SUBROGASI
Perjanjian Utang-Piutang Secara Perdata
2
KERANGKA UTANG-PIUTANG
Piutang
Utang
3
Perbuatan Hukum Perdata atas Utang-Piutang
4
Penegasan Perbedaan Subrogasi dan Cessi
Penjelasan mengenai ketentuan subrogasi dan cessi tidak terlihat secara jelas dan tegas
perbedaannya; oleh karena itu perlu penegasan berikut:
▪ Subrogasi merupakan pengalihan piutang Kreditur kepada Kreditur Baru yang
bersifat probono; misalnya piutang Kreditur berjumlah 100 juta, dibayar oleh Kreditur
baru sebesar 100 juta; Kreditur Baru kemudian mempunyai piutang kepada Dibetur
atas dasar perjanjian utang-piutang yang dilakukan oleh Kreditur lama dan Debitur.
▪ Cessie merupakan pengalihan piutang Kreditur kepada Kreditur Baru yang bersifat
bisnis; misalnya piutang Kreditur berjumlah 100 juta, dibayar oleh Kreditur baru
sebesar 90 juta; Kreditur Baru kemudian mempunyai piutang kepada Dibetur atas
dasar perjanjian utang-piutang yang dilakukan oleh Kreditur lama dan Debitur
sebesar 100 juta (Kreditur Baru memperoleh keuntungan sebesar 10 juta).
5
NOVASI-OBJEKTIF
Piutang
Utang
6
SUBROGASI
Piutang
Piutang dialihkan
secara at-par
Utang
KREDITUR-BARU
7
CESSIE
Piutang
Piutang dialihkan
secara Bisnis
Utang
KREDITUR-BARU
8
NOVASI SUBYEKTIF-AKTIF
Piutang
Piutang Dialihkan
Hak Tagih Dilanjutkan
oleh Kreditur Baru
Utang
KREDITUR-BARU
9
NOVASI SUBYEKTIF-PASIF
Piutang
Utang Dialihkan
(Mirip Over Credit
Pembayaran utang kepada Kreditur
Dilanjutkan oleh Debitur Baru
Utang
DEBITUR-BARU
10
UTANG: SEBAB DAN AKAD PENGALIHANNYA SECARA SYARIAH
11
Ragam Akad Syariah-1
1
2 3 4 5
`Aqd al-Mu`awadhat `Aqd al-Mudayanat `Aqd al-Musyarakat `Aqd al-Tabarru`at `aqd al-Mustahdatsah
1 2 3 4 5 6 7 8
14
Fikih terkait Pengalihan Utang/Piutang
1
15
Fikih terkait Pengalihan Utang/Piutang
2 3
▪ Bai` al-Dain; diterjemahkan menjadi jual-beli
piutang (yakni Da’in mengalihkan hak tagihnya ▪ Kafalah (bi al-mal); pengalihan kewajiban
kepada pihak lain, sehingga pihak lain membayar utang dapat dilakukan melalui
berkedudukan sebagai Da’in Baru) atas skema akad kafalah (bi al-mal); baik tanpa
perjanjian utang-piutang yang dilakukan Da’in imbalan maupun disertai imabalan (kafalah bi
lama dengan madin. al-ujrah).
▪ Penjualan piutang dalam fatwa DSN-MUI
dibolehkan dengan mengikuti ketentuan yang
digagas oleh ulama Malikiah; yakni bai` al-
dain yang terhindar dari riba nasa’ dan fadhl
(nasi’ah).
▪ Pengalihan piutang dapat dilakukan secara
komersil (cessie) dan secara social (subrogasi)
16
Ketentuan Novasi dalam Fatwa DSN-MUI
17
NOVASI = KONVERSI AKAD (Fatwa Nomor 31 Tahun 2002)
PENYELESAIAN
UTANG DI LKK
UTANG DI LKK
a Jual-Beli Murabahah
b Akad Ijarah
c Akad IMBT
Pelunasan Utang
Jual-Beli
di LKK
2 Sebagian Aset
Milik Nasabah Jual-Beli Murabahah secara
Terjadi Syirkah
18 Milik atas Aset
Musya`
KONVERSI AKAD MURABAHAH (Fatwa Nomor 49 Tahun 2005)
20
SUBROGASI Hawalah al-Haqq
Piutang
Piutang dialihkan
secara at-par
Utang
KREDITUR-BARU
21
CESSIE Hawalah bi al-Ujrah `ala al-Haqq
Piutang
Piutang dialihkan
secara Bisnis
Utang
KREDITUR-BARU
22
HAWALAH AL-DAIN (BI AL-UJRAH ATAU TANPA UJRAH)
Piutang
Utang Dialihkan
(Mirip Over Credit
Pembayaran utang kepada Kreditur
Dilanjutkan oleh Debitur Baru
Utang
DEBITUR-BARU
23
Ketentuan Hawalah (Fatwa Nomor 58 o Hawalah bil ujrah hanya berlaku pada hawalah
Tahun 2007) muthlaqah.
o Dalam hawalah muthlaqah, muhal ’alaih boleh
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan menerima ujrah/fee atas kesediaan dan komitmennya
▪ Hawalah adalah pengalihan utang dari satu untuk membayar utang muhil.
pihak ke pihak lain, terdiri atas hawalah o Besarnya fee tersebut harus ditetapkan pada saat
muqayyadah dan hawalah muthlaqah. akad secara jelas, tetap dan pasti sesuai kesepakatan
para pihak.
▪ Hawalah muqayyadah adalah hawalah di
o Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para
mana muhil adalah orang yang berutang pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam
kepada muhal sekaligus berpiutang kepada mengadakan kontrak (akad).
muhal ’alaih sebagaimana dimaksud dalam o Hawalah harus dilakukan atas dasar kerelaan dari
Fatwa No.12/DSN-MUI/IV/2000 tentang para pihak yang terkait.
Hawalah. o Kedudukan dan kewajiban para pihak harus
dinyatakan dalam akad secara tegas.
▪ Hawalah muthlaqah adalah hawalah di mana
o Jika transaksi hawalah telah dilakukan, hak penagihan
muhil adalah orang yang berutang tetapi
muhal berpindah kepada muhal ‘alaih.
tidak berpiutang kepada muhal ’alaih; o LKS yang melakukan akad Hawalah bil Ujrah boleh
▪ Hawalah bil ujrah adalah hawalah dengan memberikan sebagian fee hawalah kepada shahibul
pengenaan ujrah/fee; mal.
NOVASI
Fatwa N0: 103/DSN-MUI/X/2016
Tentang
Novasi Subjektif
Berdasarkan Prinsip Syariah
MEKANISME NOVASI SYARIAH
26
KETENTUAN KHUSUS
27
SUBROGASI
Fatwa N0: 104/DSN-MUI/X/2016
Tentang
Subrogasi Berdasarkan Prinsip Syariah
PENGERTIAN SUBROGASI
29
MEKANISME SUBROGASI SYARIAH
30
TITIK KRUSIAL IMPLEMENTASI SUBROGASI/CESSI DALAM PRAKTIK
31
KETENTUAN KHUSUS
1. BIAYA SUBROGASI YANG TIMBUL MENJADI BEBAN DA'IN LAMA DAN DA'IN BARU SESUAI
KESEPAKATAN;
2. BENTUK SUBROGASI YANG DISERTAI DENGAN KOMPENSASI DALAM HUKUM PERDATA
INDONESIA DIKENAL DENGAN CESSIE;
3. PENGALIHAN PIUTANG (MELALUI JUAL BELI) HARUS MEMENUHI KETENTUAN-KETENTUAN
KHUSUS BERIKUT:
a. PIUTANG UANG (AL-DAIN AL-NAQDI) HANYA BOLEH DIALIHKAN DENGAN BARANG
(SIL'AH) SEBAGAI ALAT BAYAR (TSAMAN);
b. PIUTANG YANG AKAN DIALIHKAN HARUS JELAS JUMLAH DAN SPESIFIKASINYA;
c. PIUTANG YANG DIALIHKAN TIDAK SEDANG DIJADIKAN JAMINAN (AL-RAHN). PIUTANG
YANG SEDANG DIJADIKAN JAMINAN BOLEH DIJUAL SETELAH MENDAPAT IZIN DARI
PENERIMA JAMINAN;
32
KETENTUAN KHUSUS
33
Sekean,
وهللا اعلم بالصواب