Dosen Pengampu :
Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T.,M.Biomed.
Oleh :
NIM : P07124220006
Tingkat 1
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
kebutuhan dasar manusia yang berjudul “Pemberian Posisi Pronasi Pada
Bayi Prematur”.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini, untuk memenuhi
tugas individu mata kuliah kebutuhan dasar manusia dan menambah ilmu
pengetahuan serta pengalaman sebagai mahasiswa dalam membuat makalah.
Dengan kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ni
Nyoman Budiani, S.Si.T.,M.Biomed. selaku dosen pengampu mata kuliah
kebutuhan dasar manusia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan menuju kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
ii
3.6 Prosedur Kerja Posisi Pronasi pada Bayi Prematur ....................... 10
3.6.1 Prosedur Pembuatan Nest ...................................................... 10
3.6.2 Prosedur Posisi Pronasi ......................................................... 11
3.6.3 Prosedur Posisi Quarter Pronasi atau Semi Pronasi .............. 11
3.7 Soal Latihan Terkait Posisi Pronasi pada Bayi Prematur ............... 12
BAB IV PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Apa indikasi dan kontraindikasi posisi pronasi pada bayi prematur ?
5. Apa persiapan yang dibutuhkan saat melakukan posisi pronasi pada
bayi prematur ?
6. Bagaimana prosedur kerja posisi pronasi pada bayi prematur ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
BAB III
PEMBAHASAN
Mekanisme kerja posisi pronasi pada bayi prematur yaitu dilakukan dengan
menelungkupkan bayi dan memegang tangan dan kaki bayi selama proses
peralihan posisi. Lalu, kepala diletakkan miring menghadap ventilator, tangan dan
anggota gerak bawah di fleksi. Kemudian, tulang panggul diganjal bantal kecil
dan gulungan kain di letakkan di bawah dada agar perut tidak tertekan. Dalam
memposisikan pronasi pada bayi kita juga dapat menggunakan nest. Nest
bermanfaat untuk membangun posisi lebih kuat dan membuat bayi menjadi lebih
santai dan nyaman, walaupun bayi sedang menggunakan alat bantu napas. Dengan
adanya pengaturan posisi pronasi (prone) dapat membantu dalam memperbaiki
fungsi paru, memperbaiki fungsi tidur, meningkatkan cortical aurosal pada bayi,
menurut Evan dengan adanya posisi pronasi dapat memperbaiki fisiologis
pernapasan dan stabilitas kardiovaskuler dengan cara mengurangi kompresi perut,
menurut studi yang dilakukan oleh Yin,et al. (2016) dan Utario, Rustina, dan
Waluyanti (2017) bahwa posisi pronasi dapat meningkatkan oksigenasi pada bayi
prematur dengan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) dan posisi pronasi
ini lebih efektif untuk menurunkan residu lambung dan memperbaiki masalah
GER dan menurut hasil penerapan evidence based nursing menunjukkan pada
bayi yang diberikan pengaturan posisi pronasi ini 95% tidak mengalami muntah.
4
3.2 Pengaruh Posisi Pronasi terhadap Penurunan Residu Lambung dan
Pengosongan Lambung pada Bayi Prematur dan Bayi Berat Lahir
Rendah
Dalam dua sampai empat jam sesudah bayi makan akan terjadi
pengosongan lambung. Pengosongan lambung juga dapat mengalami terlambat
yang membuat volume residu lambung meningkat dan dapat menyebabkan
gastroesofageal refluks, dan muntah. Salah satu posisi yang menolong
pengosongan lambung yaitu posisi pronasi. Pronasi sendiri merupakan posisi
5
telungkup dengan kepala ke arah samping. Walaupun begitu, dalam
memposisikannya haruslah berhati-hati karena dapat terjadi Sudden Infant Death
Syndrom. Kemudian, menurut peneliti Sangers juga residu lambung yang keluar
lebih sedikit saat posisi miring kanan dan pronasi dibandingkan dengan miring
kiri dan suspinasi, sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Hwang, Ju, Kim, dan Lee yang mengungkapkan bahwa posisi miring kanan dan
pronasi sesudah menyusui menyebabkan residu lambung berkurang dibandingkan
dengan posisi miring kiri.
Pada jurnal pertama yang telah saya baca, para peneliti melakukan
perbandingan residu lambung dan berat badan dalam penelitian, dimana terdapat
tiga bayi berat lahir rendah yaitu kurang 2.500 gram diposisikan pronasi sesudah
satu jam pemberian minum dan tiga bayi berat lahir rendah yaitu kurang 2.500
gram tidak diposisikan pronasi diberikan pengecekan residu sesuai peraturan
ruangan neonatus setiap enam jam sekali. Hasil penelitian ini mengungkapkan
bahwa pada bayi dua dan tiga yang diposisikan pronasi memiliki hasil residu
lambung bersih dan mengalami kenaikan berat badan setiap harinya dengan rata-
rata 10 hingga 40 gram, namun pada bayi satu yang diposisikan pronasi memiliki
rata-rata residu yaitu 2,1 cc pada hari ke 10 dan 11. Masalah ini didapatkan karena
bayi pertama telah mengalami sepsis. Kemudian tiga bayi lainnya yaitu bayi
keempat hingga keenam yang tidak diposisikan pronasi memiliki hasil rata-rata
residu yaitu 3 cc pada bayi kelima, bayi keempat bersih dan 2,5 cc pada bayi
keenam dan terjadi kenaikan berat badan. Residu yang selalu meningkat
kebutuhan nutrisinya akan terganggu sehingga dapat mempengaruhi berat badan.
Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa bayi yang diposisikan pronasi memiliki
residu yang rendah dan untuk peningkatan berat badan tidak terlihat adanya
perbedaan.
Kemudian pada jurnal kedua yang telah saya baca lagi, peneliti
memposisikan para bayi prematur yaitu posisi pronasi pada hari kedua, miring
kanan pada hari pertama, dan miring kiri pada hari ketiga, dalam hal ini peneliti
melakukannya selama tiga jam dan sudah diberikan minum. Hasil yang
ditunjukkan yaitu saat pemberian pronasi, bayi prematur tidak mengalami muntah
6
sekitar 95% dan residu lambung yaitu 0,48 cc. Sedangkan, pada posisi miring
kanan sekitar 65% mengalami tidak muntah dan residu lambung sekitar 0,36 cc
dan pada posisi miring kiri sekitar 85% mengalami tidak muntah dan sekitar 0,66
cc memiliki residu lambung.
3.3 Pengaruh Posisi Pronasi terhadap Saturasi Oksigen pada Bayi Prematur
Berdasarkan jurnal penelitian yang telah saya baca, bahwa pada penelitian
tersebut terdapat 12 bayi laki-laki dan 18 bayi perempuan, dimana saturasi
7
oksigen arteri terlihat tidak sama antara posisi terlentang, tengkurap dan lateral
kiri selama 120 menit (P-0,023). Kemudian, pada jurnal dinyatakan juga bahwa
saturasi oksigen arteri antara dua posisi yaitu posisi lateral kiri dan posisi pronasi
menunjukkan terjadi perubahan antara kedua posisi tersebut, dimana posisi
pronasi memiliki saturasi oksigen 97,41 dan posisi lateral 96,16 (P = 0,392). Oleh
sebab itu, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa saturasi oksigen pada
posisi pronasi lebih tinggi daripada posisi lateral.
Dari semua hasil penelitian yang disebutkan dalam jurnal ini terlihat
bahwa saturasi oksigen arteri pada bayi mengalami peningkatan saat berada pada
posisi pronasi dibandingkan dengan posisi supinasi dan lateral kiri. Di dalam
sebuah jurnal terdapat pernyataan dari Kusumaningrum yang didapatkan dari
Baron yang menyatakan bahwa terjadinya peningkatan status oksigenasi
disebabkan karena posisi pronasi tersebut memberikan bagian dinding dada lebih
bebas dan tidak terdapat penekanan sehingga hal ini akan membuat daerah
pernapasan berada lebih banyak pada wilayah non-dependent paru dan
peningkatan status oksigenasi akan menghasilkan peningkatan pada saturasi.
8
Gambar. Bayi Prematur dengan Kondisi
Respiratory Distress Syndrome
Berdasarkan jurnal yang telah saya baca, indikasi posisi pronasi yaitu bayi
prematur dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) dan memperbaiki serapan
ASI (Air Susu Ibu) melalui OGT. Kontraindikasi posisi pronasi yaitu bayi post
operasi thoraks dan abdomen kemudian bayi dengan IVH (Intraventricular
hemorrhage).
1. Inkubator
2. Monitor kardio-respiratori
3. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
4. Ventilator
5. Kain Bedong (empat buah)
6. Plester
9
3.5.2 Persiapan Pasien
Ruang NICU untuk bayi prematur yaitu bersih dan juga steril, selain itu
harus terdapat handsanitizer.
10
3.6.2 Prosedur Posisi Pronasi
1. Menyiapkan kain panel sebanyak dua buah lalu kedua kain tersebut
digulung-gulung kecil.
2. Menghangatkan kedua tangan terlebih dahulu lalu barulah menyentuh
badan bayi.
3. Kain pertama yang telah digulung diletakkan pada bagian satu sisi bayi.
11
4. Mengatur posisi bayi dengan kebutuhan yang diperlukan bayi yaitu
miring kanan atau kiri.
5. Mengatur posisi bagian kepala diatas gulungan kain dan lakukanlah
bersamaan dengan mengatur posisi tangan dan kaki kanan atau kiri
seperti sedang memeluk guling tetapi diposisikan mirip dengan
tengkurap atau pronasi.
6. Lihatlah tangan bayi fleksi dan sedekat mungkin dengan mulut, lalu
perhatikan kaki sedekat mungkin dengan perut.
7. Memberikan kain kedua yang telah digulung melingkari bagian kaki
dengan membentuk huruf U.
12
pada bayi yang diberikan pengaturan posisi pronasi ini 95% tidak
mengalami muntah.
2. Jelaskan pelaksanaan pemberian posisi pronasi pada bayi prematur ?
Pembahasan :
Pertama, posisikan bayi pronasi, saat membalik posisi dari supinasi
ke pronasi, tetap pertahankan posisi supinasi dengan memegang tangan
dan kaki bayi selama proses peralihan posisi. Kedua, hadapkan kepala
pada salah satu sisi dan ubahlah posisi kepala secara rutin untuk terhindar
dari kelainan bentuk kepala. Ketiga, fleksikan pinggul dan lutut hingga
membentuk posisi kaki katak. Keempat, pastikanlah posisi pinggul lurus
dengan sumbu tubuh dan tidak miring ke salah satu posisi. Kelima,
tempatkan tangan dan kaki dibawah tubuh bayi dengan posisi ujung
tangan menuju ke wajah. Keenam, berikanlah bantalan yang lembut dan
juga tipis di bawah tulang dada (sternum) dan perut (abdomen) untuk
mendukung dada bayi saat bernafas dan terhindar dari retraksi bahu.
Ketujuh, rapatkanlah nest agar dapat menopang dan mempertahankan
posisi pronasi yang telah dijelaskan di atas. Dalam pemberian posisi ini
wajib diiringi dengan pemasangan monitor kardio-respiratori agar dapar
memantau perkembangan oksigenasi pada bayi.
3. Mengapa posisi pronasi menyebabkan saturasi oksigen arteri pada bayi
mengalami peningkatan ?
Pemabahasan :
Karena posisi pronasi tersebut memberikan bagian dinding dada
lebih bebas dan tidak terdapat penekanan sehingga hal ini akan membuat
daerah pernapasan berada lebih banyak pada wilayah non-dependent paru
dan peningkatan status oksigenasi akan menghasilkan peningkatan pada
saturasi.
4. Dalam memposisikan pronasi pada bayi kita juga dapat menggunakan
nest. Apakah manfaat dari penggunaan Nest tersebut ?
Pembahasan : Penggunaan Nest bermanfaat untuk membangun posisi
lebih kuat dan membuat bayi menjadi lebih santai dan nyaman, walaupun
bayi sedang menggunakan alat bantu napas.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Posisi pronasi merupakan posisi tengkurap yang dapat digunakan oleh bayi
prematur, dimana bayi yang diposisikan pronasi memiliki residu lambung yang
rendah, bayi prematur tidak mengalami muntah sekitar 95%. Muntah yang dialami
bayi premature disebabkan karena lower esophageal sphinter belum matang
sehingga cairan dan gas pada lambung akan menuju kerongkongan lalu saluran
pernapasan tertutup sehingga menyebabkan bayi muntah. Bayi yang diposisikan
pronasi juga dapat mengurangi intoleransi pemberian minum enteral dan juga
akan mengurangi retensi pertukaran gas di saluran pencernaan. Kemudian, posisi
pronasi juga menyebabkan saturasi oksigen arteri pada bayi mengalami
peningkatan. Menurut Kusumaningrum yang didapatkan dari Baron menyatakan
bahwa terjadinya peningkatan status oksigenasi disebabkan karena posisi pronasi
tersebut memberikan bagian dinding dada lebih bebas dan tidak terdapat
penekanan sehingga hal ini akan membuat daerah pernapasan berada lebih banyak
pada wilayah non-dependent paru dan peningkatan status oksigenasi akan
menghasilkan peningkatan pada saturasi.
4.2 Saran
Posisi pronasi harus dilakukan oleh seorang perawat atau tenaga kesehatan
yang cukup kompeten dan ketika mengatur posisi bayi ke posisi pronasi haruslah
berhati-hati karena dapat terjadi Sudden Infant Death Syndrom. Ketika membuat
nest sebaiknya menggunakan kain yang lembut dan mampu menyerap keringat
dengan baik dan nest yang dibuat cukup kokoh.
14
DAFTAR PUSTAKA
Oktarina, N. D., Rustina, Y., & Efendi, D. (2020). Pemberian Posisi untuk
Mengatasi Masalah Pengosongan Lambung pada Bayi
Prematur. JURNAL KEPERAWATAN RAFLESIA, 2(2), 51-60.
Efendi, D., Sari, D., Riyantini, Y., Novardian, N., Anggur, D., & Lestari, P.
(2019). Pemberian Posisi (Positioning) dan Nesting pada Bayi
Prematur: Evaluasi Implementasi Perawatan di Neonatal Intensive
Care Unit (NICU). Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(3), 169-181.
Anggraeni, L. D., Indiyah, E. S., & Daryati, S. (2019). Pengaruh posisi pronasi
pada bayi prematur terhadap perubahan hemodinamik. Journal of
Holistic Nursing Science, 6(2), 52-57.
15