Anda di halaman 1dari 6

BAB III

MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

3.1 Manajemen Proyek


Manajemen proyek adalah suatu sistem interaksi antara dua individu atau
lebih yang bekerja sama dalam mencapai tujuan, dimana masing-masing pihak
mempunyai tanggung jawab dan hak yang jelas. Manajemen proyek didefinisikan
sebagai semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu
proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk menjamin bahwa
proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya,dan tepat mutu.
Menurut Lestari (1990) dalam Hermiaty (2007), sistem manajemen proyek
adalah bagaimana menghimpun dan mengelola masukan (input) yang bersumber
daya (tenaga, manusia, dana, waktu, teknologi, bahan, peralatan dan manajemen)
untuk menghasilkan keluaran/hasil proyek (output) yang telah ditentukan untuk
mencapai suatu tujuan proyek yang mendukung suatu program dalam suatu
jangka waktu tertentu. Tujuan manajemen proyek yaitu, menyelesaikan
proyek tepat waktu, mengelola resiko, mengelola tim, membuat perencanaan
yang tepat, serta menjaga anggaran atau dengan kata lain tepat waktu, tepat
mutu, dan tepat biaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka terdapat 5
(lima) sumber daya (Ervianto, 2002) :
1. Man (Manusia)
Man atau manusia merujuk pada manusia sebagai tenaga kerja.
2. Machines (Mesin)
Machines atau mesin merujuk sebagai fasilitas/alat penunjang kegiatan
perusahaan baik operasional maupun nonoperasional.
3. Money (Uang)
Money atau uang dalam hal ini merujuk pada uang sebagai modal untuk
biaya seluruh kegiatan perusahaan.
4. Method (Metode)
Metode merujuk pada prosedur atau panduan pelaksanaan kegiatan
perusahaan.
5. Materials (Bahan)
Materials merujuk pada bahan baku sebagai unsur utama perusahaan
untuk membangun suatu proyek.
Suatu proyek dikatakan berhasil apabila tepat waktu, tepat mutu, dan tepat
biaya. Untuk itu dalam suatu proyek diperlukan pengelolaan proyek. Pengelolaan
proyek akan berhasil jika semua fungsi manajemen dijalankan secara efektif.
Manajemen pengelolaan meliputi delapan fungsi dasar manajemen, yaitu :
1. Penetapan Tujuan (Goal Setting)
Tahap awal yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah menetapkan tujuan
utama yang akan dicapai. Dalam menetapkan tujuan perlu diperhatikan bahwa
tujuan yang ditetapkan harus realistis (memungkinkan untuk dicapai), spesifik
(memiliki kejelasan mengenai apa yang ingin dicapai), terukur (memiliki ukuran
keberhasilan), dan terbatas waktu (memiliki durasi pencapaian).
2. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Bentuk perencanaan dapat berupa perencanaan
prosedur, perencanaan metoda kerja, perencanaan standar pengukuran hasil,
perencanaan anggaran biaya, perencanaan program (rencana kegiatan beserta
jadwal).
3. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan suatu proses penyusunan dan penempatan
Sumber Daya Manusia sesuai keahliannya. Kegiatan ini bertujuan melakukan
pengaturan dan pengelompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang
dihasilkan sesuai dengan harapan. Tahap ini menjadi sangat penting karena
ketidaktepatan pengaturan dan pengelompokan kegiatan yang berlangsung
terhadap tujuan proyek akan berakibat langsung terhadap tujuan proyek.
4. Pengisian Staf (Staffing)
Pengisian Staf adalah pengerahan, penempatan, pelatihan, pengembangan
tenaga kerja dengan tujuan menghasilkan koordinasi tepat personel (right people),
tepat posisi (right position), dan tepat waktu (right time).
5. Pengarahan (Directing)
Pengarahan merupakan kegiatan mobilisasi sumber daya yang dimiliki agar
dapat bergerak sebagai kesatuan sesuai rencana yang telah dibuat, termasuk
didalamnya memberi motivasi dan melaksanakan koordinasi terhadap seluruh staf.
6. Pengawasan (Supervising)
Pengawasan merupakan interaksi langsung antara individu-individu dalam
organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi. Proses ini berlangsung
secara kontinu dari waktu ke waktu guna mendapatkan keyakinan bahwa
pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai prosedur yang ditetapkan untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
7. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah suatu usaha dari perusahaan untuk mencapai tujuan
dengan cara membandingkan prestasi kerja rencana apa yang seharusnya terjadi
dengan apa yang telah terjadi dan membuat tindakan yang tepat untuk
mengkoreksi pekerjaan yang penting.
8. Koordinasi (Coordinating)
Pemantauan prestasi kegiatan dari pengendalian akan digunakan sebagai
bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek dalam keadaan terlambat
atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan bersama
antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi sehingga diperlukan
agenda acara yang mempertemukan semua unsur, kegiatan ini dinamakan
koordinasi.

3.2 Pihak -pihak yang Terlibaat


Dalam kegiatan pembangunan proyek konstruksi terdapat suatu proses
yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa
bangunan. Orang atau badan hukum yang berperan dan terlibat dalam proses
pelaksanaan pekerjaan pembangunan proyek disebut sebagai unusr-unsur
pelaksanaan pembangunan proyek. Masing- masing unsur pelaksanan
pembangunan proyek mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab, hak dan
wewenang serta dengan kepentingan yang berbeda-beda sesuai dengan kedudukan
serta kegiatan yang dilakukannya. Keberhasilan suatu pembangunan proyek
kontsuksi sangat tergantung dari koordinasi dan kerja samayang diciptakan oleh
unsur-unsur pengelola proyek. Aadapun pihak -pihak yang terlibat pada proyek
Pembangunan Fasilitas Radiotrapi RSUD Dr. Achmad Mocthar Kota Bukittingi
dapat dilihaat pada Gambar 3.1 Berikut ini.
1 Berikut ini.

Owner

RSUD Dr.Achad Muchtar Kota Bukitinggi

Konsultan Pengawas
Konsultan Perencana

PT.SaranaBudi Prakarsaripta
PT. Bayu Berlian Mandiri

Kontraktor

PT. Tigamas

Gambar 3.1 Pihak-pihak yang terlibat

Keterngan :
Jalur Komando Atau Perintah
Jalur Koordinasi
Hubungan kerja antara pihak -pihak yang terlibat adalah sebagai berikut :
1. Hubungan antara konsultan perencana dengan pemilik proyek
Ikatan berdasarkan kontrak, konsultan perencana menyerahkan jasa,
karya dan layanaan konsultasi dimana produk yang di hasil kan berupa gambar
rencana, peraturan dan syarat- syarat. Pemilik proyek memberikan imbalan
atau biaya jasa kepada konsultan perencana.
2. Hubungan antara konsultan pengawas dengan pemilik proyek
Ikatan berdasarkan kontrak, konsultan pengawas diberi tugas untuk
mengawasi segala pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor dilapangan
kemudian konsultan pengawas memberikan hasil produksi pengawasan berupa
laporan harian, mingguan, dan bulanan. Pemilik proyek memberikan biaya jasa
kepada konsultan pengawas.
3. Hubungan antara kontraktor dengan pemilik proyek

Ikatan berdasarkan kontrak, kontraktor memberikan layanan jasa


profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik proyek
yang dituangkan dalam gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat oleh
konsultan perencana. Pemilik proyek memberikan biaya jasa profesional kepada
kontraktor.
4. Hubungan antara konsultan pengawas dengan kontraktor.

Ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan, konsultan pengawas bertugas


mengawasi segala kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan
suatu proyek. Apabila kontraktor melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan
rencana kerja dan syarat-syarat yang telah ditentukan sesuai kontrak dengan
pemberi tugas, maka konsultan pengawas wajib menegur kontraktor.

3.2.1 Pemberi Tugas


Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah orang atau badan hukum yang
memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan
pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan
tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan, badan/lembaga pemerintah
maupun swasta (Ervianto, 2005). Tugas dan wewenang pemberi tugas adalah
sebagai berikut :
a. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
b. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa.
c. Memberikan fasilitas baik berupa sarana maupun prasarana yang dibutuhkan
oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaraan pekerjaan.
d. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
e. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujdkan sebuah bangunan.
f. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan
cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas
nama pemilik.
g. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan yang telah sesuai dengan yang
dikehendaki.

Anda mungkin juga menyukai