PTK PPG Kasmari
PTK PPG Kasmari
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Disusun oleh
KASMARI, S.T
ii
Kasmari, Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Sistem Starter Siswa Kelas XI TO
SMK AL-FATTAH KALITIDU Tahun Pelajaran 2023/2024.
Tujuan penelitian untuk mengetahui: (1) untuk mengetahui peningkatan
motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran sistem starter dengan menerapkan
metode Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran. (2) untuk
mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran sistem
starter dengan menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) dalam proses
pembelajaran.
Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas XI Teknik Otomotif SMK AL-FATTAH KALITIDU tahun
pelajaran 2023/2024 yang berjumlah 32 siswa, sedangkan objek penelitian
tindakan kelas ini adalah penerapan metode problem based learning (PBL) dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran sistem starter. Teknik
pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik
observasi, tes dan angket. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
MODUL AJAR, LKS, lembar tes, lembar angket dan lembar observasi. Teknik
analisis data menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif untuk mengetahui
persentase motivasi dan hasil belajar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) penerapan metode pembelajaran
problem based learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar sistem starter.
Hasil penelitian menunjukan bahwa skor angket motivasi belajar siklus I sebesar
2037 atau 64% meningkat pada siklus II menjadi 2138 atau 66,81%, peningkatan
ini sebesar 6,61%. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah terbiasa dengan
kegiatan belajar menggunakan metode pembelajaran probelem based learning
(PBL), sehingga motivasi siswa untuk belajar sudah terbentuk dengan baik dan
dapat menunjukan partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan (2)
penerapan metode pembelajaran problem based learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar sistem starter. Hasil penelitian menunjukan bahwa
hasil posttest pada siklus I meningkat dari nilai pretest sebesar 31,25%. Siswa
yang tuntas KKM siklus I sebanyak 10 orang dengan persentase 31,25%. Hasil tes
pada siklus II meningkat dari siklus I sebesar 75%. Siswa tuntas siklus II
sebanyak 24 orang dengan persentase 75%. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran probelem based learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar sistem starter siswa kelas XI TO SMK AL-FATTAH
Kalitidu.
Kata Kunci : Metode problem based learning, motivasi dan hasil belajar
KATA PENGATAR
iii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
penelitian dengan judul “penerapan metode problem-based learning (PBL) untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar sistem starter siswa kelas XI TO SMK
AL-FATTAH Kalitidu Tahun Ajaran 2023/2024” dengan baik. Laporan penelitian
ini disusun dalam rangka pengembangan profesi guru sebagai salah satu syarat
kenaikan jabatan guru. Penulis mengucapakan banyak ribuan terimakasih kepada:
1. Marsudi, S.Pd Kepala Sekolah SMK AL-FATTAH Kalitidu.
2. Bapak/Ibu Guru dan Karyawan SMK AL-FATTAH Kalitidu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas.
3. Semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang ikut membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan penelitian ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat seperti yang diharapkan bagi banyak
pihak. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan laporan (PTK) ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Bojonegoro, 30 November 2023
Penulis
Kasmari, S.T
DAFTAR ISI
iv
Hal
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... II
HALAMAN ABSTRAK................................................................................. III
KATA PENGANTAR.................................................................................... IV
DAFTAR ISI................................................................................................... V
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah............................................................................... 5
D. Rumusan Masalah.................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian.................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian................................................................................... 5
v
C. Kerangka Pikir...................................................................................... 41
D. Hipotesis Tindakan............................................................................... 43
E. Instrumen Penelitian............................................................................. 54
1. Lembar Observasi............................................................................ 54
2. Kuensioner/Angket........................................................................... 55
3. Tes.................................................................................................... 56
F. Uji Coba Instrumen............................................................................... 57
1. Validitas Instrumen.......................................................................... 57
2. Reliabilitas Instrumen...................................................................... 59
G. Teknik Analisis Data............................................................................ 61
1. Analisis Data Motivasi Belajar........................................................ 60
2. Analisis Data Hasil Belajar.............................................................. 61
H. Indikator Keberhasilan Tindakan......................................................... 63
vi
2) Pelaksanaan Tindakan............................................................ 73
3) Observasi................................................................................ 74
4) Data Motivasi.......................................................................... 74
5) Data Hasil Belajar................................................................... 76
6) Refleksi................................................................................... 77
3. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus.................................... 78
a) Motivasi Belajar......................................................................... 78
b) Hasil Belajar............................................................................... 79
B. Pembahasan......................................................................................... 80
1. Peningkatan Motivasi Belajar......................................................... 81
2. Peningkatan Hasil Belajar............................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 87
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat
alam dan zaman atau masyarakat (Dewantara II, 1994). Dengan demikian,
pendidikan bersifat hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring
perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan
batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung kepada orang lain akan
tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga,
yaitu 1) Ing Ngarso Sung Tuladha, 2) Ing Madya Mangun Karsa, dan 3) Tut
Wuri Handayani. Ketiga hal tersebut memiliki makna bahwa didalam dunia
pendidikan seorang pendidik haruslah memiliki jiwa pemimpin ketika berada
didepan kelas dan mampu memberi contoh atau menjadi panutan bagi subjek
didik. Selain itu, seorang pendidik apabila ditengah-tengah dunia pendidikan
harus bisa membangkitkan semangat atau memberi motivasi bagi subjek
didiknya. Dan yang terakhir ketika seorang pendidik berada dibelakang harus
mampu mendorong subjek didik agar senantiasa lebih maju.
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa pendidikan yang humanis
harus mempu melestarikan eksistensi manusia, dalam artian mampu membantu
manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia utuh yang
berkembang. Menurutnya, manusia jaman sekarang lebih ‘gandrung teknologi’,
asyik dan terpesona dengan penemuan-penemuan baru dalam bidang IPTEK
yang canggih, sehingga cenderung melupakan kesejahteraan dirinya sendiri
sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya.
Pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberikan
keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas. Pendidikan dan
pembelajaran juga hendaknya dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan
yang perlu ditumbuh kembangkan pada diri subjek didik.
Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 pendidikan kejuruan
bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat
bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan
keterampilan, mereka harus memilki stamina yang tinggi, menguasai bidang
keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos
kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan
pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri.
Tujuan pendidikan kejuruan dapat tercapai apabila memenuhi standar
kompetensi kelulusan yang telah ditetapkan. “Standar kompetensi lulusan itu
sendiri adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan,dan keterampilan” (PP No.19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 no. 5).
3
D. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah penerapan metode Problem Based Learning (PBL) dalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran sistem starter?
2. Apakah penerapan metode Problem Based Learning (PBL) dalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
sistem starter?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar pada mata pelajaran sistem
starter dengan menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) dalam
proses pembelajaran.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran sistem
starter dengan menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) dalam
proses pembelajaran.
F. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaaat secara teoritis
maupun praktis. Manfaat teoritis berguna untuk pengembangan disiplin ilmu
yang berkaitan lebih lanjut dan manfaat praktis berguna untuk memecahkan
masalah yang benar-benar terjadi.
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah:
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Ladasan Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga
tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut
merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan
didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan
oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat).
Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002: 96) motivasi mewakili proses-proses
psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi
kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002: 99) motivasi merupakan
sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang
menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif yang
menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala
kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau
melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus
terpuaskan. Jadi motivasi belajar adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada siswa (proses belajar mengajar) yang nampak pada gejala kejiwaan,
perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong siswa untuk melakukan sesuatu agar
tujuan, kebutuhan, atau keinginan belajar tercapai sehingga akan berdampak baik pada
hasil prestasi belajar siswa.
b. Faktor-faktor Motivasi Belajar
Yusuf (2009: 23) menyatakan terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Diuraikan sebagai berikut:
Faktor Internal
1. Faktor Fisik
Faktor fisik yang dimaksud meliputi: nutrisi (gizi), kesehatan, dan fungsi-fungsi
fisik (terutama panca indera). Kekurangan gizi atau kadar makanan akan mengakibatkan
kelesuan, cepat mengantuk, cepat lelah, dan sebagainya. Kondisi fisik yang seperti itu
sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa di sekolah. Dengan kekurangan gizi,
siswa akan rentan terhadap penyakit, yang menyebabkan menurunnya kemampuan
belajar, berfikir atau berkonsentrasi. Keadaan fungsi-fungsi jasmani seperti panca indera
(mata dan telinga) dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi proses belajar. Panca
indera yang baik akan mempermudah siswa dalam mengiti proses belajar di sekolah.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau
menghambat aktivitas belajar pada siswa. Faktor yang mendorong aktivitas belajar
menurut Arden N. Frandsen (Farozin, 2011: 48) adalah sebagai berikut:
a) Rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia (lingkungan) yang lebih luas,
8
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne hasil belajar harus
didasarkan pada pengamatan tingkah laku melalui stimulus respon (Sudjan, 2005: 19).
Hasil belajar berkenaan dengan kemampuan siswa di dalam memahami materi
pelajaran. Menurut Hamalik (2007: 31) mengemukkan, hasil belajar pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengrtian, sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampilan.
Hasil tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat
diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih
baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap
kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2007: 155)
Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989: 82)
adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang
mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung:
Jemmars, 1980: 25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau
tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan
keberhasilan siswa.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dirumuskan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya
dalam suatu proses dan aktivitas yang dilakukan individu untuk memperolah perubahan-
perubahan sebagai hasil pengalaman yang menyeluruh. Hasil belajar tampak sebagai
terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Keberhasilan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam
bentuk angka hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang dengan ulangan, ujian atau tes.
Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan
keberhasilan siswa.
10
campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing
anak dalam belajar.
c) Faktor yang berasal dari masyarakat
Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan
sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan
sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak,
masyarakat juga ikut mempengaruhi.
3. Sistem Starter
a. Pengertian Sistem Starter
1. Fungsi Sistem Starter
Suatu mesin tidak dapat mulai hidup (start) dengan sendirinya, maka mesin
tersebut memerlukan tenaga dari luar untuk memutarkan poros engkol dan
membantu untuk menghidupkan mesin. Sistem ini kita sebut dengan starting
system. Dari beberapa cara yang ada, mobil umumnya mempergunakan motor
listrik, digabungkan dengan magnetic switch untuk memindahkan gigi pinion
yang berputar ke ring gear yang dipasangkan pada bagian luar dari fly wheel,
sehingga ring gear berputar yang kemudian memutar poros engkol.
12
Arah arus yang masuk kebalikan dengan arah yang keluar sehingga gaya
dorong yang dihasilkan juga saling berlawanan. Oleh karena itu penghantar
akan berputar saat arus tersebut mengalir. Untuk membuat penghantar
tetap berputar maka digunakan komutator dan sikat (brush).
Berdasarkan kaidah tangan kiri Fleming diatas, prinsip kerja dari
komponen- komponen utama motor starter adalah sebagai berikut :
Armature dan field coil dihubungkan dengan baterai secara seri melalui
13
sikat- sikat dan komutator. Urutan aliran arusnya yaitu dari baterai, relay
starter, field coil, sikat positif, komutator, armature, sikat negatif dan
selanjutnya ke massa.
Pada saat arus listrik mengalir, pole core bersama-sama field coil akan
terbangkit medan magnet. Armature yang juga dialiri arus listrik akan
timbul garis gaya magnet sesuai tanda putaran panah.
Sesuai dengan kaidah tanan kiri Fleming, armature coil sebelah kiri akan
terdorong ke atas dan yang sebelah kanannya akan terdorong ke bawah.
Dalam hal ini armature coil berfungsi sebagai kopel atau gaya puntir,
sehingga armature akan berputar. Jumlah kumparan didalam armature coil
banyak, sehingga gaya putar yang ditimbulkan armature coil bekerja saling
menyusul. Akibatnya putaran armature akan menjadi teratur.
c. Brush
Sikat (brush) yang ditekan pada segmen-segmen commutator armature
oleh pegas sikat (brush spring) menghantarkan arus dari field coil armature.
Gambar . Brush
d. Armature
Gambar . Armature
Armature adalah bagian motor yang berputar. Terdiri dari armature core,
armature coil, commutator. Armature berputar diakibatkan dari interaksi antara
medan magnet yang dibangkitkan oleh field coil dengan armature coil.
e. Armature Brake
Sesaat setelah start mesin pinion gear yang masih berputar karena gaya
inertia dapat menyebabkan kerusakan bila terjadi hubungan antara pinion gear
dengan ring gear.
Ketika return spring di dalam magnetic switch menarik kembali pinion
gear, brake spring menarik armature melawan brush holder. Bila brush holder
telah menyatu dengan commulator end frame, armature akan segera berhenti
berputar.
f. Starter Clutch
16
Motor starter harus memutarkan mesin hingga mesin hidup dan berputar
dengan sendirinya. Bila mesin telah hidup, maka akan memaksa motor starter
berputar dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dari yang sebenarnya
dirancang dan pada akhirnya akan merusak motor starter.
Konstruksi starter clutch yang digunakan untuk motor starter tipe
konvensional agak berbeda dari tipe reduksi, tetapi prinsip dan cara kerjanya
dapat dikatakan sama.
g. Drive Lever
Drive lever berfungsi untuk mendorong pinion gear ke arah posisi berkaitan
dengan roda penerus dan melepas perkaitan pinion gear dari perkaitan roda
penerus.
Penting !
Jika tegangan baterai dalam kondisi baik/normal, adanya batu sulfat dan korosi pada
terminal-terminal baterai dapat mengakibatkan kinerja starter lemah, terjadi rugi
tegangan sehingga tegangan sesungguhnya yang digunakan motor starter lebih
rendah dari tegangan baterai, ketika di start/posisi kunci kontak Start
Penting !
pastikan gigi transmisi harus pada posisi netral (N) atau parkir (P) pada kendaraan
yang menggunakan transmisi otomatis
Jika tegangan pada terminal 50 tidak sesuai dengan spesifikasi pada saat kunci
kontak pada posisi start , periksalah wiring diagram system starter dan periksa bagian-
bagian yang ada kaitannya dengan komponen-komponen seperti: Sekring utama,
kunci kontak, saklar netral, relay starter dan sebagainya. Ganti jika terdapat
kerusakan.
Penting !!
Lepas dahulu kabel negative baterai (-) sebelum melepas motor starter dari
kendaraan , untuk mencegah terjadi hubungan singkat pada saat kunci/alat
menghubung antara positif dan negative, atau terminal positif terhubung dengan
bodi kendaraan
Lakukan masing-masing pengetesan ini tidak lebih dari 3- 5menit, agar
kumparan motor starter tidak rusak/terbakar.
Lihat petunjuk pada buku manual untuk melakukan pemeriksaanini.
Bila gear pinion tidak bergerak keluar, periksa kerusakan pada kumparan
penarik, atau hambatan terlalu besar pada gerakan sliding plunyer atau penyebab
kerusakan lainnya.
b. Pemeriksaan Hold-in Coil
Setelah selesai memeriksa fungsi kumparan penarik. periksalah bahwa
gear pinion tidak tertarik kembali ke dalam pada saat kabel dari terminal C
dilepaskan, plunger harus tetap pada posisinya karena kemagnetan masih tetap
ada melalui kumparan penahan.
3) Catat dan baca arus yang mengalir melalui Ampere meter bila motor starter
telah stabil. Nilai hasil pengukuran harus sesuai dengan range spesifikasi
pada buku manual
4) Periksa kembalinya gear pinion , dan motor harus segera berhenti berputar
ketika kabel dilepaskan dari terminal 50 (ini hanya perlu untuk motor
starter tipe biasa/konvensional). Jika motor starter tidak dapat berhenti
dengan segera,maka berarti rem ankernya rusak.
Penting !!
Jumlah arus listrik yang mengalir melalui sirkuit dalam test tanpa beban
bervariasi tergantung dari motor starter, kebanyakan arus mengali berkisar
200 sampai 300 ampere untuk beberapa motor starter.
Lihat data pada buku manual sebelum melakukan pemeriksaan ini. Pastikan
bahwa ampere meter telah di seting dengan benar, baik hubungan kabel
maupun batas ukur ampere meter.
22
Periksa hubungan
segmen-segmen komutator
terhadap
kemugkinan putus pada
gulungan
Periksa diameter
komutator dengan
mikrometer / mistar sorong
bandingkan hasil
pengukuran kelonjongan dan
diameter dengan ketentuan
pada buku petunjuk
23
Periksa segmen-segmen
komutator terhadap
kotoran, kebersihan alur-
alur segmen dengan daun
gergaji.
Jika alur-alur segmen
kedalamannya kurang dari
minimum
perbaiki dengan daun
gergaji atau frais
komutator
b. Karakteristik PBL
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh PBL. Tan (2003: 30) menyatakan
karakteristik yang terdapat dalam PBL yakni: (1) masalah digunakan sebagai awal
pembelajaran, (2) biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata
yang disajikan secara mengambang (ill-structured), (3) masalah biasanya menuntut
persepsi majemuk (multiple perspective), (4) masalah membuat siswa tertantang untuk
mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru, (5) sangat
mengutamakan belajar mandiri (self directed learning), (6) memanfaatkan sumber
pengetahuan yang bervariasi, (7) pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan
kooperatif yang dilakukan secara berkelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer
teaching) dan melakukan presentasi (dalam M. Taufiq Amir, 2009: 22). Savoi dan
Hughes (1994 dalam Made Wena, 2010: 91) mengatakan PBL memiliki beberapa
karakteristik: (1) belajar dimulai dengan suatu permasalahan, (2) permasalahan yang
diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3) mengorganisasikan
pembelajaran di seputar permasalahan, bukan diseputar disiplin ilmu, (4) memberikan
tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses
belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, (6) menuntut siswa untuk
mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.
Mohammad Nur (dalam Rusmono, 2012: 82) mengatakan PBL ditandai dengan
karakteristik: (1) siswa menentukan isu-isu pembelajaran, (2) pertemuan-pertemuan
pembelajaran berlangsung open ended atau berakhir dengan masih membuka peluang
untuk berbagi ide tentang pemecahan masalah, sehingga memungkinkan pembelajaran
tidak berlangsung dalam satu kali pertemuan, (3) tutor adalah seorang fasilitator dan
tidak seharusnya bertindak sebagai “pakar” yang merupakan satu-satunya sumber
informasi, (4) tutorial berlangsung sesuai dengan tutorial PBL yang berpusat pada
siswa.Wina Sanjaya (2008: 214) menyatakan terdapat 3 karakteristik utama dari PBL.
Pertama, PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam kegiatan
pembelajaran ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa tidak
hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian manghafal materi pelajaran, akan
tetapi siswa melalui PBL akan dilatih untuk aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan
untuk menyelesaikan masalah.
PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dalam pembelajaran. Ketiga,
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang
dilakukan dengan proses berpikir deduktif dan induktif.
Proses berpikir ini dilakukan dengan sistematis dan empiris. Sistematis artinya
berpikir ilmiah dengan menggunakan tahaptahap tertentu, sedang empiris artinya
26
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Baron (2003:
1) menyatakan PBL memiliki karakteristik yaitu: (1) menggunakan permasalahan
dalam dunia nyata, (2) pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah, (3) tujuan
pembelajaran ditentukan oleh siswa, (4) guru berperan sebagai fasilitator.
Masalah yang digunakan harus relevan dengan tujuan pembelajaran, mutakhir,
dan menarik (dalam Rusmono, 2012: 74). Rideout (dalam Yatim Riyanto, 2010: 287-
289) menyatakan karakteristik esensial dari PBL, antara lain: (1) suatu kurikulum yang
disusun berdasarkan masalah relevan dengan hasil pembelajaran akhir yang
diharapkan, bukan berdasarkan topik atau bidang ilmu, (2) disediakannya kondisi yang
yang dapat memfasilitasi kelompok bekerja/belajar secara mandiri dan/atau kolaborasi,
menggunakan pemikiran kritis, dan membangun semangat untuk belajar seumur hidup.
Arends (2004) dalam buku Learning to Teach mengidentifikasi karakteristik
pembelajaran berbasis masalah yakni: (a) pengajuan masalah, (b) keterkaitan antar
disiplin ilmu, (c) investasi autentik, (d) kerja kolaboratif. Yatim Riyanto (2010: 290-
291) menyatakan karakteristik PBL yakni: (1) ide pokok di balik PBL adalah bahwa
titik awal pembelajaran sebaiknya sebuah masalah, (2) sifat metode PBL berpusat pada
siswa dan menekankan pembelajaran mandiri (self directed learning) yang indikasinya
adalah melalui kegiatan siswa di dalam pembelajaran yakni: dihadapkan pada masalah
yang memuat sejumlah konsep dan isu, diberi kewenangan dan bertanggung jawab
yang cukup untuk menentukan pilihan tentang topik atau isu yang akan dipelajari,
analisis kebutuhan (need assessment) dilakukan secara individual, dilakukan seleksi
terhadap sumber belajar yang akan digunakan, hasil sintesis atau investigasi yang
dilakukan siswa disajikan kepada pihak lain, partisipasi di dalam evaluasi diri
merupakan perilaku self directed learning yang diharapkan dari siswa, dan (3) pada
awalnya metode pembelajaran tersebut ditujukan untuk kelompok kecil.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan karakteristik PBL,
yaitu: (1) dimulai dari masalah yang bersifat nyata, (2) mengutamakan belajar mandiri,
(3) memiliki sumber belajar yang bervariasi, (4) berpusat pada siswa, (5) bersifat
ilmiah, (6) dilakukan secara berkelompok.
c. Tujuan PBL
PBL memiliki beberapa tujuan yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran.
Daryanto (2014: 30) menyatakan PBL memiliki tujuan tujuan yang ingin dicapai,
diantara tujuan PBL adalah: (1) keterampilan berpikir dan memecahkan masalah yakni
PBL ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, (2) belajar
pengarahan sendiri (self directed learning), PBL berpusat pada siswa, sehingga siswa
harus menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan darimana informasi harus
diperoleh, di bawah bimbingan guru, (3) pemodelan peranan orang dewasa yakni PBL
menjadi penengah antara pembelajaran di sekolah formal dengan aktivitas-aktivitas
mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan, antara lain: (a) PBL mendorong kerja
sama menyelesaikan tugas, (b) PBL memiliki elemen-elemen magang yang mendorong
pengamatan dan dialog dengan siswa lain sehingga secara bertahap siswa dapat
memiliki peran yang dapat diamati tersebut, dan (c) PBL melibatkan siswa dalam
penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan
menjelaskan fenomena dunia nyata.
27
d. Kelebihan PBL
Terdapat kelebihan dari model PBL yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Wina Sanjaya (2008: 220-221) menyatakan PBL memiliki keunggulan,
antara lain:
(1) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran,
(2) PBL dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa,
(3) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa,
(4) PBL dapat membantu siswa bagaimana mentranfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata,
(5) PBL dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengehetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan,
(6) PBL bisa memperlihatkan kepada siswa setiap mata pelajaran pada dasarnya
merupakan cara berfikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bahkan
hanya belajar dari guru atau dari-dari buku-buku,
(7) PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa,
(8) PBL dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis,
(9) PBL dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasiakan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, dan
(10) PBL dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Yatim Riyanto (2010: 286) menyatakan kelebihan PBL antara lain: (1) siswa
diperlukan sebagai pribadi yang dewasa, perlakuan ini memberikan kebebasan kepada
siswa untuk mengimplikasikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki untuk
memecahkan masalah, (2) siswa dapat belajar, mengingat, menerapkan dan melanjutkan
proses belajar secara mandiri, prinsip-prinsip “membelajarakan” seperti ini tidak bisa
dilayani melalui pembelajaran tradisional yang banyak menekankan pada kemampuan
menghafal.
Muhamad Annas (2014: 11-12) menyatakan bahwa metode ceramah (tradisional)
merupakan pengajaran yang dilakukan oleh guru secara monolog dan hubungannya
adalah satu arah. Lebih lanjut Muhammad Annas (2014: 15) menyatakan salah satu
kelemahan dari metode ceramah adalah siswa kurang menangkap apa yang dimaksud
28
oleh guru, jika ceramah berisi ceramah-ceramah yang kurang atau tidak dimengerti oleh
siswa dan akhirnya mengarah verbalisme.
Pendapat lain juga dikemukan oleh Arends (2004 dalam Yatim Riyanto, 2010:
287) yang menyatakan enam keunggulan pembelajaran berbasis masalah yakni: (1)
siswa lebih memahami konsep yang diajarakan sebab mereka sendiri yang menemukan
konsep tersebut, (2) menuntut keterampilan berfikir tingkat tinggi untuk memecahkan
masalah, (3) pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga
pembelajaran menjadi bermakna, (4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran
sebab masalah yang dikaji merupakan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata,
(5) menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa, termotivasi, mampu memberi
aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang posoti
diantara siswa , dan (6) pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling
berinteraksi, baik dengan guru maupun dengan teman akan memudahkan siswa untuk
mencapai ketuntasan belajar.
Yatim Riyanto (2010: 307-308) menjelaskan PBL memfokuskan pada siswa
dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan terlibat langsung
secara aktif dalam pembelajaran berkelompok.
Metode ini membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam mencari
pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk suatu
masalah dengan rasional dan autentik. Oleh karena itu, PBL berkaitan erat dengan
kemandirian belajar.
Berdasarkan pemaparan mengenai keunggulan PBL, maka dapat disimpulkan
bahwa: (1) PBL mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa dalam suasana
menyenangkan, (2) mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, (3)
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, (4) mengarahkan
siswa menjadi pembelajar yang mandiri.
e. Langkah-langkah PBL
PBL memiliki langkah-langkah pembelajaran yang tersusun secara sistematis.
Langkah-langkah PBL menurut Ibrahim dan Nur (2000: 12) dan Ismail (2002: 1)
(dalam Rusman, 2011: 243) adalah
sebagai berikut.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)
dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian, hal ini juga bertujuan untuk dijadikan acuan guna
pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.
1. Heidi M. Berggren (2011) University Of Massachusetts-Dartmouth. Pembelajaran berbasis
problem based learning dan peningkatan hasil pembelajaran dalam reformasi politik
kesejahteraan. Menujukan bahwa penerapan pembelajaran metode PBL (problem based
learning) dapat meningkatkan hasil pembelajaran reformasi politik kesejahteraan. Hal ini di
buktikan dengan peningkatan. Nilai rata-rata PBL adalah 84.434 untuk kelas Fall 2008 yang
lebih kecil dan 85.287 untuk kelas Fall 2009 yang lebih besar. Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penerepan metode
pembelajaran problem based learning.
2. Yasser El-Wazir (2011) Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kanal Suez.
Revitalisasi motivasi siswa dalam metode problem based learning untuk meningkatankan
motivasi siswa belajar komputer. berdasarkan hasil penelitian Yasser El-Wazir, diperolehan
motivasi dan prestasi ujian komputer lebih baik sebesar (79%), pelajari lebih dalam dan
ingat materi lebih lama (61%) dan berpartisipasi lebih dalam diskusi (70%). Mereka juga
mengindikasikan bahwa peningkatan komputerisasi diberikan sesi probelem based learning
lebih menarik (79%), lebih fokus diskusi (63%), dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
masalah menyelesaikan (49%) dan menulis (39%). Dengan demikian, dapat dinyatakan
bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penerapan metode pembelajaran
problem based learning terhadap motivasi belajar komputer siswa.
3. Ni Nyoman Sri Lestari (2012) Pengaruh metode pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning) dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar fisika bagi siswa kelas VII
SMP menujukan bahwa hasil analisis data yang diperoleh yaitu prestasi belajar fisika siswa
dengan x = 66,72 dan SD = 5,505 sebanyak 13,16% berkualifikasi amat baik, 26,32%
berkualifikasi baik, 36,84% berkualifikasi cukup, 18,42% berkualifikasi kurang dan 0 %
berkualifikasi amat kurang untuk siswa yang motivasi belajarnya tinggi. . Dengan demikian,
dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penerapan
metode pembelajaran Problem Based Learning terhadap motivasi belajar siswa kelas VII
SMP.
C. Kerangka Pikir
Skema kerangka pikir dalam penelitian dapat ditujukan dengan bagan berikut ini:
A. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK AL-FATTAH Kalitidu Jl. Pesantren, Pungpungan
Kec. Kalitidu, Kab. Bojonegoro Provinsi. Jawa Timur.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian yaitu selama 2 bulan, dari tanggal 1 Oktober 2023 sampai dengan 1
November 2023. Dalam penelitian ini waktu penelitian pada saat awal PPG di mulai.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk
memperbaiki pembelajaran dikelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi
dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
mutu pembelajaran dikelas.
Creswel (Sugiyono, 2015:30) menyatakan “Action research has an applied focus. Similar
to mixed methods research, action research uses data collection based on either quantitative or
qualitative methods or both. Thus action research design are systematic procedure done by
researcher to gather information about, and subsequently improve”.
Penelitian tindakan merupakan penelitian terapan yang fokus pada tindakan tertentu.
Penelitian tindakan seperti pada penelitian kombinasi, yaitu menggunakan teknik pengumpulan
data kuantitatif, kualitatif, atau kombinasi keduanya. Jadi penelitian tindakan merupakan
prosedur yang sistematis yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi tentang tindakan
dan akibat tindakan tersebut dalam rangka untuk memperbaiki kinerja organisasi.
Penelitian tindakan kelas dipilih karena penelitian ini dilaksanakan didalam kelas dan
berkaitan dengan bagaimana berjalannya suatu proses pembelajaran. Hal itu juga didukung
dengan tujuan dari penelitian tindakan kelas yaitu dapat digunakan untuk memacahkan
pemasalahan-pemasalahan yang terjadi didalam kelas sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan secara efektif dan menumbuhakan sikap mandiri dan kritis guru terhadap situasi dan
keadaan didalam kelas yang diajarnya.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan berupa:
1. Rencana penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan menggunakan penerapan metode
Problem Based Learning (PBL) didalam mata pembelajaran sistem starter, dengan harapan
adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Dalam perencanan penelitian dilakukan
kegiatan antara lain:
a. Menyusun Proposal Penelitian
b. Persiapan Pelaksanaan PTK
c. Persiapan Partisipan
1) Memberikan simulasi kepada guru tentang penyelenggaran pembelajaran dengan
penerapan metode Problem Based Learning (PBL)
2) Melakukan konsolidasi dengan guru tentang tata cara melakukan penelitian
(a)Penyusunan instrument dan skenario penelitian
(b)Menyiapkan kebutuhan yang digunakan dalam penelitian
(c)Menyusun Rencana Tindakan
33
Tindakan yang akan diberikan adalah berupa penerapan metode Problem Based Learning
(PBL) dan bidang pengembangan yang diharapkan adalah dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan kelas maka
penelitian ini menggunakan metode yang dicontohkan oleh Suharsimi Arikunto (2010:
137), secara garis besar terdapat empat tahapan yang harus dilalui, yaitu:
Perencanaan
Perencanaa
n
Pengamatan
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I
b) Tahap Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based
Learning (PBL) berdasarkan rencana pembelajar hasil refleksi pada siklus I.
c) Tahap Pengamatan
Tim peneliti Guru melakukan pengamatan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based Learning
(PBL) seperti pada siklus I.
d) Tahap Refleksi
(1) Merefleksi proses pembelajaran yang telah terlaksana
(2) Mencatat kendala-kendala yang terjadi pada saat proses pembelajaran
(3) Mengevaluasi hasil selama pembelajaran yang telah diberikan kepada siswa
(4) Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II seperti pada siklus I,
serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran
dengan menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan
motivasi dan hasil belajar sistem starter siswa kelas XI TO SMK AL-FATTAH
Kalitidu.
arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Angket ini bersifat tertutup
atau responden memilih jawaban yang sudah tersedia. Angket pada penelitian ini
digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sistem transmisi.
Pengukuran dilakukan diawal penerapan metode problem based learning (PBL) dan
diakhir siklus untuk mengetahui perbedaannya.
3. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 193) tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes pada
penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran sistem
transmisi yang menggunakan metode problem based learning (PBL). Tes dilakukan
pada akhir siklus atau sesudah kompetensi dasar diajarkan. Sehingga dapat diketahui
perbedaan hasil belajar pada siswa yang menggunakan metode lama dengan siswa yang
menggunakan metode problem based learning (PBL) ini.
E. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk merekam setiap kejadian atau peristiwa yang terjadi
selama tindakan berlangsung. Melalui observasi ini akan diperoleh gambaran data tentang
pelaksanaan metode problem based learning (PBL).
Pada lembar observasi terdapat item-item pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Item-item pedoman tersebut berisi daftar kegiatan yang mungkin terjadi dan dapat diamati
selama pelaksanaan metode problem based learning (PBL). Hal tersebut bertujuan agar jika
terdapat kekurangan selama tindakan berlangsung, maka dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya.
Sehingga diperoleh proses pembelajaran yang lebih baik dan dapat meningkatkan
motivasi serta hasil belajar siswa. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dengan
metode problem based learning (PBL)
2. Kuensioner/Angket
Angket pada penelitian ini, disusun berdasarkan definsi oprasional variabel motivasi
yang memiliki dua indikator yaitu adanya tujuan belajar dan mempunyai usaha belajar.
Adapun kisi-kisi yang dijadikan dasar dalam menyusun angket sebagai berikut.
Tabel. Kisi-kisi angket motivasi belajar
latihan
Jumlah 25
Setiap jawaban dari kuensioner yang berbentuk data kualitatif, perlu dirubah menjadi
data kuantitatif menggunakan skala likert. Berikut adalah skor tiap alternatif jawaban (skala
likert) untuk pernyataan positif.
Sangat setuju 4
Setuju 3
Tidak setuju 2
3. Tes
Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam penelitian ini adalah tes
obyektif bentuk pilihan ganda. Tes pilihan ganda digunakan oleh peneliti karena dengan
tes ini dapat mencakup luasnya materi pelajaran yang disampaikan. Instrumen tes untuk
mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran sistem starter.
F. Uji Coba Instrumen
1. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa
yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2013: 211). Instrumen yang akan
diuji validitasnya yaitu lembar observasi tindakan, angket motivasi belajar dan soal tes hasil
belajar.
Pengujian validitas yang digunakan yaitu pengujian validitas konstruksi (construct
validity) untuk angket motivasi belajar dan pengujian validitas isi (content validity) untuk
lembar observasi proses pembelajaran dan tes hasil belajar.
Pengujian validitas isi menggunakan pendapat ahli (judgment experts) untuk dimintai
pendapatnya tentang instrumen yang dibuat. Pengujian validitas lembar observasi proses
pembelajaran dilakukan dengan membandingkan isi instrumen dengan prosedur pelaksanaan
metode pembelajaran, dan pengujian tes hasil belajar dilakukan dengan membandingkan isi
instrumen dengan materi pembelajaran.
Sedangkan untuk pengujian validitas konstruksi menggunakan pendapat ahli
(judgment experts) tentang konstruksi instrumen yang telah disusun berdasarkan teori.
Setelah itu, pengujian validitas konstruksi diteruskan dengan uji coba instrumen pada subyek
38
penelitian. Setelah data ditabulasikan, pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor
yang mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan
skor faktor dengan skor total (Sugiyono, 2016: 125-129). Subyek uji coba instrumen ini
adalah siswa kelas XI TO yang berjumlah 32 orang. Perhitungan korelasi skor butir (X)
terhadap skor total (Y) menggunakan korelasi product moment sebagai berikut.
N ∑ xy−( ∑ x )( ∑ y )
r xy =
√( N ∑ x −(∑ x ) )( N ∑ y −(∑ y ) )
2 2 2 2
Hasil uji coba instrumen butir soal dan angket terdapat soal yang tidak valid yaitu:
Tabel. Hasil uji validitas butir soal siklus 1
Jumlah 21 4
Jumlah 21 4
Jumlah 22 3
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dipercaya
untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
39
Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang sesuai dengan
kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama (Suharsimi Arikunto, 2013:
221).
Uji reliabilitas untuk angket motivasi belajar menggunakan rumus alpha cronbach
sebagai berikut.
)( )
2
( k ∑σ
r 11 = 1− 2 b ¿
( k −1 ) ab¿
Keterangan:
r 11: reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2
∑ σ b: jumlah varians butir
2
a b : varians total
Penentuan tingkat reliabilitas berdasarkan harga r11 dapat dikonsultasikan dengan tabel
dibawah ini (sugiono, 2016: 184).
Tabel. Pedoman interpretasi koefisien korelasi
Hasil pengujian reliabilitas instrumen motivasi belajar dapat dilihat yang menghasilkan
koefisien reliabilitas (r11) sebesar 0,349 dan termasuk dalam kategori rendah. Pengujian
reliabilitas yang sangat kuat ini mengindikasikan bahwa instrumen motivasi belajar sudah layak
digunakan.
Setelah skor motivasi belajar siswa sudah diketahui, selanjutnya menghitung rata-rata
skor motivasi siswa seluruh responden. Caranya dengan menjumlahkan semua skor motivasi
belajar siswa dan dibagi dengan banyaknya siswa. Cara tersebut bisa dituliskan dengan
rumus seperti dibawah ini.
jumlah persentase siswa
Rata-rata motivasi belajar siswa =
jumlah siswa
Setelah rata-rata skor motivasi siswa sudah diketahui, kemudian membandingkan hasil
rata-rata persentase skor motivasi belajar antar siklus. Sehingga akan diperoleh data
perubahan motivasi belajar siswa tiap siklusnya dan akan diketahui apakah ada peningkatan
motivasi belajar atau tidak. Analisis motivasi belajar diatas, selain dihitung secara
keseluruhan atau semua butir instrumen, juga dilakukan perhitungan serupa pada tiap
indikator motivasi belajar. Sehingga nantinya juga akan diketahui, indikator motivasi belajar
mana yang perlu ditingkatkan.
Selain itu, juga dilakukan perhitungan korelasi persentase motivasi belajar siswa dari
sebelum tindakan dan setelah tindakan. Rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi
tersebut yaitu rumus korelasi product moment seperti yang sudah tercantum. Setelah
diketahui koefisien korelasinya, kemudian dibandingkan dengan tabel pedoman interpretasi
koefisien korelasi untuk mengetahui kategori hubungannya.
Hasil perhitungan dapat mengambarkan apakah perubahan data selaras atau tidak.
Sebagai contoh apabila motivasi awal seorang siswa sudah tinggi, seharusnya menjadi lebih
tinggi dan apabila motivasinya rendah juga akan lebih tinggi. Hal yang tidak diharapkan
yaitu jika ada yang motivasinya naik tetapi ada yang tidak naik atau ada yang motivasinya
naik tetapi ada juga yang justru malah turun.
Hasil perhitungan nilai rata-rata presentase kemudian dibandingkan dengan kriteria
keberhasilan motivasi belajar siswa. Kriteria keberhasilan siswa dapat dilihat pada tabel 3.8
Tabel 3.8 Krieria Keberhasilan Motivasi Belajar Siswa
menghitung rata-rata skor seluruh responden dengan cara menjumlahkan semua skor siswa
dan dibagi dengan jumlah siswa. Cara tersebut dapat ditulis dalam rumus seperti berikut.
jumlah skor semua siswa
Rata-rata skor responden =
jumlah siswa
Setelah rata-rata skor hasil belajar siswa diketahui, kemudian membandingkan rata-rata
skor hasil belajar tiap siklus. Sehingga akan diperoleh data perubahan hasil belajar siswa
setiap siklusnya dan akan diketahui apakah ada peningkatan hasil belajar atau tidak. Selain
itu, juga dilakukan perhitungan korelasi persentase hasil belajar siswa dari sebelum tindakan
dan setelah tindakan. Rumus yang digunakan untuk menghitung korelasi tersebut yaitu
rumus korelasi product moment seperti yang sudah tercantum. Setelah diketahui koefisien
korelasinya, kemudian dibandingkan dengan tabel pedoman interpretasi koefisien korelasi
untuk mengetahui kategori hubungannya. Hasil perhitungan dapat mengambarkan apakah
perubahan data selaras atau tidak. Sebagai contoh apabila prestasi awal seorang siswa sudah
tinggi, seharusnya menjadi lebih tinggi dan apabila hasil belajarnya rendah juga akan lebih
tinggi. Hal yang tidak diharapkan yaitu jika ada yang hasil belajarnya naik tetapi ada yang
tidak naik atau ada yang pasif belajarnya naik tetapi ada juga yang justru malah turun.
Data motivasi belajar dan hasil belajar diatas, yang bersifat kuantitatif dapat
diinterpretasikan menjadi data kualitatif melalui tabel konversi ini.
Tabel. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
61-80 B Baik
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pratindakan
Berdasarkan penelitian yang telah yang telah yang
dilaksanakan di SMK AL-FATTAH Kalitidu pada mata pelajaran
sistem starter kelas XI TO yang berjumlah 32 siswa yang
dilakukan dalam dua siklus. dalam setiap siklus empat tahapan
yaitu perencenaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada tiap
siklus diadakan pengambilan data meliputi data motivasi belajar
siswa dan hasil belajar siswa yang di peroleh data sebagai berikut:
a. Deskripsi Pratindakan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan pada
hari senin 10 Oktober 2023 menunjukan motivasi belajar siswa
kelas XI TO SMK AL-FATTAH Kalitidu pada mata pelajaran
sistem starter masih rendah. Hal ini ditunjukan oleh hasil belajar
yang rendah dengan nilai ulangan rata-rata kelas sebesar 60.
Secara ringkas hasil obsrvasi awal adalah sebagai berikut:
1) Pada saat proses pembelajaran berlangsung guru meggunakan
metode ceramah dibantu presentasi power point. dengan
metode ceramah kurang terjadi interaksi antara siswa dan
guru, guru berperan sebagai penyampai informasi dan siswa
sebagai pendengar.
2) Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa cenderung
kurang bersemangat, kurang termotivasi sebagian besar dari
siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran seperti
bertanya atau memberi tanggapan terhadap materi yang
disampaikan oleh guru.
3) Pada saat proses pembelajaran berlangsung banyak siswa
yang mengatuk, mengobrol dengan teman dan sering keluar
masuk kelas.
Untuk mengatasi permasalahan diatas peneliti akan
menggunakan suatu tindakan berupa metode pembelajaran
yaitu dengan menerapkan metode problem based learning
(PBL).
65
66
1 Jumlah peserta 32 32 0
3 Tuntas belajar 2 10 8
(≥75)
4 Nilai Tertinggi 76 92 16
5 Nilai Terendah 36 40 4
85
76
75
66.5
65
56
55
45 40
36
35
25
15 10
5 2
Siswa tuntas Rata-Rata Ni- Nilai Tertinggi Nilai Terendah
lai Siswa
Series 1 2 56 76 36
Series 2 10 66.5 92 40
66 , 5−56
= x 100%
56
= 18,75%
F
P= x 100%
A
71
10
= x 100%
32
= 31,25%
69
66.56 66.87
67
65
63.59
63
61
1 Jumlah Peserta 32 32 0
3 Tuntas Belajar 10 24 14
(≥75)
77
4 Nilai Tertinggi 92 92 0
5 Nilai Rendah 40 68 28
NPo −Npe
NP = x 100%
NPe
79−66 , 5
= x 100%
66 ,5
= 18,79%
F
P = x 100%
A
24
= x 100 %
32
= 75%
67% 66.68%
65%
64.00%
63%
Siklus I Siklus II
Series 1 64.00% 66.68%
95 92 92
85 79
75 66.5 68
65
55
45 40
35
24
25
15 10
5
Siswa tuntas Rata-rata nilai Nilai tertinggi Nilai terndah
siswa
Siklus I 10 66.5 92 40
Siklus II 24 79 92 68
Siklus I Siklus II
B. Pembahasan
1. Peningkatan Motivasi Belajar
81
dapat dilihat pada saat kuis, tidak ada lagi rasa takut siswa untuk
menjawab atau memberikan pertanyaan. Hal ini terjadi karena siswa
sudah terbiasa dengan metode pembelajaran problem based learning
yang menuntut siswa untuk saling mendorong dan saling membantu
satu sama lain demi keberhasilan kelompok pada saat proses
pembelajaran.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi belajar siswa kelas XI TO SMK AL-FATTAH Kalitidu
meningkat dari siklus I, siklus II etelah menggunakan metode problem based learning (PBL). Dari hasil
penelitian siklus I diperoleh skor angket motivasi belajar sebesar 2037 atau 64% Nilai tersebut berada
dalam kategori kuat pada tingkat keberhasilan 0,6 – 0,799. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar siswa pada siklus I dalam kategori kuat Dari hasil penelitian siklus II diperoleh skor
angket motivasi belajar sebesar 2138 atau 66,81%. Nilai tersebut berada dalam kategori tinggi pada
tingkat keberhasilan 0,6 – 0,799. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa pada
siklus II dalam kategori kuat.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar sistem starter juga meningkat setelah motivasi belajar
siswa meningkat karena penerapan metode pembelajaran problem based learning (PBL). Hasil posttest
pada siklus I meningkat dari nilai pretest sebesar 31,25%. Siswa yang tuntas KKM siklus I sebanyak 10
orang dengan persentase 31,25%. Hasil tes pada siklus II meningkat dari siklus I sebesar 75% Siswa
tuntas siklus II sebanyak 24 orang dengan persentase 75%. Hasil tes siklus II meningkat. Berdasarkan
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran problem based learning (PBL) dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar sistem starter siswa kelas XI TO SMK AL-FATTAH Kalitidu.
B. Implikasi
Penerapan metode pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran sistem tastarter. Oleh karena itu apabila guru ingin meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sistem starteratau mata pelajaran sistem starter lainnya
agar dapat menerapkan metode pembelajaran problem based learning (PBL). Karena dalam proses
pembelajaran diperlukan sebuah metode pembelajaran yang mampu merangsang siswa untuk dapat aktif
berinteraksi dalam pembelajaran. Dengan menggunakan metode pembelajaran problem based learning
(PBL) akan memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif bekerjasama dalam kelompok, saling membantu
satu sama lain dan saling mendorong agar semua siswa mampu memahami materi pelajaran yang sedang
dipelajari. Dengan menggunakan metode pembelajaran problem based learning (PBL) proses pembelajaran
dapat berjalan aktif dan menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan membuat hasil
belajar siswa juga meningkat dalam pembelajaran sistem starter.
C. Saran
Berdasarkan hasil analisa, peneliti memberikan beberapa saran untuk sekolah guru, siswa dan
peneliti berikutnya sebagai berikut.
1. Sekolah
Bagi sekolah disarankan untuk memberikan kebijakan kepada guru dalam mengajar dengan
menggunakan berbagai metode pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
2. Guru
86
Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mengasyikkan bagi
siswa sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan aktif. Guru juga harus memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kodisi serta kebutuhan pembelajaran di kelas.
3. Siswa
Semangat belajar perlu ditingkatkan dan harus yakin pada kemampuan diri sendiri, karena hal
tersebut sangat penting dalam membantu keberhasilan belajar.
4. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan diharapkan dapat lebih
mengefektifkan penerapan metode pembelajaran problem based learning (PBL) sehingga hasil penelitian
lebih kuat.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmad & Supriyono Widodo (2014). Psikologi Belajar. Jakarta PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Penelitian Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Abidin, Yusuf. (2009). Guru dan Pelajaran Bermutu. Bandung.
Amir, M. Toufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Pranada Media
Grub.
Arons, Alvin A (2014). Auditing dan Jasa Assurance (terjemahan) Edisi Kalimabelas. Jakarta: Erlangga
Adnan, Muhamad Annas. (2014). Memahami Al-Qur’an dengan Metode Manhaji. Yogyakarta: Majelas Tabliqh
Muhamadiyah
Budininggsih, C Asri. (2006). Peran Sekolah Dalam Mewujudkan Pendidikan yang Berkeadilan Sosial.
Dewantara. Ki Hadjar Dewantara. 2014. Ki Hadjar Dewantara. Jilid 1 Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Tamansiswa
Dewantara. Ki Hadjar 1994. Ki Hadjar Dewantara Jilid 2 Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan
Indonesia
Dinlah Damayanti (2006). Pengaruh Kompensasi, Pendidikan dan sinoritas Terhadap Prokduktivitas Kerja
Dilingkungan Dinas Kebersihan.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2010). Belajar Mengajar. Jakarta: Rinika Cipta
Daryanto. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu, Terimtegrasi (Kurikulum 2013). Jakarta: Gava Media.
Forgaty, R. (1997). Problem Based Learning And Multiple Intelligences Classrom. Melboure: Hawker Brownlow
Edition
Farozin. (2011). Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: Rinaka Cipta
Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. (2007). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Karya Rosda Karya
Ibrahim, M., dan Nur, M., (2000). Pelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unversity Press
Muhamad Nurdin. (2014). “Korelasi Motivasi Belajar dan Cara Belajar dengan Hasil Belajar Mata Diklat
Kelistrikan Otomotif Siswa Kelas XI TKR SMK PIRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”. Jornal Taman
Vokasi. 1. No.2.2014.
Moh Nazir. (2014). Metode Penelitian. Penerbit: Glalia Indonesia
Miftakul, Huda. (2015) Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Ngalimun (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Bajarmasin: Aswaja Pressindo
Nana, Sudjana. (2005). Penilian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya
Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu perlu. Bogor: Penerbit Gralia
Indonesia
88
Sugiono. dan R&D (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuatitatif, Kualitatif). Penerbit: Glalia
Indonesia
Sukarmad, Winarno. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Sugihartono (2007) Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Tompulon, Saur. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga
Winardi. (2002). Motivasi dan Permotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Winkel. WS. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
Wina, Sanjaya (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grub.
Ward. (2002). Stapien. Dkk. (1993). Tersedia Dalam www.lubisgrafira.wordpress.com
Yatim Riyanto, (2010). Metologi Penelitian pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC
89
LAMPIRAN 1
DAFTAR SKOR ANGKET MOTIVASI BELAJAR SIKLUS 1
1 A 86
2 B 57
3 C 77
4 D 75
5 E 61
6 F 64
7 G 69
8 H 65
9 I 63
10 J 58
11 K 56
12 L 54
13 M 55
14 N 65
15 O 53
16 P 56
17 Q 67
18 R 67
19 S 68
20 T 58
21 U 63
22 V 68
23 W 67
24 X 67
90
25 Y 77
26 Z 63
27 AB 55
28 BC 62
29 CD 62
30 DE 59
31 EF 62
32 GH 58
Nama Siswa :
Kelas :
No. Absen :
94
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan cermat setiap pernyataan yang ada pada angket anda!
2. Pada setiap pernyataan, terdapat lima pilihan jawaban. Pilihlah salah satu
yang dianggap paling sesuai dengan memberikan tanda (X) pada huruf a, b, c, dan d
3. Jawablah pernyataan dengan jujur sesuai yang anda alami. Setiap pernyataan tidak lebih dari satu jawaban.
PETUNJUK UMUM
1) Berdoalah sebelum Anda mengerjakan soal.
2) Bacalah dengan teliti petunjuk cara mengerjakan soal sebelum Anda menjawab.
3) Laporkan kepada pengawas apabila terdapat tulisan yang kurang jelas.
4) Jumlah soal sebanyak 25 butir soal.
I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e, di lembar yang tersedia!
1. Dalam sebuah kendaraan (mobil) terdapat beberapa system seperti dibawah ini,system yang berfungsi untuk
membantu menghidupkan mesin adalah:
a. System pengapian
b. System pengisian
c. System pemindah tenaga
d. System penerangan
e. System starter
2. Kecepatan putar minimum yang digunakan untuk menghidupkan mesin tergantung pada konstruksi dan
operasinya,kecepatan putar minimum untuk motor bensin adalah
a. 40 – 60 rpm
b. 50 – 70 rpm
c. 60 – 80 rpm
d. 70 – 90 rpm
e. 80 – 100 rpm
3. Seperti pada soal no.2,kecepatan minimum untuk motor diesel adalah
a. 40 – 60 rpm
b. 50 – 70 rpm
c. 60 – 80 rpm
d. 70 – 90 rpm
e. 80 – 100 rpm
98
4. Apabila sebuah motor starter semakin rendah putarannya maka motor starter tersebut akan mengambil arus
dari bateray menjadi
a. Tidak ada
b. Tetap
c. Lebih kecil
d. Lebih besar
e. Semua jawaban salah
5. Makin besar arus yang digunakan oleh motor starter,maka:
a. Makin cepat momen puntirnya
b. Makin kecil momen puntirnya
c. Makin besar momen puntirnya
d. Makin lambat momen ountirnya
e. Makin besar gaya puntirnya
6. Pada kendaraan, sistem yang berfungsi untuk membantu menghidupkan mesin adalah:
a. System pengapian
b. System pengisian
c. System pemindah tenaga
d. System penerangan
e. System starter
7. Dibawah ini komponen pada system starter yang berfungsi untuk merubah energy listrik menjadi gerak putar:
a. Motor starter
b. Solenoid starter
c. Kunci kontak
d. Baterei
e. Pinion gear
8. Fungsi pinion gear pada system starter adalah untuk:
a. Sumber energy listrik
b. Mengaktifkan solenoid starter
c. Merubah energy listrik menjadi gerak putar
d. Menghubungkan motor dengan flywheel
e. Merubah energy listrik menjadi gaya magnet
9. Secara sederhana, komponen system starter dibagi menjadi tiga, diantaranya kecuali::
a. Baterai
b. Kunci kontak
c. Unit motor starter (konvensional)
d. Unit motor starter (reduksi)
e. Piston
10. Pada unit motor starter, yang termasuk komponen penghasil putaran adalah:
a. Solenoid starter
b. Yoke dan pole core
c. Fiel koil
d. Armature dan sikat
e. Semua benar
11. Yang merupakan jenis-jenis motor stater adalah:
a. motor starter tipe konvensional
b. motor starter tipe reduksi
c. motor starter tipe planetary
d. a dan b benar
e. a, b, dan c benar
99
12. Berikut adalah komponen dari motor starter tipe planetary kecuali:
a. Planetary gear
b. Planetary gear shaft
c. Internal gear
d. Armature shaft
e. Armature planetary
13. Salah satu komponen motor starter tipe konvensional yang mempunyai fungsi untuk mendorong pinion gear
sehingga berkaitan dengan ring gear adalah
a. Starter clutch
b. Brush
c. Armature
d. Field coil
e. Magnetic switch
14. Pada motor starter tipe reduksi terdapat komponen roda gigi ekstra yang berfungsi untuk:
a. Memperlambat putaran motor
b. Mempercepat putaran motor
c. Memperkecil putaran motor
d. Memperbesar putaran motor
e. Semua jawaban salah
15. Pada motor starter tipe planetary,untuk mengurangi kecepatan putaran armature,menggunakan komponen
yang disebut:
a. Planetary shaft
b. Planetary gear
c. Internal gear
d. Pinion gear
e. Armature shaft
16. Salah satu komponen motor starter tipe konvensional yang mempunyai fungsi untuk mendorong pinion gear
sehingga berkaitan dengan ring gear adalah
a. Starter clutch
b. Brush
c. Armature
d. Field coil
e. Magnetic switch
17. Seperti soal no.16,komponen yang berfungsi untuk membangkitkan medan magnet yang diprlukan untuk
memutar armature adalah
a. Starter clutch
b. Brush
c. Armature
d. Field coil
e. Magnetic switch
18. Seperti soal no.16,komponen yang berfungsi untuk menghantarkan arus dari field coil armature adalah
a. Starter clutch
b. Brush
c. Armature
d. Field coil
e. Magnetic switch
19. Armature,bagian motor yang berputar,terdiri dari beberapa bagian,kecuali
a. Armature core
b. Armature shaft
100
c. Armature coil
d. Commutator
e. Armature yoke
20. Berikut adalah yang tidak termasuk komponen dari starter clutch adalah
a. Clutch roller
b. Plunger
c. Spring
d. Inner race
e. Contact plate
21. Pada motor starter tipe reduksi terdapat komponen roda gigi ekstra yang berfungsi untuk:
a. Memperlambat putaran motor
b. Mempercepat putaran motor
c. Memperkecil putaran motor
d. Memperbesar putaran motor
e. Semua jawaban salah
22. Pada tipe reduksi saat kunci kontak posisi start motor berputar pada kecepatan rendah karena adanya energi
pada:
a. Armature
b. Ignitions switch
c. Terminal c
d. Pull – in coil
e. Hold – in coil
23. Pada tipe reduksi,hubungan singkat antara terminal 30 dengan terminal C menyebabkan
a. Main switch off
b. Main switch on
c. Pull – in coil off
d. Hold – in coil on
e. Semua jawaban benar
24. Pada motor starter tipe planetary,untuk mengurangi kecepatan putaran armature,menggunakan komponen
yang disebut:
a. Planetary shaft
b. Planetary gear
c. Internal gear
d. Pinion gear
e. Armature shaft
25. Berikut adalah komponen dari motor starter tipe planetary kecuali:
a. Planetary gear
b. Planetary gear shaft
c. Internal gear
d. Armature shaf
e. Armature planetary
Kunci jawaban
1. e 6. e 11. e 16. e 21. a
2. a 7. a 12. e 17. d 22. d
3. e 8. d 13. e 18. b 23. b
4. d 9. e 14. a 19. e 24. b
5. c 10. e 15. b 20. e 25. e
101
PETUNJUK UMUM
5) Berdoalah sebelum Anda mengerjakan soal.
6) Bacalah dengan teliti petunjuk cara mengerjakan soal sebelum Anda menjawab.
7) Laporkan kepada pengawas apabila terdapat tulisan yang kurang jelas.
8) Jumlah soal sebanyak 25 butir soal.
I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d, di lembar yang tersedia
1. Komponen mobil yang digunakan untuk memberikan putaran awal bagi mesin agar dapat menjalankan siklus
kerjanya adalah ….
a. Fly wheel
b. Baterai
c. Stater *
d. Alternator
e. Dinamo AC
2. Ketika lampu depan mati saat starter dinyalakan kemungkinan penyebabnya adalah …
a. Starter rusak
b. Kabel rusak
c. Baterai mobil berdaya kecil *
102
d. Hydrometer
e. Nanometer
18. Hasil pengujian terputusnya sirkuit pada komutator dilakukan dengan menggunakan multimeter yang
selektornya diatur pada…
a. Ampere
b. Massa
c. Volt
d. Kilogram
e. Ohm*
19. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk pembongkaran motor starter yaitu kecuali …
a. Buka mur pengikat lem kabel
b. Lepas Flywheel *
c. Lepas selenoid
d. Jepit motor starter pada ragum
e. Goyangkan selenoid
20. pada pengujian kontinuitas field coil hasil yang baik adalah …
a. Ada kontinuitas *
b. Tidak ada arus Ampere
c. Tidak ada kontinuitas
d. Ada arus Ampere
e. Tegangan 12 v
BACA JUGA : Kumpulan Soal Pilihan Ganda dan Kunci Jawaban Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga
Kendaraan Ringan Tentang Perawatan Sistem Rem Konvensional dan ABS
21. pada pengujian hubungan field coil dengan masa hasil yang baik adalah …
a. Ada kontinuitas
b. Tidak ada arus Ampere
c. Tidak ada kontinuitas *
d. Ada arus Ampere
e. Tegangan 12 v
22. jika Hasil pengujian terputusnya sirkuit pada komutator dan body armature adalah tidak ada kontinuitas maka
armatur dalam kondisi …
a. Baik *
b. Tidak baik
c. Rusak
d. Berputar
e. Diam
23. saat terdapat kontinuitas antara komutator dengan elemen Nya maka kesimpulan dari pengujian tersebut
adalah …
a. Tidak baik
b. Baik *
c. Rusak
d. Berputar
e. Diam
24. langkah pengujian nya adalah hubungkan kedua jarum multimeter ke sikap negatif dan pemegang sikap
positif. Ini adalah langkah untuk …
a. Pengujian armature
b. Pengujian komutator
c. Pengujian sikat / brush *
105
d. Pengujian pinion
e. Pengujian start
25. Ukuran panjang sikat / brush standard adalah …
a. 15 mm
b. 16 mm *
c. 17 mm
d. 19 mm
e. 20 mm
1 A 86
2 B 57
3 C 77
4 D 75
5 E 61
6 F 64
7 G 69
8 H 65
9 I 63
10 J 58
106
11 K 56
12 L 54
13 M 55
14 N 65
15 O 53
16 P 56
17 Q 67
18 R 67
19 S 68
20 T 58
21 U 63
22 V 68
23 W 67
24 X 67
25 Y 77
26 Z 63
27 AB 55
28 BC 62
29 CD 62
30 DE 59
31 EF 62
32 GH 58
1 A 52
2 B 65
3 C 70
4 D 78
107
5 E 74
6 F 59
7 G 61
8 H 61
9 I 60
10 J 54
11 K 57
12 L 59
13 M 55
14 N 64
15 O 53
16 P 67
17 Q 71
18 R 67
19 S 70
20 T 58
21 U 73
22 V 70
23 W 73
24 X 67
25 Y 77
26 Z 75
27 AB 68
28 BC 75
29 CD 71
30 DE 69
31 EF 79
32 GH 86
1 A 52
2 B 92
3 C 76
4 D 40
5 E 80
6 F 44
7 G 40
8 H 76
9 I 48
10 J 76
11 K 60
12 L 48
13 M 72
14 N 88
15 O 48
16 P 68
17 Q 68
18 R 68
19 S 68
20 T 58
21 U 76
No Nama Skor Siklus 2
109
1 A 84
22 V 2 B
52 64
23 W 3 C
88 84
24 X 4 D
56 84
25 Y 5 E
80 80
26 Z 6 F
68 80
27 AB 7 G
80 88
28 BC 8 H
60 76
29 CD 9 I
84 72
30 DE 10 J
60 80
31 EF 11 K
92 56
32 GH 12 L
72 76
13
TOTAL SKOR M
2128 88
14 N 84
15 O 92
18 R 84
19 S 84
20 T 92
21 U 88
22 V 92
23 W 80
24 X 88
25 Y 64
26 Z 92
27 AB 52
28 BC 92
29 CD 60
30 DE 48
31 EF 68
32 GH 92
MODUL AJAR
TEKNIK OTOMOTIF
111
Pada akhir fase F, peserta didik mampu melakukan perawatan baterai serta
perawatan dan overhaul (pembongkaran, pemeriksaan, perbaikan dan pemasangan)
pada: jaringan kelistrikan, sistem penerangan dan sistem lampu tanda, sistem wiper
dan washer, sistem power window dan central lock, elektrical mirror, sistem starter,
sistem pengisian, sistem pengapian, sistem AC, sistem audio-video.
1. Informasi Umum
a. Identitas
Nama : Kasmari, S.T
Penyusun : SMK AL-FATTAH KALITIDU
Sekolah : 2023
Tahun : SMK
Jenjang Sekolah : ( XI/ Fase F) Teknik Otomotif
Kelas : 8 JP (@45menit)
Alokasi Waktu : 2x Pertemuan
Jumlah Pertemuan
b. Kompetensi Awal Memahami prinsip kerja dan komponen sistem starter
kendaraan ringan
c. Profil Pelajar Pancasila Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
Berahlak Mulia, Kreatif, Bernalar Kritis, Berkebhinekaan
Global (Kebekerjaan)
d. Sarana dan Prasarana Buku Teks, Laptop, HP Android, Internet, alat peraga, unit
engine stand. ( Mengintegrasikan TIK)
e. Target Peserta Didik Modul ini dapat digunakan oleh siswa reguler, siswa dengan
hambatan belajar, dan siswa dengan pencapaian tinggi
f. Model Pembelajaran Project Based Learning
(Penentuan pertanyaan mendasar
a. Mendesain perencanaan proyek;
b. Menyusun jadwal
c. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
Menguji hasil (Assess the Outcome)
d. Mengevaluasi pengalaman
2. Komponen Inti
a. Tujuan 1.Setelah mengamati tayangan video dan modul pembelajaran, siswa
Pembelajaran dapat memahami fungsi dan komponen sistem starter pada kendaraan
ringan sesuai SOP
2.Setelah mengamati dari media PPT dan modul pembelajaan, siswa
mampu merawat sistem starter pada kendaraan ringan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur
3. Setelah melakukan kegiatan praktek, siswa mampu
mengoverhaul ( memeriksa,
membongkar,memperbaiki,memasang) sistem starter kendaraan
ringan sesuai dengan SOP
4. Melalui pembelajaran praktek, siswa dapat menggunakan APD atau
peraturan keselamatan kerja yang berlaku
b. Alur Tujuan 1. Siswa dapat memahami fungsi, cara kerja dan komponen
Pembelajaran sistem starter kendaraan ringan
2. Siswa dapat melakukan perawatan sistem starter kendaraan ringan
3.Siswa dapat mengoverhaul sistem starter kendaraan ringan
113
e. Pertanyaan 1. Isu-isu global apa yang berkembang saat ini terkait dengan kemajuan
Pemantik teknologi sistem starter kendaraan ringan?
2. Bagaimana cara menghidupkan mesin kendaraan dengan remote?
WAKTU
114
Inti
a) M=Mulai Dari Diri : Guru memberi pertanyaan 145 menit
pemantik tentang kerusakan pada sistem
starter guru. Siswa merespon dengan memberi
jawaban. Guru memberikan gambaran materi
pembelajaran tentang cara mengoverhaul
system starter sesuai SOP (Mengidentifikasi
masalah)
b) E=Eksplorasi Konsep: Guru
mendemonstrasikan cara mengoverhaul
sistem starter. Siswa memperhatikan
(Menetapkan Masalah)
c) Ruang Kolaborasi: Guru membentuk
kelompok siswa, setiap kelompok secara
bergiliran melakukan praktek overhaul
sistem starter ((Mengembangkan solusi)
d) R=Refleksi Terbimbing: Guru memantau dan
memberi arahan kepada peserta didik dalam
melakukan overhaul
e) D=Demonstrasi Kontekstual: Peserta didik
melakukan praktek overhaul sesuai dengan
SOP (Melakukan tindakan strategis)
f) E=Elaborasi Pemahaman: Peserta dalam
melakukan praktek harus benar-benar
harus faham secara teknis apa yang harus
diperbaiki
g) K=Koneksi Antar Materi: Guru mengecek
hasil kerja siswa dan memberi arahan
serta masukan da lam mengoverhaul sistem
starter kendaraan ringan (Evaluasi)
A=Aksi Nyata : Peserta didik mengetes hasil
overhaul dengan menstart mesin
Penutup:
a) Memberikan kesimpulan dari serangkaian 20 menit
115
kegiatan
b) Refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan
c) Memberikan informasi Penugasan
d) Berdoa dan Salam
3. Asesmen Jenis:
A. Asesmen Diagnostik
- Asesmen non kognitif
- Asesmen kognitif
B. Asesmen Formatif
- Awal Pembelajaran (Pengamatan, wawancara)
- Proses Pembelajaran ( Kuisioner, Pengamatan)
C. Asesmen Sumatif ( Ulangan Harian, Tes Lisan, Tes Tertulis)
Teknik:
Observasi/pengamatan
Demonstrasi
Penugasan ( Proyek / penyusunan hand out)
Tes Tertulis
Tes lisan/wawancara
Instrumen:
Lembar Observasi
Lembar Kerja / jobsheet peserta didik
Soal pilihan ganda/essay
4. Pengayaan dan Memberikan Bimbingan bagi siswa yang belum memahami materi. Dan Pengayaan
Remedial informasi bagi siswa yang sudah memahami materi.
RUBRIK PENILAIAN
INSTRUMEN PENILAIAN: PROSES DAN PRODUK
Proses presentasi Peserta didik (Kelompok) Peserta didik(Kelompok) Peserta didik mampu Peserta didik mampu
laporan diskusi tidak mampu mampu mempresentasikan mempresentasikan hasil mempresentasikan dari
mempresentasikan hasil dari hasil dari menggali dari menggali informasi menggali informasi dari
menggali informasi dari informasi dari berbagai dari berbagai sumber berbagai sumber dengan
berbagai sumber sumber namun kurang dengan sikap yang baik dan sikap yang baik, dipahami
dipahami audien dipahami oleh audiens. audiens dan mampu
berdiskusi dengan baik
Praktik dan Peserta didik tidak Peserta didik mampu Peserta didik mampu Peserta didik mampu
penyusunan menyusun laporan menyusun laporan (hand menyusun laporan (hand menyusun laporan (hand
hand out out) namun kurang lengkap out) secara lengkap out) secara lengkap dan
(laporan memenuhi tata tulis
diskusi dan penyusunan laporan
praktik)
117
LEMBAR OBSERVASI
ASESMEN DIAGNOSTIK
Capaian Pembelajaran Pada akhir fase F, peserta didik mampu melakukan perawatan baterai serta perawatan dan overhaul
(pembongkaran, pemeriksaan, perbaikan dan pemasangan) pada: jaringan kelistrikan, sistem penerangan dan
sistem lampu tanda, sistem wiper dan washer, sistem power window dan central lock, elektrical mirror, sistem
starter, sistem pengisian, sistem pengapian, sistem AC, sistem audio-video.Setiap pekerjaan dilakukan sesuai
Prosedur Operasional Standar(POS). Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) atau peraturan keselamatan kerja
yang berlaku.
Tujuan Pembelajaran 1. Merawat sistem starter pada kendaraan ringan sesuai SOP
2.Mengoverhaul ( memeriksa, membongkar,memperbaiki,memasang) sistem starter kendaraan ringan
sesuai SOP
3.Menggunakan APD atau peraturan keselamatan kerja yang berlaku
119
Informasi apa saja yang ingin digali? Pertanyaan kunci yang ingin ditanyakan
Aktivitas peserta didik selama belajar di rumah 1. Apa saja kegiatanmu sepanjang hari di rumah?
2. Apakah memiliki waktu cukup untuk belajar?
3. Sebutkan 5 hal dari yang paling menyenangkan sampai yang
paling tidak menyenangkan ketika sedang belajar.
4. Apa yang menjadi harapan dan mimpimu ?
Dst….
Aktivitas di rumah mendukung minat dan bakat peserta didik 1. Apakah hobimu?
2. Apakah hobimu berkaitan dengan program keahlian yang
dipilih (Teknik Kendaraan Ringan) ?
3. Apakah yang kamu sering memperhatikan mobil dibengkel?
Tindaklanjut -
1. Analisa hasil isian peserta didik
2. Jikapeserta didik menyampaikan masalah, ajak berdikusi untuk
menentukan penyelesaiannya
3. Jika diperlukan komunikasikan permasalahan tersebut
dengan orang tua
4. Lakukan asesmen diagnostik non kognitif secara berkala
sesuai kebutuhan
B. Asesmen Kognitif
Identifikasi materi yang akan Pertanyaan Kemungkinan Skor Rencana Tindak Lanjut
diujikan Jawaban (Kategori)
Siswa mengetahui teknologi sistem Jelaskan bagaimana cara kerja magnet sebagai Paham utuh Pembelajaran dapat
starter kendaraan ringan motor starter? stator,sedangkan lilitan dilanjutkan ke materi
sebagai rotor dengan berikutnya sesuai ATP
demikian akan terjadi
induksi magnet sehingga
menghasilkan
121
menggerakkan rotor
Langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan? Alat bantu apa yang dibutuhkan?
Persiapan dan pelaksanaan: Android, internet, google form
1. Menyusun jadwal pelaksanaan
2. Mengidentifikasi materi uji yang mewakili keseluruhan materi pembelajaran
3. Menyusun 2 pertanyaan sederhana sesuai kelasnya
4. Asesmen diberikan seluruh peserta didik .
122
Tindak lanjut:
1. Melakukan pengolahan hasil asesmen dan hitung rata-rata kelas
2. Bagi peserta didik yang memperoleh nilai rata-rata akan
mengikuti pembelajaran unit berikutnya
3. Bagi peserta didik yang memperoleh nilai dibawah rata-rata
akan memperoleh pendampingan/ bantuan dari guru
4. Bagi siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata akan
memperoleh pengayaan dari guru.
5. Ulangi proses asesmen diagnosis ini sesuai dengan kebutuhan di kelas.
123
di atas maka dapat disimpulkan sistem starter berfungsi untuk memutarkan flywheel
pertama kali dengan kecepatan tertentu agar mesin dapat hidup
2. Prinsip Kerja
Prinsip kerja motor starter adalah mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik dalam bentuk gerak putar. Motor bisa berputar jika diberi aliran arus
berdasarkan prinsip berikut ini:
Pada saat arus mengalir melewati konduktor (penghantar) A dan B yang
berada diantara kutub magnet, maka penghantar A dan B akan menerima gaya
dorong berdasarkan garis gaya magnet yang timbul dengan arah seperti pada gambar
dibawah ini. Hubungan antara arah arus, arah garis gaya magnet, dan arah gaya
dorong pada penghantar merujuk pada aturan/kaidah tangan kiri Fleming.
Arah arus yang masuk kebalikan dengan arah yang keluar sehingga gaya
dorong yang dihasilkan juga saling berlawanan. Oleh karena itu penghantar akan
berputar saat arus tersebut mengalir. Untuk membuat penghantar tetap berputar
maka digunakan komutator dan sikat (brush).
Berdasarkan kaidah tangan kiri Fleming diatas, prinsip kerja dari komponen-
komponen utama motor starter adalah sebagai berikut :
Armature dan field coil dihubungkan dengan baterai secara seri melalui sikat-
sikat dan komutator. Urutan aliran arusnya yaitu dari baterai, relay starter, field coil,
sikat positif, komutator, armature, sikat negatif dan selanjutnya ke massa.
127
Pada saat arus listrik mengalir, pole core bersama-sama field coil akan
terbangkit medan magnet. Armature yang juga dialiri arus listrik akan timbul garis
gaya magnet sesuai tanda putaran panah.
Sesuai dengan kaidah tanan kiri Fleming, armature coil sebelah kiri akan
terdorong ke atas dan yang sebelah kanannya akan terdorong ke bawah. Dalam hal
ini armature coil berfungsi sebagai kopel atau gaya puntir, sehingga armature akan
berputar. Jumlah kumparan didalam armature coil banyak, sehingga gaya putar yang
ditimbulkan armature coil bekerja saling menyusul. Akibatnya putaran armature
akan menjadi teratur.
Pinion gear berada pada poros yang sama dengan motor armature dan berputar
dengan kecepatan yang sama. Plunger di dalam magnetic switch (solenoid)
terhubung ke drive lever. Ketika diaktifkan oleh plunger, drive lever menekan
pinion gear sehingga terhubung dengan flywheel ring gear. Ketika mesin sudah
hidup, starter clutch melepaskan pinion gear dari flywheel untuk mencegah putaran
mesin merusak motor starter.
Komponen motor starter konvensional
a. Magnetic Switch
Magnetic switch terdiri dari beberapa komponen diantaranya hold- in coil,
pull-in coil, return spring dan plunger. Magnetic switch dioperasikan oleh gaya
magnet yang dibangkitkan di dalam kumparan dan mempunyai dua fungsi,
yaitu:
- Mendorong pinion gear sehingga berkaitan dengan ring gear
- Bekerja sebagai main switch atau relay yang memungkinkan arus besar
dari baterai mengalir ke motor starter.
c. Brush
Sikat (brush) yang ditekan pada segmen-segmen commutator armature
oleh pegas sikat (brush spring) menghantarkan arus dari field coil armature.
Gambar . Brush
d. Armature
Gambar . Armature
Armature adalah bagian motor yang berputar. Terdiri dari armature core,
armature coil, commutator. Armature berputar diakibatkan dari interaksi antara
medan magnet yang dibangkitkan oleh field coil dengan armature coil.
e. Armature Brake
Sesaat setelah start mesin pinion gear yang masih berputar karena gaya
inertia dapat menyebabkan kerusakan bila terjadi hubungan antara pinion gear
dengan ring gear.
Ketika return spring di dalam magnetic switch menarik kembali pinion
gear, brake spring menarik armature melawan brush holder. Bila brush holder
telah menyatu dengan commulator end frame, armature akan segera berhenti
berputar.
130
g. Drive Lever
Drive lever berfungsi untuk mendorong pinion gear ke arah posisi berkaitan
dengan roda penerus dan melepas perkaitan pinion gear dari perkaitan roda
penerus.
Penting !
Jika tegangan baterai dalam kondisi baik/normal, adanya batu sulfat dan korosi
pada terminal-terminal baterai dapat mengakibatkan kinerja starter lemah, terjadi
rugi tegangan sehingga tegangan sesungguhnya yang digunakan motor starter
lebih rendah dari tegangan baterai, ketika di start/posisi kunci kontak Start
133
Penting !
pastikan gigi transmisi harus pada posisi netral (N) atau parkir (P) pada kendaraan
yang menggunakan transmisi otomatis
Jika tegangan pada terminal 50 tidak sesuai dengan spesifikasi pada saat kunci
kontak pada posisi start , periksalah wiring diagram system starter dan periksa bagian-
bagian yang ada kaitannya dengan komponen-komponen seperti: Sekring utama,
kunci kontak, saklar netral, relay starter dan sebagainya. Ganti jika terdapat
kerusakan.
Penting !!
Mengacu pada buku manual kendaraan untuk pertolongan dalam membedakan
terminal 30 dan terminal 50 (terminal 50 selalu menggunakan kabel dengan ukuran
penampang lebih kecil, kabel dengan penampang besar digunakan untuk terminal
50 dan terminalC)
penarik dan kumparan penahan dan aktifasi switch magnetis tidak memutar
motor starter.
Bila gear pinion tidak bergerak keluar, periksa kerusakan pada kumparan
penarik, atau hambatan terlalu besar pada gerakan sliding plunyer atau penyebab
kerusakan lainnya.
Jika pinion tertarik kembali kedalam pada saat pemeriksaan ini, periksa
kerusakan kumparan penahan , hubungan masa yang kurang baik atau kerusakan
lainnya.
c. Pemeriksaan Kembalinya Pinion Gear
Jika pemeriksaan kumparan penahan telah selesai, lepaskan kabel dari bodi
starter sperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
136
Gear pinion harus dengan cepat tertarik kembali masuk kedalam, karena
kumparan penahan tidak bekerja lagi, dengan bantuan pegas pengembali maka
plunger akan kembali ke posisi semula. Jika gear pinion tidak kembali dengan
segera, periksa kelelahan pegas pengembali, gesekan sliding plunger (gerakan
plunger pada rumahnya ) yang kurang baik, atau penyebab lainnya.
7) Catat dan baca arus yang mengalir melalui Ampere meter bila motor starter
telah stabil. Nilai hasil pengukuran harus sesuai dengan range spesifikasi
pada buku manual
8) Periksa kembalinya gear pinion , dan motor harus segera berhenti berputar
ketika kabel dilepaskan dari terminal 50 (ini hanya perlu untuk motor
starter tipe biasa/konvensional). Jika motor starter tidak dapat berhenti
dengan segera,maka berarti rem ankernya rusak.
Penting !!
Jumlah arus listrik yang mengalir melalui sirkuit dalam test tanpa beban
bervariasi tergantung dari motor starter, kebanyakan arus mengali
berkisar 200 sampai 300 ampere untuk beberapa motor starter.
Lihat data pada buku manual sebelum melakukan pemeriksaan ini.
Pastikan bahwa ampere meter telah di seting dengan benar, baik
hubungan kabel maupun batas ukur ampere meter.
Hati-hati pada waktu mempergunakan kabel berpenampang besar
Periksa hubungan
segmen-segmen komutator
terhadap
kemugkinan putus pada
gulungan
Periksa diameter
komutator dengan
mikrometer / mistar sorong
bandingkan hasil
pengukuran kelonjongan dan
diameter dengan ketentuan
pada buku
petunjuk
139
Periksa segmen-segmen
komutator terhadap
kotoran, kebersihan alur-
alur segmen dengan daun
gergaji.
DAFTAR PUSTAKA
a. Manual book TOYOTA
b. Buku kelas Pemeriksaan Kelistrikan Kendaraan Ringan
c. https://www.youtube.com/watch?
v=x2Zt84OiyhQ&ab_channel=BelajarOtomotif
d. https://www.youtube.com/watch?
v=CRVxfv5Otug&ab_channel=MbahJohn%5BCPP
%5 D
e. https://www.youtube.com/watch?
v=XIwMsWxL2uw&ab_channel=GrTEKNIK
f. https://www.youtube.com/watch?
v=zefuOtYWGUI&list=PL40DFbETxY9JAbxpBiL7V
tNBjHQjEF1pY&index=14&ab_channel=BENGKEL
MOTORGHAIB
g. https://www.youtube.com/watch?
v=0ww5Bf3USes&ab_channel=MEOtoChanel