Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SENI BUDAYA

TARI SUFI
(Whirling Dervhishes)

( Diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Seni Budaya )

Disusun oleh:
Kelas XI IPS Syeikh Shonhaji
Kelompok III
1. Siti Badriyah
2. Octaviani
3. Kamelia N
4. Ahmad Husen
5. Ilyas

MADRASAH ALIYAH YPPA CIPLUS


Tahun Pelajaran 2022 – 2023
Wanayasa – Purwakarta
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah Seni budaya tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “ Tari Sufi ” yang disusun dan
diajukan guna untuk memenuhi tugas mata pelajaran Seni Budaya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada guru mata pelajaran Seni Budaya yang telah memberikan tugas
Penyusunan Makalah ini kepada kami, Orang Tua kami yang selalu memberikan
doa dan dukungan penuh kepada kami, serta Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak- pihak yang juga turut membantu dalam penyusunan
Makalah ini.
Kami jauh dari kesempurnaan, dan ini merupakan langkah yang baik dari
belajar yang sebenarnya. Oleh karena itu dengan waktu yang terbatas dan
kemampuan, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan
semoga Makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian dan Sejarah...................................................................................3
2.2 Makna.............................................................................................................4
2.3 Busana/Kostum..............................................................................................4
2.4. Iringan Musik................................................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................8
3.2 Saran...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seni adalah sarana yang paling mudah untuk mengekspresikan suasana
hati seseorang. Begitu pula pada seseorang yang mengalami rasa cinta dan
kerinduan yang sangat mendalam kepada yang di cintainya akan sangat mudah
mengekspresikannya melalui seni.
Seni sendiri oleh sebagian orang masih dianggap hanya sebagai hiburan
semata yang didalamnya terkandung nilai-nilai keduniawian. Hal tersebut
dikarenakan pada saat ini seni sudah disalah gunakan dan salah penerapan, kini
dalam berbagai kesenian hanya berisi tentang hal-hal yang negative dan kurang
sesuai dengan nilai-nilai agama. Misalnya saja pada pertunjukan kesenian tari,
banyak yang menilai dalam tarian hanya memperlihatkan lekak-lekuk badan saja
dan ujung-ujungnya akan menimbulkan kericuhan. Namun dalam Islam ternyata
ada satu seni tari yang didalamnya berisikan nila-nilai islami. Tarian ini hadir
dari seorang tokoh sufi yang bernama Jalaluddin Rumi yang telah menciptakan
suatu media untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui seni, yaitu
melalui tarian yang biasa disebut dengan Tari Sema atau Tari Sufi. Tari sufi
(Whirling Dervhishes) merupakan tarian religious yang berasal dari Timur
Tengah lebih tepatnya dari Turki. Awalnya tarian ini digunakan Rumi sebagai
bentuk pengenang kepada Sang Guru, Syamsuddin. Menurut Rumi, cinta hadir
berdasarkan kerinduan yang timbul dari hati sehingga menimbulkan unsur
kebahagiaan dalam diri. Tarian yang bernapaskan islami ini mempunyai bentuk
berputar seraya melantunkan asma- asma suci Allah dan Rasulullah.1 Tari ini
juga merupakan bentuk ekspresi dari rasa cinta, kasih dan sayang seorang hamba
kepada Allah Swt dan Nabi Muhamad saw. Salah satu tuntunan Nabi Muhamad
untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah ialah dengan berdzikir. Di sini Rumi
mengembangkan metode dzikir dengan gerakan berputar sehingga terciptalah
tari sufi.
Di Indonesia sendiri sekarang ini sudah banyak yang mengamalkan tarian
sufi. Salah satunya adalah di pondok pesantren maulana Rumi yang berlokasi di

1
daerah Bantul, Yogyakarta. Pada umumnya tarian ini dilakukan oleh kaum laki-
laki. Namun seiring dengan berjalannya waktu para kaum wanita bahkan anak-
anak juga mulai tertarik untuk ikut mempelajari dan mempraktekkan tarian ini.
hingga sampai saat ini di pondok pesantren tersebut tarian sufi rutin dilakukan
sebelum melakukan kajian tasawuf. Tarian tersebut semakin intens dilaksanakan
pada setiap sore di bulan ramadhan sembari menunggu waktu berbuka puasa.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana kita mengenal Tari Sufi?
b. Apa definisi Tari Sufi?
c. Apa saja hal-hal yang erat kaitannya dengan Tari Sufi?

1.3 Tujuan
a. Untuk Memenuhi tugas mata pelajaran Seni Budaya
b. Untuk mengetahui definisi Tari Sufi
c. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Tari Sufi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Sejarah


Tari Sufi adalah bentuk tarian dengan gerakan berputar-putar, yang
sekarang sudah akrab di telinga masyarakat Indonesia.
Menariknya, tari yang berasal dari Turki ini, dibawakan oleh penarinya
dengan gerakan berputar tanpa henti, dan erat kaitannya dengan pemikiran Islam
yang sufistik. Walaupun begitu, gerakan berputar ini memiliki makna dan filosofi
tersendiri ketika membawakannya.
Tari Sufi, yang terkenal juga sebagai whirling dervishes, juga dianggap
bagian proses meditasi yang kental dengan nuansa tasawuf. Hal ini jugalah yang
menjadi salah satu faktor, kenapa penari Sufi kuat berputar berjam-jam lamanya,
tanpa merasakan pusing kepala. Bahkan, tarian ini juga dimainkan oleh orang-
orang dari berbagai negara karena manfaat yang dimilikinya. Contohnya saja yang
di Indonesia, di mana terdapat 999 penari Sufi yang hadir dalam Harlah Muslimat
NU, yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan di tanggal 27 Januari
2019. Karena banyak sekali peserta yang ikut serta dalam tarian ini, membuat
acara tersebut memecahkan rekor MURI.
Tari Sufi erat kaitannya
dengan buah pikiran Jalaluddin
Rumi, yang merupakan seorang
penyair Persia. Seni tari ini
ditampilkan pertama kali di
abad ke-13 Masehi, di daerah
Anatolia, Turki. Penampilan
para penari tersebut juga cukup misterius, karena awal mula munculnya Tari Sufi
ini karena hal yang memilukan, yakni berkaitan dengan kehilangan dan masalah
cinta.
Secara historis, jenis tari ini awalnya memang terjadi dari meninggalnya
guru spiritual Jalaluddin Rumi, yakni Syamsuddin Tabriz. Disebabkan besarnya
rasa kehilangan tersebut, kemudian Jalaluddin Rumi pun menumpahkannya dalam

3
bentuk tarian berputar-putar. Dari situlah selanjutnya, Rumi menjadi sadar jika
manusia dalah makhluk yang fana.

2.2 Makna
Gerakan berputar-putar yang ditampilkan Jalaluddin Rumi bukanlah sebuah
tindakan tanpa makna. Sebab, dalam gerakan berputar-putar tersebut mengandung
filosofi untuk menemukan tujuan yang hakiki dalam sebuah kehidupan.
Para penari Sufi yang bergerak memutar diibaratkan sebagai bulan,
sedangkan pimpinan tari yang ada di tengahnya sebagai matahari. Dalam bentuk
makna yang lebih jauh lagi, Tari Sufi dengan gerak berputar-putar melawan arah
jarum jam tersebut merupakan lambang putaran alam semesta dan putaran tawaf
di Ka’bah, sebagai bentuk proses dalam pencarian Tuhan.
Seorang penganut sufi yang akan menampilkan tarian ini, harus
ditekankan bahwa ia mesti memiliki fisik serta emosi yang kuat. Sebab,
pementasan Tari Sufi dapat dilakukan berjam-jam lamanya. Bahkan, seorang
Jalaluddin Rumi saja pernah menarikannya dalam waktu 3 hari 3 malam. Seorang
sufi yang membawakan tarian ini, akan mencurahkan semua emosinya saat
menari, supaya yang ia rasakan hanyalah cinta dan rasa rindu terhadap Tuhan.

2.3 Busana/Kostum

4
Warna kostum asli (penari sufi) hitam dan putih. Mengingat mati sebelum
mati. Ini berguna untuk mengendalikan ego. Islam itu indah mengajarkan
kelembutan. Jihad yang sebenarnya melawan ego, bukan berperang dengan
kemarahan,"
Di bagian kaki, penari sufi memakai alas khusus yang disebut kuff.
Konon, Nabi Muhammad SAW pada saat musim dingin selalu mengenakan kuff
dalam perjalanan kemanapun, terutama pada musim dingin. jika seseorang
memakai kuff pada saat berwudhu, maka tidak perlu dilepas seperti sendal atau
sepatu biasa. Ada alasannya. Apa itu? "Untuk menghindari menjejak bumi secara
langsung karena energi bumi cenderung negatif, penuh keduniawian. Rasul suka
pakai kuff saat musim dingin, lalu dilapisi lagi dengan sandal. Kuff sendiri terbuat
dari kulit,"
Sementara, gerakan memutar ke arah kiri melambangkan putaran alam
semesta, putaran tawaf di Ka'bah, dan putaran surgawi Ilahiah.
"Sudah insting, lomba lari juga pasti memutarnya ke arah kiri. Hanya jarum jam
yang berputar ke kanan," Terakhir, kostum jubah berukuran besar mengikuti
pakaian yang dikenakan Rasullullah pada saat itu. Dengan kostum yang berukuran
besar di bagian bawah, tarian akan lebih indah dan menarik.

2.4. Iringan Musik


Para sufi memiliki ekspresi kecintaan pada Ilahi yang bermacam-macam. Di
antaranya yaitu dengan musik dan tarian spiritual atau tarian sufi. Musik dan
tarian sufi merupakan tradisi sufi yang sangat produktif dalam teori maupun
dalam prakteknya, karena bertujuan langsung kepada Allah. Kelompok sufi
tertentu menggunakan musik dan tarian sebagai latihan memusatkan konsentrasi
dan menghilangkan kekacauan pikiran.
Di antara perbedaan-perbedaan pendapat yang menjadi kebolehan musik
dan tarian sufi, ada sebuah pendapat yang bersikap bijak menengahinya yaitu dari
Dzun Nun sebagaimana dikutip oleh Nicholson:

“Musik adalah pengaruh surga yang mendorong hati untuk mencari Tuhan.
Karenanya barang siapa yang mendengarkan (dengan baik) secara rohaniah ia

5
tengah mendekati Tuhan. Tetapi barang siapa mendengarkan hanya untuk
sensasi, maka la termasuk orang yang tidak beriman.”

Dalam hal ini yang diperbolehkan hanyalah musik untuk konser spiritual
yang dipraktekkan oleh perhimpunan-perhimpunan sufi.
Musik spiritual adalah pengaruh dari Ilahi yang menggerakkan hati manusia
kepada Allah. Bagi mereka yang mendengarkan musik secara spiritual dan
memperhatikan secara hakikat serta tidak hanya sekedar suara lahirnya saja,
maka mereka akan sampai kepada Allah yang merupakan pusat dari segala
sesuatu, termasuk asal suara musik tersebut. Allah tidak hanya bisa dicapai
melalui musik, dalam arti bahwa sebab mencapai Allah bukanlah musik, tetapi
musik bisa dijadikan cara untuk mencapai Allah.
Musik mempunyai arti penting dari sudut pandang spiritual. Membaca al-
Qur'an pun merupakan musik yang tradisional. Bahkan setiap getaran yang
menimbulkan suara disebut musik.
Irama musik akan berpengaruh pada jiwa seseorang, tepatnya pada debar
jantung seseorang. Dengan demikian dapat menjadi sebuah penenang jiwa. Seperti
halnya binatang kijang yang menjadi lebih tenang ketika mendengarkan musik
dari si pemburu, apalagi manusia yang mempunyai perasaan dan akal pikiran.
Karena pada dasarnya setiap makhluk memiliki jiwa, maka memiliki
kecenderungan untuk merasakan alunan musik spiritual. Oleh karena itulah musik
banyak dimanfaatkan oleh kaum sufi sebagai medium untuk membangkitkan dan
menguatkan kecintaan mereka kepada Allah, karena di dalam tasawuf, musik
berfungsi menyejukkan batin para sufi yang sedang melaksanakan perjalanan
spiritualnya. Seperti halnya musik, tarian spiritual atau tarian sufi pun memiliki
tujuan yang sama, karena keduanya nantinya akan saling mengiringi. Tarian sufi
adalah suatu ritual keagamaan yang paling tua, karena hal ini dilakukan di dunia
Islam pada zaman awal.
Dasar tarian sufi yang dipraktekkan juga terletak pada pergerakan nafas
dalam mengucapkan kata-kata suci dalam dzikir sufi. Di mana irama nafas ini
menjadikan tubuh bergerak secara otomatis, seperti halnya sebuah tarian yang
ringan. Oleh karena itu selama pertunjukan tarian, para darwis menghindari

6
ekspresi-ekspresi yang kesannya dibuat-buat. Dengan demikian hendaknya
ekspresi itu terjadi dalam ketidaksadaran bahkan mencapai ekstase, hai ini
diperbolehkan bagi kalangan fuqara' yang telah menolak kehidupan yang bersifat
duniawi. Gerakan-gerakan ini untuk merespon panggilan batin.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seni dalam pandangan Islam merupakan manifestasi pengalaman estetika
dalam jiwa manusia. Seni tari Islam berbeda dengan seni tari Barat. Seni tari
Islam dalam aplikasinya selalu berpijak pada norma-norma Islam. Nilai-nilai
ilahiyah merupakan worldview bagi pencipta tari, penari, maupun penikmat tari.
Tarian Islam menawarkan rasa kepuasan batiniah (spriritual) bagi manusia.
Melalui materi tarian Islam yang bernilai positif, manusia dapat melihat dan
merasakan kekuasaan Allah. Hal ini menciptakan perasan nyaman, tenang,
keinginan mendekatkan kepada Allah, mengingatkan manusia untuk banyak
berdzikir, menuntun manusia untuk memikirkan ayat-ayat kauniyah, menuntun
untuk mengingat nikmat dan ciptaan Allah swt, mengajarkan
sikap, dan memiliki keyakinan dan komitmen yang kokoh.

3.2 Saran
Sebagai generasi, hendaknya kita dapat turut andil dalam melestarikan seni
budaya dari dunia salah satunya tari sufi. Banyak informasi yang didapat dari
setiap tari islami. Semoga selain kita bisa berkarya, kita tidak lupa semakin
mendekat kepada Allah SWT dalam setiap nafas dan tidakan yang kita lakukan.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://anyflip.com/fwdow/rhut/basic
http://hakamabbas.blogspot.com/2014/03/musik-dan-tarian-sufi.html
https://www.selasar.com/tari-sufi/

Anda mungkin juga menyukai