Anda di halaman 1dari 9

MATERI

TEORI STUDI SANAD HADIST


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al Quran dan Hadist
Semester 1 Kelas D

Disusun Oleh:
1) Mahdiyyah I’zzatul Ummah (2393044125)
2) Ladzi Afani (2393044100)
3) Yadi Darmawan (2393004186)
Dosen Pengampu: Dr. Habibil Al Amin,M.Ag

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG
JOMBANG
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................

TEORI STUDI SANAD HADIST..................................................................

A) Pengertian Sanad Menurut Bahasa dan Istilah


B) Keberadaan Sanad dalam Periwayatan Hadist
C) Mekanisme Periwayatan Hadist dengan Model Isnat,Keritik ,Sanad
DAFTAR PUSTAKA
TEORI STUDI SANAD HADIST

A) Pengertian Sanad Menurut Bahasa dan Istilah


Sanad dari bahasa: ‫( المعتمد‬sandaran, tempat bersandar, yang menjadi sandaran). Sedangkan
sanad menurut istilah, sanad yaitu:
‫سْل سلة الرجال الموصلة للمتن‬
“Mata rantai para periwayat hadits yang menghubungkan samapai kepada matan hadits”.
Jadi sanad itu merupakan orang-orang atau rantai penutur hadits, atau yang meriwayatkan
hadits yang menyampaikan kepada matan.
Maka contoh hadits adalah:
“Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia berkata, T elah
menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Sa'id Al Anshari berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim At Taimi,
bahwa dia pernah mendengar Alqamah bin Waqash Al Laitsi berkata; saya pernah mendengar
Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang
(tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya
atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia
diniatkan."
sanad berarti bagian bumi yang menonjol, sesuatu yang berada di hadapan dan yang
jauh dari kaki bukit ketika anda memanjatnya. Ada juga yang mengatakan bahwa sanad secara
etimologi berarti sandaran, tempat kita bersandar. Dan berarti yang dapat dipegang, dipercaya,
kaki bukit, atau gunung juga disebut sanad. Bentuk jamaknya adalah Asnadu. Segala sesuatu
yang anda sandarkan kepada yang lain disebut Masnadu.
Sedangkan secara etimoligi, terdapat perbedaan rumusan pengertian, antara lain :
1. Di dalam kitab Fathul Bary, juz 1 halaman 66
Jalan yang menyampaikan kepada matan hadits. Jalur ada kalanya disebut sanad, ada
kalanya karena periwayatnya bersandar kepadanya dalam menisbatkan matan
kepada sumbernya, dan ada kalanya karena hafidz bertumpuk kepada yang
menyebutkan sanad dalam mengetahui shahih atau dla’if suatu hadits.
2. Menurut As Suyuthi dalam bukunya Tadribar Rawi, halaman 41
Sanad adalah berita tentang jalan matan.
3. Menurut Mahmud at Tahhan
Sanad adalah istilah orang-orang (yang meriwayatkan hadits) yang menyampaikan
kepada matan hadits.
4. Menurut Ajjaj al Khatib dalam buku Ushul al Hadits
Sanad adalah istilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang
pertama.
Dalam istilah ilmu hadits sanad ialah rangkaian urutan orang-orang yang menjadi
sandaran atau jalan yang menghubungkan satu hadits atau sunnah sampai pada Nabi
Saw.
Sanad menurut istilah ahli hadis yaitu: “Jalan yang menyampaikan kepada matan hadis.”
Atau dalam istilah lain “Mata rantai para periwayat hadis yang menghubungkan sampai ke
matan hadis.” Menerangkan rangkaian urutan sanad suatu hadis disebut isnad, Orang yang
5. menerangkan sanad suatu hadis disebut musnid.
Berikut ini contoh-contoh sanad dalam hadits yang dituliskan dalam kitab hadits
shahih Bukhari yang ditandai dengan cetak tebal :
Umar bin Khalid telah menceritakan hadits padaku (imam Bukhari), ia berkata :
Al-Laits menceritakan hadits padaku (Umar bin Khalid), dari Yazid, dari Abu Al-
Khair, dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma.1
Sanad berasal dari bahasa Arab artinya adalah penyandaran sesuatu pada sesuatu yang lain
sedangkan al-sanad bisa berarti bagian depan atau bawah gunung atau kaki gunung, karena
dialah penyangganya.
B) Keberadaan Sanad dalam Periwayatan Hadist
Sistem periwayatan yang terjadi dalam masyarakat arab sebelum islam memiliki perbedaan
yang cukup prinsip, begitu juga halnya sistem periwayatan yang sudah terjadi pada masyrakat
yahudi dan Nasrani. Terutama pada hal periwayatan kitab suci mereka. Tradisi periwayatan
dalam masyarakat arab sebelum islam atau pada masa jahiliah tidak mementingkan kebenaran
berita dari apa yang mereka terima. Sehingga mereka tidak kritis terhadap siapa yang

1
https://mynida.stainidaeladabi.ac.id/asset/file_tugas/43f20-makalah-teori-studi-sanad-hadis.pdf
https://mynida.stainidaeladabi.ac.id/asset/file_tugas/43f20-makalah-teori-studi-sanad-hadis.pdf
file:///C:/Users/HP/Downloads/4793-Article%20Text-10892-1-10-20180503%20(1).pdf
membawa berita itu. Tidak mementingkan kejujuran dan kebenaran yang disampaikan apalagi
terhadap penelusuran berita yang diterimanya, karena kebanyakan apa yang mereka
riwayatkan itu hanya hal-hal yang bersifat kesenangan, kebanggaan dan juga untuk membakar
semangat dalam berperang.
Sistem priwayatan terhadap suatu berita, cerita, sya’ir dan sisilah sudah sangat kental dalam
budaya Arab jauh sebelum Islam datang. Bangsa Arab mempergunakan sistem periwayatan
berantai, terhadap berita, cerita, sya’ir dan sisilah mereka miliki. Mereka menghapal apa yang
menjadi kebanggaannya itu di luar kepala, khususnya tentang nasab mereka, karena bangsa
Arab terkenal dengan kekuatan hafalnnya.
Hadits –Hadits yang tidak berupa sabda (non sabda), proses periwayatannya dilakukan oleh
para sahabat secara makna, hal ini disebabkan oleh perbedaan redaksi yang digunakan oleh
sahabat dalam menjelaskan dan merumuskan berita atau kondisi Hadis non sabda tersebut.
Para sahabat Nabi saw. umumnya membolehkan periwayatan Hadits dengan makna. Di antara
mereka itu ialah Ali bin Abi Talib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Anas bin Malik, Abu
Darda’, Abu Hurairah dan Aisyah. Sebagian kecil saja dari kalangan sahabat yang cukup ketat
berpegang pada periwayatan dengan lafal. Di antaranya ialah Umar bin Khattab, Abdullah bin
Umar bin Khattab, dan Zaid bin Arqam. Walaupun demikian, mereka yang ketat berpegang
pada periwayatan secara lafal itu tidaklah melarang secara tegas sahabat lain meriwayatkan
Hadis secara makna. Tampaknya mereka memahami dan memaklumi bahwa bagaimanapun
juga memang sulit meriwayatkan apa-apa yang disabdakan Nabi saw.

c) Mekanisme Periwayatan Hadist dengan Model Isnat,Keritik ,Sanad


Periwayatan orang yang tsiqah dari orang yang tsiqah hingga sampai kepada Nabi
SAW dengan sanad yang bersambung adalah suatu keistimewaan yang diberikan
Allah kepada umat Islam, tidak ditemukan pada agama-agama lain. Adapun
periwayatan secara mursal dan mu’dhal banyak dijumpai dalam agama Yahudi.
Tetapi periwayatan tersebut tidak dapat mendekatkan mereka dengan Musa,
sebagaimana dekatnya umat Islam (dalam periwayatan mursal dan mu’dhal) dengan
2
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/viewFile/3142/2326
file:///C:/Users/HP/Downloads/44-Article%20Text-168-1-10-20210430.pdf
file:///C:/Users/HP/Downloads/16673-51728-1-SM.pda
Nabi saw. Bahkan periwayatan mereka terhenti hanya sampai kepada orang-orang
yang berjarak tiga puluh generasi dengan Musa, seperti Syam’un dan yang
seumpamanya. Begitu pula halnya dengan agama Nasrani. Mereka juga tidak
mempunyai periwayatan seperti umat Islam, kecuali tentang hukum pengharaman
thalak. Banyak dijumpai dalam periwayatan kedua agama ini, penukilan yang berasal
dari para pendusta dan orang-orang yang tidak dikenal. Sementara mengenai
perkataan shahabat dan tabi’un, tidak mungkin periwayatan dalam agama Yahudi
akan sampai kepada para shahabat Nabi (Musa) dan juga kepada para tabi’unnya.
Adapun Nasrani, paling tinggi periwayatan mereka hanya sampai kepada Syam’un
dan Paulus.
Dari penjelasan Ibn Sirin seperti telah dikutip di atas, dapat dipahami bahwa
pada masa-masa awal Islam, kaum muslimin (shahahat) tidak selalu
mempertanyakan sanad hadis. Kondisi ini dikarenakan adanya sikap saling
mempercayai dan tidak adanya kedustaan di antara mereka. Karena itu tidak heran
jika, terkadang mereka mengisnadkan hadits yang diriwayatkan dan terkadang tidak
melakukannya. Tetapi pasca terbunuhnya Khalifah Usman dan disusul dengan
munculnya kelompok-kelompok politik serta pendustaan yang mengatas namakan
Rasulullah, maka para shahabatpun bersikap ketat dalam meng-isnad-kan hadis dari
para perawi. Mereka mengharuskan adanya sanad dalam setiap periwayatan dan
melaksanakannya secara sempurna.
Kata kritik berasal dari kata ‫ نقد‬yang merupakan munfarid dari kata yang artinya
membedakan. Sedangkan secara istilah, kritik merupakan usaha mencari kekeliruan/
kesalahan kekeliruan untuk menemukan kebenaran.
Adapun kata sanad berasal dari kata ‫ سند – يس ند – س نودا – و س ندا‬yang mengandung
makna ‫( ركن واعتماد‬sandaran dan pegangan). Sanad hadis merupakan sandaran suatu
hadis. Apabila sanad kuat, maka kuatlah suatu hadis. Sebaliknya, apabila ia lemah,
maka lemahlah suatu hadis.
Sedangkan secara istilah, sanad dalam ilmu hadis bermakna ‫( طريق المتن‬jalur matan),
yaitu: ‫( سلسلة الرواة الدين نقلوا المتن عن مصدره األول‬rangkaian para periwayat yang
memindahkan matan dari sumber primernya).
Maka, dapat disimpulkan bahwa sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada
matan hadis, yakni mata rantai atau silsilah para perawi dari perawi pertama yang
memindahkan matan dari sumber primernya (Rasulullah Saw.) hingga perawi
terakhir (mukharij).
Adapun yang dimaksud dengan kritik sanad adalah penelitian, penilaian, dan
penelusuran terhadap kebenaran silsilah atau mata rantai para perawi mulai dari
mukharij (perawi terakhir) sampai kepada perawi pertama yang menerima hadits
langsung dari Rasulullah Saw. serta meneliti kredibilitas mereka sebagai periwayat
hadis untuk memastikan kualitas hadis yang diriwayatkan oleh para perawi hadits
yang bersangkutan.
Dalam penilaian kesahihan hadits, menurut para muhaddisin dapat dilakukan
dengan kritik sanad yang ditelusuri melalui lima syarat berikut ini:
1. Ittishal al-Sanad
Yang dimaksud ittishal al-sanad adalah setiap perawi dari sanad suatu hadits, harus
menerima hadits langsung dari perawi sebelumnya, begitupun seterusnya hingga
akhir sanad (sehingga bersambung sampai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam).
Untuk mengetahui ketersambungan sebuah sanad, muhaddisin melakukan beberapa
hal berikut:mencatat nama para perawi dalam sanad yang ditelitinya,mempelajari
riwayat hidup masing-masing perawi untuk mengetahui ketsiqahan perawi dan
mengetahui apakah ada hubungan guru dan murid antar perawi, serta meneliti
kalimat periwayatan yang digukan oleh para perawi untuk menekankan proses
periwayatan hadits.
2. Perawi Adil
Setidaknya memenuhi 4 syarat berikut: Islam, mukallaf, taqwa, dan menjaga
muru’ah. Ke‘adalahan perawi dapat diketahui berdasarkan popularitas keutamaan
perawi, penilaian ulama jarih wa mu’addil, dan penerapan kaidah al-jarh wa al-ta’dil
apabila ulama tidak menyepakati kualitas seorang perawi.
3. Perawi Dabith
Yang dimaksud dengan dabith adalah perawi yang disyaratkan memiliki daya hafal/
daya ingat tinggi yang dimuat dalam dua hal: (a) Dabith sadr, yakni seorang perawi
yang hafal suatu hadis dan mampu mengungkapkannya beserta maknanya tanpa
tulisan. (b) Dabith kitab, yakni tulisan perawi yang memuat hafalan suatu hadis
dengan syarat tulisannya tersebut telah ditashih, dibandingkan, dan dirujuk dari
gurunya.3

DAFTAR PUSTAKA

https://mynida.stainidaeladabi.ac.id/asset/file_tugas/43f20-makalah-teori-studi-sanad-
hadis.pdf

3
https://mahasiswaindonesia.id/kritik-sanad-hadis/
https://media.neliti.com/media/publications/99457-ID-kritik-sanad-hadis-telaah-metodologis.pdf
https://mynida.stainidaeladabi.ac.id/asset/file_tugas/43f20-makalah-teori-studi-sanad-
hadis.pdf
file:///C:/Users/HP/Downloads/4793-Article%20Text-10892-1-10-20180503%20(1).pdf
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/viewFile/3142/2326
file:///C:/Users/HP/Downloads/44-Article%20Text-168-1-10-20210430.pdf
file:///C:/Users/HP/Downloads/16673-51728-1-SM.pda
https://mahasiswaindonesia.id/kritik-sanad-hadis/
https://media.neliti.com/media/publications/99457-ID-kritik-sanad-hadis-telaah-
metodologis.pdf

Anda mungkin juga menyukai