Anda di halaman 1dari 6

A.

Pelaksanaan Asuhan
1. Hari / Tanggal :
2. Pukul :
3. Tempat :
4. Pengkaji :

B. Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. F
Umur : 27 tahun Umur : 28 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat Rumah : Alamat Rumah :
Telepon : Telepon :

C. Manajemen Asuhan Kebidanan


a. Data Subyektif
- Ibu mengatakan senang atas kelahiran anak pertamanya 3 hari yang lalu.
- Ibu telah menyusui bayinya tetapi pengeluaran ASI masih sedikit.
- Ibu mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir.
- Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan sudah berkurang.
- Tanggal persalinan 04-11-2022 Pukul 16.27 WIB.
b. Data Obyektif

- K/U baik, kesadaran compos mentis


- Tanda-tanda Vital
Respirasi : 20 x/menit Nadi : 80 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg Suhu : 36,4 °C

- Pemeriksaan head to toe tidak ada kelainan

Palpasi Abdomen : kontraksi uterus baik, TFU 3 jari di bawah pusat


Inspeksi Vagina : - Perdarahan pervaginam normal
- Pengeluaran Lochea Sanguinolenta
- Luka jahitan tampak masih lembab
Palpasi Vagina : tidak ada nyeri tekan
c. Assesment
1) Diagnosa : Ny.S Usia 27 Tahun P1A0 Nifas Hari Ke-3
2) Masalah : Produksi ASI sedikit dan luka jahitan belum kering
3) Kebutuhan : KIE tentang cara meningkatkan produksi ASI
KIE tentang cara perawatan luka jahitan di perineum
d. Planning
1. Melakukan komunikasi therapeutik kepada ibu.
“Ibu merespon komunikasi yang disampaikan dengan baik”
Rasionalisasi
Dalam profesi asuhan kebidanan, komunikasi bidan dan pasien merupakan salah
satu kompetensi yang harus dikuasai bidan. Kompetensi komunikasi menentukan
keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini
kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun
dalam praktik kebidanan bahkan kedokteran (Ngalimun, 2019).
2. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dalam
keadaan baik semua hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal dan tidak terdapat
kelainan pada hasil pemeriksaan.
“ Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaannya”
Rasionalisasi
Hak pasien menurut PERMENKES RI tahun 2018 yaitu :
a) Memperoleh informasi meliputi diagnosa, tata cara, tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang akan terjadi
b) Mendapat informasi tentang hak dan kewajibannya
3. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan, tidur siang
atau istirahat selagi bayi tidur, menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-
kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
“Ibu bersedia untuk istirahat cukup”
Rasionalisasi
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat: mengurangi jumlah ASI,
memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan dan depresi
(Nurul Azizah, 2019).
4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau seperti daun katuk atau
ekstra daun katuk agar meningkatkan dan melancarkan produksi ASI dengan cara:
- Daun katuk sebanyak 50 gram direbus dengan air 300 ml, dikonsumsi pada pagi
dan sore hari selama 7 hari dimulai hari ke-2 atau ke-3 setelah melahirkan, atau
- Ibu bisa mengkonsumsi booster ASI seperti kapsul ekstrak katuk apabila ibu
tidak menyukai konsumsi sayur secara langsung.
“Ibu bersedia mengkonsumsi daun katuk”.
Rasionalisasi
Daun katuk mengandung polifenil dan steroid yang berperan dalam reflex prolaktin
atau merangsang alveoli untuk memproduksi ASI, serta merangsang hormon
oksitosin untuk memacu pengeluaran dan pengaliran ASI (Nurhidayat T. dkk,
2019).
Selain itu Daun katuk mengandung sejumlah nutrisi penting seperti protein,
vitamin C, vitamin D, kalsium, hingga asam folat serta mengandung steroid
dan polifenol yang dapat meningkatkan kadar prolaktin. Dengan tingginya
kadar prolaktin maka secara otomatis akan meningkatkan produksi ASI
(Juliastuti, 2019).
5. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar dan menganjurkan pada ibu agar
menyusui bayinya sesering mungkin yaitu setiap 2 jam atau setiap kali bayi
menginginkan (on demand) dan tidak memberikan makanan apapun selain ASI saja
sampai bayi berumur 6 bulan (ASI Eksklusif).
“Ibu mengerti dengan penjelasan dan bersedia mengikuti anjuran.”
Rasionalisasi
ASI eksklusif dikatakan sebagai pemberian ASI selama 6 bulan, tanpa tambahan
cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim
(Mustika Dian N. dkk, 2018).
6. Mengajarkan suami untuk melakukan pijat oksitosin guna memperlancar produksi
ASI dengan cara melakukan gerakan pemijatan pada punggung atau tulang
belakang ibu, durasi 2-3 menit, frekuensi pemberian pemijatan 2 kali sehari pagi
dan sore.
“Suami bersedia melakukan teknik pijat oksitosin.”
Rasionalisasi
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidak lancaran
produksi ASI dengan cara pemijatan pada sepanjang sisi tulang belakang sampai
tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon
prolaktin dan okstosin setelah melahirkan. Manfaat dari penerapan pijat oksitosin
berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menyenangkan ibu,
sehingga ASI pun otomatis keluar. Efek pijat oksitosin adalah sel kelenjar payudara
mensekresi ASI sehingga bayi mendapatkan ASI sesuai dengan kebutuhan dan
berat badan bayi bertambah (Tabita Mariana Doko, 2019). 
7. Menganjurkan ibu makan-makanan yang mengandung protein seperti putih telur
atau ikan gabus untuk mempercepat penyembuhan luka jahitan diperineum dengan
cara :
- mengkonsumsi telur yang sudah direbus kemudian diambil bagian putih
telurnya sebanyak 139 gram sehari selama 7 hari, atau
- mengkonsumsi ikan gabus yang sudah dikukus sebanyak 100 gram sehari
selama 7 hari atau ibu juga bisa mengkonsumsi ikan gabus dalam bentuk abon.
“Ibu bersedia untuk mengkonsumsi telur dan ikan gabus”
Rasionalisasi
Putih telur aman dikonsumsi oleh ibu nifas yang memiliki luka jahitan perineum
karena mengandung zat kolin yang mempunyai efek memperbaiki sel tubuh yang
rusak sehingga jaringan baru dan sehat akan lebih mudah terbentuk menggantikan
jaringan yang sudah aus (Fifin M. A. & Maydatul A., 2018).
Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung protein dan albumin yang
tinggi. Daging ikan gabus mengandung 70% protein dan 21% albumin, juga
mengandung asam amino yang lengkap serta mikronutrien zinc, selenium dan iron.
Kandungan lain dalam daging ikan gabus adalah alisin, alil sulfide dan
furostanolglikosida (Weni Tri Purnani, 2019).
8. Melakukan vulva hygiene dan mengajarkan ibu cara menjaga kebersihan alat
genetalianya yaitu dengan cara membersihkan daerah vulva setiap pagi dan sore,
saat cebok setelah BAB atau BAK, bilas dari arah depan ke belakang untuk
menghindari terbawanya kuman dari anus ke vagina.
“Vulva hygiene telah dilakukan dan ibu bersedia menjaga kebersihan alat
genetalianya sesuai anjuran bidan”
Rasionalisasi
Untuk menghindari infeksi perineum perlu dilakukan Vulva hygiene yaitu
membersihkan daerah vulva pada ibu yang telah melahirkan sampai 42 hari pasca
persalinan. Perawatan vulva dilakukan setiap pagi dan sore sebelum mandi, sesudah
buang air kecil atau buang air besar dan bila ibu nifas merasa tidak nyaman karena
lochea berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Jika vulva hygiene dilakukan dengan
benar akan mempercepat kesembuhan luka jahitan, karena perawatan yang baik
akan menghambat terjadinya infeksi (Levana Sondakh, 2019).
9. Memberitahu ibu tanda bahaya masa nifas seperti perdarahan post partum, lochea
yang berbau busuk,sub-involusi uterus, tromboflebitis (pembengkakan pada vena),
nyeri pada perut dan pelviks, Depresi setelah persalinan, pusing dan lemas yang
berlebihan, sakit kepala, penglihatan kabur dan pembengkakan di wajah, suhu tubuh
ibu > 38°C. Segera periksa ke petugas kesehatan terdekat.
“Ibu sudah mengetahui tanda bahaya masa nifas”
Rasionalisasi
Tanda-tanda bahaya postpartum adalah suatu tanda yang abnormal
mengindikasikan adanya tanda bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama
masa nifas (Kemenkes, 2020).
10. Memberitahu ibu dan suami untuk kunjungan ulang (KF3) yaitu 8-28 hari setelah
melahirkan.
“Ibu dan suami bersedia untuk kunjungan ulang”
Rasionalisasi
Kunjungan Nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu:
KF 1 : pada periode 6 jam sampai 2 hari pasca persalinan
KF 2 : pada periode 3 sampai 7 hari pasca persalinan
KF 3 : pada periode 8 sampai 28 hari pasca persalinan
KF 4 : pada periode 29 sampai 42 hari pasca persalinan
(Kemenkes, 2020)
Salah satu peran suami dalam keluarga menjaga kesehatan istri setelah melahirkan
yaitu dengan cara memberikan dukungan dan cinta kasih kepada istrinya agar istri
merasa diperhatikan, bisa mengantarkan untuk kontrol, menganjurkan untuk makan
bergizi, istirahat cukup, dan menjaga personal hygiene (Popy Apriyanti dkk, 2020).
11. Melakukan dokumentasi dengan SOAP.
“Dokumentasi telah dilakukan “
Rasionalisasi
Dokumentasi kebidanan merupakan suatu catatan otentik dalam pemberian asuhan
kebidanan yang dapat dijadikan bukti untuk melihat kualitas asuhan dan sebagai
aspek legal suatu asuhan bila ada persoalan hukum (Pitriani dan Andriyani, 2021).

Anda mungkin juga menyukai