BAB I
PENDAHULUAN
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
seorang wanita untuk hidup bersama sebagai suami istri, atau dengan kata
hubungan yang tidak formal yaitu suatu ikatan yang tidak dapat dilihat,
dan ikatan ini harus ada dalam suatu perkawinan karena tanpa
sebagai suami isteri, yang dimana perkawinan harus melalui suatu akad
segala yang dilarang Allah dan untuk mendapat kasih sayang suami istri
menentukan hak dan kewajiban suami isteri, hingga tata cara menyelesaikan
perselisihan yang bisa saja terjadi dalam setiap hubungan suami-isteri. Salah
terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban oleh salah satu pihak yaitu oleh
suami atau isteri dalam perkawinan disebut dengan nusyuz. Ketika seorang
Islam si isteri tersebut disebut nusyuz seperti yang telah ditegaskan dalam
pengajaran dia, dan pisahkanlah tempat tidurnya, dan pukulah dia, maka jika
dia telah taat kepada kamu maka janganlah kamu aniaya dia (cari-cari jalan
sebagaimana mestinya maka si suami tersebut disebut nusyuz, hal ini juga
ْحُا ٌۗر
َو الُّص ْلُح َخ ْي َو ِض َر ِت
benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia
menurut tabiatnya kikir, Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik
dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh) maka
nisa( 128))
diatur mengenai nusyuznya suami secara tegas seperti pada isteri. Dengan
sanksinya. Sedangkan ketika isteri dianggap telah nusyuz, maka hak isteri
dengan dalih atau alasan bahwa “pemberian nafkah kepada isteri adalah
(enam kali). Kata-kata nusyuz tersebut terdapat pada Pasal 80, pasal 84,
serta pada pasal 152. Di dalam Pasal 80 ayat (7), disebutkan bahwa jika
dimaksud dengan nusyuz yang dilakukan oleh isteri (pasal 84 ayat 1) yaitu
ketika istri tidak menunaikan kewajibannya untuk berbakti lahir dan batin
nusyuz diatur dalam (pasal 84 ayat 2 dan ayat 3), serta pembuktian tentang
ada tidaknya tindakan nusyuz tersebut diatur dalam (pasal 84 ayat 4) yaitu
wajib didasarkan atas bukti yang sah (Mahkamah Agung, 2011, hal. 85)
nusyuz yang dilakukan oleh seorang isteri yang berakibat istri tidak berhak
101)
B. Rumusan Masalah
diantaranya :
2101/Pdt.G/2021/PA.Sby?
2101/Pdt.G/2021/PA.Sby?
C. Tujuan Penelitian
2101/Pdt.G/2021/PA.Sby
nomor 2101/Pdt.G/2021/PA.Sby
D. Manfaat Penelitian
Selain itu penelitian ini juga berguna untuk memenuhi salah satu syarat
B. Domain Penelitian
objek penelitian secara umum atau ditingkat permukaan, namun relatif utuh
seutuhnya dari objek yang diteliti. Tanpa harus diperincikan secara detail
ketentuan nusyuz.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Nusyuz
Nasyaza, Yansyuzu, dalam arti: terangkat, lafad nusyuz diambil dari lafad
nasyazi, yang berarti sesuatu yang terangkat dari bumi (Anam, 2014). Abu
Ubaid berkata “nusyuz” atau nasyazi” adalah sesuatu yang tebal dan keras.”
hak-hak dan kewajibannya sebagai seorang istri atas suaminya. Dia telah
mengungguli tabiatnya sebagai seorang istri dan apa yang menjadi fitrah
nusyuz artinya durhaka, yaitu jika istri ataupun suami telah meninggalkan
nusyuz dari pihak suami yaitu ketika seorang suami mendiamkan istrinya
atau bersikap acuh tak acuh kepada sang istri (Oktorinda, 2017).
tetapi ada kalanya juga ditimbulkan dari laki-laki, walaupun bisa berawal
dari keduanya dengan saling menuduh dan saling menghujat terhadap salah
kemungkinan bisa dari pihak istri atau suami dengan melihat konteks ayat
diatas.
kewajiban bersuami istri. Jadi bisa dipahami bahwa nusyuz itu bukan berasal
atau bukan hanya dilakukan oleh seorang istri saja atau seorang suami saja
(Putra, 2020). Para pakar mengartikan kata nusyuz yang terdapat dalam dua
masing, baik itu suami maupun istrinya dan melindungi laki-laki lain atau
wanita lain dan mengembangkan hubungan yang tidak sah (Kamalia, 2020).
membangun hubungan yang tidak sah) dia juga meluaskan artinya dengan “
wajah dari pasangannya”. Dia juga mengatakan bahwa arti literal nusyuz
hati” dan menjelaskan istilah nusyuz sebagai berikut secara literal berarti
“perlawanan” terdiri dari segala bentuk perbuatan jelek yang disengaja oleh
seorang istri kepada suaminya atau seorang suami kepada istrinya. Ia juga
menunjuk pada “perlakuan yang tidak wajar”. Dalam konteks ini perlakuan
yang tidak wajar dari seoarang istri mengandung makna kesengajaan dan
1
2
wajar ini bisa datang dari suami ataupun istri (Anam, 2014).
(qaul) atau dengan perbuatan (fa’al). Ketika seorang suami atau istri
berbicara tidak sopan kepada seorang istri atau suaminya itu adalah qoul.
Dan ketika suaminya mengajak tidur istrinya, tapi istrinya menolak atau
berbuat sesuatu yang intinya tidak mentaati suaminya. Itu dengan fa’al, yaitu
perbuatan.
diantaranya gugur haknya sebagai istri atau suami dalam masa nusyuz itu
(Fantari, 2019)
َّۚن
اْلَم َض اِج ِع َو اْض ِرُبْو ُه ِاْن
َف
َاَطْع َنُك ْم َفاَل َتْبُغ ْو ا َع َلْيِهَّن
َس ِبْيۗاًل ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ِلًّيا َك ِبْيًر ا
Artinya: Dan terhadap isteri yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
beri pengajaran dia, dan pisahkanlah tempat tidurnya, dan
pukulah dia, maka jika dia telah taat kepada kamu maka
janganlah kamu aniaya dia (cari-cari jalan untuk
menyalahkannya), bahwa sesungguhnya Allah maha tinggi dan
maha besar
Nusyuz dalam ayat ini berarti durhaka atau ingkar. Oleh sebab itu,
maksud ayat ini ialah, sekiranya kamu bimbang akan kedurhakaan dan sikap
meninggi diri mereka (isteri) dari pada mematuhi apa yang diwajibkan Allah
istri dan sikap meninggi diri mereka dengan cara mengabaikan ketaatan
dikehendaki dalam bergaul. Oleh sebab itu, dia bagaikan sesuatu yang
1
4
meninggi dari tanah yang keluar dari permukaan yang datar (Sembiring,
2021).
Adapun dasar hukum nusyuz dari pihak suami terhadap isteri adalah
ْحُا ٌۗر
َو الُّص ْلُح َخ ْي َو ِض َر ِت
ُن ُت َّۗح
اَاْلْنُفُس الُّش َو ِاْن ْح ِس ْو ا
َو َتَّتُقْو ا َفِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبَم ا
1
5
Dalam kompilasi hukum Islam, soal nusyuz juga diatur. Beberapa pasal
Pasal 80 ayat:
Pasal 83 ayat:
1. Kewajiban utama bagi seorang isteri adalah berbakti lahir dan batin
sebaik-baiknya;
Pasal 84
pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk
kepentingan anaknya.
3. Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) diatas berlaku kembali setelah
4. Ketentuan tentang ada atau tidaknya nusyuz dari isteri harus didasarkan
tentang nusyuz yang dilakukan oleh pihak isteri dan tidak ada satupun
ketentuan yang mengatur tentang nusyuz yang dilakukan oleh pihak suami.
padahal sangat tidak menutup kemungkinan jika nusyuz itu datang dari
pihak suami serta tata cara penyelesaiannya. Dalam ketentuan tersebut tidak
diatur secara pasti tentang pasal khusus tentang nusyuz dan dalam KHI tidak
Nusyuz ini timbul bila suami atau istri atau keduanya tidak
Allah dalam Al Qur’an. Adapun ciri-ciri nusyuz terdiri dari 2 segi keadaan
yaitu, pertama: nusyuz dari pihak istri, kedua nusyuz dari pihak suami.
Salah satu penyebab dari awal keretakan dan ketidak harmonisan suatu
merupakan suatu tindakan ketidak patuhan atau suatu tindakan yang salah
dari seorang suami atau istri. nusyuz dari pihak istri adalah bahwa sang
suami terlepas dari tanggung jawabnya, dan bahwa istrinyalah yang keluar
nusyuz apabila keluar dari tempat tinggal bersama tanpa seizin suaminya.
keluarnya isteri itu untuk keperluan suaminya maka tidak termasuk nusyuz,
akan tetapi jika keluarnya isteri itu bukan karena kebutuhan suami maka
isteri itu dianggap nusyuz (Dimyati, 2020). Begitu juga, apabila isteri
1
8
kewajiban seorang istri dan merupakan suatu hak bagi seorang suami.
seorang istri tidak bekerja dan hanya berdiam di rumah. Seharusnya dia
lebih bisa menghargai suaminya. Karena istri ini hanya bersikap pasif.
Kalaupun seorang istri ini telah bekerja, tidak baik pula jika dia
d. Tidak betah di rumah. Keluar rumah tanpa izin dari suami, karena
seorang istri tidak boleh pergi kemana saja, ia harus meminta ijin
suaminya.
merupakan saudara suami yang mana sudah menjadi saudara dari istri
kehendak istrinya.
yang harmonis antar keluarga, ada sumber keuangan yang pasti untuk
faktor umum dan mudah diketahui. Adapun perilaku nusyuz yang datangnya
suaminya..
suami berbuat baik kepada istri, karena istri merupakan amanat yang
terbatas kepada pihak isteri. Isteri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak
pasal-pasal berikut:
2
1
nusyuz
bagi seorang isteri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami
c. Isteri dianggap nusyuz dalam Pasal 84 ayat (1). Isteri dapat dianggap
d. Selama isteri dalam masa nusyúz nafkah anak tetap berlaku yang
anaknya.
e. Kewajiban suami kembali berlaku jika isteri tidak lagi nusyúz, diatur
dalam Pasal 84 Ayat (3): Kewajiban suami tersebut pada Ayat (2) di
E. Penyelesaian Nusyuz
problem dan perbedaan pendapat, suami istri tidak suka bergaul, maka
Al-Qur’an al-Karim telah menciptakan arah untuk bisa keluar dari semua
Sehingga dibutuhkan pertolongan dan campur tangan dari pihak luar agar
1. Nusyuz Istri
adalah:
meteri
dengannya.
Pemukulan ini tidak wajib dilakukan seara syara’ dan juga tidak baik
untuk dilakukan. Hanya saja ini merupakan ara terakhir bagi laki-laki
2. Nusyuz Suami
suami dan istri. Oleh karena itu, hal yang mendorong terjadinya sebuah
terhadap istrinya, tidak mau memberikan hak istrinya dan lain sebagainya
berkesan, maka itulah yang terbaik. Jika tidak berkesan seorang istri
mendapatkan haknya.
bahwa suami telah nusyuz. Pada dasarnya suami sudah enggan atau
Penelitian Terdahulu
2
7
BAB III
METODE PENELITIAN
sumber data, hal ini sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan data untuk
subyek dari mana data dapat diperoleh Suharsimi Arikunto dalam (Nurdin,
Pengetahuan tentang sumber data merupakan hal yang sangat penting untuk
diketahui agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih sumber data yang
Data yang penulis gunakan di dalam penelitian ini yaitu diambil dari
1. Data Primer
sumber data yang lansung memberikan data pada pengumpul data. Data
primer diperoleh dari penelitian lapangan melalui prosedur atau tata cara
2
9
2. Data Sekunder
yang sudah ada. Data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan
penelitian.
1. Observasi
sebenarnya.
2. Wawancara (Angket)
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, oleh karena itu jenis jenis
objek penelitian.
3. Dokumentasi
(Nurdin, 2019).
(Nurdin, 2019) teknis analisis data yang dilakukan pada penelitian ini
adalah:
dari berbagai sumber yang relevan antara lain buku- buku, informasi,
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
akan diambil.
data.
E. Keabsahan Data
1. Triangulasi
harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data dari sumber lain,
informasi tentang hal sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada
jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara ini juga mencegah bahaya
Wawancara
Observasi
Kuesioner
3
3
Zulfan, Z. (2017). Konsep Nusyuz Dalam Alquran (Studi Terhadap Tafsir Al-
Ahkam Karya Syaikh Abdul Halim Hasan) (Doctoral Dissertation,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Meddan).