Materi Bindo
Materi Bindo
BAHAN KAJIAN
Dosen Pengampu:
PERAWATI, M.Pd.
JUDUL
Diksi atau Pilihan Kata
URAIAN MATERI
1. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata
Pengertian diksi dalam KBBI (2008:264) adalah pilihan kata yang tepat dan selaras
(dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasannya sehingga diperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan). Selanjutnya ,enurut Faizah (2008:33) diksi bisa diartikan
sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan posisi mereka. Diksi bukan hanya
berarti pilih memilih kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan dan
sebagainya. Dalam menulis berita, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan sebuah
gagasan, hal, atau barang, harus diperhatikan. Kata yang tidak tepat dalam konteks kalimat
tertentu akan mempunyai makna yang berbeda, yang tidak sesuai dengan maksud
penulisnya. Hal ini juga akan menimbulkan salah penafsiran.
Pengertian diksi menurut Suwignyo dan Santoso (2008:32) diksi adalah ketepatan
pilihan kata. Untuk memilih kata keilmuan ada dua butir pertimbangannya, yakni kesesuaian
dan ketepatan. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan
pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai,
dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan
secara tepat sehingga mampu mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau
pendengarnya. Selain kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan
tuntutan komunikasi. Finoza (2013:137) juga menjelaskan bahwa pilihan kata (diksi) pada
dasarnya adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalilmat , alinea,
serta wacana. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga
kata yang cocok. Selanjutnya, Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa
diksi adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara
di dalam karang mengarang. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal
karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan
kata yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan dengan menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat agar dapat dipahami. Tujuan diksi tersebut antara lain
membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap
apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang
efektif, melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk gaya
ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga terasa
menyenangkan untuk pendengar atau pembaca. Diksi mempunyai dua arti. Pertama, diksi
merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Kedua, arti
“diksi” yang lebih umum digambarkan dengan kata seni, berbicara jelas, sehingga setiap
kata dapat didengar dan dipahami. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi,
daripada pemilihan kata dan gaya.
3
2. Syarat-Syarat Diksi
Ketetapan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca, seperti yang dipikirkan
atau dirasakan oleh penulis. Menurut Faizah (2008:34) untuk mencapai ketepatan pilihan
kata, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Kata denotatif dan konotatif
dibedakan berdasarkan maknanya. Kata konotatif memiliki makna tambahan atau nilai
rasa. Jika kita dihadapkan pada dua kata yang mempunyai makna mirip, kita harus
menetapkan salah satu yang paling tepat untuk mencapai suatu maksud. Kalau hanya
pengertian dasar yang diinginkan, kita harus memilih kata denotatif; kalau kita
menghendaki reaksi emosional tertentu, kita mempergunakan kata konotatif sesuai
dengan sasaran yang akan dicapai.
b) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Penulis harus berhati-
hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang
diinginkan sehingga tidak timbul salah interpretasi.
c) Bedakan kata umum dan kata khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan
sesuatu daripada kata umum.
d) Gunakan kata-kata indera yang menunjukkan persepsi yang khusus.
e) Perhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
f) Membedakan makna kata secara cermat yang mirip ejaan, misalnya : inferensi
(kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi).
g) Tidak menafsirkan makna secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri jika
pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menentukan makna yang
tepat dalam kamus, misalnya : modern sering diartikan secara subjektif canggih
menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir.
h) Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara
tepat. Menurut Sugono (2003:74) unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia harus mempertajam daya ungkap bahasa Indonesia dan harus
memungkinkan orang menyatakan konsep atau gagasan secara tepat.
i) Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar,
misalnya : sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
j) Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : isu (berasal dari
bahasa inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa
Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulny, kabar angin, desas-desus).
k) Menggunakan kata-kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
norma masyarakat tersebut. Makna konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu.
Contohnya dalam kalimat“ Megawati dan Susilo Bambag Yudhoyono berebut kursi
presiden.” Kalimat tersebut tidak menunjukan makna bahwa Megawati dan Susilo Bambang
Yudhoyono tarik-menarik kursi karena kata kata kursi bukankah makna yang sebenarnya,
yang dimaksud adalah berebut jabatan.
Makna konotatif dan denotatif berhubungan erat denagan kebutuhan pemakaian
bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada suatu makna yang
menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna yang mempunyai tautan pikiran,
perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna
konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus, sedangkan denotatif maknanya bersifat umum.
Kalimat dibawah ini menunjukan hal itu.
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan
gambaran umum seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud
yang bersifat memukau perasaan orang lain. Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat
pula bersifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol
(lebih jelek daripada bodoh), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek
daripada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat mengandung arti kiasan yang terjadi dari
makna denotatif. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda
sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Tabel 7.
Contoh Perbedaan Kata Umum dan Kata Khusus
Contoh kata umum Contoh kata khusus
Buah-buahan Mangga
Apel
Jeruk
Nanas
Anggur
Dan lain sebagainya.
Sapi
Kambing
Domba
Itik
Dan lain sebagainya.
Binatang Monyet
Kelinci
Gajah
Harimau
Rusa
Dan lain sebagainya.
Melihat Menatap
Memandang
Menyaksikan
Menonton
Mengintip
Dan lain sebagainya.
Membawa Memikul
Menenteng
Menjinjing
Dan lain sebagainya.
Dengan demikian kata umum dan kata khusus memiliki makna yang sama akan
tetapi sifat keduanya yang bebeda, dimana kata umum sifatnya luas sedangkan kata khusus
sifatnya lebih rinci.
6. Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan luar bahasa Indonesia. Dari
dalam bahasa Indonesia terbentuk kosa kata baru dengan dasar kata yang sudah ada,
sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan. Dari dalam bahasa
Indonesia terbentuk kata baru, misalnya: tata buku, tata bahasa, daya tahan, dan lain-lain.
Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misalnya: bank,
valuta, dan lain-lain.
8. Ungkapan
Ungkapan atau idiom adalah bentuk bahasa yang merupakan satuan-satuan bahasa
yang menyatakan makna khusus dan telah kehilangan makna lesikal. Menurut Finoza
(1993:135) idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat
dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Sarwoko (2007:115) idiom adalah
kekayaan bahasa Indonesia yang tidak dapat dipersamakan dengan bahasa lain di dunia.
Ungkapan dapat berupa frasa, kata, kalimat dan juga membentuk arti kiasan.
Pengelompokan ungkapan dibagi berdasarkan unsur gabungan serta bentuknya antara lain
:
a) Ungkapan yang dapat dibentuk dari suatu kata yang menunjukan bilangan
Misalnya :
Keponakanku seperti pinang dibelah dua (pinang dibelah dua memiliki arti kembar).
b) Ungkapan yang dapat dibentuk dari suatu kata yang menunjukan nama binatang
Misalnya:
Jangan mencari kambing hitam dalam kelas (memiliki arti mencari orang yang akan
difitnah).
RANGKUMAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang
tepat yang digunakan seseorang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan gagasannya
kepada orang lain. Adapun syarat-syarat ketetapan diksi, yaitu (a) membedakan secara
cermat denotasi dari konotasi; (b) membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir
bersinonim; (c) bedakan kata umum dan kata khusus; (d) gunakan kata-kata indria yang
menunjukkan persepsi yang khusus; (e) perhatikan perubahan makna yang terjadi pada
kata-kata yang sudah dikenal; (f) membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip
ejaannya; (g) tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri
jika pemahaman belum dapat dipastikan; (h) menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan)
harus memahami maknanya secara tepat. (i) menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan
susunan (pasangan) yang benar; (j) menggunakan kata-kata yang berubah makna dengan
cermat; (k) menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata abstrak
(konseptual)
Selain ketetapan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan
kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana, situasi yang hendak ditimbulkan, atau
suasana yang sedang berlangsung. Berikut syarat-syarat kesesuaian kata: (a)
menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan penggunaannya
9
dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan; (b) menggunakan kata
yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat; (c) menggunakan kata berpasangan
(idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat; (d) menggunakan kata dengan nuansa
tertentu; (e) menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan komunikasi non
ilmiah (surat-menyurat, diskusi umum) menggunakan kata populer; dan (f) menghindari
penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal dan Tasai, S.Amran. 2002. Cermat Berbahasa Indonesia Untk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademia Pressindo.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Fasold, Ralph. 1984. The Sosilolinguistics of Society. England: Basic Blackwell Publisher
Garvin, P.L. Mathiot M. 1968. The Urbaization of Guarani Language. Problem in Language
and Culture, dalam Fishman, J.A. (Ed) Reading in Tes Sosiology of Language,
Mounton. Paris–The Hague.
Kridalaksana, Harimurti.1982. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores Nusa Indah
Siregar, Bahrean Umar. 1996. Pemertahanan Bahasa Dan Sikap Bahasa. Medan: USU Press.