Anda di halaman 1dari 3

Ketimpangan Relasi Kuasa Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap

Korban yang Tidak Berdaya di Ruang Lingkup Pendidikan


Oleh : Rahma Syasabil Sheryna Marzuki

Nim : 30302200225

PENDAHULUAN

Seperti yang kita ketahui saat ini sedang banyak terjadi kekerasan seksual di lingkungan
Pendidikan,dengan rata-rata korban adalah seorang perempuan dan rata-rata pelaku kekerasan
seksual adalah orang yang dikenal oleh korbannya ataupun orang yang tidak di kenal oleh
korban.

ISI

Kekerasan intim di area pembelajaran,tidak memandang apakah itu sekolah dasar,sekolah


menengah pertama,sekolah menengah atas,bangku kuliah,serta apalagi kasus yang sangat
mencengangkan yaitu dari oknum kekerasan intim di area pembelajaran agama seperti
madrasah maupun pondok pesantren.Tempat pembelajaran sepatutnya jadi tempat yang
nyaman untuk menuntut ilmu bagi seluruh orang tanpa rasa ke khawatiran akan kekerasan
seksual .Dimana dalam terjadinya kekerasan seksual ini selalu berkaitan dengan adanya
ketimpangan relasi gender dan relasi kuasa yang selalu membuat pelakunya berada dalam
posisi superior dan korbannya berada dalam posisi interior. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode yuridis normatif. Dalam terjadinya kekerasan seksual di
lingkungan pendidikan maka korban sebagai pihak yang dirugikan membutuhkan suatu
perlindungan, dan pemerintah telah berusaha memberikan perlindungan melalui beberapa
peraturan perundang-undangan seperti Permendikbud Nomor 30 tahun 2021 Tentang
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS). Undang-Undang Penghapusan
Kekerasan Seksual (UU PKS) dan peraturan- peraturan lainnya serta beberapa teori sebab-
sebab terjadinya kejahatan dari para tokoh kriminolog.

Perbuatan-perbuatan yang bisa dibilang selaku kekerasan intim merupakan sesuatu aksi yang
di dalamnya ada kaitannya yang merujuk kekerasan intim, ada 2 pandangan yaitu:

1) pandangan pemaksaan yang berarti tidak hendak serta tidak terdapatnya sesuatu persetujuan
dari salah satu pihak ataupun yang lazim diucap dengan korban;

2) korban tidak sanggup ataupun apalagi belum membagikan persetujuan dikala kekerasan
intim itu terjalin.

Fakta kasus kekerasan seksual korban adalah seorang mahasiswi yang hendak melaksanakan
edukasi skripsi di area kampus dengan salah satu dosen di sana ,tetapi korban merasa tidak
aman di saat pelaku mulai menanya hal keadaan yang bertabiat pribadi sampai melaksanakan
kontak raga dengan korban.Permasalahan ini merupakan fakta kalau seorang dengan daya
penuh ataupun seorang yang mempunyai posisi lebih tinggi hendak lebih leluasa melaksanakan
perihal apapun,sekalipun itu merupakan perihal yang minus yang mengusik situasi pihak lain
baik secara kontak raga maupun kejiwaan.Di bidang keagamaan kita di gemparkan dengan
berita kekerasan seksual oleh Herry Wirawan pemilik salah satu pesantren yang berada di Kota
Bandung yang korbannya belasan santriwati yang diketahui telah mencabuli belasan santriwati
hingga hamil.Bahkan korbannya ada yang hamil hingga dua kali .Di sini kitab isa ketahui
bahwa bukan kesalahan korban jelas-jelas di lingkup pesantren yang notaben nya pasti islami
dan memakai busana yang tidak terbuka bahkan bisa di bilang pakaian mereka tertutup .
Korban yang diketahui ada 13 anak,4 diantaranya telah melahirkan bahkan salah satunya telah
melahirkan sebanyak 2 kali ,ada 4 anak korban yang sedang hamil sudah melahirkan semua
ucap Jaksa Kejaksaan Negeri Kejari Bandung.Aksi pencabulan ini berlangsung sejak 5 tahun
yang lalu,tepatnya sejak tahun 2016 hingga 2021 .Orang tua korban padahal berharap agar
anaknya menuntut ilmu di pesantren tapi naas ternyata anaknya menjadi korban bejat oleh
Herry Wirawan dan yang mirisnya lagi usia para korban masih sangat belia antara 13-16
tahun.Dari sini kita bisa ketahui bahwa kekerasan seksual dilakukan karena si pelaku merasa
kedudukannya lebih tinggi daripada si korban sehingga merasa lebih berkuasa dan korban juga
tak berdaya untuk melawannya.
KESIMPULAN

Dengan demikian kekerasan seksual di lingkungan Pendidikan adalah karena pelaku merasa
memiliki kekuasaan.Pelaku juga merasa berhak berlaku sewenang-wenangnya pada peserta
didik karena kekuasaan pelaku akhirnya membuat korban tidak berdaya dan takut malapor.
kekerasan seksual harus di cegah karena korban akan berpotensi mengalami luka internal dan
pendarahan dan berakibat juga ke kondisi psikis yang bisa mengakibatkan trauma atau
depresi.Kita sebagai wanita harus saling mengingatkan agar berani menghadapi tindak
kejahatan ini dan berani menangkal pelecehan seksual serta membantu jika melihat ada korban
yang sedang mengalaminya.Jika ada korban pelecehan kita bisa menggunkan metode 5D yaitu
ditegur,dialihkan,dilaporkan,ditenangkan,direkam.

Anda mungkin juga menyukai