Anda di halaman 1dari 12

Volume 4 No.

2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

ANALISIS PENERAPAN PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS KARYAWAN
TETAP PADA PT. X DI SURABAYA

Indah Kurniyawati
Program Studi Akuntansi Universitas Islam Lamongan
Email : indah.kurnia5@gmail.com

ABSTRAK
PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman proyek di Surabaya.
PT. X memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 setiap bulan atas karyawan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan perhitungan dan pemotongan dan
pelaporan pajak Penghasilan Pasal 21 tentang gaji karyawan PT. X. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi yaitu membahas masalah dengan
mengumpulkan, mendekompilasi, menghitung, membandingkan, dan menjelaskan suatu situasi
sehingga dapat ditarik kesimpulan yang mencakup perhitungan dan pelaporan Pasal 21
karyawan tetap di PT. X. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ada kesalahan dalam
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. X, menghasilkan lebih bayar yang
mengakibatkan pembayar pajak mengalami kerugian.
Kata Kunci : Pajak Penghasilan, Perhitungan pajak, pelaporan pajak

ABSTRACT
PT. X is a company engaged in project delivery services in Surabaya. PT. X withholding
Income Tax Article 21 every month over the employee. The purpose of this study is to analyze
the implementation of calculation and withholding and reporting on Income Tax Article 21 on
employees’ salary of PT. X. Method of analysis used in this research is decriptive method is to
discuss of the problem by collection, decompile, calculate, compare, and explain a situation so
that it can be drawn conclusions that include calculation and reporting Article 21 of permanent
employees at PT. X. Based on the result of the study found the there is a mistake in the
Calculation of Income Tax Article 21 at PT. X, resulting in the overpayment resulting in
taxpayer incur losses.
Keywords : Income Tax, Tax Calculation, Tax Reporting.

PENDAHULUAN tersebut akan mempengaruhi daya beli


Pajak merupakan sumber utama atau kemampuan belanja perusahaan.
penerimaan negara yang sangat penting Dalam melaksanakan kewajiban
yang akan digunakan untuk membiayai perpajakannya, wajib pajak harus
segala keperluan negara dan memahami ketentuan ketentuan umum
pembangunan nasional. Dari segi perpajakan. Salah satu ketentuan
ekonomi, pajak merupakan pemindahan tersebut yaitu mengenai Self Assessment
sumber daya dari perusahaan sektor System. Dalam Self Assessment System
publik. Pemindahan sumber daya seluruh proses pelaksanaan kewajiban

Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI) 1057


Volume 4 No. 2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

perpajakan dimulai dari menghitung dan Penghasilan Pasal 21 Pada PT. X di


menetapkan besarnya pajak terutang, Surabaya.
menyetorkan pajak terutang ke kas
negara, melaporkan perhitungan dan KAJIAN PUSTAKA
penyetoran serta Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
mempertanggungjawabkan semua Pajak Penghasilan Pasal 21
kewajiban yang dilakukan oleh Wajib merupakan cara pelunasan Pajak
Pajak. Salah satu jenis pajak Penghasilan dalam tahun berjalan
penghasilan yang menggunakan melalui pemotongan pajak atas
Withholding System yaitu Pajak penghasilan yang diterima atau
Penghasilan (PPh) pasal 21. PPh. pasal diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi
21 merupakan pajak terutang atas dalam negeri sehubungan dengan
penghasilan yang menjadi kewajiban pekerjaan, jasa, dan kegiatan sesuai
wajib pajak untuk membayarnya. dengan Peraturan Direktur Jenderal
Penghasilan yang dimaksud berupa gaji, Pajak nomor 31/PJ/2012 tentang
honorarium, tunjangan dan pembayaran Pedoman Teknis Tata Cara
lain dengan nama apapun sehubungan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan
pribadi dalam negeri. Undang-undang dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan
yang dipakai untuk mengatur besarnya Orang Pribadi.
tarif pajak, tata cara pembayaran dan
pelaporan pajak yaitu Undang-Undang Subjek PPh Pasal 21 dan/atau PPh
No.36 tahun 2008. yang merupakan Pasal 26
penyempurnaan bagi undang-undang Penerima penghasilan yang dipotong
terdahulu yaitu Undang-Undang No.17 PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
tahun 2000, yang sah diberlakukan per adalah orang pribadi yang merupakan:
tanggal 1 Januari 2009. a. pegawai;
Tujuan dari penelitian ini yaitu b. penerima uang pesangon, pensiun
untuk mengetahui bagaimana atau uang manfaat pensiun,
Perhitungan dan Pelaporan Pajak tunjangan hari tua, atau jaminan hari
tua, termasuk ahli warisnya;

1058 Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI)


Volume 4 No. 2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

c. bukan pegawai yang menerima atau 9. pembawa pesanan atau yang


memperoleh penghasilan sehubungan menemukan langganan atau yang
dengan pemberian jasa, meliputi: menjadi perantara;
1. tenaga ahli yang melakukan 10. petugas penjaja barang
pekerjaan bebas, yang terdiri dari dagangan;
pengacara, akuntan, arsitek, 11. petugas dinas luar asuransi;
dokter, konsultan, notaris, penilai, 12. distributor perusahaan multilevel
dan aktuaris; marketing atau direct selling dan
2. pemain musik, pembawa acara, kegiatan sejenis lainnya;
penyanyi, pelawak, bintang film, d. anggota dewan komisaris atau
bintang sinetron, bintang iklan, dewan pengawas yang tidak
sutradara, kru film, foto model, merangkap sebagai Pegawai Tetap
peragawan/ peragawati, pemain pada perusahaan yang sama;
drama, penari, pemahat, pelukis, e. mantan pegawai;
dan seniman lainnya; f. peserta kegiatan yang menerima atau
3. olahragawan; memperoleh penghasilan sehubungan
4. penasihat, pengajar, pelatih, dengan keikutsertaannya dalam suatu
penceramah, penyuluh, dan kegiatan, antara lain:
moderator; 1. peserta perlombaan dalam segala
5. pengarang, peneliti, dan bidang, antara lain perlombaan
penerjemah; olah raga, seni, ketangkasan, ilmu
6. pemberi jasa dalam segala bidang pengetahuan, teknologi dan
termasuk teknik, komputer dan perlombaan lainnya;
sistem aplikasinya, 2. peserta rapat, konferensi, sidang,
telekomunikasi, elektronika, pertemuan, atau kunjungan kerja;
fotografi, ekonomi dan sosial serta 3. peserta atau anggota dalam suatu
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan sebagai
kepanitiaan; penyelenggara kegiatan tertentu;
7. agen iklan; 4. peserta pendidikan dan pelatihan;
8. pengawas atau pengelola proyek; 5. peserta kegiatan lainnya.

Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI) 1059


Volume 4 No. 2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

Objek PPh Pasal 21 hadiah atau penghargaan dengan


Penghasilan yang dipotong PPh Pasal nama dan dalam bentuk apapun, dan
21 dan/atau PPh pasal 26 adalah: imbalan sejenis dengan nama
a. penghasilan yang diterima atau apapun;
diperoleh Pegawai Tetap, baik g. penghasilan berupa honorarium atau
berupa Penghasilan yang Bersifat imbalan yang bersifat tidak teratur
Teratur maupun Tidak Teratur; yang diterima atau diperoleh anggota
b. penghasilan yang diterima atau dewan komisaris atau dewan
diperoleh penerima pensiun secara pengawas yang tidak merangkap
teratur berupa uang pensiun atau sebagai Pegawai Tetap pada
penghasilan sejenisnya; perusahaan yang sama;
c. penghasilan berupa uang pesangon, h. penghasilan berupa jasa produksi,
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tantiem, gratifikasi, bonus atau
tua, atau jaminan hari tua yang imbalan lain yang bersifat tidak
dibayarkan sekaligus, yang teratur yang diterima atau diperoleh
pembayarannya melewati jangka mantan pegawai; atau
waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai i. penghasilan berupa penarikan dana
berhenti bekerja; pensiun oleh peserta program
d. penghasilan Pegawai Tidak Tetap pensiun yang masih berstatus sebagai
atau Tenaga KerjaLepas, berupa pegawai, dari dana pensiun yang
upah harian, upah mingguan, upah pendiriannya telah disahkan oleh
satuan, upah borongan atau upah Menteri Keuangan. Termasuk pula
yang dibayarkan secara bulanan; penerimaan dalam bentuk natura
e. imbalan kepada Bukan Pegawai, dan/atau kenikmatan lainnya dengan
antara lain berupa honorarium, nama dan dalam bentuk apapun yang
komisi, fee, dan imbalan sejenisnya diberikan oleh:
dengan nama dan dalam bentuk 1. Wajib Pajak yang dikenakan
apapun sebagai imbalan sehubungan Pajak penghasilan yang bersifat
jasa yang dilakukan; final; atau
f. imbalan kepada peserta kegiatan, 2. Wajib Pajak yang dikenakan
antara lain berupauang saku, uang Pajak Penghasilan berdasarkan
representasi, uang rapat, honorarium, norma penghitungan khusus

1060 Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI)


Volume 4 No. 2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

(deemedprofit).(didasarkan pada pribadi. Untuk menghitung Pajak


harga pasar atas barang yang Penghasilan Pasal 21, terlebih dahulu
diberikan atau nilai wajar atas diketahui dasar pengenaan pajaknya.
pemberian kenikmatan yang Untuk Wajib Pajak dalam negeri dan
diberikan.) Badan Usaha Tetap, yang menjadi dasar
Penghasilan sebagaimana tersebut pengenaan pajakya adalah Penghasilan
di atas yang diterima atau diperoleh Kena Pajak. Pajak penghasilan bagi
orang pribadi Subjek Pajak dalam Wajib Pajak dihitung dengan cara
negeri merupakan penghasilan yang mengalikan Penghasilan Kena Pajak
dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal dengan tarif pajak sesuai dalam
21. Sedangkan apabila diterima atau Undang-Undang Pajak Penghasilan
diperoleh orang pribadi Subjek Pajak Pasal 17 didasarkan pada tarif
luar negeri merupakan penghasilan yang Progresif, yaitu tarif yang didasarkan
dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal pada lapisan Penghasilan Kena Pajak,
26. yang artinya persentase tarif yang
digunakan semakin besar jika jumlah
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) pasal yang dikenakan pajak semakin besar.
21 Adapun tarif Pasal 17 Undang-Undang
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan, yaitu :
Pasal 21 Direktorat Jenderal Pajak telah Tabel 1 : Daftar Tarif Pajak
menerbitkanPeraturan Direktorat Penghasilan
Jenderal Pajak Nomor PER- 31/PJ/2009 Lapisan Penghasilan

tentang pedoman teknis tatacara Lapisan Kena Pajak Tarif


I s.d Rp 50.000.000 5%
pemotongan, penyetoran dan pelaporan
Di atas Rp 50.000.000 s.d
Pajak Penghasilan Pasal 21 sehubungan
II Rp 250.000.000 15%
dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan Di atas Rp 250.000.000
orang pribadi. Peraturan tersebut III s.d Rp 500.000.000 25%
merupakan petunjuk pelaksanaan dari IV Di atas Rp 500.000.000 30%

Menteri Keuangan-252/PMK.03/2008, Sumber : Undang-Undang RI No. 36


tentang petunjuk pemotongan atas Tahun 2008
penghasilan sehubungan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak
pekerjaan, jasa dan kegiatan orang (PTKP) untiuk tahun 2018 sampai saat

Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI) 1061


Volume 4 No. 2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

ini perhitungannya masih menggunakan selama periode tertentu, kemudian data


peraturan dari Menteri Keuangan PMK tersebut dievaluasi sehingga dapat
: 101/PMK.010/2016, atau besaran Tarif memberikan kesimpulan yang cukup
PTKP tahun 2016 yaitu ; jelas atas objek yang diteliti.
Tabel 2 : Tarif Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) Sampel Dan Teknik Pengambilan
PTKP Sampel
No Uraian Setahun
(Rp) Sampel dan teknik pengambilan
Untuk Wajib
I Pajak Orang sampel dalam penelitian ini, yaitu :
54.000.000
Pribadi
1. Data Primer, yaitu data yang
Tambahan untuk
II pegawai yang 4.500.000 diperoleh langsung oleh penulis dari
kawin
Tambahan setiap objek penelitian dengan cara
anggota keluarga
sedarah dan wawancara dan data yang diambil
semenda dalam
garis keturunan dari perusahaan seperti daftar
lurus serta anak penghasilan pegawai tetap dan
III angkat yang 4.500.000
menjadi perhitungan Pajak Penghasilan Pasal
tanggungan
sepenuhnya 21.
paling banyak 3
orang untuk setiap 2. Data Sekunder, yaitu data yang
keluarga
Tambahan untuk
berasal dari sumber atau pengamatan
seorang istri yang lain. Contohnya : buku-buku literatur
IV penghasilannya
54.000.000
digabung dengan yang digunakan sebagai acuan, jurnal
penghasilan suami
Sumber : Peraturan Menteri Keuangan penelitian, Undang-Undang dan
No. 101/PMK/.010/2016 peraturan tentang Pajak Pengahasilan
(PPh) Pasal 21, serta data pendukung
METODE PENELITIAN lainnya.
Jenis Dan Sumber Data
Jenis penelitian yang dilakukan Metode Analisis
adalah studi kasus, penelitian yang Jenis data yang digunakan dalam
dilakukan terhadap suatu penelitian ini, yaitu Data Kuantitatif
perusahaan/instansi. Penelitian ini yaitu data yang disajikan dalam bentuk
dilakukan terhadap objek tertentu angka-angka atau bilangan yang dapat
disertai dengan pengumpulan data dihitung dan dapat dibandingkan dari

1062 Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI)


Volume 4 No. 2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

satu data dengan data yang lainnya. peraturan menyebabkan adanya


Data-data tersebut berupa daftar perbedaan cara penghitungan PPh Pasal
penghasilan pegawai tetap dan 21 yang dilakukan oleh pemberi kerja.
perhitungan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21. Metode Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan Metode analisis data yang
menggunakan data pada PT. X. digunakan dalam penelitian ini adalah
Banyaknya jumlah pegawai dan lebih metode deskriptif, yaitu membahas
dari satu jenis pegawai yang bekerja di masalah dengan cara mengumpulkan,
perusahaan memunculkan kompleksitas menguraikan, menghitung dan
pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 21 membandingkan suatu keadaan serta
yang menarik untuk dikaji lebih menjelaskan suatu keadaan sehingga
mendalam khususnya untuk pegawai dapat ditarik kesimpulan yang meliputi
tetap. Hal yang menarik dalam praktek Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh)
penghitungan PPh Pasal 21 adalah Pasal 21 pada pegawai tetap di PT. X di
adanya kemungkinan lebih bayar atau Surabaya.
kurang bayar untuk penghitungan secara
individual atau penghitungan pajak HASIL ANALISIS DAN
yang harus dipotong dari tiap pegawai PEMBAHASAN
atau orang pribadi penerima Hasil Analisis
penghasilan atas pekerjaan, jasa dan Saat ini PT. X memiliki 73
kegiatan. Dalam penghitungan pajak karyawan dengan mengklasifikasikan
akhir tahun, pemberi kerja akan karyawan ke dalam dua kelompok, yaitu
memperhitungkan kembali jumlah pajak : Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak
yang terlalu besar dipotong kepada Tetap. Untuk pegawai tidak tetap
pegawai atau menambah jumlah yang perusahaan memperkerjakan mereka
harus dipotong. Kondisi lebih bayar berdasarkan sistem kontrak, dengan
atau kurang bayar ini pada umumnya masa kontrak selama masa proyek.
disebabkan oleh fluktuasi besaran Untuk menjaga kerahasiaan pegawai
penghasilan teratur dan tambahan tetap pada PT. X, maka nama pegawai
penghasilan tidak teratur di dalam tahun diberi simbol dalam bentuk huruf.
pajak. Perbedaan penafsiran atas Dalam penelitian ini dibatasi pada PPh

Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI) 1063


Volume 4 No. 2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap Tambahan Anak (3 anak x Rp.


dan digunakan hanya 7 pegawai sebagai 4.500.000) = Rp. 13.500.000
sampel. Selama tahun 2018 tidak terjadi = Rp. 77.378.076
kenaikan gaji. Untuk menghitung PPh Penghasilan Kena Pajak
Pasal 21 atas penghasilan Pegawai = Rp. 30.183.437
Tetap pada PT. X tahun 2018, maka PPh 21 Terutang :
dapat menggunakan daftar penghasilan Lapisan I = 5% x Rp. 30.183.531
sebagai berikut : = Rp. 1.509.172
Tabel 3 : Daftar Penghasilan Pegawai PPh Pasal 21 sebulan
Tetap PT X di Surabaya Tahun 2018 = Rp. 1.509.172 : 12 = Rp. 125.764
Penghasilan
Jenis yang
No Nama Status
Kelamin disetahunkan Pembahasan
(Rp)
Perusahaan dalam hal ini PT. X di
1 A L K/3 222.781.000
Surabaya mengimplementasikan
2 B P K/0 87.260.550 perhiungan PPh Pasal 21 terhadap
3 C L K/3 50.323.689 Penghasilan pegawai tetap sesuai
4 D L K/2 55.702.664 dengan peraturan perundang-undangan,

5 E L K/3 107.561.513
namun berdasarkan hasil penelitian,
ditemukan bahwa terdapat kesalahan
6 F L K/3 108.550.875
dalam penentuan status wajib pajak.
7 G L K/2 86.812.652
Sumber : PT X di Surabaya Tahun 2018 Kesalahan tersebut diakibatkan karena

Berdasarkan daftar penghasilan kurangnya ketelitian dari manajemen

pada tabel 3, maka dapat diperhitungkan dalam memperbaharui status

PPh pasal 21 per bulan untuk pegawai karyawannya, setelah di wawancara

tetap E sebagai berikut : dimana ada satu pegawai yang

Penghasilan setahun = Rp. 107.561.531 mempunyai suami / istri yang bekerja

Pengurang Penghasilan : sebagai pegawai tetap dengan status 3

Biaya Jabatan anak/tanggungan, namun dalam

= Rp. 5.378.076 PTKP Setahun perhitungan PPh 21 terdaftar sebagai

Wajib Pajak Sendiri = Rp. 54.000.000 pegawai dengan status 2 anak.

Tambahan Wajib Pajak Kawin Perusahaan juga telah melakukan

= Rp. 4.500.000 kesalahan perhitungan terhadap

1064 Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI)


Volume 4 No. 2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

pegawai yang telah mengundurkan diri Pengurang Penghasilan :


di akhir tahun, sehingga perhitungan Biaya Jabatan = Rp. 4.363.028
PPh 21 nya lebih besar daripada PTKP Setahun
seharusnya. Perusahaan juga tidak Wajib Pajak Sendiri
melakukan pendataan ulang terhadap = Rp. 54.000.000
kasus pegawai dengan status 2 anak, Tambahan Wajib Pajak Kawin
yang mengakibatkan adanya tambahan =Rp. 4.500.000
tanggungan yang dimiliki oleh =Rp. 62.363.028
karyawan. Adapun perhitungan pegawai Penghasilan Kena Pajak
adalah sebagai berikut : =Rp. 24.397.523
Penghasilan setahun = Rp. 86.812.652 PPh 21 Terutang :
Pengurang Penghasilan : Lapisan I = 5% x Rp. 24.397.523
Biaya Jabatan =Rp. 1.219.876
= Rp. 4.340.633 PTKP Setahun PPh Pasal 21 sebulan
Wajib Pajak Sendiri = Rp. 54.000.000 = Rp. 1.219.523: 12
Tambahan Wajib Pajak Kawin = Rp. 101.656
= Rp. 4.500.000 Dari hasil perhitungan di atas,
Tambahan Anak (3 anak x Rp. terdapat kesalahan dalam perhitungan
4.500.000) = Rp. 13.500.000 pajak. Perhitungan PPh Pasal 21
= Rp. 76.340.633 terhadap gaji pegawai tetap pada PT. X
Penghasilan Kena Pajak di Surabaya untuk pegawai G dan
= Rp. 10.472.019 pegawai B lebih tinggi dari perhitungan
PPh 21 Terutang : aturan perpajakan, sehingga merugikan
Lapisan I = 5% x Rp. 10.472.019 pegawai yang bersangkutan. PT. X di
= Rp. 523.601 Surabaya kurang teliti dalam
PPh Pasal 21 sebulan memperhatikan status pagawainya. Hal
= Rp. 523.601 : 12 = Rp. 43.633 ini dapat dilihat dari table perbadingan
Sedangkan untuk perhitungan pegawai berikut :
B adalah sebagai berikut :
Penghasilan setahun
= Rp. 87.260.550

Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI) 1065


Volume 4 No. 2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

Tabel 4 : Perbandingan Perhitungan Jika perusahaan selama tahun pajak


Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai tidak meminta data terbaru dari para
Tetap PT. X di Surabaya karyawan, maka jumlah Penghasilan
Hasil Hasil Kurang Tidak Kena Pajak (PTKP) dari
Nama
Perhitunga Perhitung / Lebih
No Pegawa
n PT.X di an Bayar karyawan tidak sesuai dengan keadaan
i Tetap
Surabaya Penulis (Rp)
1 A 16.588.623
16.588.62
- yang sesungguhnya. Dalam hal ini
3
2 B 1.274.414 1.219.876 54.538 karyawan akan dirugikan, namun
3 C - - - karena PPh pasal 21 terutang yang
4 D - - -
seharusnya dibayar perusahaan sebesar
5 E 1.509.172 1.509.172 -
6 F 1.556.167 1.556.167 - Rp 523.601,-untuk pegawai G.
7 G 748.601 523.601 225.000 Sehingga terjadi selisih lebih bayar
Sumber : PT X di Surabaya Tahun 2018 yang mengakibatkan pegawai
Dari tabel di atas, dapat mengalami kerugian kas sebesar Rp
disimpulkan bahwa hasil perhitungan 225.000,-. Oleh sebab itu, perusahaan
PPh Pasal 21 pada PT. X di Surabaya secara berkala harus mendata ulang
tahun 2018 lebih tinggi dari aturan setiap data diri dan status karyawan
perpajakan. Berdasarkan hasil analisa sehingga jumlah PPh pasal 21 terutang
yang dilakukan oleh penulis dengan yang dibayarkan perusahaan sesuai
membandingkan jumlah PPh Pasal 21 dengan data yang sebenarnya.
terutang yang seharusnya disetor Sedangkan untuk pegawai B,
dengan yang telah disetor perusahaan, seharusnya yang dipotong oleh
maka perolehan kewajiban PPh Pasal 21 perusahaan adalah sebesar Rp.
terurang untuk karyawan B dan G. 1.219.876,- sehingga terjadi selisih
Penyebabnya yaitu karena bagian bayar sebesar Rp. 54.538,-. Hal ini
manajemen perusahaan tidak secara disebabkan karena perusahaan kurang
berkala melakukan pendataan ulang teliti dalam melakukan perhitungan
pada karyawannya dan kurang teliti perpajakannya.
dalam perhitungan perpajakannya,
sehingga data yang digunakan oleh KESIMPULAN
perusahaan dalam perhitungan PPh 21 Berdasarkan penelitian yang telah
adalah data dimana karyawan awal dilakukan pada PT. X di Surabaya dan
tahun lalu dan pemahaman terhadap pembahasan pada bab sebelumnya,
peraturan perpajakan.

1066 Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI)


Volume 4 No. 2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

maka kesimpulan yang dapat di ambil Undang – Undang Ketentuan


Umum dan Tata Cara Perpajakan
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
Beserta Peraturan – Peraturan
: Pelaksanaannya Direktorat
Penyuluhan Pelayanan dan
a. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal
Humas.
21 pada PT. X di Surabaya, belum Mardiasmo, 2016. Perpajakan Edisi
sepenuhnya sesuai dengan peraturan Revisi 2016. CV.Andi Offset.
Yogyakarta
perpajakan yang baru yaitu Undang-
Republik Indonesia. Undang – Undang
Undang Nomor 36 Tahun 2008 Nomor 36 Tahun 2008, tentang
tentang Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan
b. Kurang telitinya PT. X di Surabaya Republik Indonesia. Peraturan Direktur
Jendral Pajak Nomor PER-
dalam perhitungan PPh Pasal 21 31/PJ/2012 tentang pedoman
terhadap karyawannya. teknis tata cara pemotongan,
penyetoran dan pelaporan Pajak
c. PT. X di Surabaya kurang teliti Penghasilan Pasal 21 dan/atau
dalam memperhatikan status pegawai Pajak Penghasilan Pasal 26
sehubungan dengan pekerjaan,
untuk perhitungan PPh Pasal 21 jasa, dan kegiatan orang pribadi
terhadap gaji pegawai tetap, Republik Indonesia. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor
250/PMK.03/2008 tentang
DAFTAR PUSTAKA besarnya biaya jabatan atau
Anggraini Dian. 2013. Analisis biaya pensiun yang dapat
Perhitungan, Pemotongan, dikurangkan dari penghasilan
Pelaporan, dan Penytoran Pajak pegawai tetap atau pensiunan
Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Republik Indonesia. Peraturan Menteri
Karyawan Tetap (Studi Kasus Keuangan No.
pada PT. Sarah Ratu Samudera) 101/PMK/010/2016 tentang
Arifin Zainal. 2014. Analisis Penerapan besarnya PTKP.
Perhitungan, Pemotongan, Yousida Imawati. 2018. Analisis
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Prosedur dan Perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Pada PT. Penghasilan Pasal 21 atas Gaji
Bagus Perkasa Lumajang. Karyawan PT Dafana Surya
Baguna Nabella L. 2017. Analisis Medika di Kabupaten Banjar
Perhitungan dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Pegawai
Tetap Pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Kantor Manado.
Departemen Keuangan Republik
Indonesia Direktorat Jendral Pajak
Tahun 2008. Perbandingan
Susunan Dalam Satu Naskah

Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI) 1067


Volume 4 No. 2, Juni 2019 p-ISSN 2502 – 3764 e-ISSN 2621-3168

1068 Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JPENSI)

Anda mungkin juga menyukai