Anda di halaman 1dari 13

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

HAK KEKEBALAN DAN KEISTIMEWAAN BAGI PERWAKILAN


TETAP ASEAN DI JAKARTA SUATU KAJIAN YURIDIS

Rifkita Arianawan*, Muchsin Idris, Peni Susetyorini


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : rifkitaarianawan@gmail.com

ABSTRAK

ASEAN lahir sebagai organisasi internasional yang utuh akibat munculnya Piagam ASEAN
menimbulkan perubahan dalam hal kekuatan mengikat hukum bagi para anggotanya. Dalam
kebiasaan masyarakat internasional, organisasi internasional dan pejabat organisasi internasional
mendapatkan hak kekebalan dan hak istimewa untuk memudahkan dalam menjalankan fungsi-
fungsi yang harus dijalankan.Permasalahan dalam penulisan hukum ini adalah bagaimanakah
pengakuan hak istimewa dan hak kekebalan bagi Perwakilan Tetap dan pejabat diplomatik yang
berada di Sekretariat ASEAN serta bagaimanakah tanggung jawab negara penerima dalam hal
terjadi pelanggaran terhadap kekebalan dan keistimewaan pejabat diplomatik di Sekretariat
ASEAN.
Metode yang digunakan adalah yuridis normatif/doktrinal yang bertujuan untuk mencari
taraf sinkronisasi antara ketentuan-ketentuan yang ada dengan implementasinya dengan spesifikasi
penelitian yang digunakan yaitu suatu telaah deskriptis analitis. Melalui studi kepustakaan, Penulis
memperoleh bahan hukum berdasarkan sumber data yang terdiri dari bahan hukum primer,
sekunder dan tersier serta dianalisis secara kualitatif.
Pengakuan mengenai hak kekebalan dan hak istimewa Perwakilan Tetap serta pejabat
diplomatik di Sekretariat ASEAN didasarkan pada Agreement on the Privileges and Immunities of
ASEAN 2009 yang di dalamnya mengacu kepada Konvensi Wina tahun 1961 mengenai Hubungan
Diplomatik. Dan dalam pertanggungjawaban negara penerima apabila terjadi pelanggaran terhadap
hak kekebalan dan hak istimewa pejabat ASEAN, maka penyelesaiannya dengan cara kebiasaan
internasional. Diantaranya dengan cara restitusi, kompensasi dan satisfaction. Dalam
perkembangannya International Law Commision membuat draf mengenai tanggung jawab negara
yaitu ILC Draft on Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts, berisikan kebiasaan-
kebiasaan internasional dalam menyelesaikan masalah tanggung jawab negara dan draf tersebut
menjadi pedoman bagi negara-negara di dunia internasional.

Kata Kunci : Hak kekebalan dan hak keistimewaan, Perwakilan Tetap, Sekretariat ASEAN

ABSTRACT

ASEAN was born as an international organization that is intact due to the emergence of the
ASEAN Charter cause changes in terms of binding legal force for its members. In the habit of the
international community, international organizations and officials of international organizations
getting immunity and privileges to facilitate in performing functions that should be. The issues in
is how the recognition of privilege and immunity to the Permanent Representatives and diplomatic
officials who are in ASEAN Secretariy as well as how the recipient country responsibilities in the
event of a violation of the immunity and privileges of diplomatic officials of the ASEAN
Secretary.
The method used is a normative juridical / doctrinal aims to find the level of
synchronization between the provisions contained in its implementation to the specifications of the
research is a descriptive analytical study. Through the study of literature, author obtained legal
materials based on source data that consists of primary legal materials, secondary and tertiary, and
analyzed qualitatively.
Acknowledging the immunity and privileges of diplomatic and other officials of the
Permanent Representatives of the ASEAN Secretariat based on the Agreement on the Privileges
and immunities of ASEAN in 2009 in which refers to the 1961 Vienna Convention on Diplomatic

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Relations. And the accountability of the recipient country in case of violation of the immunity and
privileges of officials of ASEAN, the settlement by means of international customs. Which can
include restitution, compensation and satisfaction. In the development of the International Law
Commission made a draft on the responsibility of the state, namely ILC Draft on Responsibility of
States for Internationally Wrongful Acts, containing international customs in resolving the issue of
state responsibility and the draft guidance for countries in the international community.

Keywords: Immunity and Privileges Rights, Permanent Representative, ASEAN Secretary.

I. PENDAHULUAN internasional. Subjek hukum


2
Sejak berakhirnya Perang internasional tersebut adalah :
Dunia II, masyarakat internasional 1. Negara ;
telah mengalami perubahan yang 2. Takhta Suci ;
mendalam. Perubahan tersebut 3. Palang Merah Internasional ;
terjadi dalam dua bentuk yaitu 4. Organisasi Internasional ;
bersifat horisontal dan vertikal.1 5. Orang Perorangan (individu) ;
Yang dimaksud dengan perubahan 6. Pemberontak dan Pihak dalam
horisontal adalah menjamurnya Sengketa (belligerent).
subjek-subjek baru sehingga Subjek hukum internasional
komposisi masyarakat internasional merupakan semua pihak atau entitas
sekarang tidak lagi bersifat homogen yang dapat dibebani oleh hak dan
seperti dimasa lalu. Sedangkan kewajiban yang diatur oleh hukum
transformasi vertikal karena internasional. Hak dan kewajiban
tampilnya bidang-bidang baru yang tersebut berasal dari semua ketentuan
beraneka ragam dengan jumlah yang baik yang bersifat formal ataupun
banyak sehingga telah memperluas non-formal dari perjanjian
ruang lingkup hukum internasional internasional ataupun dari kebiasaan
itu sendiri. Gabungan dari kedua internasional.3
fenomena ini telah menyebabkan Subjek hukum internasional
pengertian terhadap hukum adalah pendukung hak dan kewajiban
internasional dan peranannya dalam hukum internasional.
menjadi lebih kompleks. Walaupun Pendukung hak dan kewajiban dalam
negara merupakan subjek hukum hukum internasional dewasa ini
internasional yang terutama, negara ternyata tidak terbatas pada negara
dewasa ini tidak merupakan satu- tetapi juga meliputi subjek hukum
satunya subjek hukum internasional. internasional lainnya. Hal ini
Menurut Prof. Dr. Mochtar dikarenakan dewasa ini seiring
Kusumaatmadja, subjek hukum dengan tingkat kemajuan di bidang
internasional sebenarnya adalah teknologi, telekomunikasi dan
pemegang (segala) hak dan transportasi maka kebutuhan
kewajiban menurut hukum
2
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar
1
Dr. Boer Mauna, Hukum Internasional : Hukum Internasional, (Bandung : Binacipta,
Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era 1976), hal. 70.
3
Dinamika Pengertian Subjek Hukum Internasional,
Global, (Bandung : P.T. Alumni, 2005), hal. www.elisa.ugm.ac.id, diakses pada bulan
49. Mei 2016

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

manusia semakin meningkat cepat organisasi internasional yang


sehingga menimbulkan interaksi statusnya dapat dikatakan setengah
yang semakin kompleks. Munculnya organisasi internasional atau semi
organiasasi-organisasi internasional organisasi internasional. Ini
baik yang bersifat bilateral, regional, dikarenakan tidak adanya suatu
maupun multilateral dengan berbagai aturan hukum baku dan kerangka
kepentingan dan latar belakang yang hukum formal yang mendasari
mendasari pada akhirnya mampu kegiatan-kegiatan para anggotanya.
untuk dianggap sebagai subjek ASEAN kini sebagai organisasi
hukum internasional. Begitu juga internasional yang telah memiliki
dengan keberadaan individu atau piagam tentunya memiliki kerangka
kelompok individu (belligerent) yang dan aturan hukum formal yang
ada pada akhirnya dapat pula diakui mengikat para anggotanya.
sebagai subjek hukum internasional.4 Dasar hukum ASEAN yang
Organisasi internasional berubah dari hanya sekedar Deklarasi
merupakan fenomena baru dalam tata Bangkok menjadi sebuah Piagam
masyarakat internasional. Organisasi ASEAN tentunya menimbulkan
internasional baru muncul pada abad perubahan dalam hal kekuatan
ke-19 yang ditandai dengan mengikat hukum bagi para
berdirinya International anggotanya. Terdapat kewajiban bagi
Telecommunication Union (ITU) negara-negara anggota ASEAN
yang diikuti oleh organisasi untuk mengirimkan perwakilan tetap
internasional dalam bidang-bidang di Sekretariat ASEAN yang berada
lainsampai pada berdirinya Liga di Jakarta. Terdapatnya tugas-tugas
Bangsa-Bangsa (LBB) pada tahun dan sebagai perwakilan negara
1918. Kegagalan LBB mencegah masing-masing, perwakilan tetap
terjadinya Perang Dunia II, akhirnya negara-negara ASEAN
mendorong lahirnya PBB pada berkedudukan sebagai pejabat
tanggal 24 Oktober 1945. diplomatik. Di sini para perwakilan
Perkembangan selanjutnya telah tetap negara ASEAN membahas
menghasilkan apa yang disebut masalah bersama dan juga membawa
sebagai organisasi regional, kepentingan negaranya masing-
sebagaimana terdapat di Eropa, masing. Disini dibutuhkan cara
Amerika, Afrika, dan wilayah berdiplomasi yang bagus untuk
lainnya seperti ASEAN. 5 menghadapi negara-negara ASEAN
ASEAN pada awalnya lainnya. Salah satu pelaku yang
sebelum dibuat dan melaksanakan diplomasi adalah
ditandatanganinya piagam ASEAN diplomat. Fungsi utama diplomat
(ASEAN Charter) merupakan adalah mewakili negara pengirim di
negara penerima dalam organisasi-
4
organisasi dunia dan forum-forum
Subjek hukum internasional,
www.forum.hukum.umm.com, diakses pada
internasional. Dalam menjalankan
bulan Mei 2016. tugasnya para diplomat mendapatkan
5
Jawahir Thontowi & Pranoto Iskandar, perlindungan secara khusus dan juga
Hukum Internasional Kontemporer, mendapatkan hak istimewa dan hak
(Bandung : Refika Aditama, 2006), hlm.
118.

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kekebalan yang melekat pada ASEAN, serta belum jelasnya


dirinya. mengenai hak istimewa dan hak
Organisasi internasional kekebalan terhadap Perwakilan Tetap
menikmati hak istimewa dan ASEAN menjadikan penulis memilih
kekebalan sepenuhnya karena penulisan hukum ini dengan judul
diperlukan untuk memenuhi tujuan HAK KEKEBALAN DAN
dan fungsinya. Dasar dari hak KEISTIMEWAAN BAGI
istimewa dan kekebalan yang bersifat PERWAKILAN TETAP ASEAN DI
fungsional, organisasi hanya bisa JAKARTA SUATU KAJIAN
menggunakan hak istimewa dan YURIDIS.
kekebalan untuk memenuhi
6
tujuannya. Organisasi membutuhkan II. METODE PENELITIAN
suatu hak istimewa sehubungan Penelitian ini merupakan
dengan kekebalan dari yurisdiksi, penelitian yuridis normatif, yaitu
tidak hanya di negara yang penelitian yang dilakukan dengan cara
bersangkutan tetapi juga semua mengkaji ketentuan yang
negara-negara anggotannya. berhubungan dengan permasalahan
Keistimewaan dari peraturan yang yang akan diteliti. Dalam penelitian
mengatur hak-hak istimewa dan yuridis normatif kegiatan untuk
kekebalan organisasi dan personil menjelaskan hukum tidak diperlukan
mereka adalah bahwa kebangsaan dukungan data atau fakta-fakta sosial,
individu biasanya tidak ada sebab ilmu hukum normatif tidak
pengaruhnya terhadap hapusnya hak mengenal data atau fakta sosial yang
istimewa dan kekebalan. dikenal hanya bahan hukum, sehingga
Munculnya Piagam ASEAN, untuk menjelaskan hukum atau untuk
merubah kedudukan ASEAN menjadi mencari makna dan memberi nilai
organisasi yang penuh dan akan hukum tersebut hanya
mempunyai personalitas hukum. menggunakan konsep hukum dan
Terdapat peraturan dalam ASEAN langkah-langkah yang ditempuh
Charter mengenai adanya kewajiban adalah langkah normatif.7 Penelitian
negara-negara untuk mengirimkan yuridis normatif ini fokus kajiannya
Perwakilan Tetap Sekretariat ASEAN adalah hukum postif dengan cara:
di Jakarta, menimbulkan bahasan baru 1. Mendeskripsikan atau
mengenai hak istimewa dan hak memaparkan isi dan struktur
kekebalan terhadap perwakilan asing hukum positif;
di Sekretariat ASEAN. Tidak hanya 2. Mensistematisasi isi dan
mengenai perwakilan asing, tetapi struktur hukum positif yang
juga mengenai negara penerima atau telah dideskripsikan;
negara tuan rumah yang berperan 3. Berusaha menginterpretasi
disini adalah negara Indonesia. hukum positif atau menjelaskan
Dengan adanya ASEAN Charter dan makna yang terkandung dalam
perjanjian baru mengenai hak aturan;
istimewa dan hak kekebalan mengenai

6 7
Antonio Cassese, International Law in A Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian
Divide World, (New York: Oxford Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar Maju,
University Press, 1986), hal. 84. 2008), Hal. 87.

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

4. Menilai hukum positif, yaitu gambaran hasil secara utuh.


merupakan sifat normatif murni Disamping memeroleh gambaran hasil
dari ilmu hukum, dimana secara utuh, adakalanya ditetapkan
objeknya bukan hanya norma langkah selanjutnya dengan
tetapi juga menyangkut dimensi memerhatikan domain khusus yang
penormaan; menarik untuk diteliti. Dengan
5. Menganalisis hukum positif, demikian memungkinkan bahwa
dalam kegiatan menganalisis ini penelitian berikutnya menjadi lebih
sifatnya terbuka, maksudnya memfokus dan tertuju pada masalah
antara aturan hukum dan yang lebih spesifik.9
kepatutan harus dipikirkan Peneliti dalam membuat
dalam suatu hubungan, oleh penelitian melakukan kegiatan
karena itu norma hukum harus mengumpulkan, mengelompokkan,
bertumpu pada asas-asas menghubungkan dan membandingkan
8
hukum. serta memberi makna aspek-aspek
Tipe penelitian ini adalah mengenai hak kekebalan dan
penelitian hukum deskriptif. keistimewaan yang dimiliki oleh
Pendekatan masalah dalam penelitian perwakilan ASEAN di Jakarta.
ini dilakukan dengan menggunakan Untuk memperoleh bahan-
pendekatan normatif terapan. Sumber bahan dari objek, dilakukan dengan
bahan yang digunakan berupa bahan cara Penelitian Kepustakaan (Library
sekunder. Metode pengumpulan Research), yaitu metode yang
bahan yang digunakan adalah studi mengumpulkan bahan dengan cara
kepustakaan. penelitian kepustakaan dengan
Spesifikasi penelitian ini membaca dan mempelajari buku-buku
adalah deskriptif analitis, karena hasil karangan para sarjana atau literatur
penelitian yang diperoleh dapat kumpulan bahan kuliah, Undang-
memberikan gambaran mengenai hak Undang, Kovensi-Konvensi, dan/atau
kekebalan dan keistimewaan yang Peraturan-Peraturan, dan lain
dimiliki oleh perwakilan ASEAN di sebagainya yang berhubungan dengan
Jakarta. Deskriptif analitis ini diawali materi pokok penulisan skripsi.
dengan mengelompokan bahan dan Studi literatur (kepustakaan)
informasi yang sama menurut sub- dilakukan untuk mencari dan
aspek dan selanjutnya melakukan mengkaji sebagai berikut:
interpretasi untuk memberi makna a. Bahan hukum primer
terhadap tiap sub-aspek dan hubungan Bahan hukum primer adalah
satu sama lain. Kemudian setelah itu bahan hukum berdasarkan peraturan
dilakukan analisis keseluruhan aspek perundang-undangan, yurisprudensi,
untuk memahami makna hubungan traktat, konvensi yang sudah
aspek yang satu dengan yang lainnya diratifikasi, perjanjian-perjanjan
dan dengan keseluruhan aspek yang internasional dan lain sebagainya yang
menjadi pokok permasalahan berkaitan dengan permasalahan
penelitian yang dilakukan secara penelitian.
induktif sehingga memberikan b. Bahan hukum sekunder

8 9
Ibid, Hal. 80-81. Ibid, Hal. 174.

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Bahan hukum sekunder yaitu bahan. Metode ini memusatkan diri


bahan yang memberikan penjelasan pada pemecahan permasalahan yang
terhadap bahan hukum primer seperti ada pada masa sekarang yang bersifat
buku-buku ilmu hukum, jurnal ilmu aktual dan terpercaya. Bahan yang
hukum, hasil-hasil penelitian dikumpulan mula-mula disusun,
(disertasi), karya ilmiah para pakar dijelaskan kemudian dianalisa secara
hukum dan non hukum (politik, komprehensif, serta disimpullkan
ekonomi, dan administrasi), dalam secara induktif sesuai dengan pokok
bentuk makalah yang diseminarkan, permasalahan tersebut.11
lokakarya, laporan penelitian ilmu Dalam penelitian ini
hukum atau catatan bahan lainnya disajikan bahan yang diperoleh dalam
yang didapat dari intansi terkait bentuk deskriptif atau uraian secara
tempat penelitian dilakukan, serta deduktif, yang menguraikan atau
buku para sarjana hukum di Indonesia menggambarkan keadaan yang
yang berkaitan dengan permasalahan. sebenarnya secara objektif terhadap
c. Bahan hukum tersier hasil-hasil penelitian, baik bahan
Bahan hukum tersier yaitu primer maupun sekunder yang
bahan-bahan yang memberikan disusun secara sistematis dalam
petunjuk dan penjelasan terhadap bentuk penulisan hukum secara
bahan hukum primer dan sekunder. menyeluruh.
Bahan hukum tersier dapat berupa
kamus, ensiklopedia, artikel surat III. HASIL PEMBAHASAN
kabar dan majalah yang memuat A. Pengakuan Hak Istimewa Dan
permasalahan, pendapat-pendapat Kekebalan Bagi Perwakilan
hukum mengenai permasalahan, Tetap ASEAN Dan Pejabat
artikel-artikel dan tulisan atau Diplomatik Di Sekretariat
pendapat-pendapat hukum para ASEAN
sarjana yang dimuat di media sosial, Dalam masyarakat internasional
dan lain sebagainya. telah lama diberikan hak-hak tertentu
Metode analisis bahan yang diterapkan cukup baik mengenai
menggunakan cara deskriptif kualitatif hak istimewa dan kekebalan untuk
dengan memberikan gambaran secara diplomat yang mewakili negara
khusus berdasarkan bahan yang mereka dalam hubungan bilateral
dikumpulkan secara sistematis, yaitu dengan negara lain serta untuk misi
membuat klasifikasi terhadap bahan- diplomatik mereka. Secara umum,
bahan hukum untuk memudahkan hak-hak yang diperoleh sudah
analisis dan konstruksi.10 Analisis termasuk hak seperti tidak dapat
bahan merupakan proses diganggu gugat tempat misi dari
menggolongkan dan mengurutkan masuknya wakil-wakil atau orang dari
bahan ke dalam pola, kategori dan negara penerima kecuali dengan
satuan uraian dasar sehingga dapat persetujuan kepala misi, pembebasan
ditemukan dan dapat dirumuskan dari pajak tertentu negara penerima,
hipotesis kerja seperti disarankan oleh memperoleh kekebalan dari proses

10 11
Burhan Ashsofa, Metode Penelitian Winarno Surakhmad, Pengantar
Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hal. Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik,
65. (Bandung : Tarsito, 1994), Hal. 11.

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penuntutan dan kekebalan untuk negara. Telah membawa kepada


menikmati status diplomatik penuh upaya-upaya pembentukan
termasuk keluarga diplomat serta serangkaian hukum yang berkenaan
kekebalan lebih terbatas untuk dengan hak-hak istimewa dan
anggota staf administratif dan teknis kekebalan dari organisasi-organisasi
misi. Hak-hak mengenai istimewa dan internasional, tempat-tempat
kekebalan diatur dalam Konvensi kedudukan organisasi internasional,
Wina tahun 1961 tentang Hubungan staf-staf, serta perwakilan-
Diplomatik.12 perwakilan organisasi internasional
Konvensi Wina tidak tersebut.14 Terdapat perbedaan
menjelaskan dengan jelas tentang hak khusus antara hak kekebalan
istimewa dan kekebalan terhadap diplomatik dan kekebalan
perwakilan negara-negara dengan internasional. Pertama, kekebalan
organisasi internasional serta tidak internasional mungkin merupakan
mengenai hal tentang hak istimewa yang paling penting dalam kaitan
dan kekebalan terhadap orang dalam hubungan antara seorang pegawai
pelayanan langsung organisasi dan negara asalnya sedangkan
internasional. Perwakilan dalam seorang warga dari negara penerima
organisasi internasional dan personil untuk tujuan kekebalan diplomatik
sekretariat bisa dikatakan bukan diterima sebagai anggota suatu misi
seorang diplomat dalam arti sempit, asing hanya dengan persetujuan tegas
karena mereka tidak terakreditasi ke dengan hak-hak istimewa serta
negara penerima. Sampai batas kekebalan minimum khusus dalam
tertentu aturan-aturan tradisional yang kaitan tindakannya sebagai pegawai.
berlaku untuk diplomat dapat Kedua, sementara diplomat yang
digunakan oleh perwakilan organisasi memiliki kekebalan dari yuridiksi
internasional dan telah diterapkan negara tuan rumah berada di bawah
kepada perwakilan organisasi yuridiksi negara pengirimnya tidak
internasional dengan analogi, keadaan ada yuridiksi yang serupa itu dalam
perwakilan organisasi internasional lingkungan pegawai organisasi
tidak dalam semua hal yang sejajar internasional. Terakhir jika pentaatan
dengan orang-orang yang ditunjuk pada hak-hak istimewa dan
sebagai diplomat suatu negara.13 kekebalan diplomatik dijamin
Kehadiran organisasi melalui pelaksanaan prinsip
internasional sebagai sebuah pribadi resiprositas, untuk sebuah organisasi
internasional dan atribusi pada internasional tidak ada dimiliki
fungsi-fungsinya sering dianalogikan sanksi efektif demikian.15
dengan kedaulatan negara-negara ASEAN dengan adanya
yang untuk pelaksanaan efektifnya Piagam ASEAN menjadi organisasi
memerlukan konsensi hak-hak internasional yang utuh, terdapatnya
istimewa dan kekebalan dari negara- aturan-aturan yang jelas mengenai
ASEAN. Diantaranya mengenai hak
12
Frederic L Kirgis, Jr, International istimewa dan kekebalan bagi
Organizations and Their Documents,
Comments and questions, (Minnesota : West
14
Publishing Company, 1977), hal. 49. D.W.Bowett, op.cit., hal. 438.
13 15
Frederic L Kirgis, Jr, op.cit., hal. 50. Loc.cit.

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Perwakilan Tetap dan pejabat dengan Sekretariat ASEAN saja


diplomatik di Sekretariat ASEAN. melainkan antara negara-negara
Sebelum adanya Piagam ASEAN, anggota ASEAN dengan Sekretariat
dalam aspek hukum tidak ASEAN.
sebagaimana organisasi internasional
atau regional lainnya seperti B. Tanggung Jawab Negara
dikemukakan terlebih dahulu bahwa Penerima Dalam Hal Terjadi
ASEAN tidak memiliki instrumen Pelanggaran Terhadap
pokok seperti piagam melainkan Kekebalan Dan Keistimewaan
hanya suatu deklarasi seperti yang Dari Pejabat Diplomatik Di
disepakati di Bangkok tahun 1967 Sekretariat ASEAN
memuat prinsip-prinsip serta tujuan Apabila dalam pelaksanaan
dan persyarata keanggotaan. kegiatan ASEAN terdapat
Sedangkan mengenai kapasitas pelanggaran hak kekebalan dan hak
hukum/legal capacity ASEAN untuk istimewa pejabat diplomatik dapat
membuat kontrak-kontrak, dilakukan penyelesaian sengketa.
penyediaan dan pengaturan Mengenai penyelesaian sengketa hak
mengenai barang-barang milik baik kekebalan dan hak istimewa ASEAN
yang bergerak maupun yang tidak terdapat dalam Agreement on the
bergerak termasuk mengajukan Privileges and Immunities of ASEAN,
tuntutan secara hukum ke yaitu :17
pengadilan. “Disputes arising out of the
Keistimewaan dan interpretation or application of this
kekebalan bagi pejabat-pejabat Agreement shall be resolved
sekretariat dan gedung-gedung atau amicably in accordance with
tempat tinggal telah diatur melalui Chapter VIII of the ASEAN
host country’s agreement yaitu Charter.“
antara ASEAN dan pemerintah Perselisihan yang timbul
Indonesia.16 Contoh dari perjanjian dari penafsiran atau penerapan
tersebut adalah Agreement Between Agreement on the Privileges and
the Government of Republic of Immunities of ASEAN harus
Indonesia and the ASEAN Relating diselesaikan secara damai sesuai
to Privileges and Immunities of the dengan Bab VIII Piagam ASEAN.
ASEAN Secretariat atau Perjanjian Masalah mengenai tanggung jawab
Antara Pemerintah Republik negara ini belum ada yang mengatur
Indonesia Dengan ASEAN dalam ASEAN. Dalam Hukum
Mengenai Hak Istimewa Dan Internasional juga belum ada suatu
Kekebalan Kepada Sekretariat konvensi yang dibuat oleh negara-
ASEAN. Berbeda setelah adanya negara selayaknya Konvensi Wina
Piagam ASEAN, tidak hanya 1961 Tentang Hubungan Diplomatik
mengatur tentang hak kekebalan dan dan Konvensi New York 1973
hak istimewa antara Indonesia tentang Pencegahan Dan
Penghukuman Kejahatan Terhadap
16
Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus
17
Hukum Organisasi Internasional, (Bandung:
PT. Alumni, Lihat Agreement on the Privileges and Immun
1997). ities of ASEAN, Pasal 11.

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Orang-Orang Yang Dilindungi fungsi pejabat diplomatik. Namun


Menurut Hukum Internasional tidak jarang negara penerima tidak
Termasuk Pejabat Diplomatik, akan berhasil dalam melaksanakan
tetapi International Law Commision tugasnya untuk memberikan
telah berusaha untuk membuat suatu perlindungan terhadap pejabat
aturan mengenai masalah tanggung diplomatik, maka atas kegagalannya
jawab negara penerima yang itu timbul suatu tanggung jawab
dinamakan L.C Draft on negara penerima untuk memberikan
Responsibility of State for ganti rugi atau kompensasi kepada
Internationally Wrongful Acts tahun pengirim atas kerugian yang diderita,
2001 merupakan hasil kodifikasi dari biasa disebut dengan ex-gratia.21
kebiasaan-kebiasaan internasional di Penerapan prinsip ex-gratia
dalam praktik antar negara.18 ini dilakukan berdasarkan prinsip
Tanggung jawab negara dalam strict liability, dimana tidak
hukum internasional merujuk pada diperlukan suatu pembuktian unsur
pertanggungjawaban satu negara kesalahan, yang utama dari prinsip
terhadap yang lain akan ini adalah adanya kerugian yang
ketidaktaatannya memenuhi ditimbulkan atas terjadinya tindakan
kewajiban yang ditentukan oleh perusakan terhadap pihak atau negara
sistem hukum internasional.19 lain, dengan kata lain prinsip ini
Kewajiban negara penerima menuntut negara untuk mengganti
untuk melindungi pejabat diplomatik segala kerugian yang disebutkan oleh
dan keluarganya terdapat dalam tindakan dari negara penerima tanpa
Konvensi Wina tahun 1961 Pasal 29 ada hubungannya dengan
yang menerangkan bahwa pejabat kesalahannya asalkan terbukti bahwa
diplomatik harus tidak boleh tindakan negara tersebut berakibat
diganggu-gugat, pejabat diplomatik menimbulkan kerugian bagi negara
tidak boleh ditangkap dan dikenakan lain.22
penahanan. Negara penerima harus Pelaksanaan prinsip ex-
memberlakukan pejabat diplomatik gratia dinyatakan di dalam pasal 31
dengan penuh hormat dan harus ILC Draft on Responsibility of State
mengambil langkah-langkah yang for Internationally Wrongful Acts
layak untuk mencegah serangan atas 2001 menyatakan bahwa setiap
diri, kemerdekaan dan martabat.20 negara berkewajiban memberikan
Kewajiban negara penerima ganti rugi secara penuh (full
ini tidak hanya sebatas untuk reparation) atas kerugian baik itu
melakukan tindakan-tindakan kerugian secara material maupun
pencegahan terhadap hal-hal yang moral yang ditimbulkan oleh
dapat mengganggu terlaksananya pelanggaran internasional yang
tugas dan fungsi pejabat diplomatik dilakukan suatu negara.23 Suatu
secara optimal saja, tetapi juga negara dapat melakukan ganti rugi
tindakan untuk mengatasi hal-hal
yang dapat mengganggu tugas dan 21
Sumaryo Suryokusumo, op.cit., hal. 78.
22
J.G Starke, op.cit., hal. 392.
18 23
Sumaryo Suryokusumo, op.cit., hal 41.
19
Rebecca M. M. Wallace, loc.cit. Lihat ILC Draft on Responsibility of State for
20
Lihat Konvensi Wina tahun 1961, Pasal 29. Internationally Wrongful Acts 2001, Pasal 31.

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

secara penuh (full reparation) atas Bentuk ganti rugi secara satisfaction
tindakan pelanggaran internasional ini bukan merupakan bentuk standar
dengan cara restitusi, pemberian ganti rugi, dimana kebanyakan kasus
kompensasi dan pemberian dapat diselesaikan dengan cara
kepuasan.24 Restitusi adalah tindakan kompensasi dan restitusi, namun
yang dilakukan oleh negara penerima dalam keadaan yang khusus dimana
atas kerugian yang disebabkan oleh kedua bentuk ganti rugi (kompensasi
pelanggaran internasional dengan dan restitusi) dirasakan kurang
cara mengembalikan kembalik mencukupi, maka dilakukanlah
28
situasi yang ada sebelum terjadinya satisfaction.
pelanggaran tersebut. Namun,
apabila pelaksanaan dari restitusi IV. KESIMPULAN
belum cukup atau tidak membuat 1. Setelah adanya Piagam ASEAN,
keadaan menjadi lebih baik, negara hal mengenai pengakuan hak
penerima harus melakukan ganti rugi kekebalan dan hak istimewa bagi
dengan cara pemberian kompensasi Perwakilan Tetap dan Pejabat
atas kerugian yang diderita oleh Diplomatik ASEAN diatur secara
negara lain.25 garis besar dalam Piagam ASEAN
Biasanya kompensasi ini Bab VI mengenai Kekebalan dan
berkaitan dengan penggantian Hak Istimewa. Dan secara khusus
terhadap kerugian material atau diatur dalam Agreement on the
dengan kata lain kerugiannya tidak Privileges and Immunities of
diukur dengan uang. Apabila restitusi ASEAN yang membahas secara
dan pemberian kompensasi tidak mendalam mengenai hak
mencukupi maka dilakukanlah kekebalan dan hak istimewa mulai
26
Satisfaction. Berdasarkan pasal 37 dari Sekretaris Jenderal ASEAN,
ayat 2 ILC Draft on Responsibility of Staf Sekretariat ASEAN, Ahli
State for Internationally Wrongful dalam Misi ASEAN, Perwakilan
Acts tahun 2001, pelaksanaan dari Tetap, Pejabat dalam Tugas
satisfaction dapat berupa permintaan ASEAN, Staf Misi Permanen, serta
maaf secara formal dari negara yang Pejabat Negara Anggota. Hal yang
melakukan pelanggaran internasional mengenai hak kekebalan dan hak
terhadap negara yang dirugikan istimewa yang diatur dalam
akibat tindakan tersebut. Satisfaction Piagam ASEAN serta Agreement
adalah bentuk ketiga dari pemberian on the Privileges and Immunities of
ganti rugi dimana pemberian ganti ASEAN mengacu kepada Konvensi
rugi dari negara yang melakukan Wina tahun 1961 Tentang
pelanggaran internasional dilakukan Hubungan Diplomatik. Hak
dengan cara memberikan ganti rugi kekebalan dan hak istimewa yang
secara penuh (full reparation).27 diatur dalam Agreement on the
Privileges and Immunites of
24 ASEAN berlaku bagi seluruh
Ibid, Pasal 34.
25
Ibid, Pasal 37. Negara Anggota ASEAN. Berbeda
26
Loc.cit.
27
Dikutip dari komentar ILC Draft on Respon
sibility of State for Internationally Wrongful A Pasal 37.
28
cts 2001, Ibid.

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dengan Agreement Between the Draft on Responsibility of States


Government of Indonesia and for Internationally Wrongful Acts
ASEAN Relating to the Privileges tahun 2001 yaitu restitusi,
and Immunities of the ASEAN pemberian kompensasi,
Secretariat Jakarta 1979 yang satisfaction, dan terkadang
membahas hak kekebalan dan penggabungan dari ketiganya. ILC
istimewa hanya antara Pemerintah Draft on Responsibility of States
Republik Indonesia dengan for Internationally Wrongful Acts
Sekretariat ASEAN. tahun 2001 digunakan oleh
2. Apabila terjadi pelanggaran masyarakat internasional sebagai
terhadap hak kekebalan dan hak acuan dalam permasalaham
istimewa dari Pejabat Diplomatik pertanggungjawaban negara yang
Sekretariat ASEAN terdapat berisi kebiasaan-kebiasaan
penyelesaian sengketa yang diatur internasional. Penerapan prinsip
di Pasal 11 Agreement on the ex-gratia ini dilakukan berdasarkan
Privileges and Immunities of prinsip strict liability, di mana
ASEAN serta mengacu pada Bab tidak diperlukan suatu pembuktian
VIII Piagam ASEAN. Akan tetapi unsur kesalahan, yang utama dari
untuk tanggung jawab negara prinsip ini adalah adanya kerugian
apabila terjadi pelanggaran yang ditimbulkan atas terjadinya
terhadap hak kekebalan dan hak tindakan ini terhadap pihak atau
istimewa Pejabat Diplomatik negara lain, dengan kata lain
Sekretariat ASEAN, tidak ada prinsip ini menuntut negara untuk
perjanjian yang mengatur dalam mengganti segala kerugian yang
ASEAN. Tidak hanya di ASEAN, disebabkan oleh tindakan dari
tetapi dalam masyarakat negara penerima tanpa ada
internasional pun belum ada hubungannya dengan kesalahannya
peraturan atau perjanjian yang asalkan terbukti bahwa tindakan
membahas tentang negara tersebut berakibat
pertanggungjawaban negara. Hal menimbulkan kerugian bagi negara
yang biasa digunakan untuk lain.
mengatasi tanggung jawab negara
yaitu dengan cara kebiasaan Saran
internasional. Setiap tindakan dari Masalah mengenai tanggung
suatu negara yang mengakibatkan jawab negara belum diatur dalam
kerugian pada negara lain ASEAN. Dalam Hukum Internasional
menuntut adanya tanggung jawab. juga belum ada suatu konvensi yang
Tanggung jawab negara tersebut dibuat oleh negara-negara selayaknya
berupa ganti rugi baik materiil Konvensi Wina 1961 Tentang
ataupun imateriil, dalam praktek Hubungan Diplomatik dan Konvensi
hubungan diplomatik tanggung New York 1973 tentang Pencegahan
jawab negara untuk memberikan Dan Penghukuman Kejahatan
ganti rugi tersebut dinamakan ex- Terhadap Orang-Orang Yang
gratia. Pelaksanaan ex-gratia di Dilindungi Menurut Hukum
dalam praktek negara-negara ada Internasional Termasuk Pejabat
beberapa bentuk menurut ILC Diplomatik maka seharusnya segera

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dibuat aturannya supaya lebih questions, (Minnesota : West


menjamin kepastian hukum. Publishing Company, 1977).
Kusumaatmadja, Mochtar,
V. DAFTAR PUSTAKA Pengantar Hukum
Ak, Syahmin, Hukum Diplomatik Internasional, (Bandung
Dalam Rangka Studi Binacipta, 1976).
Analistis, (Jakarta: PT. Mauna, Boer, Hukum Internasional
RajaGrafindo, 2008). Pengertian Peranan Dan
Amerasinghe, C.F, Principles of The Fungsi Dalam Era Dinamika
Institutional Law of Global, (Jakarta: PT.Alumni,
International Organizations, 2005).
(UK: Cambrige University Satow, A Guide to Diplomatic
Press, 2005). Practice, (London :
Amiruddin dan Zainal Asikin, Longman, 1979).
Pengantar Metode Penelitian Schermers, Henry G, International
Hukum, (Jakarta: PT. Institutional Law (The
RajaGrafindo, 2004). Netherlands, Rockville, USA:
Ashofa, Burhan, Metode Penelitian Sijthoof & Noordhoff,
Hukum, (Jakarta : Rineka Alphen aan den Rijn, 1980).
Cipta, 2001). Sen, B, A Diplomat’s Handbook of
Aust, Anthony, Handbook of International Law and
International Law, (London: Practice, (London : Martinus
Cambridge University Press, Nijhoff Publisher, 1979).
2005). Soekanto, Soerjono, Pengantar
Bilgrami, S. Jr, International Penelitian Hukum, (Jakarta:
Organization, (Vikers UI Press, 1986).
Publishing House PVT, LTD, Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji.
1997). Penelitian Hukum Normatif
Bowett, D. W, The Law of Suatu Tinjauan Singkat,
International Institution, (Jakarta: PT RajaGrafindo
(London: Steven & Sons, Persada, 2006).
1982). Starke, J.G, Pengantar Hukum
Cassese, Antonio, International Law Internasional, diterjemahkan
in A Divide World, (New oleh Bambang Iriana
York: Oxford University Djajaatmadja (Jakarta: Sinar
Press, 1986). Grafika).
Direktorat Jenderal Suryokusumo, Sumaryo, Hukum
Kerjasama ASEAN Diplomatik Dan Konsuler
Departemen Luar Negeri Jilid I, (Jakarta: Tatanusa,
Republik Indonesia, ASEAN 2013).
Selayang Pandang, (Jakarta : _ _ _ _ _ _ _ _ _, Hukum Diplomatik
Kementerian Luar Negeri, Teori dan Kasus, (Bandung:
2008). PT.Alumni, 1995).
Kirgis, Jr, Frederic L, International _ _ _ _ _ _ _ _ _ , Hukum Organisasi
Organizations and Their Internasional, (Jakarta:
Documents, Comments and Universitas Indonesia, 1990).

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

_ _ _ _ _ _ _ _ _ , Praktik Internasional (Jakarta:


Diplomasi, (Bandung: Universitas Indonesia, 2004).
BP.IBLAM, 2004). Thontowi, Jawahir dan Pranoto
_ _ _ _ _ _ _ _ _ , Studi Kasus Iskandar, Hukum
Hukum Internasional Internasional Kontemporer,
(Jakarta: PT. Tatanusa, 2007), (Bandung : Refika Aditama,
_ _ _ _ _ _ _ _ _ , Studi Kasus 2006).
Hukum Organisasi Wallace, Rebecca M. M.,
Internasional, (Bandung: PT. International Law,
Alumni, 1997). diterjemahkan oleh Bambang
Suryono, Edy dan Moenir Arumandi (Semarang: IKIP
Arisoendha, Hukum Semarang Press, 1993).
Diplomatik Kekebalannya Widodo, Hukum Diplomatik dan
dan Keistimewaanya, Konsuler Pada Era
(Bandung: Angkasa, 1991). Globalisasi, (Surabaya:
Suwardi, Sri Setianingsih, Pengantar LaksBang Justitia, 2009).
Hukum Organisasi

13

Anda mungkin juga menyukai