Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Inovasi Proses, Vol 2. No.

2 (September, 2017) ISSN: 2338-6452

PEMURNIAN BIOETANOL FUEL GRADE DARI CRUDE ETHANOL


(VARIABEL DISTILASI-EKSTRAKSI)

Jaffarudin Janu Wahyudi, Sri Rahayu Gusmarwani


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
jaffaryudi@gmail.com

INTISARI
Fuel grade ethanol adalah alkohol murni yang bebas air (anhydrous alcohol) dan berkadar
lebih dari 99,5%. Metode yang bisa digunakan dalam proses pemurnian etanol fuel grade adalah
dengan metode distilasi ekstraktif. Metode penyulingan ekstraktif menggunakan pemisahan pelarut,
yang umumnya non-volatile, memiliki titik didih tinggi dan miscible dengan campuran, tetapi tidak
merupakan campuran azeotrop. Penelitian ini menggunakan solvent dietilen glikol karena harganya
relatif murah dan biasanya digunakan sebagai pendingin radiator.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan etanol fuel grade dengan cara destilasi ekstraktif
menggunakan solvent dietilen glikol. Mula-mula umpan divariasikan dengan perbandingan etanol :
solvent yaitu 390 mL : 10 mL, 375 mL : 25 mL, 350 mL : 50 mL, 300 mL : 100 mL, 250 mL : 150 mL,
200 mL : 200 mL kemudian didistilasi menggunakan distilasi kolom berpacking sampai titik didih
etanol.
Diperoleh hasil distilat lalu di analisa kadar etanolnya dengan menggunakan berat jenis dan
piknometer. Didapatkan hasil dengan menggunakan jumlah solvent dietilen glikol yang ditambahkan
yaitu sebanyak 50 mL diperoleh kondisi optimum persentase hasil kadar etanolnya sebesar 99,29%
dengan berat jenis distilat ρ = 0,79151 gr/mL.

Kata kunci : Fuel grade ethanol, azeotrop, distilasi ekstraktif, dietilen glikol

PENDAHULUAN airnya terlampau tinggi. Sebetulnya bioetanol


Ketersediaan energi adalah syarat berkadar kemurnian 95% masih layak
mutlak khususnya dalam pelaksanaan dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor.
pembangunan nasional baik pada saat ini Hanya saja, dengan kadar kemurnian itu perlu
maupun pada masa yang akan datang, guna penambahan zat antikorosif pada tangki bahan
menjamin pemenuhan pasokan energi yang bakar agar tidak menimbulkan karat.
merupakan tantangan utama bagi bangsa Sayangnya, saat ini banyak produsen yang
Indonesia. Cadangan energi fosil tidak akan menghasilkan bioetanol dengan kemurnian di
kekal karena persediaan energi fosil lama- bawah 95-99%.
lama juga akan habis jika di eksploitasi Manfaat pemakaian biofuel di
berlebihan. Oleh karena itu, harus dilakukan Indonesia yaitu memperbesar basis sumber
antisipasi dengan berbagai upaya untuk daya bahan bakar cair, mengurangi impor
mengurangi ketergantungan terhadap energi bahan bakar minyak, menguatkan security of
fosil tersebut. Energi fosil saat ini harus segera supply bahan bakar, meningkatkan
digantikan dengan energi alternatif yang kesempatan kerja, berpotensi mengurangi
bersifat terbarukan dan ramah lingkungan, ketimpangan pendapatan individu dan
mengingat cadangan sumber energi fosil antardaerah, meningkatkan kemampuan
tersebut semakin menipis. nasional dalam teknologi pertanian dan
Bioetanol digunakan sebagai bahan industri, mengurangi kecenderungan
bakar murni atau dicampur dengan premium pemanasan global dan pencemaran udara
dalam konsentrasi yang bervariasi. Alasan (bahan bakar ramah lingkungan) serta
bioetanol digunakan sebagai bahan bakar berpotensi mendorong ekspor komoditi baru
selain karena sifatnya yang dapat (Martono dan Sasongko, 2007).
menggantikan premium adalah bioetanol Fuel grade ethanol adalah alkohol
memiliki kelebihan. Kelebihan bioetanol murni yang bebas air (anhydrous alcohol) dan
dibandingkan dengan premium yang selama berkadar lebih dari 99,5%. Penggunaan
ini kita gunakan adalah ramah lingkungan dan bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan
dapat diperbaharui. bermotor bervariasi antara vlend hingga
Bioetanol dengan kadar antara 95% bioetanol murni. Bioetanol sering disebut
sampai 99,8%. Bioetanol memang potensial dengan notasi “Ex”, dimana x adalah
dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan persentase kandungan bioetanol dalam bahan
bermotor, kemurnian 99,5% adalah Syarat itu bakar. Beberapa contoh penggunaan notasi
mutlak karena jika berkadar di bawah 90%, “Ex” antara lain :
mesin tidak bisa menyala karena kandungan
43
Jurnal Inovasi Proses, Vol 2. No. 2 (September, 2017) ISSN: 2338-6452

1. E100,bioetanol 100% atau tanpa 3. Destilasi vakum (destilasi tekanan


campuran rendah)
2. E85, campuran 85% bioetanol dan Distilasi vakum adalah distilasi yang
bensin 15% tekanan operasinya 0,4 atm (300 mmHg
3. E5, campuran 5% bioetanol dan bensin absolut). Distilasi yang dilakukan dalam
95% tekanan operasi ini biasanya karena
Bioetanol dengan kandungan 100% beberapa alasan yaitu :
memiliki nilai oktan (octane) RON 116-129, a. Sifat penguapan relatif antar komponen
yang relatif lebih tinggi dibandingkan bahan biasanya meningkat seiring dengan
bakar premium dengan nilai oktan RON 88. menurunnya boiling temperature.
Karena nilai oktan yang tinggi,bioetanol dapat b. Distilasi pada temperatur rendah
digunakan sebagai pendongkrak oktan (octane dilakukan ketika mengolah produk yang
booster) untuk bahan bakar beroktan rendah. sensitif terhadap variabel temperatur.
Nilai oktan yang lebih tinggi pada bioetanol c. Proses pemisahan dapat dilakukan
juga berpengaruh positif terhadap efisiensi dan terhadap komponen dengan tekanan
daya mesin. uap yang sangat rendah atau
Menurut Gusmarwani, dkk. (2011), komponen dengan ikatan yang dapat
kadar etanol yang dihasilkan dari proses terputus pada titik didihnya.
fermentasi hidrolisat bonggol pisang sebanyak d. Reboiler dengan temperatur yang
7,3847% dengan kondisi pH fermentasi adalah rendah yang menggunakan sumber
10 dan menggunakan Ca(OH)2 untuk proses energi dengan harga yang lebih murah
penetralan pH. seperti steam dengan tekanan rendah
Destilasi adalah suatu proses atau air panas.
pemurnian yang didahului dengan penguapan 4. Refluks / destruksi
senyawa cair dengan cara memanaskannya, Refluks / destruksi ini bisa dimasukkan
kemudian mengembunkan uap yang terbentuk. dalam macam-macam destilasi walau pada
Prinsip dasar dari denstilasi adalah perbedaan prinsipnya agak berkelainan. Refluks
titik dari zat-zat cair dalam campuran zat cair dilakukan untuk mempercepat reaksi dengan
tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki jalan pemanasan tetapi tidak akan
titik didih terendah akan menguap terlebih mengurangi jumLah zat yang ada.
dahulu, kemudian apabila didinginkan akan 5. Destilasi azeotrop
mengembun dan menetes sebagai zat murni Digunakan dalam memisahkan
(destilat) (Anonim, 2008). campuran azeotrop (campuran campuran
Berdasarkan kegunaan dan ketelitian dua atau lebih komponen yang sulit di
dalam pemisahan dua zat yang berbeda pisahkan), biasanya dalam prosesnya
destilasi dibedakan menjadi beberapa jenis digunakan senyawa lain yang dapat
sebagai berikut : memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan
1. Destilasi sederhana menggunakan tekanan tinggi.
Biasanya destilasi sederhana Banyak metode yang bisa digunakan
digunakan untuk memisahkan zat cair yang untuk menghilangkan titik azeotrop pada
titik didihnya rendah, atau memisahkan zat campuran heterogen. Contoh campuran
cair dengan zat padat atau minyak. Proses heterogen yang mengandung titik azeotrop
ini dilakukan dengan mengalirkan uap zat yang paling populer adalah campuran etanol-
cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya air, campuran ini dengan metode distilasi biasa
ditampung dalam suatu wadah, namun tidak bisa menghasilkan etanol teknis (99%
hasilnya tidak benar-benar murni atau biasa lebih) melainkan maksimal hanya sekitar
dikatakan tidak murni karena hanya bersifat 96,25%. Hal ini terjadi karena konsentrasi yang
memisahkan zat cair yang titik didih rendah lebih tinggi harus melewati terlebih dahulu titik
atau zat cair dengan zat padat atau minyak. azeotrop, dimana komposisi kesetimbangan
2. Destilasi bertingkat (fraksionasi) cair-gas etanol-air saling bersilangan.
Proses ini digunan untuk komponen Beberapa metode yang populer digunakan
yang memiliki titik didih yang berdekatan. adalah :
Pada dasarnya sama dengan destilasi 1. Pressure Swing Distillation
sederhana, hanya saja memiliki kondensor Dalam pemisahan campuran propanol-
yang lebih banyak sehingga mampu ethyl acetate, digunakan metode pressure
memisahkan dua komponen yang memLiki swing distillation. Prinsip yang digunakan
perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada pada metode ini yaitu pada tekanan yang
proses ini akan didapatkan substansi kimia berbeda, komposisi azeotrop suatu
yang lebih murni, kerena melewati campuran akan berbeda pula. Berdasarkan
kondensor yang banyak. prinsip tersebut, distilasi dilakukan bertahap
44
Jurnal Inovasi Proses, Vol 2. No. 2 (September, 2017) ISSN: 2338-6452

menggunakan 2 kolom distilasi yang Biaya total yang diperlukan adalah jumlah dari
beroperasi pada tekanan yang berbeda. modal dasar dan biaya operasi tersebut.
Kolom distilasi pertama memiliki tekanan Pertimbangan pemilihan solven antara
operasi yang lebih tinggi dari kolom distilasi lain : Harga relatif murah, pemakaian tidak
kedua. Produk bawah kolom pertama banyak, perbedaan relative volatility tinggi,
menghasilkan ethyl acetate murni tidak berbahaya dan mudah dipisahkan dari air
sedangkan produk atasnya ialah campuran (limbah solven seminim mungkin) maka dari itu
propanol-ethyl acetate yang komposisinya digunakan dietilen glikol yang biasanya
mendekati komposisi azeotropnya. Produk dijadikan pendingin radiator.
atas kolom pertama tersebut kemudian Pada penelitian ini akan dilakukan
didistilasi kembali pada kolom yang proses distilasi ekstraktif dan salt effect yang
bertekanan lebih rendah (kolom kedua). dipanaskan sampai titik didih etanol.
Produk bawah kolom kedua menghasilkan Komponen ketiga berupa solven yang
propanol murni sedangkan produk atasnya ditambahkan akan mempengaruhi komposisi
merupakan campuran propanol-ethyl acetate fase liquid dan fase uap sehingga relative
yang komposisinya mendekati komposisi volatility system akan berubah.
azeotropnya.
2. Extractive Distillation METODE PENELITIAN
Distilasi ekstraktif didefinisikan sebagai 1. Bahan Penelitian
distilasi dalam kehadiran miscible, mendidih Bahan yang digunakan adalah
tinggi, komponen yang relatif non-volatile, crude ethanol dan dietilen glikol.
pelarut, bahwa tidak ada bentuk azeotrop 2. Alat Penelitian
dengan komponen lain dalam campuran. Alat yang digunakan adalah
Metode yang digunakan untuk campuran serangkaian alat distilasi kolom berpacking
memiliki nilai volatilitas relatif rendah, dan alat analisis kadar etanol menggunakan
mendekati kesatuan. Campuran tersebut piknometer.
tidak dapat dipisahkan dengan penyulingan 3. Prosedur Penelitian
sederhana, karena volatilitas dari dua Sampel yang digunakan adalah residu
komponen dalam campuran adalah hampir sisa pektin. Dilakukan analisis bahan baku
sama, membuat mereka menguap pada berupa kadar etanol dari residu pektin tersebut
suhu yang sama hampir pada tingkat yang dengan melakukan distilasi biasa, sehingga
sama, membuat penyulingan normal tidak didapatkan kadar etanolnya yaitu 66,71% yang
praktis. selanjutnya akan digunakan sebagai umpan.
Metode penyulingan ekstraktif Mula-mula mempersiapkan umpan etanol dan
menggunakan pemisahan pelarut, yang dietilen glikol dengan perbandingan variabel
umumnya non-volatile, memiliki titik didih tinggi yang ditentukan yaitu 390 mL : 10 mL, 375 mL
dan miscible dengan campuran, namun tidak : 25 mL, 350 mL : 50 mL, 300 mL : 100 mL,
merupakan campuran azeotrop. Berinteraksi 250 mL : 150 mL, 200 mL : 200 mL. Kemudian
pelarut berbeda dengan komponen campuran masukkan umpan ke dalam labu leher tiga,
sehingga menyebabkan volatilitas relatif yang sebelumnya rangkaian telah terpasang
mereka untuk berubah. Hal ini memungkinkan rapat (tidak bocor) dan telah dibersihkan.
campuran tiga bagian baru yang dipisahkan Hidupkan pemanas listrik dan alirkan air
oleh distilasi normal. Komponen asli dengan pendingin serta putar kran pengatur refluks
volatilitas terbesar memisahkan keluar sebagai total. Amati / dicatat suhu distilat dan suhu
produk atas. Produk bawah terdiri dari residu serta waktu untuk mencapai suhu
campuran pelarut dan komponen lainnya, yang konstan. Apabila suhu distilat dan suhu residu
sekali lagi dapat dipisahkan dengan mudah telah konstan, putar kran pengatur refluks
karena pelarut tidak membentuk sebuah pada posisi distilat tertampung pada
azeotrop dengan itu. Produk bawah dapat penampung distilat. Jika suhu distilat berubah,
dipisahkan oleh salah satu metode yang matikan pemanas listrik dan pindahkan dari
tersedia. tempatnya, sehingga residu segera tidak
Zhou Ronqi dan Zhanting (1998), mendidih lagi. Setelah itu ambil distilat dari
mengkaji produksi alcohol anhydrous dengan penampung distilat apabila tampak tetesan
metode distilasi ekstraksi menggunakan solven distilatnya sudah mulai berkurang lalu matikan
dan garam untuk dibandingkan dengan kondisi kompor listriknya. Cek kadar etanolnya. Tahap
refluks yang sangat besar (total refluks) dan akhir dari penelitian ini aadalah analisis hasil.
pada refluks minimum akan diperlukan modal Kadar etanol diukur untuk memastikan kualitas
dasar yang tinggi, dan selain itu makin besar etanol yang dihasilkan. Metode yang
reflux biaya operasinya juga makin tinggi. digunakan untuk menetapkan kadar etanol

45
Jurnal Inovasi Proses, Vol 2. No. 2 (September, 2017) ISSN: 2338-6452

tersebut yaitu dengan metode berat jenis terhadap persentase hasil yang dapat dilihat
menggunakan piknometer. pada Gambar 2.

Gambar 1. Susunan Peralatan Distilasi Kolom Gambar 2. Grafik Hubungan Rasio


Berpacking Perbandingan Jumlah Pelarut terhadap
Persentase Hasil
4. Variabel Yang Diteliti
Dalam penelitian ini dilakukan variabel Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 2
ratio umpan bahan antara etanol dengan didapatkan persentase hasil kadar etanol
dietilen glikol yaitu : 390 mL : 10 mL, 375 mL : maksimal pada rasio perbandingan 350 mL :
25 mL, 350 mL : 50 mL, 300 mL : 100 mL, 250 50 mL (etanol : dietilen glikol) yakni sebesar
mL : 150 mL, 200 mL : 200 mL. 99,29%. Semakin banyak dietilen glikol yang
ditambahkan maka hasil kemurnian etanol
HASIL DAN PEMBAHASAN yang diperoleh akan semakin tinggi, tetapi
Sampel yang digunakan adalah residu pada titik tertentu kadar etanol yang dihasilkan
sisa pektin. Dilakukan analisis bahan baku mengalami penurunan.
berupa kadar etanol dari residu pektin tersebut Penambahan solven dietilen glikol
dengan melakukan distilasi biasa, sehingga yang digunakan memiliki volatilitas yang
didapatkan kadar etanolnya yaitu 66,71% yang rendah sehingga meningkatkan recovery
selanjutnya akan digunakan sebagai umpan. solute dan menurunkan loses pelarut. Selain
1. Pengaruh Perbandingan Volume itu dietilen glikol juga memiliki titik didih yang
Pelarut Terhadap Persentase Hasil relatif tinggi sehingga mampu menggeser titik
Pada prosedur penelitian, volume total azeotrop campuran etanol-air dengan baik.
dari labu leher tiga adalah 400 mL untuk itu Pada penambahan solven dietilen
perbandingan jumlah etanol : pelarut dietilen glikol sebanyak 10 mL dan 25 mL mengalami
glikol divariasikan yaitu 390 : 10, 375 : 25, 350 kenaikan dikarenakan pada kondisi tersebut
: 50, 300 : 100, 250 : 150, 200 : 200. volume dietilen glikol masih sedikit dan titik
Perolehan persentase hasil kadar etanol didih etanol dalam campuran etanol-air belum
ditunjukkan pada Tabel 1 dibawah ini. terlalu tinggi. Berbeda dengan penambahan
volume dietilen glikol 100, 150, dan 200 mL
Tabel 1. Persentase Hasil pada Variasi kemurnian etanol menurun. Hal ini
Perbandingan Jumlah Pelarut dikarenakan pada saat rasio penambahan
No. Etanol : Dietilen ρ Distilat Kadar dietilen glikol mendekati volume etanolnya
Glikol (mL) (gr/mL) Etanol (%) maka titik didih etanol dalam campuran
1 390 : 10 0,79592 97,84 menjadi sangat tinggi, sehingga campuran air-
2 375 : 25 0,79535 98,03 etanol akan ikut menguap.
3 350 : 50 0,79151 99,29
4 300 : 100 0,79310 98,77 2. Pengaruh Perbandingan Volume
5 250 : 150 0,79351 98,64 Pelarut terhadap Volume Distilat
6 200 : 200 0,7964 97.68 Dari hasil pengamatan diperoleh data
Untuk melihat pengaruh jumlah pelarut volume distilat yang berbeda-beda, perolehan
yang ditambahkan terhadap persentase hasil persentase hasil volume distilat ditunjukkan
(% etanol) dapat dijelaskan dengan grafik pada Tabel 2 dibawah ini.
hubungan antara jumlah penambahan pelarut Tabel 2. Hasil Volume Distilat pada Variasi
Perbandingan Jumlah Pelarut

46
Jurnal Inovasi Proses, Vol 2. No. 2 (September, 2017) ISSN: 2338-6452

Gambar 3. Grafik Hubungan Rasio pengamatan ditunjukkan pada Tabel 3


No. Etanol : Dietilen ρ Distilat Volume dibawah ini.
Glikol (mL) (gr/mL) (mL)
1 390 : 10 0,79592 210 Tabel 3. Hasil Suhu Residu pada Variasi
2 375 : 25 0,79535 260 Perbandingan JumLah Pelarut
3 350 : 50 0,79151 190 No. Etanol : Suhu Residu Suhu Residu
4 300 : 100 0,79310 155 Dietilen Teoritis Data
o o
5 250 : 150 0,79351 145 Glikol (mL) ( C) Penelitian ( C)
6 200 : 200 0,7964 98 1 390 : 10 90,6897 90
2 375 : 25 96,8465 92
3 350 : 50 106,0906 95
4 300 : 100 121,5164 98
5 250 : 150 133,8734 100
6 200 : 200 143,9955 103

Untuk melihat pengaruh jumlah


penambahan pelarut terhadap hasil suhu
residu yang diperoleh dapat dijelaskan dengan
grafik hubungan antara jumlah penambahan
solven dietilen glikol terhadap suhu residu data
pengamatan dan analisa suhu teoritis dapat
dilihat pada Gambar 4.
Perbandingan Jumlah Pelarut terhadap
Volume Distilat

Untuk melihat pengaruh jumlah


penambahan pelarut terhadap volume distilat
yang diperoleh dapat dijelaskan dengan grafik
hubungan antara jumlah peambahan pelarut
solven dietilen glikol terhadap volume distilat
yang diperoleh pada Gambar 3.
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 3
didapatkan persentase hasil volume distilat
tertampug banyak pada rasio pebandingan
375 mL : 25 mL (etanol : dietilen glikol) yaitu
sebanyak 260 mL. Semakin banyak dietilen
Gambar 4. Grafik Hubungan Rasio
glikol yang ditambahkan maka volume distilat
Perbandingan JumLah Pelarut Terhadap Suhu
yang diperoleh akan semakin banyak, tetapi
Residu
pada titik tertentu volume distilat yang
diperoleh akan mengalami penurunan.
Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 4
Hasil analisa menunjukkan bahwa
didapatkan data suhu residu dari hasil
penambahan solven dietilen glikol sebanyak
pengamatan tidak jauh berbeda dengan suhu
50, 100, 150, dan 200 mL mengalamai
residu teoritis. Hal ini dikarenakan solven pada
penurunan volume distilat yang diperoleh. Hal
penelitian yang digunakan adalah dietilen glikol
ini dikarenakan banyaknya dietilen glikol yang
teknis (pedingin radiator mobil).
ditambahkan dan karena dietilen glikol bersifat
Hasil analisa menunjukkan bahwa
mengikat air sehingga kontak antara etanol-air
semakin banyak jumlah solven dietilen glikol
berkurang.
yang ditambahkan maka suhu di residu akan
ikut naik, hal ini dikarenakan sifat dari dietilen
3. Pengaruh Perbandingan Volume
glikol yang memiliki titik didih relatif tinggi
Pelarut Terhadap Suhu Residu
sehingga pada saat rasio penambahan dietilen
Dari hasil pengamatan diperoleh data
glikol semakin banyak maka titik didih etanol
suhu residu yang berbeda-beda. Setelah
dalam campuran menjadi sangat tinggi.
mendapatkan hasil suhu residu pengamatan
Selain meningkatkan suhu residu
kemudian mencari suhu campuran residu
didalam campuran, penambahan dietilen glikol
teoritis berdasarkan masing-masing titik didih
yang semakin banyak mempengaruhi volume
komponen yaitu etanol, dietilen glikol dan air.
distilat yang dihasilkan, yaitu volume distilat
Data penambahan jumlah solven dietilen glikol
yang diperoleh mengalamai penurunan. Hal ini
terhadap suhu residu teoritis dan suhu data
dikarenakan dietilen glikol bersifat mengikat air
47
Jurnal Inovasi Proses, Vol 2. No. 2 (September, 2017) ISSN: 2338-6452

sehingga kontak antara etanol-air berkurang.


Kemudian kemurnian kadar etanol yang
dihasilkan juga mengalami penurunan, titik
didih etanol dalam campuran menjadi sangat
tinggi, sehingga campuran air-etanol akan ikut
menguap.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dietilen glikol dapat digunakan sebagai
pelarut pada proses pemurnian etanol
fuel grade.
2. Jumlah penambahan solven dietilen
glikol yang bervariasi berpengaruh
terhadap persentase hasil etanol yang
diperoleh.
3. Dengan menggunakan jumlah solven
dietilen glikol yang ditambahkan yaitu
sebanyak 50 mL diperoleh kondisi
optimum persentase hasil kadar
etanolnya sebesar 99,29%.

SARAN
Untuk penelitian selanjutnya ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni :
1. Analisa kadar etanol akan lebih akurat
apabila menggunakan alat uji yang lebih
canggih, seperti GCMS.
2. Penelitian tentang pemurnian bioetanol
fuel grade dari crude ethanol dapat
dilakukan atau dikembangkan lagi
dengan variabel lain untuk optimasi pada
penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Destilasi,
http://hidupituindah.blogspot.com
Gusmarwani, S.R. dan Budi, M.S.P., 2011,
Effect of Bases Detoxification on
Fermentation of Banana Rhizome
Waste Hydrolyasates for Etanol
Production, Seminar Internasional 19th
IUPAC International Conference on
Chemical Research Applied to World
Needs (CHEMRAWN XIX 2011, Kuala
Lumpur, Malaysia.
Martono, B. dan Sasongko, 07 Februari 2007,
Prospek Pengembangan ubi Kayu
sebagai Bahan Baku Bioetanol di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Dinas Pertanian Propinsi DIY,
www.distan.pemdadiy.go.id/index2.ph
p?option=content&task=view&id=269&
pop=1&page=0
Zhou Rongqi and Duan Zhanting, 1998,
Extractive Distillation with Salt in
Solvent, Department Chemical
Engineering, Tshinghua University,
Beijing.
48

Anda mungkin juga menyukai