Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS INFORMASI KEUANGAN LANJUTAN

RANGKUMAN MATERI KULIAH DAN RIVIEW


ARTIKEL

“SEKURITAS EKUITAS DAN INFORMASI LAPORAN


KEUANGAN”

Dosen: Dr. Dodik Ariyanto, S.E,. M.Si,. Ak., CA.

Oleh:

KELOMPOK 8

Siti Aisah (2381611058 / 08)


Ni Wayan Dina Sumantari (2381611067 / 17)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
SEKURITAS EKUITAS DAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN

Model penilaian ekuitas berfokus sekurang-kurangnya pada satu atau lebih empat atribut
berikut ini:
A. Pendekatan Aliran Laba Masa Depan
Bentuk yang paling sederhana dari model penilaian ekuitas adalah pada kasus-kasus
tertentu dimana seluruh aktivanya menghasilkan aliran laba yang seragam selamanya. Sesuai
dengan asumsi mengenai pasar modal (contohnya, pasar modal sempurna), ekuilibrium nilai
pasar dari seluruh ekuitas perusahaan adalah
Vi.t = Xi
r (1)
keterangan
Vi.t = nilai pasar perusahaan i pada akhir periode t
Xi = keseragaman aliran laba tertentu perusahaan i
r = tingkat bunga pasar untuk investasi tanpa risiko
Pengembangan dari rumus di atas berupa:
1) Laba yang seragam dari periode yang diasumsikan.
2) Asumsi yang sudah pasti.
Pengembangan lainnya dari model di atas:
1) Untuk mengakui risiko yang dihubungkan dengan ketidakpastian, resiko ini dapat
diakui melalui penggunaan discount rate atau dengan memasukkan suatu variabel
yang terpisah dalam persamaan penilaian.
2) Pendekatan yang kedua untuk mengkaui resiko adalah untuk meliputi suatu bentuk
resiko yang terpisah dalam penilaian persamaan.

B. Pendekatan Berdasarkan Arus Kas


Discounted Cash Flow (DCF) digunakan oleh manajemen dalam penganggaran modal
dengan alasan:
1) DCF membawa peranan dalam cash inflow dan outflow yang terjadi.
2) Laba akuntansi dipengaruhi oleh pilihan-pilihan semena-mena dalam hal-hal yang
penting seperti harga pokok penjualan, penyusutan dan beban pensiun.

1
C. Pendekatan Berdasarkan Dividen
Dengan berasumsi pada periode kekuasaan yang tak terbatas dalam situasi tertentu, rumus
untuk nilai pasar dari sekuritas ekuitas berdasarkan pada aliran dividen masa depan, yaitu
Vi.t = dt+1 + dt+2 ... dt+n (2)
(1 + rt+1) (1 + rt+1)(1 + rt+2) (1 + rt+1)(1 + rt+2) ... (1 + rt+n)
keterangan
Vi.t = nilai pasar perusahaan i pada akhir periode t
dt = dividen yang dibayar pada periode t
rt = tingkat bunga pasar pada periode t untuk investasi tanpa risiko

D. Pendekatan Berdasarkan Aktiva dan Kewajiban Individual


Aktiva dan kewajiban individual yang melandasi suatu sekuritas memiliki peran penting
dalam penilaian pasar sekuritas. Nilai pasar saham didasarkan pada nilai pasar sekuritas
individual yang diselenggarakan oleh pendanaan. Suatu analisis investasi memberikan
beberapa perbedaan persfektif mengenai bagaimana menilai aktiva dan memberikan
beberapa perbedaan perspeftif mengenai bagaimana menilai aktiva dan kewajiban
perusahaan. Satu perspektif adalah dari sudut pandang pergantian. Prespekftif yang lain
adalah untuk mengadopsi harga jual pasar (realisasi).

KELOMPOK INVESTASI MODEL PENILAIAN EKUITAS


Kelompok investasi telah mengembangkan model penilaian yang berbeda-beda untuk
digunakan dalam keputusan pemilihan sekuritas. Asumsi yang mendasari penggunaan dari
model-model ini adalah salah harga sekuritas pasar modal dan model-model ini dapat
digunakan untuk mendeteksi salah harga ini.
A. Perubahan Terus Menerus Pada Model atau Input
Ketika menguji model dari perusahaan investasi, yang penting untuk diketahui pada
perubahan terus menerus pada struktur model ataupun input, adalah aturan daripada
pengecualian. Sumber perubahan ini termasuk:
1) Pandangan analitik yang baru.
2) Pandangan empiris yang baru.
3) Data base yag baru.
4) Pengungkapan yang baru oleh perusahaan.
2
5) Sekuritas yang baru.
6) Alat statistik yang baru.
7) Perkembangan teknologi komputer yang baru.

B. Model Wells Fargo


Model yang digunakan oleh Wells Fargo Investment Advisor mengkombinasikan teori
penilaian tradisional dengan perkembangan pada teori harga aktiva. Terdapat dua langkah
dalam mengimplementasikan model ini:
1) Mengestimasi tingkat return internal harapan pada masing-asing sekuritas. Estimasi
ini didasarkan pada suatu model penilaian dividend discount equity.
2) Mengestimasi tingkat return ekuilibrium pada masing-masing sekuritas. Estimasi ini
didasarkan pada CAPM.
Untuk masing-masing sekuritas dalam Wells Fargo, digunakan input-input berikut ini:
1) Dividen per lembar yang diestimasi untuk masing-masing lima tahun ke depan.
2) Laba per lembar yang diestimasi untuk tahun kelima.
3) Tingkat pertumbuhan laba per lembar yang diestimasi untuk tahun kelima.
4) Rasio pembayaran dividen yang diestimasi untuk tahun kelima.
5) Tahun, yang tingkat pertumbuhan dan rasio pembayaran dividennya akan direalisasi.
Pola pertumbuhan laba per lembar yang diharapkan antara tahun kelima dan tahun t.

C. Model Penilaian Garis


Model penilaian garis merupakan suatu kepentingan yang luas terhadap beberapa
pembuktian kesuksesannya dalam mendeteksi sekuritas yang undervalue atau overvalue.
Masing-masing saham ditempatkan dalam satu dari lima kategori didasarkan pada kinerja
harga yang diestimasi pada 12 bulan berikutnya. Pendekatan dasarnya adalah untuk
mengukur masing-masing harga saham dan karakteristik-karakteristik laba pada karakteristik-
karakteristik yang dapat diperbandingkan dari nilai saham garis yang lain. Terdapat tiga
kriteria mengenai penilaian garis:
1) The nonparametric value position.
2) Earnings momentum.
3) Earnings surprise factor.

3
D. Model Penilaian Ekuitas dan Analisis Laporan Keuangan
Ada beberapa langkah dalam menyelidiki hubungan antara analisis laporan keuangan
dengan abnormal return:
1) Memisahkan sistem investasi menjadi bagian-bagian tertentu misalnya input dapat
dipecah menjadi data dan model penialain lainnya.
2) Mengestimasi kemungkinan abnormal return saat ini diperoleh dari sistem investasi.
3) Jika ada sesuatu kemungkinan yang tinggi mengenai perolehan abnormal return,
usaha untuk menetapkan jika sumber-sumber sistem investasi ini dihubungkan
dengan abnormal return tersebut.
Ada dua pendekatan untuk meneliti jika ramalan laba adalah penyebab dari abnormal return:
1) Meneliti pengaruh dari pemakaian alternatif peramalan laba.
2) Meneliti komponen-komponen ramalan nonlaba individual dalam suatu sistem untuk
melihat jika setiap orang adalah sumber dari abnormal return.

RASIO PRICE-TO-EARNINGS
Salah satu indikati keuangan yang kuat mengenai publisitas perusahaan dagang adalah rasio
harga (P) terhadap laba (E).
A. Masalah Perhitungan
1) Pemilihan tanggal untuk mengulur numerator.
2) Pemilihan periode waktu untuk menggunakan denominator.
3) Pemilihan ukuran laba per lembar saham untuk digunakan dalam denominator.
4) Perlakuan terhadap laba per lembar saham yang negatif.
B. Komponen-komponen Permanen Dan Sementara Dari Laba yang Dilaporkan
Terdapat beberapa alasan untuk mengharapkan konsep laba secara implisit. Pada harga-
harga sekuritas untuk membedakannya dari konsep-konsep earning secara implisit dalam
GAAP:
1) Konsep laba secara implisit dalam GAAP didasarkan pada pemikiran akuntansi
seperti realisasi dan konservatif.
2) Fokus dari GAAP adalah laba untuk periode masa lalu, padahal fokus dari konsep
laba secara implisit dalam harga-harga sekuritas adalah untuk periode masa yang
akan datang.

4
C. Menjelaskan Perbedaan Pada Rasio PE
Penjelasan-penjelasan untuk variasi pada waktu tertentu meliputi perbedaan-perbedaan
pada perusahaan dalam:
1) Tanda dan besaran komponen sementara satu tahun dalam laporan laba.
2) Pertumbuhan laba yang diharapkan permanen.
3) Risiko.
4) Metode-metode akuntansi.

MODEL PENILAIAN EKUITAS DAN LABA YANG DILAPORKAN


A. The Mechanistic Hypothesis
Yang menyatakan bahwa pasar modal ditentukan oleh laporan laba tanpa pertimbangan
metode-metode akuntansi yang digunakan untuk menghitung laporan laba, atau terhadap
sumber-sumber untung atau rugi yang mendasari laporan laba.
B. The Myopic Hypothesis
Yang menyatakan bahwa pasar modal mempunyai suatu fokus jangka pendek atas laporan
laba kuartalan atau tahunan, disamping memfokuskan pada tahun yang akan datang.

5
SUMMERY ARTIKEL I

6
SUMMERY ARTIKEL II
Judul : Analysis of Equity valuation Models and Target Price Accuracy: An
Evidence from Analyst Report in Indonesia
Penulis : Budi Frensidy, Ryan Joshua Pelealu, and Robiyanto
Jurnal : SAGE Open
Tahun : 2020
Hal : 1-13
1. ABSTRACT
a. Latar belakang atau tujuan penelitian
Studi ini mengkaji apakah analisis investasi (sell-side) di Indonesia cenderung lebih
memilih model valuasi berbasis arus kas dari pada model valuasi berbasis akrual,
bagaimana akurasi model valuasi digunakan, dan apakah penggunaan kedua model
valuasi secara bersamaan untuk menghasilkan target harga dapat meningkatkan
akurasi.
b. Metode penelitian
Para peneliti melakukan analisis konten komprehensif dari 99 laporan penelitian
ekuitas untuk sebagian besar perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45.
c. Hasil penelitian (termasuk temuan baru)
 Dalam model berbasis akrual, khususnya rasio harga saham terhadap pendapatan
(PE) adalah model penilaian paling populer yang muncul dalam laporan ekuitas
disemua sektor.
 Perspektif model valuasi sebagai produse target harga (valuasi dominan),
discounted cash flow (DCF) adalah model valuasi yang paling populer digunakan.
Juga ditemukan bahwa model penelitian berbasis arus kas memberikan akurasi
tertinggi.
 Hasil yang signifikan dalam uji Chi-square yang menunjukkan penggunaan kedua
model valuasi secara bersamaan dapat meningkatkan hasil valuasi lebih tepat oleh
para analis.

7
2. PENDAHULUAN
a. Kajian singkat literatur primer atau sekender dari penelitian terbaru & relevan dengan
tema riset
Analis adalah perantara penting di pasar modal karena mereka memberikan perkiraan
pendapatan, rekomendasi, dan target harga untuk klien mereka (Clatworthy & Lee,
2017), kehadiran mereka cukup besar sebagai salah satu di antara banyak pilar di
pasar modal yang efisien (O'Brien et al., 2017). Untuk menghasilkan target harga,
mereka menggunakan berbagai jenis metode penilaian. Misalnya, klasifikasi
berdasarkan perspektif basis akuntansi yang mengklasifikasikan model penilaian
sesuai dengan variabel akuntansi yang digunakan dalam model. Perspektif ini akan
menjadi perspektif utama yang digunakan dalam penelitian ini.
b. Gap analysis atau research gap terkait sisi penting atau tidaknya riset
Keunikan atau kebaruan riset ini dibandingkan riset-riset sebelumnya sebagai state of
the art (SOTA)/novelty research/sebagai keunikan riset
penelitian ini akan fokus pada pasar Indonesia untuk mengisi kesenjangan penelitian
dan berkontribusi pada literatur terbaru tentang penggunaan model penilaian oleh
analis investasi di pasar modal Indonesia.

3. LITERATUR REVIEW & HIPOTESIS


a. Grand teori
Graham dan Dodd (1934) berusaha untuk mengatur pengetahuan di bidang penilaian
untuk profesi investasi. Mereka mempopulerkan prinsip value investing, termasuk
praktik membeli sekuritas atau aset dengan harga di bawah nilai sebenarnya. Mereka
percaya bahwa penilaian adalah kunci dari prinsip ini.
Beberapa di antaranya adalah perspektif nilai yang paling umum digunakan yang
membagi model penilaian menjadi nilai absolut (atau fundamental) dan relatif (atau
ganda).
b. Riset terdahulu
 Penelitian sebelumnya oleh Bradshaw (2002) dan Yin et al. (2016) menunjukkan
bahwa model penilaian dengan periode tunggal sederhana (misalnya, PE dan
price-to-book value [PBV]) tetap menjadi teknik penilaian paling populer yang
digunakan oleh para analis. Namun, penelitian lain (Demirakos et al., 2004, 2010;
Imam et al., 2011) menunjukkan perubahan dalam penggunaan model penilaian
8
yang berbeda dan bukti meningkatnya preferensi untuk model berbasis arus kas
yang lebih kompleks, khususnya DCF untuk menghasilkan target harga.
 Penelitian sebelumnya memberikan bukti bahwa arus kas memberikan informasi
tentang kinerja perusahaan yang tidak termasuk dalam pendapatan saat ini.
Abhayawansa et al. (2015), Clatworthy and Lee (2017), DeFond and Hung
(2003), dan Hui et al. (2016) menunjukkan bahwa permintaan untuk model
berbasis arus kas meningkat ketika informasi tentang pendapatan tidak cukup
untuk menilai perusahaan. Call et al. (2009) juga menunjukkan bahwa estimasi
arus kas sangat kompleks karena melibatkan penggunaan berbagai informasi dari
laporan keuangan, data industri, dan ekonomi makro.
 Imam et al. (2011) dan Yin et al. (2016) menunjukkan bahwa meskipun kelipatan
PE adalah model penilaian relatif yang paling umum digunakan, mereka hampir
selalu digunakan bersama dengan model penilaian lainnya, seperti DCF.
 Selanjutnya, Call et al. (2009) dan Schantl (2016) menyatakan bahwa estimasi
pendapatan lebih akurat ketika analis juga memperkirakan arus kas secara
bersamaan daripada ketika mereka hanya mengeluarkan estimasi pendapatan.
Hipotesis
Hipotesis 1a (H1a): Model berbasis akrual adalah model penilaian yang lebih populer
bagi para analis, terlepas dari apakah mereka adalah model penilaian dominan
(menghasilkan harga target) atau tidak.
Hipotesis 1b (H1b): Model berbasis arus kas adalah model penilaian dominan yang
disukai oleh analis untuk menghasilkan target harga.
Hipotesis 1c (H1c): DCF adalah model penilaian dominan yang paling populer dari
perspektif model penilaian individu.
Hipotesis 2 (H2): Model penilaian berbasis arus kas mengungguli model berbasis
akrual dalam hal tingkat akurasinya.
Hipotesis 3a (H3a): Para analis lebih suka menggunakan model berbasis arus kas
dalam hubungannya dengan model berbasis akrual daripada hanya menggunakan
model berbasis kas tunggal atau model berbasis akrual.
Hipotesis 3b (H3b): Menggunakan model berbasis arus kas dalam hubungannya
dengan model berbasis akrual menghasilkan penilaian yang lebih akurat.

9
4. METODE PENELITIAN
a. Metode pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan analisis isi komprehensif untuk menguji (1) model mana
yang paling sering digunakan oleh analis ekuitas Indonesia, (2) model mana yang
memberikan tingkat akurasi estimasi harga yang lebih tinggi, dan (3) apakah
penggunaan model berbasis arus kas dan/atau model berbasis akrual meningkatkan
tingkat akurasi estimasi harga.
b. Populasi dan sampel
Dengan menggunakan database Bloomberg yang tersedia melalui Terminal
Bloomberg, sampel laporan penelitian ekuitas dikumpulkan. Laporan yang ditulis
sebagian besar oleh broker lokal dan internasional terkemuka di Indonesia termasuk
perusahaan blue-chip terbesar, yang semuanya termasuk dalam indeks LQ-45 (awal
2015). Hanya laporan penelitian ekuitas khusus untuk perusahaan yang tersedia dari
Januari 2014 hingga Desember 2014 yang dipilih.
c. Definisi variabel & pengukuran variabel
Penilaian adalah perkiraan nilai suatu aset berdasarkan variabel yang dianggap terkait
dengan hasil investasi masa depan atau yang dapat dibandingkan dengan aset serupa.
Ada beberapa cara atau perspektif untuk mengklasifikasikan model penilaian.
Beberapa di antaranya adalah perspektif nilai yang paling umum digunakan yang
membagi model penilaian menjadi nilai absolut (atau fundamental) dan relatif (atau
ganda).
d. Alat analisis utama yang dipakai memecahkan rumusan masalah atau hipotesis
Penelitian ini menggunakan uji Chi-square untuk menguji hipotesis ketiga, apakah
penggunaan arus kas dalam hubungannya dengan model berbasis akrual secara
signifikan mengoreksi kesalahan perkiraan. Uji Chi-square digunakan untuk
menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi yang diharapkan
dan yang diamati dalam satu atau lebih kategori.
Mereka akan menjadi jumlah target harga yang dicapai (dan tidak tercapai) dalam
laporan yang menggunakan (dan tidak menggunakan) arus kas dan basis akrual secara
bersamaan. Rumusnya adalah sebagai berikut:

10
Analisis multivariat seperti analisis regresi yang digunakan untuk pengecekan
ketahanan, dengan deviasi sebagai variabel dependen dan metode penilaian (1 jika
menggunakan model berbasis arus kas, 0 jika tidak).

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Sajian statistik deskriptif
Statistik deskriptif dari keseluruhan tingkat akurasi analis (99 laporan) yang terdiri
dari 44 perusahaan dalam indeks LQ-45 dari Januari 2014 hingga Desember 2014.
Terdapat 61 laporan (61,62%) dengan rekomendasi "Beli", 5 laporan (5,05%) dengan
rekomendasi "Jual", dan 33 laporan (33,33%) dengan rekomendasi "Tahan".
Keakuratan target harga disajikan berdasarkan tingkat kesalahan (penyisihan
kesalahan: 0%, 3%, 5%, dan 10%). tingkat akurasi analis secara keseluruhan (99
laporan) berada di bawah 50% (45,45%) dan meningkat menjadi 70,71% ketika
tingkat penyisihan kesalahan yang digunakan adalah 10%.
b. Statistik inferensial
Hipotesis H1a Tabel 4 juga menunjukkan bahwa model berbasis akrual muncul 266
kali, sedangkan model berbasis arus kas muncul 55 kali dalam laporan sampel. Hal ini
sesuai dengan prediksi sebelumnya yang menyebutkan bahwa model berbasis akrual
merupakan model penilaian yang lebih populer baik model tersebut menjadi model
penilaian yang dominan atau tidak. Oleh karena itu, H1a didukung secara empiris.
Hipotesis H1b Tabel 5 Model berbasis akrual digunakan 62 kali, sedangkan model
berbasis arus kas digunakan 52 kali sebagai model penilaian dominan untuk
menghasilkan target harga. Oleh karena itu, H1b tidak didukung secara empiris.
Hipotesis H1c Dari perspektif model individu, DCF adalah model yang paling
disukai untuk digunakan sebagai model penilaian dominan. Model DCF digunakan 46
kali (46,46%) dari 99 laporan. Namun, kelipatan P/E adalah model kedua yang paling
disukai untuk digunakan sebagai model penilaian dominan yang digunakan 41 kali
(41,41%) dari 99 laporan. Oleh karena itu, H1c yang menyatakan bahwa DCF adalah
model valuasi dominan yang paling populer didukung secara empiris.
Hipotesis H2 Tabel 6 memberikan akurasi target harga yang dihasilkan oleh model
penilaian dominan. Hal ini menunjukkan bahwa model valuasi berbasis akrual akurat
pada 46,77% kasus. Kelipatan P/E ditemukan memiliki tingkat akurasi terendah

11
(46,34%) setelah kelipatan PEG (0%). Sedangkan kelipatan PBV (50%) dan kelipatan
EV (50%) memiliki akurasi yang sedikit lebih baik dibandingkan kelipatan P/E.
Hal ini konsisten dengan pandangan bahwa arus kas memberikan informasi tentang
kinerja perusahaan yang tidak termasuk dalam angka pendapatan saat ini dan fakta
bahwa peramalan arus kas sangat kompleks karena melibatkan penggunaan informasi
yang luas (Call et al., 2009). Oleh karena itu, H2 didukung secara empiris.
Hipotesis H3a Tabel 7 menunjukkan bahwa model berbasis arus kas digunakan
sebagai referensi untuk model berbasis akrual dalam 53 dari 99 laporan. Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas analis dalam 99 laporan (53,54%) lebih suka
menggunakan model berbasis arus kas sebagai referensi daripada model berbasis
akrual. Oleh karena itu, H3a tidak didukung secara empiris.
Hipotesis H3b Tabel 9 menunjukkan tingkat akurasi menggunakan kedua model
sebagai model penilaian dominan secara bersamaan. Uji Chi-square digunakan untuk
menguji apakah akurasi terkait hanya masalah keacakan atau tidak.
berdasarkan uji statistik Chi-square (dengan penyisihan kesalahan 10%), akurasi
meningkat secara signifikan jika model berbasis akrual digunakan bersama dengan
model berbasis arus kas untuk menentukan harga target. Oleh karena itu, H3b hanya
dapat diterima jika kesalahan penyisihan yang digunakan adalah 10%.

6. SIMPULAN
a. Simpulan
Studi ini membandingkan penggunaan dan akurasi model valuasi untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana analis menilai perusahaan di pasar
modal Indonesia. Temuan menunjukkan bahwa model berbasis akrual, terutama
kelipatan PE, adalah model penilaian paling populer untuk laporan ekuitas lintas
sektor. Namun, dari perspektif model penilaian dominan, DCF adalah model penilaian
yang paling sering digunakan untuk menghasilkan harga target. Selain itu, model
berbasis arus kas memberikan akurasi tertinggi di antara model lain dengan
penyisihan kesalahan 0% hingga 5%.
b. Keterbatasan
Terlalu banyak ukuran sampel karena terbatasnya akses ke data laporan penelitian
ekuitas dan sampel yang digunakan hanya dari periode Januari hingga Desember 2014

12
saran penelitian selanjutnya
Agar melakukan analisis yang sama pada ukuran sampel yang lebih besar dengan
periode yang lebih lama.

7. REFERENSI
a. Gaya penulisan daftar pustaka menggunakan APA Style. Nama pengarang ditulis
nama belakang terlebih dahulu disertai judul artikel, nama jurnal dan volume dicetak
miring sedangkan nomer jurnal dan halaman tidak dicetak miring.
b. Jumlah artikel pendukung yaitu 39 buah artikel
https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/2158244020949507

13
SUMMERY ARTIKEL III
Equity Valuation, Production, and Financial Planning: A Stochastic Programming
Approach

I. ABSTRAK
Sebagian besar literatur manajemen operasi berasumsi bahwa perusahaan selalu dapat
membiayai keputusan produksi secara optimal tingkat atau meminjam pada tingkat
bunga konstan; namun, keputusan operasional dibatasi oleh terbatasnya modal dan
seringkali sangat bergantung pada pembiayaan eksternal. Makalah ini mengusulkan
model perencanaan perusahaan terintegrasi, yang memperluas diskon berbasis perkiraan
metode penetapan harga dividen ke dalam kerangka penilaian berbasis optimalisasi untuk
mengambil keputusan produksi dan keuangan secara bersamaan untuk perusahaan yang
menghadapi ketidakpastian. Kami juga mengembangkan algoritma yang efisien untuk
menyelesaikan pemrograman stokastik integer yang dihasilkan model dengan batasan
nonlinier. Dibandingkan dengan model penilaian dan perencanaan tradisional, metode
kami menghasilkan ekuitas yang lebih tinggi penilaian, yang menunjukkan bahwa
penilaian tanpa mempertimbangkan keputusan kontinjensi pada dasarnya tidak akurat.

II. PENDAHULUAN
Literatur manajemen operasi cenderung fokus pada bidang perluasan kapasitas,
pengendalian inventaris, dan dukungan manajemen rantai lapis tanpa
mempertimbangkan dampaknya kendala keuangan atau struktur modal pada operasi
perusahaan keputusan. Dalam tulisan ini, kami mengusulkan perencanaan perusahaan
yang terintegrasi model untuk membuat keputusan produksi dan keuangan secara
bersamaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan dalam dinamika lingkungan yang
tidak menentu. Sedangkan literatur optimasi yang luas di bidang produksi dan
manajemen keuangan telah berkembang selama beberapa dekade terakhir, kerangka
umum yang menghubungkan perencanaan produksi, keputusan struktur modal, prediksi
permintaan pasar, dan interaksi di antara keduanya keputusan belum tersedia. Memang
benar, literatur manajemen keuangan pada umumnya berkembang secara terpisah dari
penelitian tentang perencanaan produksi, sedangkan literatur manajemen operasi
biasanya tidak mempertimbangkan dampaknya kendala keuangan atau struktur modal
pada operasi perusahaan keputusan.
14
III. LITERATUR RIVIEW & HIPOTESIS
Literatur akuntansi membahas dua pendekatan luas untuk memperkirakan nilai
pemegang saham. Yang pertama adalah penilaian langsung yang dapat dinyatakan dalam
proyeksi imbalan di masa depan. Model penilaian ekuitas yang paling populer dan
sederhana adalah model diskon dividen (DDM), yang memperkirakan dividen bagi
pemegang ekuitas dan memberikan nilai ekuitas sebagai nilai sekarang dari dividen yang
diharapkan. Metode kedua mengambil pendekatan penilaian relatif, yang memperoleh
perusahaan nilai dengan menerapkan kelipatan dari perusahaan yang sebanding ke
perusahaan target. mendapatkan penggerak nilai perusahaan, seperti pendapatan,
penjualan, arus kas, atau nilai-nilai buku.

IV. METODE PENELITIAN


Pada bagian ini, kami merinci algoritma untuk memecahkan permasalahan yang
kompleks. Model perencanaan perusahaan parut (2) – (11). Kita analisa dulu properti
model ICP dan menunjukkan bahwa, untuk setiap rasional strategi operasi, terdapat
kepentingan keseimbangan yang unik tingkat untuk setiap node keputusan. Kami
kemudian mengusulkan dua tahap algoritma untuk menemukan solusi optimal dengan
memanfaatkan properti operasi rasional. Pendekatan ini secara signifikan mengurangi
kompleksitas komputasi untuk menemukan yang optimal.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


H1 : Pohon keputusan model ICP skenario 3 tahap 3
H2 : Nilai ekuitas sebagai fungsi dari biaya produksi, volatilitas permintaan, tingkat
pemulihan kebangkrutan, dan kelipatan nilai terminal untuk tiga model
perencanaan yang berbeda.
H3 : Rasio leverage pasar sebagai fungsi dari biaya produksi dan kelipatan nilai terminal
untuk berbagai volatilitas pasar dan kebangkrutan tingkat pemulihan.
H4 : Nilai ekuitas dan rasio leverage pasar sebagai fungsi biaya produksi untuk model
penilaian dua tahap dan satu tahap.

15
VI. SIMPULAN
Dalam tulisan ini, kami mengembangkan perencanaan perusahaan yang terintegrasi
model untuk membuat keputusan produksi dan keuangan secara bersamaan untuk
perusahaan yang menghadapi ketidakpastian permintaan. Keuangan dan keputusan
produksi saling terkait dalam model ini karena keputusan operasional perusahaan sangat
bergantung pada kemampuan pendanaannya untuk mendukung produksi dan operasional
yang optimal keputusan mempengaruhi biaya dan pilihan pendanaan perusahaan.
Kesimpulan utama kami adalah: (a) produksi dan finansial pengambilan keputusan harus
dilakukan secara simultan dan terpadu kerangka interaktif; (b) kerangka ICP
memungkinkan suatu perusahaan untuk mengoordinasikan keputusan produksi dan
keuangan secara bersamaan secara aktif dan memperluas metode penetapan harga pasif
menjadi aktif kerangka penilaian; (c) model ICP dapat mempertimbangkan utang biaya
sebagai variabel keputusan endogen, bukan eksogen parameter yang berguna; (d)
dibandingkan dengan statis satu periode model, pengaturan multistage menghasilkan
penilaian ekuitas yang lebih tinggi dan rasio leverage yang lebih rendah.

VII.REFERENSI
Artikel ini menggunakan gaya penulisan American Psychological Association (APA)
Style dalam daftar pustakanya yang dimana penulisannya diurut berdasarkan nama
pengarang, tahun penerbitan, judul artikel, nama jurnal, volume jurnal, serta terakhir
mencantumkan halaman. Artikel ini memiliki 40 artikel pendukung yang digunakan
sebagai referensi artikel utama.

16

Anda mungkin juga menyukai