Anda di halaman 1dari 20

Nama : Syifa Sofistika Felayati

NIM : 2250141066
Kelompok :2

DK 4 Blok 7
Trauma Muskuloskeletal dengan Komplikasi Infeksi – dr. Lukmana

Seorang pasien laki-laki berusia 36 tahun diantar keluarganya datang ke IGD puskesmas DTP
tempat saudara bertugas, dengan keluhan utama luka pada tungkai bawah sebelah kanan dan
mengeluarkan nanah sejak 1 bulan yang lalu. 7 bulan yang lalu penderita mengalami kecelakaan
tertabrak motor saat bersepeda. Pasien tidak dapat menggerakan kaki kanannya dan tampak perdarahan
dari luka. Penderita berobat ke dukun tulang, diurut dan dipasang spalk. Saat ini bila pasien berjalan
menggunakan tongkat penyangga.

Pada pemeriksaan fisik saat ini didapatkan :


Status generalis :
Kesadaran : composmentis
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 37,6C
Status lokalis:
a/r cruris dextra 1/3 tengah aspek anterior:
luka terbuka, ukuran 3x2 cm, dasar luka tulang, tepi luka didapatkan jaringan granulasi, deformitas
(+), tampak mengeluarkan nanah berwarna kekuningan
Nyeri tekan minimal (skala VAS 2)
ROM : terbatas karena kaku dan nyeri

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah rutin
Hb : 9,8 G/dL
Leukosit : 6100 sel/mm3
Trombosit : 381.000 sel/mm3
LED : 24 mm/jam
Hasil pemeriksaan mikrobiologi dari apus dasar luka yang bernanah dengan pewarnaan gram
didapatkan bakteri kokus gram positif (+)
Hasil Rontgen

Foto Cruris dextra PA Foto Cruris Lateral kanan

Tugas Mahasiswa :

1. Buatlah diagnosis banding serta tegakkan diagnosis kerja berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang dengan menyusun resume kasus (case overview). Buatlah
interpretasi foto cruris yang diberikan pada kasus dan buat kerangka konsep!
Jawaban:
Skenario Keterangan
Seorang pasien laki-laki berusia 36 tahun Insidensi: laki-laki lebih banyak dari
perempuan
Datang diantar keluarga ke IGD puskesmas DTP: Puskesmas Dengan Tempat
DTP, Perawatan
KU: Luka pada tungkai bawah sebelah kanan Nanah: infeksi dari bakteri pyogenic
dan mengeluarkan nanah sejak 1 bulan yang (paling sering Staphylococcus aureus)
lalu Sejak sebulan yang lalu: Kronik

DD/ Osteomyelitis: peradangan pada tulang


dan jaringan yang disebabkan oleh bakteri
pyogenik
7 bulan yang lalu, penderita mengalami Mekanisme trauma: fraktur
kecelakaan tertabrak motor saat bersepeda
Pasien tidak dapat menggerakan kaki ROM terbatas, fraktur terbuka
kanannya dan tampak perdarahan dari luka
Penderita berobat ke dukun tulang, diurut dan Faktor presipitasi: penanganan tidak tepat
dipasang spalk
Saat ini bila pasien berjalan menggunakan Faktor komplikasi: ADL (activity
tongkat penyangga daily living) menurun
Status generalis: Dalam batas normal kecuali suhu → febris
Kesadaran: composmentis (tanda infeksi)
Tensi: 120/70 mmHg
Nadi: 80 x/menit
Respirasi: 22 x /menit
Suhu: 37,6C
Status lokalis: Faktor predisposisi: dasar luka terlihat
a/r cruris dextra 1/3 tengah aspek anterior : tulang dapat memudahkan terjadinya
- Look: luka terbuka, ukuran 3x2 cm, dasar infeksi
luka terlihat tulang, tepi luka didapatkan Jaringan granulasi: proses healing → sudah
jaringan granulasi, deformitas (+), tampak kronik.
mengeluarkan nanah berwarna kekuningan Nanah kekuningan: tanda infeksi piogenik

- Feel: nyeri tekan minimal (skala VAS 2) Deformitas, nyeri tekan, ROM terbatas →
tanda fraktur
- Move: ROM terbatas karena kaku dan nyeri
Pemeriksaan Penunjang Hb menurun (normalnya 13 – 18 g/dL) →
- Pemeriksaan laboratorium darah rutin anemia
Hb: 9,8 G/dL Leukosit normal (4500 – 10.000/mm3)
Leukosit: 6100 sel/mm3 Trombosit normal (150.000 –
Trombosit: 381.000 sel/mm3 450.000/mm3)
LED: 24 mm/jam LED meningkat (normalnya < 15 mm/jam)
- Hasil pemeriksaan mikrobiologi dari → inflamasi kronik
apus dasar luka yang bernanah dengan
pewarnaan gram didapatkan bakteri Bakteri gram positif dan menyebabkan
kokus gram positif (+) nanah → bakteri pyogenic Staphylococcus
aureus

Hasil Rontgen Cruris Dextra PA Tampak Involukrum → jaringan tulang


baru di sekitar tulang mati
Cruris Lateral Kanan Terdapat sekuestrum → sebagian atau
seluruh tulang mengalami kematian
jaringan karena gangguan aliran darah atau
infeksi (terlihat bolong-bolong)

Fraktur pada 1/3 medial os tibia dextra, tampak involucrum, sekuestrum → khas pada
Osteomyelitis Kronik
DK/ Osteomyelitis Kronik a/r Cruris Dextra 1/3 Medial

2. Bagaimana definisi dan klasifikasi diagnosis pada kasus? (kasus saat ini dan kasus pada 7 bulan lalu)
Jawaban:
Osteomyelitis (osteo: tulang, myelo: jaringan myeloid sumsum tulang, -itis: peradangan)
Osteomyelitis adalah peradangan dan kerusakan pada tulang yang disebabkan oleh bakteri, mikobakteria,
atau jamur. Gejala umumnya adalah nyeri dan nyeri tekan pada tulang yang terlokalisasi, dapat disertai
dengan gejala sistemik (pada osteomielitis akut seperti demam) atau tanpa gejala sistemik (pada
osteomielitis kronis). Bentuk kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan
baik.

Klasifikasi berdasarkan onset:


1. Akut
Waktu: < 2 minggu
Insidensi: sering terjadi pada anak-anak dan pyogenic yang menyerang secara hematogen
Manifestasi klinis: panas, bengkak, nyeri tulang, kaku
X-Ray: bengkak pada jaringan lunak di sekitarnya

2. Subakut
Waktu: 2-6 minggu
Insidensi: dewasa dan anak-anak
Manifestasi klinis: lebih ringan dari akut sebab mikroorganisme yang menginfeksi sudah tidak terlalu
purulent dan pasien lebih resisten
X-ray: terlihat abcess brodie (infeksi terlokalisasi di dalam tulang yang dikelilingi oleh jaringan keras atau
jaringan sekitar tulang yang terkalsifikasi)

3. Kronik
Waktu: >6 minggu
Insidensi: anak, dewasa, lansia
Manifestasi klinis: nyeri, kemerahan, bengkak, pus
X-ray: terlihat kloaka, sekuestrum (bolong-bolong) dan involucrum (jaringan tulang baru)
Klasifikasi berdasarkan pathogenesis:
1. Hematogen
Disebabkan oleh penyebaran bakteri melalui darah. Biasanya lebih sering terjadi pada anak-anak
dibandingkan dengan orang dewasa, dan tulang panjang biasanya yang terkena. Osteomielitis hematogenus
umumnya disebabkan oleh satu jenis bakteri (monomikroba), paling sering yaitu Staphylococcus aureus.
2. Contigous/Langsung
Disebut juga osteomielitis non-hematogenus, disebabkan oleh penyebaran infeksi dari jaringan sekitar dan
sendi atau infeksi langsung bakteri ke tulang melalui cedera atau operasi. Pada orang dewasa muda,
osteomielitis bersambungan biasanya terjadi dalam konteks cedera dan operasi terkait, sementara pada
orang dewasa yang lebih tua, infeksi biasanya terkait dengan dekubitus (luka tekanan) dan artroplasti sendi
yang terinfeksi. Osteomielitis bersambungan biasanya dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri
(polimikroba) atau hanya satu jenis (monomikroba).

Fraktur terbuka (Fraktur: diskontinuitas tulang)

Berdasarkan jenis:
1. Komplit: garis patah melalui seluruh penampang tulang/kedua korteks tulang
2. Tidak komplit: garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang

Berdasarkan penyebab trauma:


1. Trauma langsung: akibat benturan yang langsung mengenai tempat tersebut
2. Trauma tidak langsung: titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan
3. Patologis: diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma
Berdasarkan mekanisme fraktur:
1) Fraktur transversal: Fraktur yang arahnya melintang secara horizontal pada tulang dan merupakan akibat
trauma langsung
2) Fraktur oblik: Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan
akibat trauma langsung
3) Fraktur spiral: Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi
4) Fraktur kompresi: tulang menjadi lebih pendek dan lebih tebal karena tertekan atau terjepit. Ini biasanya
terjadi pada tulang belakang atau vertebrae.
5) Fraktur avulsi: Fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada
tulang

Berdasarkan bentuk dan jumlah garis fraktur:


1. Fraktur komunitif: garis patah lebih dari 1 tetapi saling berhubungan
2. Fraktur segmental: garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan
3. Fraktur multiple: garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama
Berdasarkan posisi fragmen:
1) Fraktur undisplaced (tidak bergeser): Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan
periosteum masih utuh
2) Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen

Berdasarkan sifat fraktur:


1. Fraktur Terbuka: terputusnya kontinuitas tulang yang disertai kerusakan jaringan di sekitarnya sehingga
terjadi hubungan langsung antara lingkungan luar dengan lingkungan dalam tulang.
2. Fraktur Tertutup: terputusnya kontinuitas tulang tanpa adanya luka di sekitarnya sehingga tidak terjadi
kontak langsung antara tulang dan lingkungan luar.
Klasifikasi fraktur terbuka

3. Bagaimana kaitan mechanism of injury dari kasus dengan tanda dan gejala pada saat kecelakaan (7 bulan
yang lalu) serta bagaimanakah pathogenesis serta factor risiko sejak terjadinya kecelakaan hingga
timbulnnya nanah dan luka yang tidak kunjung sembuh (pada saat sekarang)?
Jawaban:
4. Bagaimana anatomi dan histologi tulang Panjang (kompakta) normal di regio cruris dihubungkan dengan
penyembuhan tulang (bone healing) sesuai kasus tersebut ?
Jawaban:
Anatomi

1. Epifisis: ujung-ujung tulang panjang. Di sini, tulang melebar dan menghasilkan permukaan artikular yang
terlibat dalam sendi dengan tulang-tulang lain. Epifisis juga berperan dalam pertumbuhan tulang.
2. Diafisis: bagian tengah tulang yang merupakan bagian yang paling panjang dan kuat
3. Metaphysis: terletak di antara epifisis dan diafisis. Ini adalah area di mana pertumbuhan tulang terjadi
selama masa pertumbuhan. Metaphysis berisi lempeng pertumbuhan tulang yang akhirnya akan mengeras
saat pertumbuhan berhenti.
4. Periosteum: lapisan luar tulang panjang yang mengelilingi tulang. Ini terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan
serabut luar yang kuat dan lapisan dalam yang berisi sel-sel tulang dan pembuluh darah yang membantu
dalam pertumbuhan dan perbaikan tulang.
5. Medulla (sumsum tulang): berperan dalam produksi sel darah.
6. Korteks: lapisan padat dan keras di sekitar rongga medular yang memberikan tulang panjang kekuatan dan
daya tahan.
7. Pembuluh darah: untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke sel-sel tulang serta mengambil produk limbah
metabolik.

Histologi
1. Jaringan Osseous: Jaringan osseous adalah jaringan utama dalam tulang. Ini terdiri dari sel-sel tulang,
matriks tulang yang terdiri dari kolagen (untuk kekuatan) dan mineral kalsium (untuk kekerasan).
2. Osteosit: Osteosit adalah sel-sel utama yang membentuk matriks tulang dan berperan dalam pemeliharaan
dan pemodelan tulang.
3. Osteoblas: Osteoblas adalah sel-sel yang bertanggung jawab untuk sintesis matriks tulang baru.
4. Osteoklas: Osteoklas adalah sel-sel yang bertanggung jawab untuk resorpsi atau pemecahan tulang yang
ada.
5. Lakuna: seperti mangkok berisi osteosit
6. Kanalikuli: saluran penghubung antar lacuna
7. Kanalis havers: pusat pembuluh darah satu bangunan

Proses penyembuhan tulang


1. Inflamasi (Fase Inflamasi):
• Proses dimulai segera setelah terjadinya fraktur.
• Cedera pada tulang memicu peradangan, yang merupakan respons alami tubuh terhadap cedera. Pembuluh
darah di daerah fraktur melebar, menghasilkan peningkatan aliran darah ke daerah tersebut.
• Sel darah putih, seperti makrofag dan neutrofil, bermigrasi ke area ini untuk membersihkan puing-puing
dan mikroorganisme yang dapat masuk akibat fraktur.
• Faktor pertumbuhan, seperti faktor pertumbuhan transformasi beta (TGF-beta), diproduksi dalam jumlah
besar dan membantu mengatur proses penyembuhan.
2. Pembentukan Kalus (Fase Perbaikan):
• Selama fase ini, sel-sel osteoblas (sel pembentuk tulang) aktif memproduksi jaringan tulang baru atau
kalus.
• Kalus adalah jaringan berbentuk seperti perban yang mengisi celah di antara potongan tulang yang patah.
Kalus ini mengandung komponen-komponen matriks tulang, seperti kolagen, yang memberikan kerangka
kerja untuk tulang baru.
• Osteoblas juga membantu memineralisasi matriks kalus dengan kalsium dan fosfor.
3. Konsolidasi (Fase Konsolidasi):
• Selama fase ini, kalus mulai mengkristal menjadi tulang sejati.
• Sel-sel osteoblas terus memproduksi matriks tulang baru dan secara bertahap menggantikan kalus dengan
tulang sejati.
• Proses ini memperkuat tulang yang retak dan memulihkan bentuk aslinya.
4. Remodeling (Fase Remodeling):
• Tahap ini adalah tahap terakhir dalam penyembuhan tulang.
• Sel-sel osteoklas (sel pemecah tulang) dan osteoblas bekerja bersama untuk merombak tulang baru.
• Osteoklas membantu menghilangkan tulang yang tidak diperlukan, sedangkan osteoblas menggantinya
dengan tulang baru yang lebih padat dan kuat.
• Proses remodeling memakan waktu bertahun-tahun, dan tulang baru menjadi semakin beradaptasi dengan
kekuatan dan tekanan yang dikenakan padanya.

5. Apakah pemeriksaan penunjang yang saudara rencanakan? Bagaimana perkiraan gambaran hasil
pemeriksaan penunjang tersebut?
Jawaban:
- Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menunjukan adanya peningkatan LED (Laju Endap Darah), leukositosis (pada infeksi akut leukosit
naik), dan Hb yang turun (pada kasus pendarahan hebat)
- Pemeriksaan radiologi
1. CT Scan:
• Menggunakan sinar-X dan komputer untuk membuat gambar detail dalam potongan tubuh.
• Berguna untuk deteksi cedera, fraktur, tumor, dan masalah vaskular.
• Cepat, namun melibatkan paparan radiasi.
2. Rontgen (X-Ray):
• Menggunakan sinar-X untuk membuat gambar 2D struktur internal.
• Cepat, mudah, dan murah.
• Berguna untuk deteksi fraktur dan gambaran umum organ dalam.
3. MRI:
• Menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menciptakan gambaran tubuh dalam
potongan.
• Memberikan gambaran detail jaringan lunak, seperti otak dan otot.
• Lebih lama, tidak cocok untuk pasien dengan benda logam di tubuh.
- Arteriografi
Untuk memeriksa kondisi pembuluh darah
- Kultur pembiakan
Berasal dari nanah pasien untuk mengetahui bakteri sehingga dapat mengetahui juga mengenai sensitivitas
obat

Pemeriksaan untuk Fraktur terbuka


• Pemeriksaan darah : memeriksa kadar hematokrit (Ht) dan leukosit, dapat pula dilakukan pemeriksaan
golongan darah dan faktor pembekuan darahnya.
• X-rays/foto polos : mengetahui lokasi
• CT-scan atau MRI : memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan
Lunak

Hasil gambaran x-ray, terdapat:


1. Soft tissue swelling/infeksi jaringan lunak
2. Brodie’s abscess: abses intraosseus yang menunjukkan osteomyelitis subakut
3. Sequestrum: bagian tulang yang mengalami devaskularisasi yang terpisah dari sisa tulang pada
osteomielitis kronis
4. Involucrum: selubung tulang baru yang terbentuk di area sekitar sequestrum
5. Cloaca: celah di korteks tulang yang terkena osteomyelitis kronik untuk mengeluarkan pus
6. Bagaimanakah rencana penatalaksanaan umum dan khusus yang akan saudara Beriikan sesuai diagnosis
pasien dengan kompetensi sesuai dokter umum? Buatlah resep sesuai rencana tatalaksana anda. Kapan
pasien perlu dirujuk? Jelaskan mekanisme obat yang akan anda berikan!
Jawaban:
Tatalaksana awal trauma
Primary survey:
A: airway → cek tanda obstruksi jalan napas
B: breathing → cek respiration rate, inspreksi, auskultasi, palpasi, perkusi thorax, SpO2
C: circulation → cek nadi, tekanan darah, hangat/tidak, capillary refill time
D: disability → cek kesadaran (menggunakan Glasgow coma scale)
E: exposure → cek jejas lainnya

Secondary survey:
AMPLE: allergy, medication, past illness, last meal, events

Tatalaksana awal fraktur terbuka


Fraktur terbuka: kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan pendarahan yang hebat
apabila tidak ditangani dalam waktu 6-8 jam (golden period), dengan cara:
1. Pemberian antibiotic profilaksis
2. Debridemen fraktur: membersihkan luka dari benda asing dan jaringan mati/nekrotik
3. Penutupan luka definitive awal: luka kecil yang tidak terkontaminasi pada fraktur tipe I atau II dapat
dijahit setelah debrimen
4. Stabilisasi fraktur/imobilisasi → menstabilkan fraktur penting dalam membatasi kerusakan

Tatalaksana Fraktur (4R)


1. Recognition: identifikasi fraktur
2. Reduction: mengembalikan fragmen tulang yang fraktur ke alignment normal
3. Retention: mempertahankan alignment tulang dengan imobilisasi dan fiksasi
4. Rehabilitation: memfokuskan pasien untuk dapat beraktivitas sehari-hari

Tatalaksana Open Fracture Grade III


1. Stabilisasi fraktur menggunakan splint atau bandage, tutup luka dengan material yang bersih dan steril
2. Resusitasi, yaitu penatalaksanaan sesuai ATLS bersamaan dengan penanganan fraktur terbuka agar
terhindar dari komplikasi. Tindakan resusitasi dilakukan apabila ditemukan tanda syok hipovolemik
(kehilangan banyak darah), gangguan nafas, gangguan denyut jantung. Penderita diberikan Ringer Laktat,
transfuse darah, pemberian analgetic selama tidak ada kontraindikasi.
3. Penilaian awal untuk memeriksa trauma pada daerah itu sendiri atau komplikasi akibat fraktur
4. Terapi antibiotik spektrum luas, sefalosporin (cefazolin (1x1-2 g)) dikombinasikan dengan
aminoglikosid (gentamisin (3x1-2mg/kgBB)) selama 5 hari. Selanjutnya perawatan luka dilakukan setiap
hari dengan memperhatikan sterilitas
5. Terapi anti tetanus serum. Diindikasikan pada fraktur cruris atau humerus terbuka derajat III, luka yang
dalam, luka kontaminasi, luka dengan kerusakan jaringan yang luas dengan kecurigaan sepsis
6. Debriment, operasi yang bertujuan untuk membersihkan luka dari benda asing dan jaringan mati,
memberikan persediaan darah yang baik di seluruh bagian itu
7. Penanganan jaringan lunak dapat dengan soft tissue transplantation, sedangkan pada tulang yang hilang
dapat dilakukan bone grafting setelah pengobatan infeksi berhasil
8. Penutupan luka, pada luka kecil dan tidak banyak kontaminasi setelah dilakukan debridement dan irigasi
dapat langsung dilakukan penutupan secara primer tanpa tegangan. Sementara, pada luka yang luas dengan
kontaminasi berat sebaiknya dirawat secara terbuka, luka dibalut kassa steril dan dilakukan evaluasi setiap
hari
9. Stabilitas fraktur, awal-awal menggunakakan gips lalu ketika penanganan luka sudah adekuat, baru bisa
dilanjutkan dengan pemasangan gips sirkuler, atau diganti fiksasi internal dengan plate and screw, atau
fiksasi eksternal sebagai terapi stabilisasi definitive. Pemasangan fiksasi internal dapat dipasang setelah
luka jaringan lunak baik dan diyakini tidak ada infeksi lagi, sedangkan pemasangan fiksasi eksternal pada
fraktur terbuka derajat III adalah salah satu pilihan untuk memfiksasi fragmen-fragmen fraktur tersebut
guna mempermudah perawatan luka harian.

PENATALAKSANAAN KHUSUS
1. Antibiotik (Ceftriaxone)
Cephalosphorin generasi III
Cara Kerja: menghambat sintesis dinding bakteri, aktif pada bakteri gram positif
Dosis : 1 x 1-2 gr IV
2. Analgetik (Tramadol)
Cara Kerja: analgetic kuat bekerja pada reseptor cepat
Indikasi: Nyeri sedang hingga berat, nyeri akut dan kronik, nyeri pasca bedah
Kontradiksi : keracunan akut oleh alcohol, analgetic/obat yang mempengaruhi SSP
Dosis : Dosis tunggal 2x100mg IV (dosis maksimal 400 mg/hari)
Efek Samping : mual, muntah, obstipasi, lelah, pusing, berkeringat
3. Stress Ulcer (Omephrazol)
Cara Kerja: penurun asam lambung/ulcer pada lambung dan atau duodenum akibat trauma atau penyakit
Resep obat:

dr. Syifa Sofistika


SIP: 2250141066
Jln. Cemara No. 14
082118320258

Bandung, 13 Oktober 2023


R/ Seftriakson vial 1 gr No. II
∫ 1 dd 2g iv
------------------------------------------------%%
R/ Tramadol 0,5 gr No. V
∫ 1 dd 1 iv
------------------------------------------------%%
R/ Omeprazole cap. 20 mg No. VI
∫ 2 dd 1 cap
-------------------------------------------------%%
Pro : Tn. X
Usia : 36 th
Alamat : Cimahi

7. Buatlah perkiraan kemungkinan komplikasi akibat trauma (fraktur terbuka) dan komplikasi akibat infeksi
tulang yang kronik tersebut ! Jelaskan pula epidemiologi dan prognosis pada kasus
Jawaban:
Komplikasi
Fraktur Terbuka
Early complications
• Cedera vaskular
• Cedera nervus
• Sindrom kompartemen: terjadi ketika ↑ tekanan (misal karena perdarahan, edema) dalam
kompartemen mengganggu sirkulasi & fungsi jaringan di dalam ruang tersebut. 5P (Pain,
Pallor, Pulseless, Paresthesia, Paralysis)
• Osteomyelitis
• Penyakit tromboemboli
Late complications
• Delayed union: penyatuan tulang lambat → garis fraktur masih ada pada x-ray
• Non-union: tidak terjadi penyatuan tulang → pseudoarthrosis (sendi palsu)
• Mal-union: penyatuan tulang tidak sesuai (salah) → deformitas, shortening
• Joint stiffness

Osteomyelitis
• Abses tulang
• Fraktur patologis
• Arthritis septik
• Sepsis → respons inflamasi sistemik akibat adanya infeksi
• Selulitis → inflamasi dermis dan jaringan subkutan di sekitarnya akibat infeksi bakteri
• Pembentukan sinus
• Deformitas tulang
• Karsinoma sel skuamosa

Epidemiologi
Fraktur Terbuka
• Angka kejadiannya adalah 30,7 per 100.000 orang per tahun.
• Kecelakaan kendaraan bermotor adalah penyebab paling umum fraktur terbuka pada
ekstremitas bawah.
• Insiden tertinggi pada laki-laki adalah antara usia 15 dan 19 tahun, sedangkan kejadian tertinggi
pada wanita adalah antara usia 80 dan 89 tahun.
Osteomyelitis
• Angka kejadian osteomielitis lebih tinggi pada negara berkembang
• Angka kematian akibat osteomielitis rendah, biasanya disebabkan sepsis atau kondisi medis
serius yang menyertai.
• Agen penyebab:
1. Staphylococcus aureus (60 – 70% kasus)
2. Streptococcus (10% kasus)
3. Pseudosomonas aeruginosa (20 – 30% kasus)
4. Kingella kingae (agen umum penyebab Osteomielitis pada bayi dan anak

Prognosis
Fraktur Terbuka
Quo ad vitam & Quo ad functionam: dubia ad bonam (tergantung kecepatan dan ketepatan tindakan
Osteomielitis
Quo ad vitam: ad bonam, ad malam jika ada sepsis
Quo ad functionam: Dubia ad bonam
8. Bagaimana saudara mengaplikasikan aspek bioetika humaniora pada kasus tersebut?
Jawaban:
Medical indication (Beneficence):
- Dokter harus menerapkan prinsip golden rule principle
- Dokter melakukan anamnesis, melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis pasien sehingga dapat melaksanakan penatalaksanaan dengan tepat.
Patient preference (Autonomi):
- Menyerahkan keputusan kepada pasien, untuk penanganan fiksasi interna atau eksterna
- Dalam skenario pasien berusia 36 tahun, sehingga termasuk berkompeten dan berkapabilitas
untuk mengambil keputusan sendiri
- Dokter harus selalu melakukan informed consent sebelum melakukan semua pemeriksaan
Quality of life (Non-maleficence):
- Dokter harus mengobati secara proporsional dan mencegah bahaya
- Dokter memberikan resep obat yang sesuai dengan keadaan pasien dengan harga yang murah
dan terjangkau
- Mencegah infeksi atau komplikasi sepsis, kontraktur atau ankyloses pada pasien
Contextual features (Justice):
Pasien berhak untuk mendapatkan pengobatan dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti ekonomi,
agama

9. Sebagai warganegara yang baik seorang dokter perlu mengetahui aspek hukum dari kejadian tabrak lari
yang dialami pasien pada kasus ini. Jelaskanlah pasal pasal dalam UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(UU LLAJ) yang berkaitan dengan kejadian tabrak lari seperti pada kasus ini !
Jawaban:
UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Anda mungkin juga menyukai