi pada tali pusat jika dilakukan dengan benar. Tujuannya untuk
mencegah terjadinya infeksi, mempercepat proses pegeringan talipusat, dan
mempercepat terlepasnya tali pusat
2. Penyebab infeksi pada tali pusat
Luka tali pusat dan tindakan yang tidak memenuhi syarat seperti
pemotongan tali pusat dengan menggunakan bamboo atau gunting yang tidak
steril dimana setelah pemotongan, tali pusat dibubuhi dengan abu, tanah dan
daun-daunan.
3. Tanda-tanda infeksi pada tali pusat
1. Bayi tidak mau menetek
2. Bila berlanjut terjadi mulut mencucu, kaku kuduk, sampai kejang-
kejang (tetanus neonaturum)
3. Badan bayi panas
4. Tali pusat basah, sekitar tali pusat merah dan berbau
4. Cara merawat tali pusat
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
2. Bersihkan tali pusat secara seksama menggunakan kassa dan air hangat
3. Jika ada kotoran bisa menggunakan sedikit sabun bayi agar lebih bersih
4. Bilas dengan air hangat dan keringkan
5. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun kepuntung tali pusat.
6. Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
1) Lipat popok di bawah punting tali pusat.
2) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
3) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT
dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih.
4) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda
infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya kefasilitas kesehatan.
LAMPIRAN 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Neonatal


Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Hari/Tanggal : Selasa, 1 Maret 2018
Sasaran/Jumlah : Ny. M
Tempat : RSUD Cimacan
Penyuluh : Fuji Asmaul Khasanah

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, ibu diharapkan dapat mengetahui
dan mengerti tentang tanda bahaya bayi baru lahir.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang senam nifas diharapkan ibu mampu :
Mengetahui tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
B. Metode
Diskusi dan tanya jawab.
C. Media dan alat
Leaflet, Buku KIA
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
No Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu
1. Pembukaan/ 1 Menyampaikan tujuan Ibu menyetujui
menit mengenai pendidikan diadakan
kesehatan penyuluhan
2. Penyampaian Menjelaskan tanda- Mendengarkan dan
Materi/ 7 menit tanda bahaya bayi baru menyimak
lahir
3. Penutup/ 2 Memberi kesempatan Mengajukan
menit kepada ibu untuk pertanyaan
bertanya
Memberi salam Menjawab salam
F. Evaluasi
1. Sebutkan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir?
MATERI
TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR

Untuk mewaspadai kenalilahh tanda bahaya pada bayi baru lahir, yaitu :
1. Bayi tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang di minum. Ini
merupakan tanda bayi terkena infeksi berat.
2. Bayi kejang. Kejang pada bayi baru lahir kadang sulit dibedakan dengan
gerakan normal. Jika melihat gejala atau gerakan yang tidak biasa dan terjadi
secara berulang-ulang seperti menguap, mengunyah, menghisap, mata
berkedip-kedip kemungkinan bayi kejang.
3. Pusar kemerahan sampai dinding perut. Jika kemerahan sudah sampai di
dinding perut tandanya sudah infeksi berat.
4. Mata bayi bernanah banyak, dapat menyebabkan bayi menjadi buta.
5. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, jika perut dicubit akan kembali lagi
dengan lambat, bayi kekurangan cairan.
6. Kulit bayi terlihat kuning.
LAMPIRAN 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN


ALAT KONTRASEPSI

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan KB


Sub Pokok Bahasan : Kontrasepsi Alami (Kalender)
Sasaran : Ny. M
Tempat : Rumah Ny. M
Hari/Tanggal : Selasa, 1 Maret 2018
Penyuluh : Fuji Asmaul
G. Tujuan
3. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran, ibu dapat memahami alat kontrasepsi,
salah satunya kontrasepsi alami yaitu kalender.
4. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan pembelajaran, diharapkan ibu dapat:
a. Mengetahui macam-macam alat kontrasepsi suntik
b. Mengetahui efektifitas dari alat kontrasepsi suntik.
c. Mengetahui keuntungan dari alat kontrasepsi suntik.
d. Mengetahui kerugian dari alat kontrasepsi suntik.
e. Mengetahui efek samping alat kontrasepsi suntik
H. Metode Penyampaian
Diskusi
I. Media dan Alat
Leaflet
J. Materi
Terlampir
K. Kegiatan
NO Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Ibu
2. Pembukaan c. Salam pembuka Menjawab salam
(3 menit) d. Memberikan kesempatan kepada ibu
untuk menjelaskan yang telah ibu
ketahui
2. Inti e. Menyampaikan materi tentang a. Mendengarkan dan
(15 menit) kontrasepsi kalender memperhatikan
f. Menjelaskan tentang efektifitas alat b. Melakukan senam
kontrasepsi kalender hamil
g. Menjelaskan tentang efek samping
kontrasepsi kalender
h. Menjelaskan tentang keuntungan dan
kerugian kontrasepsi kalender
3. Penutup d. Mempersilahkan ibu untuk bertanya Ibu bertanya
(5 menit) bila ada yang belum dipahami Menjawab salam
e. Menyimpulkan hasil penyuluhan
f. Menutup dengan mengucap salam
L. Evaluasi
Dengan memberikan pertanyaan:
4. Sebutkan macam-macam alat kontrasepsi kalender
5. Bagaimana efektifitas alat kontrasepsi kalender?
6. Apa saja efek samping alat kontrasepsi kalender ?
7. Apa saja kerugian alat kontrasepsi kalender ?
8. Apa saja keuntungan alat kontrasepsi kalender?
M. Referensi
Handayani, Sri. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.Yogyakarta:Pustaka
Rihama;2010
MATERI
ALAT KONTRASEPSI KALENDER

A. Definisi
Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa
subur dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan
kontrasepsi pada hari ke 8-9 siklus menturasinya.
B. Dasar
Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan
terakhir. Problem terbesar dengan Metode kalender adalah bahwa jarang ada
wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari. Jadi, ovulasi
umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula
terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan datang. Ovulasi selalu terjadi pada
hari ke-15 sebelum haid yang akan datang. Problem terbesar dengan metode
kalender adalah bahwa ada jarang wanita yang mempunyai siklus haid teratur
28 hari. Untuk dapat menggunakan metode ini kita harus menentukan waktu
ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir.
C. Keterbatasan
1. Catatan untuk Metode Ovulasi Billings bila aturan ditaati
kegagalan 0%
2. Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk
mengikuti instruksi.
3. Perlu adanya pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan
jenis KBA yang paling efektif secara benar. Dibutuhkan pelatih
atau guru KBA (bukan tenaga medis)
4. Pelatih/guru KBA harus mampu membantu ibu mengenali masa
suburnya, memotivasi pasangan untuk mentaati aturan jika ingin
menghindari kehamilan dan menyediakan alat bantu jika
diperlukan. Misalnya: buku catatan khusus, thermometer (oral atau
suhu basal).
5. Perlu pantang selama masa subur untuk menghindari kehamilan.
6. Perlu pencatatan setiap hari.
7. Infeksi vagina membuat lendir serviks sulit dinilai.
8. Thermometer basal diperlukan untuk metode tertentu.
9. Tidak terlindung dari IMS termasuk HBV (Virus Hepatitis B) dan
HIV/AIDS.

D. Efektifitas
Efektifitasnya bergantung pada ketaatan mengikuti petunjuk, angka kegagalan
14,5 - 47 kehamilan pada 100 wanita per tahun. Hal yang dapat menyebabkan
metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
1. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma
dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
2. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,
diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan
masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
3. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
4. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan
perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
5. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya
perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur
menjadi tidak tepat
E. Cara Mengetahui dan Menghitung Masa Subur:
a) Bila siklus haid teratur (28 hari) :
1. Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1
2. Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid
Contoh: Seorang isteri mendapat haid mulai tanggal 9 Januari. Tanggal
9 Januari ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada
tanggal 21 januari dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 2 Januari. Jadi
masa
subur yaitu sejak tanggal 20 Januari hingga tanggal 24 Januari. Pada
tanggal-tanggal tersebut suami isteri tidak boleh bersanggama. Jika
ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus
(bisa dilihat di artikel tentang sanggama terputus).
b) Bila siklus haid tidak teratur :
1. Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu
siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari
pertama haid berikutnya.
2. Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan
ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang
selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari
terakhir masa subur. Rumus:
1. Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek “ 18
2. Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang “ 11
Contoh : Seorang wanita mendapat haid dengan keadaan : siklus
terpendek 26 hari dan siklus terpanjang 32 hari (mulai hari pertama
haid sampai haid berikutnya). Perhitungannya : 26-18 = 8 dan 32“11 =
21. Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-8 sampai ke 21 dari hari
pertama haid. Pada masa ini suami isteri tidak boleh bersanggama. Jika
ingin bersanggama harus memakai kondom atau sanggama terputus.
Kontrasepsi dengan menggunakan sistem kalender dapat
menghindari risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
Bagi keluarga yang kesulitan untuk mendapatkan alat kontrasepsi
sangat cocok untuk menggunakan metode kontrasepsi ini selain tidak
memerlukan biaya juga tidak perlu mencari tempat pelayanan
kontrasepsi.
F. Dapat Menggunakan KBA
1) Untuk Kontrasepsi
a. Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun
tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
b. Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
c. Perempuan kurus ataupun gemuk
d. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu, misalnya: hipertensi
sedang, varises, disminore, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri,
endometritis, kista ovary, anemia defisiensi besi, hepatitis virus,
malaria, thrombosis vena dalam, atau emboli paru.
e. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan
metode lain.
f. Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap
siklus haid.
g. Pasangan yang ingin dan termotivasi, mencatat, dan menilai tanda dan
gejala kesuburan.
2) Untuk konsepsi
Pasangan yang ingin mencapai kehamilan, senggama dilakukan pada masa
subur untuk mencapai kehamilan.
G. Seharusnya Tidak Menggunakan Kontrasepsi Kalender
a. Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya
membuat kehamilan menjadi suatu risiko tinggi.
b. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus),
kecuali MOB.
c. Perempuan dengan siklus menstruasi tidak teratur, kecuali MOB
d. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang) selama
waktu tertentu dalam siklus haid.
e. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.
P0L1TEENIh KESEHATAN KEIttENKES BINDtJNC

BIâlBINGAN LAPORAN TUGAS AKHIR (LTA)

Nama : Fuji Asmaul Ehasanah


NEW :Pl7324215030
Ju8ul : G3P2A0 h80til 40 Aiia•gu dengan
PEB Pembimbing: Titi Nurhayati SKM,
MKM

to Tanggal ñt8teri yang di bahBs Sgran Tanda Tangan


’’6’’’’d S mahasiswa P mbii»bi«g
1. 15/02/2018 Mengajukan judul Perbaiki judul flan
mulai membuat

2. 1/03/2018 BAB N Perbaiki BAB IV


dan mulai
membuat tinjauan
teori

3. 9/03/2018 BAB lldan BAB N PerbaikiBAB II


dan BAB IV, dan
membuat BAB I

4. 15/03/2018 BAB I, BAB II dan BAB I perbaiki


gAB N flan BAB11
tambahkan
patofisiologi

S 20/03/2018 BABI Perbaiki dan


taaibahkan SDGs

6. 27/03/2018 BAB I , BAB II dv Pcrbaki tTnjauan


BAB IV teori dan rapihkan
POLITEKN IK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG BIMBINGAN LAPORAN TUGAS AKHIR (LTA)

Nama : Fuji Asoiaul Khasanah


RI81 : P17324215030
Judul : G3P2A0 bamil 40 tninggu dengan PEB
Pembimbing : Titi Nurhayati SKM, MKM

No Tanggal Materi yang di bahas Saran fRekomendasi Tanda Tangan


Pembimbing
mahasiswa
7. 02/04/201 8 BAB I, BAB II dan Perbaiki BAB II, BAB IV
BAflIY

Tili Nurlia aii, NILM

8. 09/04/2018 BAB I, BAB I1, BAB 111Perbaiki BAB IY dan rrieeibuat BAB III
dan BAB IV

Titi Nurhayati. MKM

9. 12/05/2018 BAB I, BAB II , BAB Perbaiki BAB 11 dan BAB IV sena penulisan
III dan BAB IV

10. ’ 16/05/2018 BAB I, BAB, BAB 1 perbaiki dan Membuat pembahasan BAB V
Ip dan BAB IV

11. 16/05/2018 BAB I — BAB V Lengkapi dan


rapihkan penulisarl

12. 19/05/2018 BAB I- BAB V1 ACC

Titi Nurlias am. h!


POLITEKNIK KESEWATAN KEMENKES BANDYING
LEMBAR KONSUL4‘ASl LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDf KEBDANAN BOGOR

LEMBAR REKO8tENDASI P€RBAIKAN LTA

Nama Meliasiswa : Fuji Asniaul Kliasanah


jqIM : P17324215030
Jud«l : Asulian Kebidanan Intra«atal padn Ny. M 30 Tahun dengan
PreeLfampsia Beral di RSUD CIMACAN Kabupaten cianjur
Penpiji I : Siiltn Nurya(i, M.Keb
PTisguji 11 ' Risft8 WI ltthti, M.Keb
PengUji WI : TiG Nurhayafi, SXM./vIKM

No Hari htateri yang Saraaf Tanils Tangan Pembiloblng Dan Nama Jelas

Perbaiki
abstraks BAB
I-5
LTA Peitiaiki
Penulisan
Titi Nurhayati, SKM.MKM

LTA

Risna Dewi Yanfi, M.Kcb

7A
pOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BA4SiDUWG

+ LEMBAR KONSULTASI LAPORAN TUGAS AKHIR


PROGRAM STUD I KEBIDANAN BOGOR

Anda mungkin juga menyukai