Anda di halaman 1dari 34

NOVASI, CESSIE, DAN

SUBROGASI
Perjanjian Utang-Piutang Secara Perdata

▪ Dalam KUHPerdata (pasal 1754), dinyatakan bahwa seseorang yang


meminjamkan sejumlah uang atau barang tertentu kepada pihak lain, ia
(Debitur) akan membayar kembali sejumlah uang yang sama sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
▪ Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998, Pasal 1 (angka 11), dinyatakan bahwa kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

2
KERANGKA UTANG-PIUTANG

Piutang

KREDITUR Perjanjian Utang-Piutang DEBITUR

Utang

3
Perbuatan Hukum Perdata atas Utang-Piutang

▪ Novasi (Pembaruan Utang); dalam KUHPerdata (pasal 1424) dinyatakan bahwa


novasi adalah pembaruan utang yang dilakukan berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak di mana Kreditur dan Debitur bersepakat untuk
menghapuskan perikatan lama dan menggantinya dengan perikatan baru.
▪ Subrogasi; dalam KUHPerdata (pasal 1400) dinyatakan bahwa subrogasi atau
perpindahan hak kreditur kepada seorang pihak ketiga yang membayar kepada
kreditur, dapat terjadi karena persetujuan atau karena undang-undang.
▪ Cessie adalah suatu cara pemindahan piutang atas nama di mana piutang dijual
oleh kreditur lama kepada orang yang nantinya menjadi kreditur baru, hubungan
hukum utang-piutang tidak hapus sedikitpun, tetapi dalam keseluruhannya
dipindahkan kepada Kreditur baru (didasarkan pada KUHPerdata [pasal 613]).

4
Penegasan Perbedaan Subrogasi dan Cessi

Penjelasan mengenai ketentuan subrogasi dan cessi tidak terlihat secara jelas dan tegas
perbedaannya; oleh karena itu perlu penegasan berikut:
▪ Subrogasi merupakan pengalihan piutang Kreditur kepada Kreditur Baru yang
bersifat probono; misalnya piutang Kreditur berjumlah 100 juta, dibayar oleh Kreditur
baru sebesar 100 juta; Kreditur Baru kemudian mempunyai piutang kepada Dibetur
atas dasar perjanjian utang-piutang yang dilakukan oleh Kreditur lama dan Debitur.
▪ Cessie merupakan pengalihan piutang Kreditur kepada Kreditur Baru yang bersifat
bisnis; misalnya piutang Kreditur berjumlah 100 juta, dibayar oleh Kreditur baru
sebesar 90 juta; Kreditur Baru kemudian mempunyai piutang kepada Dibetur atas
dasar perjanjian utang-piutang yang dilakukan oleh Kreditur lama dan Debitur
sebesar 100 juta (Kreditur Baru memperoleh keuntungan sebesar 10 juta).

5
NOVASI-OBJEKTIF

Piutang

Perjanjian Sewa (utang/Piutang


KREDITUR sewa) dihentikan dan dilanjutkan DEBITUR
dengan perjanjian jual-beli

Utang

6
SUBROGASI

Piutang

KREDITUR Perjanjian Utang-Piutang DEBITUR

Piutang dialihkan
secara at-par

Utang

KREDITUR-BARU
7
CESSIE

Piutang

KREDITUR Perjanjian Utang-Piutang DEBITUR

Piutang dialihkan
secara Bisnis

Utang

KREDITUR-BARU
8
NOVASI SUBYEKTIF-AKTIF

Piutang

Perjanjian Sewa (utang/Piutang


KREDITUR sewa) dihentikan dan dilanjutkan DEBITUR
dengan perjanjian jual-beli

Piutang Dialihkan
Hak Tagih Dilanjutkan
oleh Kreditur Baru

Utang

KREDITUR-BARU
9
NOVASI SUBYEKTIF-PASIF

Piutang

Perjanjian Sewa (utang/Piutang


KREDITUR sewa) dihentikan dan dilanjutkan DEBITUR
dengan perjanjian jual-beli

Utang Dialihkan
(Mirip Over Credit
Pembayaran utang kepada Kreditur
Dilanjutkan oleh Debitur Baru

Utang

DEBITUR-BARU
10
UTANG: SEBAB DAN AKAD PENGALIHANNYA SECARA SYARIAH

11
Ragam Akad Syariah-1

1
2 3 4 5

`Aqd al-Mu`awadhat `Aqd al-Mudayanat `Aqd al-Musyarakat `Aqd al-Tabarru`at `aqd al-Mustahdatsah

Ragam Akad Syariah-2

1 2 3 4 5 6 7 8

`Aqd al-Mu`awadhat `Aqd al-Isqathat `Aqd al-Taqyidat `Aqd al-Tautsiqat

`Aqd al-Tabarru`at `Aqd al-Ithlaqath `Aqd al-Musyarakat `Aqd al-Istihfazhat


12
Perjanjian Utang-Piutang Secara Syariah
▪ Akad mudayanat-ashliyyah adalah akad jika
dilakukan akan melahirkan utang-piutang atas
▪ Dalam fikih mu`amalat maliyyah dasar ketentuan syariah yang mencakup:
dikenal akad mudayanat (yaitu o akad jual-beli salam (melahirkan utang/piutang
akad yang jikan dilakukan akan mabi` [apa yang dibeli]); karena tsaman wajib
melahirkan utang-piutang [dain]). dibayar tunai;
▪ Akad mudayanat dikelompokkan o akad jual-beli istishna` (melahirkan
menjadi dua: utang/piutang mabi` [apa yang dibeli] dan
harga jika tidak dibayar tunai), dan
o akad mudayanat-ashliyyah; dan
o akad qardh; yaitu mengutangkan uang (dalam
o akad mudayanat-sababiyyah. konteks LKS) yang wajib dibayar oleh
muqtaridh, dengan syarat tidak boleh ada
tambahan atas dasar kesepakatan atau
kebiasaan.
13
Perjanjian Utang-Piutang Secara Syariah
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
Akad mudayanat-sababiyyah adalah dipersamakan dengan itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan
akad-tamlikat yang disertai musyarakah;
(muqtarinah) kesepakatan untuk: b. transksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa-beli
dalam bentuk ijarah muntahiyya bittamlik;
▪ membayar harga (tsaman) atau c. transaksi dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna`;
sewa (ujrah) secara tidak tunai, dan
d. transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
▪ bagi hasil yang menjadi hak mitra e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah mutlijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
(LKS) yang tidak diserahkan oleh dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
mitra lainnya (Nasabah) baik dalam dibiayai dan/ayau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan
dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
akad syirkah maupun mudharabah. ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

(UU Nomor 21 Tahun 2008, pasal 1, angka 25).

14
Fikih terkait Pengalihan Utang/Piutang
1

▪ Hawalah/Hiwalah merupakan akad antara Muhil, Muhal, dan Muhtal.


▪ Hawalah terdiri atas dua bentuk; yaitu:
o Hawalah al-dain; yakni pengalihan utang (Madin yang mengalihkan
kewajiban membayar utangnya kepada pihak lain [Muhal]), dan
o Hawalah al-haqq; yakni pengalihan piutang (Da’in yang mengalihkan
putangnya kepada pihak lain [Muhal]).
▪ Dalam hawalah terdapat tiga pihak:
o Muhil (Madin dalam hawalah al-dain; dan Da’in dalam hawalah al-haqq);
o Muhal (pihak Ketiga [`Aqid Baru] yang menjadi Madin [Baru] dalam hawalah
al-dain; dan Da’in [Baru] dalam hawalah al-haqq);
o Muhtal (Madin dalam hawalah al-haqq; dan Da’in dalam hawalah al-dain)

15
Fikih terkait Pengalihan Utang/Piutang
2 3
▪ Bai` al-Dain; diterjemahkan menjadi jual-beli
piutang (yakni Da’in mengalihkan hak tagihnya ▪ Kafalah (bi al-mal); pengalihan kewajiban
kepada pihak lain, sehingga pihak lain membayar utang dapat dilakukan melalui
berkedudukan sebagai Da’in Baru) atas skema akad kafalah (bi al-mal); baik tanpa
perjanjian utang-piutang yang dilakukan Da’in imbalan maupun disertai imabalan (kafalah bi
lama dengan madin. al-ujrah).
▪ Penjualan piutang dalam fatwa DSN-MUI
dibolehkan dengan mengikuti ketentuan yang
digagas oleh ulama Malikiah; yakni bai` al-
dain yang terhindar dari riba nasa’ dan fadhl
(nasi’ah).
▪ Pengalihan piutang dapat dilakukan secara
komersil (cessie) dan secara social (subrogasi)

16
Ketentuan Novasi dalam Fatwa DSN-MUI

17
NOVASI = KONVERSI AKAD (Fatwa Nomor 31 Tahun 2002)

PENYELESAIAN
UTANG DI LKK
UTANG DI LKK

1 Qardh Jual-Beli Pelunasan Qardh

a Jual-Beli Murabahah

b Akad Ijarah

c Akad IMBT
Pelunasan Utang
Jual-Beli
di LKK
2 Sebagian Aset
Milik Nasabah Jual-Beli Murabahah secara
Terjadi Syirkah
18 Milik atas Aset
Musya`
KONVERSI AKAD MURABAHAH (Fatwa Nomor 49 Tahun 2005)

Akad Murabahah Diakhiri dengan cara:


LKS dan nasabah ex-murabahah tersebut
• Obyek murabahah dijual oleh nasabah dapat membuat akad baru dengan akad:
kepada LKS dengan harga pasar;
o Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang
• Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada
tersebut di atas dengan merujuk kepada
LKS dari hasil penjualan;
fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002
• Apabila hasil penjualan melebihi sisa tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi
hutang maka kelebihan itu dapat dijadikan Al-Tamlik;
uang muka untuk akad ijarah atau bagian
o Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa
modal dari mudharabah dan musyarakah;
DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang
• Apabila hasil penjualan lebih kecil dari
Pembiayaan Mudharabah (Qiradh); atau
sisa hutang maka sisa hutang tetap
menjadi hutang nasabah yang cara o Musyarakah dengan merujuk kepada fatwa
pelunasannya disepakati antara LKS dan DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
nasabah. Pembiayaan Musyarakah.
Ketentuan Cessie dan Subrogasi
dalam Fatwa DSN-MUI

20
SUBROGASI Hawalah al-Haqq

Piutang

KREDITUR Perjanjian Utang-Piutang DEBITUR

Piutang dialihkan
secara at-par

Utang

KREDITUR-BARU
21
CESSIE Hawalah bi al-Ujrah `ala al-Haqq

Piutang

KREDITUR Perjanjian Utang-Piutang DEBITUR

Piutang dialihkan
secara Bisnis

Utang

KREDITUR-BARU
22
HAWALAH AL-DAIN (BI AL-UJRAH ATAU TANPA UJRAH)

Piutang

KREDITUR Perjanjian utang-piutang yang DEBITUR


sesuai syariah

Utang Dialihkan
(Mirip Over Credit
Pembayaran utang kepada Kreditur
Dilanjutkan oleh Debitur Baru

Utang

DEBITUR-BARU
23
Ketentuan Hawalah (Fatwa Nomor 58 o Hawalah bil ujrah hanya berlaku pada hawalah
Tahun 2007) muthlaqah.
o Dalam hawalah muthlaqah, muhal ’alaih boleh
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan menerima ujrah/fee atas kesediaan dan komitmennya
▪ Hawalah adalah pengalihan utang dari satu untuk membayar utang muhil.
pihak ke pihak lain, terdiri atas hawalah o Besarnya fee tersebut harus ditetapkan pada saat
muqayyadah dan hawalah muthlaqah. akad secara jelas, tetap dan pasti sesuai kesepakatan
para pihak.
▪ Hawalah muqayyadah adalah hawalah di
o Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para
mana muhil adalah orang yang berutang pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam
kepada muhal sekaligus berpiutang kepada mengadakan kontrak (akad).
muhal ’alaih sebagaimana dimaksud dalam o Hawalah harus dilakukan atas dasar kerelaan dari
Fatwa No.12/DSN-MUI/IV/2000 tentang para pihak yang terkait.
Hawalah. o Kedudukan dan kewajiban para pihak harus
dinyatakan dalam akad secara tegas.
▪ Hawalah muthlaqah adalah hawalah di mana
o Jika transaksi hawalah telah dilakukan, hak penagihan
muhil adalah orang yang berutang tetapi
muhal berpindah kepada muhal ‘alaih.
tidak berpiutang kepada muhal ’alaih; o LKS yang melakukan akad Hawalah bil Ujrah boleh
▪ Hawalah bil ujrah adalah hawalah dengan memberikan sebagian fee hawalah kepada shahibul
pengenaan ujrah/fee; mal.
NOVASI
Fatwa N0: 103/DSN-MUI/X/2016
Tentang
Novasi Subjektif
Berdasarkan Prinsip Syariah
MEKANISME NOVASI SYARIAH

• Novasi Subyektif Aktif Tanpa Kompensasi ('Iwadh)


1

• Novasi Subyektif Aktif Dengan Kompensasi ('Iwadh)


2

• Novasi Subyektif Pasif Tanpa Kompensasi ('Iwadh)


3

• Novasi Subyektif Pasif Dengan Kompensasi ('Iwadh)


4

26
KETENTUAN KHUSUS

27
SUBROGASI
Fatwa N0: 104/DSN-MUI/X/2016
Tentang
Subrogasi Berdasarkan Prinsip Syariah
PENGERTIAN SUBROGASI

PERGANTIAN HAK DA'IN LAMA (KREDITUR LAMA) OLEH


DA'IN BARU (KREDITUR BARU) KARENA PIUTANG DA'IN
LAMA DILUNASI OLEH DA'IN BARU (IWADH).

29
MEKANISME SUBROGASI SYARIAH

• Subrogasi Tanpa Kompensasi ('Iwadh)


1

• Subrogasi dengan Kompensasi (Iwadh) dan


2 Tanpa Wakalah Pembelian Barang

• Subrogasi dengan Kompensasi ('Iwadh) dan


3 Wakalah Pembelian Barang

30
TITIK KRUSIAL IMPLEMENTASI SUBROGASI/CESSI DALAM PRAKTIK

31
KETENTUAN KHUSUS
1. BIAYA SUBROGASI YANG TIMBUL MENJADI BEBAN DA'IN LAMA DAN DA'IN BARU SESUAI
KESEPAKATAN;
2. BENTUK SUBROGASI YANG DISERTAI DENGAN KOMPENSASI DALAM HUKUM PERDATA
INDONESIA DIKENAL DENGAN CESSIE;
3. PENGALIHAN PIUTANG (MELALUI JUAL BELI) HARUS MEMENUHI KETENTUAN-KETENTUAN
KHUSUS BERIKUT:
a. PIUTANG UANG (AL-DAIN AL-NAQDI) HANYA BOLEH DIALIHKAN DENGAN BARANG
(SIL'AH) SEBAGAI ALAT BAYAR (TSAMAN);
b. PIUTANG YANG AKAN DIALIHKAN HARUS JELAS JUMLAH DAN SPESIFIKASINYA;
c. PIUTANG YANG DIALIHKAN TIDAK SEDANG DIJADIKAN JAMINAN (AL-RAHN). PIUTANG
YANG SEDANG DIJADIKAN JAMINAN BOLEH DIJUAL SETELAH MENDAPAT IZIN DARI
PENERIMA JAMINAN;

32
KETENTUAN KHUSUS

d. BARANG (SIL'AH) YANG DIJADIKAN SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN (TSAMAN)


HARUS BARANG YANG HALAL, JELAS JENIS SERTA NILAINYA SESUAI
KESEPAKATAN;
e. KETIKA TRANSAKSI PENGALIHAN PIUTANG DILAKUKAN, DA'IN BARU HARUS
SUDAH MEMILIKI SIL'AH YANG AKAN DIJADIKAN TSAMAN, BAIK DIBELI DI BURSA
MAUPUN DI LUAR BURSA, BAIK DIBELI SENDIRI MAUPUN MELALUI WAKIL;
f. PERNBAYARAN HARGA ATAS PENGALIHAN PIUTANG HARUS DILAKUKAN SECARA
TUNAI; DAN
g. SUBROGASI HANYA BOLEH DILAKUKAN ATAS PIUTANG YANG SAH
BERDASARKAN SYARIAH DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERLAKU.

33
‫‪Sekean,‬‬
‫وهللا اعلم بالصواب‬

Anda mungkin juga menyukai