Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FIQIH MU’AMALAH

‫الَّتْف ِلْيُس‬

Dosen Pembimbing
K.H. Ahmad Djauzi MA,

Pemakalah
Alizamzam Gusnandar
Annisa Nanda Utami
Fatika Febrilia
Nurul Wafiq Azizah
Yani Nur Jannah

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STIT AL MARHALA AL’ULYA

Tahun Angkatan 2020/2021

Jl.KH Masmansyur No.30,Kota Bekasi,Jawa Bara


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

Puja serta puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan kita
beribu-ribu nikmat, baik nikmat iman, islam serta nikmat sehat wal afiyat sehingga kita
dapat kembali bertatap muka ditempat yang penuh dengan keberkahan ini. Sholawat serta
salam tak lupa kami curahkan kepada sang pendobrak kebathilan baginda alam nabi besar
Muhammad Saw, yang mana telah membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman yang
seperti sekarang ini.
Salam ta’zhim kami haturkan kepada dosen pembimbing K.H Ahmad Djauzi, MA
yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Fiqih Mu’amalah, semoga beliau
senantiasa berada dilindungan Allah SWT, dan diberikan kesabaran dalam membimbing
kami selaku mahasiswa/i.
Tak lupa pula kami ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan sarana pembuatan makalah kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “TAFLIS”
Kami menyadari bahwa banyak kekurangan yang ada pada makalah kami, maka dari
itu kami harapkan segala kritik & saran dari segala kekurangan yang ada pada makalah
kami, untuk dijadikan evaluasi dan pembelajaran saat membuat makalah selanjutnya.

Bekasi, 11 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................... 2


1. Pengertian Hajr .................................................................................. 2
2. Pembagian Hajr ................................................................................. 2-7
3. Pengecualian ...................................................................................... 7-8

BAB III : PENUTUP ............................................................................................ 8


1. Kesimpulan ........................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada pembahasan makalah kali ini kita tidak hanya menerangkan tentang
taflis, akan tetapi kita menjelaskan pula golongan – golongan lain yang juga tercantum
dalam ketetapan ini.
Hajr, artinya mencegah. Yang dimaksud dari mencegah ini adalah suatu
ketetapan yang mencegah seseorang untuk mengatur hartanya atas sebab tertentu.
Pada makalah yang telah kami buat ini membahas tentang suatu ketetapan yang
dijadikan sebuah informasi dan pengetahuan tentang siapa saja orang yang seharusnya
tidak diperbolehkan untuk mengelola keuangan dalam kehidupan sehari – hari. Seperti
taflis / muflis yakni orang yang bangkrut atau orang yang menjadikan harta nya itu
uang (receh), kemudian menyebabkan hartanya itu habis, maka disebutlah bangkrut.
Selain muflis pun masih ada lagi orang – orang yang digolongkan kepada orang
yang tidak diperbolehkan mengelola hartanya karena ada maksud dan tujuan tertentu.
Dan telah kami jabarkan satu per satu dalam setiap pembagiannya.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Hajr ?


2. Sebutkan dan jelaskan pembagian Hajr !
3. Jelaskan perihal pengecualian yang terdapat dalam pembahasan ini !

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah, agar kita mengetahui siapa saja yang
tidak diperbolehkan untuk mengatur sebuah harta. Karena pada dasar nya, banyak
sekali orang yang tidak bisa mengatur harta dengan baik dan sesuai porsinya, banyak
orang yang mempunyai harta berlimpah akan tetapi tidak bisa mengatur dan akhirnya
menyebabkan kebangkrutan.
Dan dengan adanya pembahasan ini dapat menambah ilmu pengetahuan. Karena
permasalahan uang ini sangat berdampingan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi jika
kita dapat memahami pembahasan tentang siapa saja orang yang dapat mengatur harta,
kita dapat memporsikan dan memposisikan peran sebaik mungkin guna menjadikan
harta / uang yang kita miliki lebih bermanfaat dan tidak terbuang-buang karena ke
mubadziran yang dilakukan oleh orang yang tidak bisa mengatur uang (harta) nya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN HAJR

 Pengertian Hajr
‫ اَملْنُع‬: ‫اَحلْج ُر ُلَغًة‬
. ‫ َم ْنُع الَتُرَص ْو ُف ىِف اَملاِل ِخِب اَل ِف الَّتُرَص ِف ىِف َغِرْي ِه اَك الَط اَل ِق‬: ‫َو ْرَش ًعا‬
- Hajr, menurut bahasa yaitu mencegah
- Menurut istilah, yaitu seorang yang mencegah mengelola harta. Berbeda dengan
mentashorufkan pada selain harta, seperti talak.1
Hajr adalah suatu ketetapan yang mencegah seseorang untuk mengelola hartanya
dengan alasan tertentu bagi masing-masing kalangan. Sebagaimana hajr pada perkataan
para ulama fiqih yaitu, Mencegah seseorang membuang (menghambur-hamburkan)
2
uang(hartanya) untuk alasan yang tidak perlu.
Ketetapan ini dibuat bukan hanya untuk menambah – nambahkan peraturan
dalam kehidupan, akan tetapi demi kelancaran dan kebaikan si pemilik harta agar
hartanya dapat diposisikan sesuai porsinya sehingga tidak menyebabkan kerugian dan
sebagainya. Bab ini menjelaskan tentang siapa saja golongan orang yang tidak
diperbolehkan untuk mengelola hartanya. Karena jika semua kalangan diperbolehkan
untuk mengelola hartanya, pasti akan terjadi hal – hal yang tidak diinginkan, seperti
misalnya kebangkrutan.

2. Pembagian Hajr

Hajr terbagi menjadi 2, yaitu :


- ‫َحْج ُر َعىَل ْا إِل ْنَس اِن ِلَحِّق َنْف ِس ِه‬, (mencegah seseorang untuk haknya sendiri). Terbagi menjadi 3 :
1. ‫( الَّص ُّيِب‬Anak Kecil)
2. ‫( اَملْج ُنْو ُن‬Orang gila/kehilangan akalnya)

3. ‫( الَّس ِف ْي ُه‬Orang bodoh / yang menghambur-hamburkan hartanya)

1
Syaikh Ibrohim Bin Muhammad Bin Ahmad Al-Baijuri. Hasyiah Al-Baijuri. [hal. 364]
2
Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Ad-Dary. Misbahus zholam. [hal. 27]

2
- ‫ ( ِح ْج ُر َعَلْي ِه ِلَحِّق َغِرْي ِه‬mencegahnya untuk hak orang lain ), terbagi menjadi 3 :
1. ‫( اَملِر ْيُض‬Orang sakit)

2. ‫( الَع ْب ُد‬budak)
3. ‫( اُملْفِلُس‬Orang yang bangkrut) 3

a. Hajr Linafsi

Hajr atau pencegahan ini diperuntukan untuk pribadi. Seperti yang disebutkan diatas,
kenapa anak kecil, orang gila, dan orang bodoh itu tidak diperbolehkan untuk mengelola
hartanya ? Karena jika ia mengelola hartanya dengan sendiri sedangkan ia belum paham
bahkan mungkin tidak mengetahui apa itu harta bagaimana hartanya dapat digunakan
dengan baik.
Berikut ini penjelasan dari masing – masing kalangan yang tidak diperbolehkan :
1. ‫ ( الَّص ُّيِب‬Anak Kecil ) :
Anak kecil yang dimaksud kan disini tidak ada pengecualian antara perempuan dan
laki-laki. Dan yang dimaksud anak kecil disini adalah anak kecil yang belum tamyiz.
Tamyiz adalahorang yang belum bisa membedakan antara yang haq dan yang bathil,
maka anak kecil tersebut tidak boleh mengelola uangnya.
2. ‫( الَّس ِفْيُه‬orang bodoh)
‫ َو َفَرَس ُه اْلُم َص ِّنُف ِبَقْو ِهِل اْلُم َبِّذ راَملاِهِل َاْي ُيِرَص ُفُه ىِف َغِرْي َمَص اِر ِف‬: ‫الِّس ِفْيُه‬
Artinya : Safeh, Mushonif menafsirkan dengan perkataan nya yaitu, safeh adalah
orang yang menghambur – hamburkan hartanya, tegasnya orang yang mengelola uang
nya (hartanya) pada selain bankir.
Safeh atau orang bodoh ini termasuk kedalam golongan orang yang tidak
diperbolehkan untuk mengelola hartanya, karena ia hanya bisa membuang buang harta
yang ia punya tanpa memikirkan kedepan nya akan seperti apa.
Padahal sudah tertera pada Al-Qur’an surat Al – Isra’ ayat 27 :
‫ِاَّن اْلُم َبِّذ ِر ْيَن اَك ُنْٓوا ِاْخ َو اَن الَّش ٰي ِط ِنْي ۗ َو اَك َن الَّش ْي ٰط ُن ِلَر ِّبٖه َكُفْو ًر ا‬
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan
setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S Al-Isra’ ayat : 27)
3
Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Ad-Dary. Misbahus zholam. [hal. 27

3
Contoh : Hindun diperintahkan oleh kedua orang tuanya untuk membayarkan uang
bulanan disekolah sebesar Rp.500.000, akan tetapi ia tidak membayarkannya dan uang
tersebut digunakan untuk hal yang tidak dibutuhkan, maka si Hindun ini di sebut Safeh

3. ‫( اَملْج ُنْو ُن‬orang gila):


Majnun adalah orang gila atau orang yang belum sempurna akalnya. Penetapan pada
orang gila yang tidak boleh mengelola uangnya adalah sebuah ketetapan yang jelas
karena bagaimana ia bisa mengelola uang dengan baik sedangkan akalnya pun tidak
berproses sebagaimana layaknya.
Seperti yang tertera dalam surat An-Nisa ayat 5, yang berbunyi ;

‫َو اَل ُتۡؤ ُتوا الُّس َفَهٓاَء َاۡم َو اَلـُمُك اَّلۡىِت َجَع َل اُهّٰلل َلـۡمُك ِق ٰيًم ا َّو اۡر ُز ُقۡو ۡمُه ِف َهۡيا َو اۡكُس ۡو ۡمُه َو ُقۡو ُلۡو ا َلُهۡم َقۡو اًل َّم ۡع ُر ۡو ًفا‬
Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum belum sempurna
akalnya, harta kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka
belanja dan pakaian dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
(Q.S. An-Nisa : 5)4
Pada ayat diatas disebutkan bahwa, kita tidak boleh menyerahkan harta atau uang
kepada orang yang belum sempurna akalnya, seperti yang sudah dijelaskan diatas
yaitu Shobi (anak kecil), majnun (orang gila), dan juga Safeh( orang bodoh yang
menghambur - hamburkan hartanya ).

b. Hajr Haq Ligoyri


Hajr atau pencegahan ini diperuntukan bagi haq orang lain. Pencegahan ini ditetapkan
agar hak – hak orang lain dapat terpenuhi. Jika orang – orang yang berada pada golongan
ini diperbolehkan untuk mengelola hartanya sendiri, dikhawatirkan akan merugikan pihak
yang mempunyai hak atas hartanya.

4. ‫( اَملِر ْيُض‬orang sakit) :


Orang sakit. Orang sakit yang dimaksudkan adalah orang yang sudah menderita sakit
keras yang mana penyakitnya itu menyebabkan kematian.
4
Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Ad-Dary. Misbahus zholam. [hal. 27]

4
Mengapa orang sakit ini ditanggungkan atas hak orang lain ?
Karena penyakit yang diderita ini mengakibatkan kematian, yang mana seperti yang
kita tahu, bahwa ada hak warisan bagi pihak keluarga yang ditinggalkan.
Maka dari itu, ketetapan pada orang sakit ini sedikit berbeda, karena bagi orang sakit
ini diperbolehkan untuk mempunyai wasiat tidak lebih dari 1/3 hartanya. Dan itupun
diperbolehkan bagi orang yang tidak mempunyai tanggungan hutang, akan tetapi jika
orang tersebut mempunyai tanggungan hutang maka harta yang ia miliki dipergunakan
untuk melunasi semua hutang nya. Sekalipun ada sisa dari pelunasan hutang tersebut
akan dijadikan sebagai warisan.
5. ‫( الَع ْب ُد‬budak) :
Budak ini termasuk dalam ketetapan orang yang tidak boleh mengelola uangnya.
Karena seorang budak masih terikat dengan tuannya, dan tuannya pun masih
mempunyai hak atasnya, jadi ia tidak diperbolehkan untuk mengelola hartanya
sendiri.
6. ‫( اُملْفِلُس‬orang bangkrut) :
‫ َمْن َص اَر َم اُهَل ُفُلْو ًس ا َّمُث َع يِن ِبِه َع ْن ِق ِةَّل اَملال َاْو َعَد ِم ِه‬: ‫اُملْفِلُس ُلَغًة‬
5 ‫ِنِه‬
‫ الَّش ْخ ُص اِذَّل ي َاْي ِاْر ِتَكَبْتُه ادليون َو اَل َيِفي َم اُهُل ِبَد ْيِنِه َاْو ُد ُيْو‬: ‫َو ْرَش ًعا‬
Muflis menurut bahasa artinya : Orang yang menjadikan hartanya uang,
kemudian menyebabkan hartanya habis.
Menurut istilah artinya : Seseorang yang mencatat hutangnya dan hartanya
si muflis itu tidak dapat mencukupi untuk membayar hutang nya.6
Orang bangkrut. Orang yang menjadikan harta nya itu receh (dalam bentuk uang),
kemudian menyebabkan uangnya habis. Atau bisa juga diartikan dengan orang yang
terlilit dengan hutang akan tetapi tidak bisa melunasi keseluruhan hutangnya.
Contoh :
Si Zaid mempunyai kebun, yang mana kebun itu adalah harta simpananya, kemudian
si Zaid menjual kebun itu, artinya si zaid mengubah hartanya ( kebun) menjadi uang,
namun si Zaid tidak bisa mengelola hartanya sehingga hartanya itu habis. Maka Zaid
di sebut dengan muflis (bangkrut).
Seperti hadist berikut, yang dikutip dari kitab Sunan At Tirmidzi No. 2418 :
‫ َيا َر ُسْو َل ِهللا الُم ْفِلُس ِفْيَنا َم ْن اَل‬: ‫ َقاُلْو ا‬،‫ َأَتْد ُرْو ِن ِم َن اْلُم ْفِلِس‬: ‫َو ِفْي اْلَحِد ْيِث َأَّن الَّنِبَي َقاَل َأِلْص َح اِبِه‬
‫ َو َلِكَّن اْلُم ْفِلَس َم ْن َيْأِتي َيْو َم الِقَياَم ِة ِبَحَس َناِت َأْم َثاُل‬، ‫ َلْيَس َذ ِلَك اْلُم ْفِلُس‬: ‫ َقاَل‬، ‫ِد ْر َهَم َلُه َو اَل َم َتاَع‬
5
Syaikh Ibrohim bin Muhammad bin Ahmad Al-Baijuri. Hasyiah Al-Baijuri. [hal. 365, 366, 367, 368]
6
Syaikh Ibrohim bin Muhammad bin Ahmad Al-Baijuri. Hasyiah Al-Baijuri. [hal. 365]

5
‫ َو َيْأِتي َو َقْد ًلًطَم َهَذ ا َو َظَلَم َهَذ ا َو َأَخ َذ ِم ْن َع َر َض َهَذ ا َفُيْأَخ ُذ َهَذ ا ِم ْن َحَس َناِتِه َو َهَذ ا ِم ْن‬، ‫الِج بَاِل‬

‫«َحَس َناِتِه َفِإَّن َبِقَي َع َلْيِه َش ْي ٌء َأَخ َذ ِم ْن َس ْيَئاِتِهْم َفَر َد َع َلْيِه ُثَّم َص َك ُلُه َص َك ِإَلى الَّناِر‬

"Dalam hadits yang dikatakan Nabi sahabatnya: Tahukah kamu siapa yang
bangkrut, mereka berkata: Wahai Rasulullah yang bangkrut, ia tidur tanpa dirham Ia
berkata: Bukanlah itu yang bangkrut, tetapi yang bangkrut adalah orang yang datang
pada hari kubur bersama perbuatan baik seperti gunung, dan datang dan dia menampar
ini dan menganiaya ini, dan dia mengambil dari tampilan ini, kemudian saudara ini
dari perbuatan baiknya dan ini adalah salah satu perbuatan baiknya. Maka jikalau ter-
sisa baginya sesuatu yang ia ambil daripada keburukannya, maka tertolak atasnya. Ke-
mudian catatan baginya dan catatan itu membawanya ke neraka".7
Hubungan antara hadist Misbahuz Dzolam diatas dengan pembahasan Taflis /
muflis itu sebagai berikut :
Hadist diatas menjabarkan perkataan Nabi kepada sahabat nya mengenai muflis.
Menurut sahabat, muflis adalah orang yang tidak memiliki dirham atau harta. Akan
tetapi, menurut Nabi, muflis adalah orang yang saat di akhirat nanti ia membawa
banyak kebaikan. Akan tetapi, kebaikan itu habis karena sebab-sebab yang dijelaskan
pada hadist diatas. Oleh karena kebaikannya habis maka disebutlah sebagai orang
yang bangkrut. Pada hadist ini, sahabat menyandarkan perbincangan orang bangkrut di
dunia, sedangkan Nabi menyebutkan orang yang bangkrut diakhirat. Nabi
menyebutkan orang yang bangkrut diakhirat karena perihal akhirat lebih penting
daripada dunia. .
Jadi hubungan antara hadist diatas dengan pembahasa taflis itu seperti ini, Taflis
adalah hutang seseorang yang menyebabkan hartanya itu habis untuk pelunasan
hutangnya, maka disebut bangkrut.
Kemudian apa hubungannya antara bangkrut dengan akhirat dan neraka ?
Hubungan antara bangkrut dengan akhirat sebagai berikut, contoh saat kita memiliki
hutang yang belum terlunaskan sedangkan harta pun sudah habis, kemudian maut
lebih dulu hadir sebelum orang tersebut bisa melunaskan hutang secara keseluruhan,
maka orang tersebut meninggal masih dengan kondisi membawa hak si debitur, oleh
karena itu seperti yang pernah kita temukan bahwa, biasanya pihak keluarga dari orang
yang meninggal tersebut menanyakan dan mencari tahu siapa saja orang yang masih
dihutangkan oleh orangyang meninggal tersebut.

7
Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Ad-Dary. Misbahus Zholam. [hal 26]

6
Dari pembahasan diatas, karena orang - orang yang sudah disebutkan diatas itu
tidak boleh mengelola hartanya maka hartanya ditanggungkan oleh pemerintah,
berbeda dengan ‫ ِاِّتَص ُروف فى َغْيرَم ال‬, mentashorufkan bukan pada selain harta, maka itu
diperbolehkan seperti talak, karena talak bukan dalam bentuk harta.

3) ‫ ( ِاْس ِتْثَناُء‬Pengecualian )
Macam - macam larangan serupa yang di muat dalam kitab yang luas, oleh
penyusun tidak dibahas dalam kitab ini. Seperti orang murtad yang memanfaatkan hak
- hak orang islam, dalam hal penggadaian, pihak pertama (orang yang menggadaikan
barangnya) memanfaatkan hak pihak kedua (barang yang digadaikan) itu termasuk
larangan.
Anak kecil, orang gila, orang bodoh semua itu tidak sah mentashorufkan
(mengelola) hartanya dalam arti jual beli, hibah (memberikan kepada orang lain).
Berbeda dengan pernikahan, maka orang bodoh sah nikahnya berdasarkan izin
walinya.
Demikian pula orang muflis, sah memanfaatkan harta tanggungannya sendiri,
misalnya berjualan atau lainnya dengan akad salam (pesanan) atau membeli dari
keduanya (makanan dan barang lain) dengan harga menjadi tanggungannya sendiri
maka sah hukumnya. Selama tidak mentashorufkan harta yang tengah dalam
pengawasan. Tapi dalam hal lain, seperti nikah, talak, khuluk tindakan orang muflis itu
sah. Adapun wanita yang muflis kalau khuluk berpegangan pada hartanya tidak sah,
tapi kalau khuluknya berpegangan pada hutang yang menjadi tanggungannya maka
dinyatakan sah.
Dan orang sakit parah yang membahayakan nyawanya jika ingin
mentashorufkan hartanya lebih dri 1/3 maka harus ada persetujuan dari ahli waris, jika
mereka setuju mentashorufkan lebih dari 1/3 hukumnya sah tapi jika tidak maka
dinyatakan tidak sah.
Tashorufnya budak tanpa seizin majikan yang mempunyai
harta dagangan adalah tidak sah dengan segala akibatnya karena dalam tanggungannya
sendiri, yakni ia dapat di tuntut (di tagih) setelah merdeka. Lain halnya jika atas izin
majikannya ia mntashorufkan hartanya maka barang dagangan itu sah sesuai dengan
izin tersebut 8

8
Syaikh Ibrohim Muhammad bin Ahmad Al-Baijuri. Hasyiah Al-Baijuri. [hal. 26]

7
BAB III

PENUTUP

 KESIMPULAN

Pada pembahasan taflis kali ini, tidak hanya berfokuskan ke taflis / muflis, melainkan
kami juga membahas beberapa golongan yang posisinya juga sama dengan taflis, yaitu di cegah
untuk mengelola hartanya dengan alasan dan sebab-sebab tertentu. Hajr, artinya mencegah.
Yakni sebuah ketetapan yang mencegah seseorang untuk mentshorufkan hartanya. Adapun
orang- orang yang dicegah sebagai berikut :
1. Shobi (anak kecil). Anak kecil yang dimaksudkan adalah anak yang belu tamyiz, atau
belum bisa membedakan antara hal baik dan hal buruk.
2. Safeh (orang bodoh). Orang odoh ini adalah orang yang menghambur-hamburkan hartanya
untuk suatu hal yang tidak perlu.
3. Majnun (orang gila). Orang yang tidak berakal tentu saja akan dicegah untuk mengelola
hartanya, karena akalnya saja tidak berjlan dengan baik bagaimana bisa ia mengelola
hartanya dengan baik pula.
4. Al Maridh (orang sakit). Orang sakit yang dimaksudkan disini adalah orang yang
menderita sakit keras sehingga menyebabkan kematian. Dan diperbolehkan untuk
mentashorufkan sebesar 1/3 dari hartanya. Kemudian sisa dari 1/3 hartanya dijadikan
sebagai warisan. Akan tetapi itu bagi orang yang tidak mempunyai tanggungan hutang,
apabila mempunyai tanggungan hutang maka hartanya dipergunakan untuk melunaskan
terlebih dahulu, jika memang tersisa maka dijadikan sebagai warisan.
5. Budak. Seorang budak tidak diperbolehkan karena memang dirinya masih terikat dengan
tuannya.
6. Taflis/Muflis (orang yang bangkrut). Orang bangkrut, atau orang yang terlilit hutang akan
tetapi tidak dapat melunasi hutangnya tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

 Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Ad-Dary. Misbahu


Zholam
 Syaikh Ibrohim bin Muhammad bin Ahmad Al-Baijuri. Hasyiah Al-Baijuri

Anda mungkin juga menyukai