Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DENGAN PENERAPAN

TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR UNTUK MENGHINDARI


PUTING SUSU LECET TERHADAP NY. DI PMB EMALIA
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2024

Oleh:
INDRA DEWI RATNANDARI
NIM. 2115401009

LAPORAN TUGAS AKHIR


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2024
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DENGAN PENERAPAN
TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR UNTUK MENGHINDARI
PUTING SUSU LECET TERHADAP NY. DI PMB EMALIA
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2024

laporan tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas akhir dalam
menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Kebidanan Tanjungkarang
Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

Oleh:
INDRA DEWI RATNANDARI
NIM. 2115401009

LAPORAN TUGAS AKHIR


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2024
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DENGAN PENERAPAN TEKNIK


MENYUSUI YANG BENAR UNTUK MENGHINDARI PUTING SUSU
LECET TERHADAP NY. DI PMB EMALIA KABUPATEN LAMPUNG
SELATAN TAHUN 2024

Penulis

Indra Dewi Ratnandari

NIM

2115401009

Telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing laporan tugas akhir


Program Diploma III Kebidanan Politeknik KesehatanTanjungkarang.

Bandar Lampung, 20 Juli 2022

Tim Pembimbing LTA

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

IGA Mirah WS, SST., M. Keb Monica Dara Delia Suja, S. Keb., Bd., MPH
NIP Pembimbing NIP Pembimbing
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulisdapat
menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN
NIFAS DENGAN PENERAPAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
UNTUK MENGHINDARI PUTING SUSU LECET TERHADAP NY. ”.
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh derajat Ahli Madya Kebidanan di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dewi Purwaningsih, SSiT., M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang.
2. Dr. Sudarmi S.Pd., M. Kes, , selaku Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang.
3. Dr. Ika Fitria Elmeida, S.SiT., M. Keb, selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
4. IGA Mirah WS, SST., M. Keb, selaku pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga laporan tugas akhir
ini dapat terwujud.
5. Monica Dara Delia Suja, S. Keb., Bd., MPH, selaku pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga
laporan tugas akhir ini dapat terwujud.
6. Amrina Octaviana, S. SiT., M. Keb, selaku penguji yang juga telah
memberikan masukan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan
laporan tugas akhir ini.
7. Emalia SKM, selaku Kepala PMB Emalia yang telah memberi ijin dan
membantu penelitian ini.
Lampung Selatan ,…………… 2024
Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................3
KATA PENGANTAR.............................................................................................4
DAFTAR ISI............................................................................................................5
BAB I.......................................................................................................................9
PENDAHULUAN...................................................................................................9
A. LATAR BELAKANG.............................................................................9
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................10
C. TUJUAN PENELITIAN.......................................................................11
1. Tujuan Umum......................................................................................11
2. Tujuan Khusus.....................................................................................11
D. MANFAAT.............................................................................................11
1. Manfaat teoritis....................................................................................11
2. Manfaat aplikatif..................................................................................11
E. Ruang lingkup........................................................................................12
BAB II...................................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................13
A. KONSEP DASAR KASUS...................................................................13
1. MASA NIFAS.....................................................................................13
2. LAKTASI............................................................................................15
3. FAKTOR FAKTOR PEMBERIAN ASI.............................................21
4. MASALAH MASALAH DALAM MENYUSUI...............................23
5. PUTING SUSU LECET......................................................................24
6. TEKNIK MENYUSUI........................................................................26
B. KEWENANGAN BIDAN TERHADAP ASUHAN PADA IBU
NIFAS................................................................................................................31
C. HASIL PENELITIAN TERKAIT.......................................................33
BAB III..................................................................................................................37
METODE STUDI KASUS..................................................................................37
A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan...........................................................37
B. Subjek Laporan Kasus..........................................................................37
C. Instrument Kumpulkan Data...............................................................37
D. Teknik Cara Pengumpulan Data.........................................................37
E. Bahan dan alat.......................................................................................38
F. Jadwal Kegiatan....................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan ASI


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagian utama payudara

Gambar 2. Bentuk puting

Gambar 3. Posisi menyusui sambil berbaring

Gambar 4. Posisi menyusui

Gambar 5. Posisi menyusui sambil duduk

Gambar 6. Posisi menyusui sambil berdiri

Gambar 7. Football position

Gambar 8. Cara meletakkan bayi

Gambar 9. Cara memegang payudara

Gambar 10. Cara merangsang mulut bayi

Gambar 11. Perlekatan yang benar

Gambar 12. Cara menyendawakan bayi


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Air susu ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan
pendamping dari bayi baru lahir hingga usia 6 bulan. Pemberian ASI dapat
dilkukan secara langsung dari payudara ibu atau ditampung terlebih
dahulu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan oleh
bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya Jenis ASI
terbagi menjadi 3 yaitu kolostrum, ASI masa peralihan dan ASI mature.
Kolostrum merupakan susu yang keluar pertama, kental, berwarna kuning
dengan mengandung protein tinggi dan sedikit lemak (Walyani, 2015).
Menurut Maryuani (2017), pemberian ASI eksklusif di engaruhi oleh
beberapa faktor yaitu di pengaruji oleh faktor pengetahuan, pendidikan,
sikap, umur, keyakinan, dan kepercayaan ibu.
World health organization (WHO) memperkirakan setiap tahun
terdapat 1-1,5 juta bayi meninggal dunia karena tidak diberi ASI eksklusif.
Hasil dari Survey Informasi serta Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2017 menampilkan cakupan bayi yang memperoleh ASI Eksklusif secara
nasional sebesar 61,33%. Angka tersebut telah melampaui sasaran
Rencana Strategi (Renstra) pada beberapa provinsi tahun 2017 ialah 44%.
Serta bersumber pada hasil laporan kerja Departemen kesehatan Tahun
2020, presentase bayi kurang dari 6 bulan menemukan ASI Eksklusif
tercapai 66,1%. Capaian presentase bayi umur kurang dari 6 bulan yang
memperoleh ASI eksklusif telah terpenuhi sasaran tahun 2020, ialah
sebesar 40% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).
Data yang ditemukan dari profil kesehatan provinsi lampung 2019
berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 84,2% bayi baru lahir
yang mendapatkan inisiasi menyusui dini (IMD), dan pada bayi 69,3%
yang diberi ASI eksklusif. (Dinkes, Pemprov 2019).
Masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui adalah puting susu
lecet yang menyebabkan trauma saat menyusui sehingga sering terjadi
kegagalan ASI eksklusif. Ada banyak faktor yang mempengaruhi puting
susu lecet, diantaranya yang terpenting adalah teknik menyusui yang tidak
tepat dan posisi bayi yang tidak tepat. Diperkirakan 80-90% ibu
mengalami nipple trauma seperti nyeri puting dan 58% diantaranya
mengalami kerusakan puting. (Wang et al., 2021).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
menunjukkan bahwa 11,4% ibu mengalami ganguan atau komplikasi masa
nifas salah satunya puting susu lecet, kemungkinan hal tersebut terjadi
karena disebabkan oleh teknik menyusui yang salah.
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk
mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai
teknik-teknik menyusui yang benar. Indikator dalam proses menyusui
yang efektif meliputi posisi ibu dan bayi yang benar (body position),
perlekatan bayi yang tepat (latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara
(effective sucking).
Jika puting mengalami kelecetan maka ibu dapat mengoleskan ASI
saat setelah menyusu, hal ini dikarenakan ASI yang diproduksi oleh tubuh
ibu mengandung anti bakteri sehingga dapat mengobai puting susu lecet
dan dapat mengurangi rasa sakitnya.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa penulis
ingin melakukan asuhan kebidanan normal ada ibu nifas dengan teknik
menyusui yang benar sehingga dapat mencegah terjadinya puting susu
lecet.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut “ Apakah Asuhan kebidanan pada ibu nifas
terhadap Ny. di PMB Emalia terkait penerapan teknik menyusui yang
benar dapat menghindari puting susu lecet?”
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan penerapan
teknik menyusui yang benar untuk menghindari puting susu lecet
terhadap Ny. di PMB Emalia dengan pendekatan manajemen
kebidanan dan di dokumentasikan dengan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada ibu nifas
di PMB Emalia.
b. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa
masalah dan kebutuhan ibu nifas di PMB Emalia.
c. Merumuskan diagnose dan masalah potensial yang terjadi
berdasarkan diagnosa/masalah klien.
d. Merumuskan kebutuhan tindakan segera secara mandiri,
berdasarkan kondisi pasien.
e. Menyusun rencana asuhan secara keseluruhan dengan tepat dan
rasional berdasarkan masalah dan kebutuhan ibu nifas.
f. Melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan masalah dan
kebutuhan pasien dengan penerapan teknik menyusui.
g. Mengevaluasi tindakan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
dengan penerapan teknik menyusui.
h. Melakukan pendokumentasian SOAP.
D. MANFAAT
1. Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan bagi penulis
dalam bidang asuhan kebidanan terhadap ibu nifas tentang tujuan
penerapan teknik menyusui
2. Manfaat aplikatif
a. Bagi institusi
Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan dan penambah
sumber keilmuan bagi instansi pendidikan khususnya
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang mengenai kasus
menyusui.
b. Bagi tempat praktik
Diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan terhadap layanan kebidanan,
dengan harapan bidan praktik mandiri dapat merumuskan
strategi yang tepat khususnya pada teknik menyusui, posisi,
perlekatan dan keefektifan menghisap.
c. Bagi penulis lain
Sebagai referensi bagi penulis lain yang akan melakukan
penelitian terkait asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
memberikan asuhan mengenai teknik menyusui.
E. Ruang lingkup
Asuhan kebidanan ini dilakukan dengan pendekatan manajemen kebidanan
dan di dokumentasikan dengan SOAP yang bertempat di PMB Emalia
kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan dengan studi kasus
ditunjukkan kepada ibu nifas dengan penerapan teknik menyusui. Waktu
yang digunakan dalam pelaksanaan adalah bulan febuari-april.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KASUS


1. MASA NIFAS
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
lahirnya plasenta hingga kembalinyanya alat alat kandungan seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas kira kira berlangsung selama 6
minggu (prawirohardjo, 2014).
Puerperium atau yang sering dikenal dengan istilah masa nifas
adalah suatu masa dimana kembalinya keadaan dari alat alat reproduksi
seperti keadaan sebelum hamil dengan jangka waktu 6-8 minggu yang
bermula setelah plasenta lahir hingga seperti sedia kala sebelum hamil
(Wahyuni & Rumiatun, 2016).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.
Selama masa ini, saluran reproduktif anatomi kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal. Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-
hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu. (Aiyeyeh Rukiyah, 2011).
Masa nifas disebut juga postpartum atau puerperium adalah masa
atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar dari rahim, sampai
enam minggi berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan saat
melahirkan (Suhemi dkk, 2010).
Masa nifas dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
1) Puerperium Dini adalah masa pemuihan awal atau periode
perbaikan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan
jalan.
2) Puerperium Intermedial adalah masa pemulihan organ organ
reproduksi ke keadaan seperti sebelum hamil yang berlamgsung
selama kurang lebih 6 minggu atau 42 hari.
3) Remote Puerperium adalah masa yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama jika pada saat hamil atau bersalin ibu
memiliki komplikasi. Masa untuk membaik sempurna bisa
berminggu minggu, berbuan-bulan, bahkan berahun-tahun
(Walyani, 2015).

Secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas, yaitu :
1) Pengecilan rahim involusi
2) Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal
3) Proses laktasi dan menyusui (Sarwono, 2016).

Masa nifas berkaitan erat dengan proses laktasi. Pada prosesnya


keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kesiapan ibu dari awal masa
nifas yang bisa berhubungan dengan perubahan/adaptasi pada masa
nifas. Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan
fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari
psikisnya. Ia mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa,
menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada
di bawah tekanan tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang
diperlukan tentang apa yang diketahuinya dan perawatan untuk
bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa untuk menjadi
seorang ibu. Ibu terkadang mengalami sedikit perubahan perilaku
dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan
terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran (Soetjiningsih, 2017).
Menurut Maternity D, dkk (2014) Masa nifas dibagi menjadi 3 fase
yaitu :
1) Periode taking in
a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru
pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju
pada kekhawatiran akan tubuhnya.
b) Tidur tanpa gangguan sangat penting sangat penting untuk
mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.
c) Peningkatan nutrisi tubuh dibutuhkan untuk mempercepat
pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan prose
laktasi (Dainty M dkk, 2014).
2) Periode taking hold
a) Periode ini berlangsung pada hari ke-2 sampai hari ke-4
postpartum.
b) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang
tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawabnya
terhadap bayi.
c) Pada masa ini ibu biasanya sensitif.
3) Periode letting go
a) Periode ini sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi.
c) Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.
2. LAKTASI
Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI
yang membutuhkan calon ibu yang siap secara psikologi dan fisik,
kemudian bayi yang telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi
ASI yang telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dimana volume
ASI 500-800 ml/hari.
1) Anatomi payudara
Payudara (mamae,susu) merupakan kelenjar dibawah kulit, diaas
otot dada. Payudara memilki fungsi untuk memproduksi susu untuk
nutrisi bayi. Kelenjar payudara memiliki kurang lebih 200 gram, saat
hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram.
Tiga bagian utama payudara yaitu:
1. Korpus (badan) yaitu yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian kehitaman ditengah.
3. Papilla atau puting, bagian yang menonjol di puncak payudara.
Gambar 1 bagian utama payudara
1. Korpus
Alveolus merupakan unit terkecil yang berfungsi
memproduksi susu. Alveolus memiliki beberapa bagian
antara lain sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah.
2. Lobus
Lobus yaitu kumpulan dari alveolus. Beberapa lobulus yang
berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI
disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung menjadi saluran yang
lebih besar yang biasa disebut duktus laktiferus.
3. Areola
Sinus laktiferus merupakan saluran dibawah areola yang
besar melebar yang akhirnya memusat ke dalam puting dan
bermuara ke luar. Dalam dinding alveolus maupun saluran
saluran terdapat otot polos yang akan berkontraksi dan
memompa ASI untuk keluar.
4. Papila
Terdapat empat bentuk puting. Bentuk normal, pendek/datar,
panjang, dan terbenam (inverted).
Gambar 2 bentuk puting
2) Perubahan pada payudara
Setelah lahirnya plasenta, kadar estrogen dan progesterone
menurun, lalu prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai
darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan
vascular sementara. ASI yang di produksi disimpan di alveoli dan
dikeluarkan secara efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk
keberlangsungan laktasi.
ASI pertama yang muncul pada masa nifas berwarna kekuningan
yang biasa disebut kolostrum. Kolostrum terbentuk pada usia
kehamilan ± 12 minggu.
Perubahan pada payudara antara lain:
a) Penurunan kadar progesteron akan meningkatkan hormone
prolactin setelah persalinan.
b) Produksi ASI sudah terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah
persalinan.
c) Payudara menjadi besar dan keras merupakan tanda mulainya
proses laktasi (Marmi 2012).
3) Kandungan gizi dalam ASI
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Kandungan gizi dari
ASI sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI
dibedakan menjadi tiga stadium:
a) Kolostrum
Kolostrum merupakan air susu yang keluar pertama kali.
Kolostrum di sekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama
hingga hari keempat pasca persalinan. Kolostrum memiliki
ciri-ciri cairan yang kental, lengket, dan berwarna kekuningan.
Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, aram, vitamin
A, nitrogen, sel darah putih dan antibody yang tinggi. Protein
utama kolostrum adalah immunoglobulin yang dapat
digunakan sebagai zat antibody untuk mencegah dan
menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasite.
b) ASI transisi atau peralihan
ASI peralihan merupakan ASI yang keluar sejak hari keempat
sampai hari ke sepuluh. Selama dua minggu volume ASI
bertambah dan berubah warna serta komposisinya. Kadar
immunoglobulin dan protein pada ASI transisi lebih sedikit
namun lemak dan laktosa menigkat.
c) ASI matur
ASI matur keluar dari hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI
matur berwarna putih dan kandungannya relative konstan dan
tidak menggumpal apabila dipanaskan. ASI yang keluar awal
disebut dengan foremilk. Formilk memiliki kadungan rendah
lemak namun tinggi laktosa, gua, protein, mineral, dan air.
Lalu setelah foremilk ASI berubah menjadi hindmilk.
Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi (Maritalia, 2012).
Kandungan kolostrum, ASI transisi, dan ASI matur

Kandungan kolostrum transisi ASI matur

Energi (Kgkal) 57,0 63,0 65,0

Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0

Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8

Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324


Mineral (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2

Immunoglobulin

Ig A (mg/100ml) 335,9 - 119,6

Ig G (mg/100ml) 5,9 - 2,9

Ig M (mg/100ml) 17,1 - 2,9

Litosin (mg/100ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5

Laktoferin 420-520 - 250-270

Tabel 1. kandungan gizi ASI

4) Manfaat ASI
Bayi mendapatkan kekebalan tubuh serta perlindungan dan
kehangatan melalui kontak kulit dengan ibunya, mengurangi
pendarahan serta konversi zat besi, protein dan lainnya. Asi
eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya
pernafasan , diare, dan obesitas pada anak (Riskani,2012).
ASI memiliki beberapa manfaat baik bagi bayi, ibu, keluarga dan
Negara. Berikut merupakan manfaat dari ASI antara lain:
a. Manfaat bagi bayi
1. Komposisi sesuai kebutuhan.
2. Kalori ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia bayi enam
bulan.
3. ASI mengandung zat pelindung.
4. Perkembangan psikomotorik lebih cepat.
5. Menunjang perkembangan kognitif.
6. Menunjang perkembangan pengelihatan.
7. Bounding antara ibu dan anak.
8. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.
9. Dasar perkembangan kepribadian yang percaya diri.
b. Manfaat bagi ibu
1. Mencegah pendarahan pasca persalinan dan mempercepat
involusi uteri.
2. Mengurangi biaya rumah tangga.
3. Bayi ASI jarang sakit hingga dapat menghemat biaya
berobat.
c. Manfaat bagi negara
1. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-
obatan.
2. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui.
3. Mengurangi polusi.
4. Mendapatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas (Asih, dkk, 2016).

5) Mekanisme Menyusui
Saat pembentukan dan pengeluaran ASI terdapat reflek yang
berperan. Reflek yang berperan dalam pembentukan dan
pengeluaran ASI antara lain:
1. Reflek prolactin
Setelah melahirkan hormon estrogen dan progesteron
berkurang. Saat bayi menghisap puting susu dan areola maka
akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik yang kemudian
dilanjutkan ke hipotalamus sehingga hipotalamus akan
merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone
prolactin. Hormon prolactin akan merangsang sel se alveoli
yang berfungsi untuk membuat susu.
2. Reflek Oksitosin
Oksitosin memicu kontraksi pada dinding alveoli sehingga
ASI yang diproduksi masuk kedalam duktus lalu ke dalam
mulut bayi.
3. Reflek Let Down
Reflek letdown akan meningkat saat ibu mengamati bayi
dengan penuh kasih saying, mencium bayi, mendengarkan
suara bayi, dan bersedia menyusui. Reflek let down akan
terhambat jika ibu mengalam stress, bingung, pikiran kacau,
cemas, dan takut (Sundawati, 2011).
Terdapat reflek penting dalam mekanisme isapan bayi
menurut Marliandiani (2015) antara lain:
1. Reflek menangkap (Rooting Refleks)
Saat bayi baru lahir apabila pipinya disentuh maka bayi
akan menoleh kearah sentuhan. Apabila bibir bayi
dirangsang dengan puting susu, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
2. Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Reflek ini timbul saat langit-langit mulut bayi tersentuh
puting. Sebagian besar areola harus masuk kedalam
mulut sehingga puting mencapai palatum. Sehingga sinus
laktiferus yang berada di bawah areola tertekan gusi,
lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
3. Reflek menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini muncul apabila mulut bayi terisi oleh ASI,
maka bayi akan menelan.

3. FAKTOR FAKTOR PEMBERIAN ASI


Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI
Eksklusif antara lain:
1) Paritas ibu
Paritas atau yang dimaksud dengan jumlah kelahiran hidup yang
dimiliki oleh seorang ibu. Ibu yang memiliki jumlah anak yang
rendah atau kurang dari tiga orang akan memiliki lebih banyak
waktu dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat paritas
tinggi. Ibu yang memiliki paritas rendah cenderung akan
menyusui anaknya secara eksklusif karena waktu untuk bersama
anaknya lebih banyak.
2) Pekerjaan ibu
Ibu yang bekerja diuar rumah dan harus meninggalakn anak lebih
dari 7 jam berpotensi terhalang waktu yang dimiliki untuk
menyusui karena jadwal bekerja, dibandingkan ibu rumah tangga
yang dapat menyusui anaknya secara tidak perlu terjadwal. Selain
itu masa cuti hamil dan menyusui yang diberikan biasanya hanya
3 bulan namun pemberian ASI eksklusif adalah enam bulan.
Umumnya ibu bekerja cenderung memberikan pengganti ASI
ketika mulai aktif bekerja. Apabila ibu memiliki pengetahuan
tentang menyusi serta lingkungan kerja yang mendukung, ibu
bekerja akan tetap memberikan ASI secara eksklusif. Sedangkan
ibu yang tidak bekerja akan memiliki waktu yang lebih untuk
memberikan ASI anaknya.
3) Pengetahuan ibu
Ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang terutama tentang
manfaat ASI cenderung tidak memberikan ASI secara eksklusif.
Pengetahuan juga dapat dipengaruhi olh lingkungan. Penelitian
lain menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan tinggi
akan diwujudkan kedalam tindakan. Tindakan pemberian ASI
eksklusif dapat terwujud jika ibu memahami dan mau melakukan.
4) Sikap ibu
Apabila sikap ibu positif atau setuju dalam memberikan ASI
eksklusif maka semakin besar peluang ibu dapat memberikan ASI
eksklusif dan begitu sebaliknya.
5) Kondisi kesehatan ibu
Kondisi kesehatan berpengaruh terhadap pemberian ASI
eksklusif. Adanya gangguan kesehatan seperti TBC paru,
menderita hepatitis ,herpes, atau lepra, dan kelainan payudara
contohnya puting susu nyeri atau lecet, payudara bengkak, puting
susu masuk kedalam (mendelep), ASI tidak keluar, saluran susu
tersumbat, konsumsi obat tertentu, dan radang payudara sehingga
membuat ibu sukar memberikan ASI secara eksklusif.
6) IMD
Ibu yang melakukan IMD merasa semakin percaya diri untuk
menyusui bayinya sehingga dapat tercapai pemberian ASI
eksklusif.
7) Informasi laktasi
Ibu yang mendapatkan informasi laktasi baik dari media
elektronik/cetak maupun tenaga kesehatan memiliki peluang lebih
besar untuk melakukan pemberian ASI eksklusif dibandingkan
dengan ibu yang tidak mendapatkan informasi laktasi. Selain itu,
pengalaman menyusui juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya
pemberian ASI eksklusif karena adanya informasi dan pengaaman
sebelumnya saat pemberian ASI eksklusif.
8) Rawat gabung
Adanya rawat gabung antara ibu dan anak akan terjalin proses
lekat akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi, semakin sering
melakukan kontak fisik secara langsung dengan bayinya akan
mempengaruhi produksi ASI.
9) Kondisi kesehatan bayi
Bayi yang sehat berpeluang mendapatkan ASI eksklusif
dibandingkan dengan bayi yang memiliki masalah kesehatan.
Masalah kesehatan yang dimaksud antara lain bayi dengan lidah
pendek (tongue tie), bibir sumbing, bayi bingung puting, BBLR,
atau bayi butuh perawatan atas indikasi medis. Kondisi bayi yang
sehat memungkinkan untuk mendapatkan ASI secara eksklusif.

4. MASALAH MASALAH DALAM MENYUSUI


Kegagalan dalam proses menyusui sering di timbulkan karena
timbulnya beberapa masalah, antara lain:
a) Puting susu lecet
Penyebab puting susu lecet antara lain:
1) Kesalahan dalam teknik menyusui.
2) akibat pemakaian sabun, alcohol, krim yang terkena puting
susu.
3) mungkin terjadi pada bayi dengan frenulum lingue (tali lidah
pendek) sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap
sehingga bayi hanya menghisap dibagian puting susu.
4) Cara menghentikan bayi yang sedang menyusu dengan cara
menarik puting.
b) Payudara bengkak
Pembengkakkan terjadi karena payudara tidak dikosongkan sehingga
ASI terkumpul ada system duktus yang mengakibatkan
pembengkakkan pada payudara.
c) Mastitis
Mastitis merupakan peradangan pada payudara yang disebabkan
oleh:
1) Payudara bengkak karna tidak di kosongkan.
2) Puting susu lecet sehingga memudahkan kuman masuk.
3) BH yang terlalu ketat.
4) Ibu yang kurang istirahat, anemis, kurang istirahat akan mudah
terinfeksi.
d) Abses payudara
Abses payudara adalah meluasnya peradangan pada payudara. Ciri
abses payudara adalah payudata tampak merah mengkilap dan
terdapat nanah sehingga diperlukan insisi untuk mengeluarkan
nanah.
e) Kelainan anatomis pada puting susu (puting tenggelam/datar)
Puting yang tenggelam dapat diatasi dengan perawatan payudara.
Apabila perawatan payudara tidak dapat mengatasi puting
tenggelam/datar maka dapat dilakukan pengosongan payudara
dengan tangan atau di pompa kemudian dapat diberikan pada bayi
dengan sendok/pipet.
5. PUTING SUSU LECET
Puting susu lecet adalah kulit pada puting susu yang mengalami luka
iritasi, pecah-pecah, atau retakan. Puting susu lecet dapat menyebabkan
trauma menyusui. Retakan pada puting dapat sembuh dalam waktu 48
jam. Puting susu yang lece memiliki ciri-ciri antara lain terdapat luka,
terasa nyeri, puting pecah pecah, kemerahan pada puting dan puting
berdarah (Kasim E, 2017).
a. Penyebab puting susu lecet
1) Posisi bayi yang salah waktu menyusu
2) Perlekatan yang salah atau kurang tepat
3) Cara melepaskan puting dari mulut bayi pada akhir menyusui tidak
benar.
4) Sering membersihkan puting dengan sabun atau alcohol.
5) Moniliasis yang disebabkan oleh monilia yang disebut candida
pada mulut bayi yang menular pada puting susu.
6) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue) sehingga sulit
menghisap sampai areola sehingganya hanya menghisap puting.
7) Ketidaksesuaian antara ukuran puting dengan mulut bayi.
8) Palatum tinggi
b. Pencegahan puting susu lecet
Ada beberapa cara sederhana untuk mencegah puting susu lecet.
Seperti berikut
1) Oleskan ASI ke area kulit puting susu sebelum menyusui.
2) Lakukan posisi dan perlekatan yang benar saat menyusui.
3) Setelah selesai menyusui lepaskan puting dengan mesmasukan
udara kedalam mulut bayi atau dengan cara memasukan jari
kelingking disela sela payudara dan mulut bayi lalu barulah
lepaskan puting secara perlahan.
4) Jangan membersihkan puting dengan sabun atau alcohol.
5) Gunakan BH yang meyangga.
c. Penatalaksanaan puting susu lecet
1) Memperbaiki posisi dan teknik menyusui.
2) Mengoleskan ASI disekitar puting dan biarkan kering sendiri hal
ini bertujuan agar puting tetap lembab.
3) Menyusui pada payudara yang tidak sakit.
4) Melakukan perawatan payudara.
5) Kompres menggunakan air hangat.
6) Penggunaan bra yang menyangga.
7) Bila terasa sangat nyeri diperbolehkan meminum obat pengurang
rasa sakit sesuai dengan anjuran bidan/dokter.
6. TEKNIK MENYUSUI
Teknik menyusui yang benar adalah pemberian ASI kepada bayi dengan
posisi ibu dan bayi yang benar (Suradi,2004). Teknik menyusui sangat
berpengaruh pada kenyamanan bayi saat menyusu. Isapan bayi saat
menyusu dapat mempengaruhi rangsangan produksi ASI, namun
kebanyakan ibu kurang mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan
tentang teknik menyusui yang benar (Roesli, 2011). Teknik menyusui
yang salah akan menyebabkan puting susu lecet dan ASI tidak keluar
secara optimal sehingga dapat mempengaruhi produksi ASI dan trauma
menyusui.
a. Posisi dan perlekatan Menyusu
1) Posisi berbaring
Letakkan bantal dibawah kepala dan dibawah dada ibu. Tubuh
bayi diletakkan dekat dengan ibu dan kepalanya berada setinggi
payudara sehingga bayi tidak perlu menarik puting. Ibu dapat
menyangga bayi dengan lengan bawah sedangkan lengan atas
menyangga payudara, apabila tidak menyangga payudara maka
dapat memegang bayi dengan lengan atas.
Gambar 3. Posisi menyusui sambil berbaring
Terdapat empat hal penting dalam perlekatan, antara lain:
1. Kepala dan badan bayi dalam satu garis lurus.
2. Wajah bayi menghadap payudara dan hidung setinggi puting.
3. Ibu memegang bayi seperti memeluk.
4. Pada bayi baru lahir, ibu memegang tubuh bayi tidak hanya
kepala dan tubuh namun sampai ke bokong bayi.

Gambar 4. Posisi menyusui


2) Posisi menyusui sambil duduk
Ibu duduk dengan nyaman biasanya menggunakan kursi yang
disertai sandaran. Apabila kursi agak tinggi, diperlukan kursi
kecil/dingklik untuk meletakkan kaki ibu.

Gambar 5. Posisi menyusui sambil duduk


3) Posisi menyusui sambil berdiri
Posisi ibu harus nyaman dan relaks, lalu pastikan perlekatan bayi
pada payudara ibu benar sehingga bayi menyusu dengan efektif.

Gambar 6. Posisi menyusui sambil berdiri


4) Posisi menyusui bayi kembar
Posisi menyusui bayi kemba dapat dilakukan seperti memegang
bola (football position).

Gambar 7. Football position


b. Langkah langkah menyusu yang benar
Terdapat beberapa langkah yang benar dalam menyusui bayi, antara
lain:
1) Sebelum menyusui, keluarkan ASI sedikit lalu oleskan disekitar
puting dan areola. Hal ini berfungsi untuk menjaga kelembaban
puting susu dan dapat menjadi disinfektan alami.
2) Letakkan bayi menghadap perut/ payudara ibu:
a. Ibu duduk atau berbaring dengan rileks. Bila duduk lebih
baik menggunakan kursi yang memiliki sandaran dan rendah
agar kaki ibu tidak menggantung, apabila kaki ibu
menggantung maka letakkan kursi kecil/dingklik untuk
menopang kaki ibu.
b. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tengadah dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan ibu.
Gambar 8. Cara meletakkan bayi
c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang tangan ibu, dan yang
satu di depan.
d. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang bawah payudara seperti membentuk huruf C.

Gambar 9. Cara memegang payudara


4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara:
a. Manyentuh pipi dengan puting susu.
b. Menyentuh sisi mulut bayi.

Gambar 10. Cara merangsang mulut bayi


5) Setelah bayi membuka mulut, dekatkan kepala bayi ke payudara
ibu dan masukan puting serta areola ke mulut bayi.
a. Usahakan sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi,
puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi
akan menekan ASI yang terletak dibawah areola.
b. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang
atau disangga lagi.

Gambar 11. Perlekatan yang benar


6) Pada saat menyusui kosongkan salah satu payudara terlebih
dahulu lalu baru berganti ke payudara yang sebelahnya. Cara
melepaskan isapan bayi:
a. Masukan jari kelingking ke mulut bayi melalui sudut mulut
atau
b. Dagu bayi ditekan kebawah.
7) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan (yang dihisap terakhir).
8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit demi sedikit
kemudian oleskan pada area puting susu dan areola. Biarkan
kering dengan sendiri.
9) Setelah selesai menyusui, sendawakan bayi. Hal ini bertujuan
untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak
muntah (gumoh). Cara menyendawakan bayi:
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan, atau
b. Bayi tidur tengkurap dipangkan ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.

Gambar 12. Cara menyendawakan bayi


c. Akibat teknik menyusui yang salah
1. Puting susu menjadi lecet
2. ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI.
3. Bayi enggan menyusu.
4. Bayi menjadi kembung (Sutanto, 2018).
d. Tanda bayi menyusu dengan benar
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu menempel pada payudara ibu.
5. Sebagian besar areola payudara masuk kedalam mulut bayi.
6. Bayi terlihat menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Kepala tidak mengadah (Sutanto, 2018).
B. KEWENANGAN BIDAN TERHADAP ASUHAN PADA IBU NIFAS
1. Berdasarkan UU Kebidanan No.4 Tahun 2019, BAB VI bagian
kedua pasal 45 paragraf 1 tentang tugas dan wewenang bidan,
bidan dalam menjalankan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal 43 ayat 1 huruf a, bidan profesi
berwenang :
a. Memberikan asuhan kebidanan, bimbingan, serta komunikasi,
informasi, dan edukasi kesehatan dalam rangka perencanaan
kehamilan, persalinan, dan persiapan orang tua.
b. Memberikan asuhan pada masa kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan ibu dan janin, mempromosikan air
susu ibu eksklusif, dan deteksi dini kasus resiko dan
komplikasi pada masa kehamilan, masa persalinan, pasca
persalinan, masa nifas, serta asuhan pasca keguguran.
c. Melakukan pertolongan persalinan normal.
d. Memfasilitasi inisiasi menyusu dini.
e. Memberikan asuhan pasca persalinan, nifas, komunikasi,
informasi, dan edukasi serta konseling selama ibu menyusui,
dan deteksi dini masalah laktasi.
f. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil,
bersalin, pasca persalinan, dan nifas dilanjutkan dengan
perujukan.
g. Merujuk ibu hamil, bersalin, pasca persalinan, dan masa nifas
dengan resiko dan atau komplikasi yang membutuhkan
pertolongan lebih lanjut, dan
h. Memberikan obat bebas dan obat bebas terbatas,
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.36 Tahun 2012
Tentang Pemberian ASI Eksklusif
Pasal 6
(1) Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif
kepada bayi yang dilahirkannya.
Pasal 13
(1) Untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI Eksklusif secara
optimal, Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas
Pelayanan Kesehatan wajib memberikan informasi dan
edukasi ASI Eksklusif kepada ibu dan atau anggota Keluarga
dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan
sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai.
(2) Informasi dan edukasi ASI Eksklusid sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit mengenai :
a. Keuntungan dan keunggulan pemberian ASI.
b. Gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui.
c. Askibat negative dari pemberian makanan botol secara
parsial terhadap pemberian ASI ;dan
d. Kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tidak
memberikan ASI.
(3) Pemberian informasi dan edukasi ASI Eksklusof sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan melalui
penyuluhan, konseling, dan pendampingan.
Pemberian informasi dan edukasi ASI Eksklusif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakkan oleh tenaga terlatih.
C. HASIL PENELITIAN TERKAIT
Dalam penyusunan Laporan tugas akhir ini, penulis sedikit banyak
terinspirasi dan mereferensi dari penelitian-penelitian sebeumnya yang
berkaitan dengan latar belakang masalah pada Laporan Tugas Akhir ini.
Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
Laporan Tugas Akhir ini antara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mujenah, Endah Wahyutri, Nilam
Noorma 2023 “Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian
Puting Susu Lecet Pada Ibu Postpartum Di RSUD dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo Tanjung Selor”.
Berdasarkan penelitian maka peneliti berpendapat bahwa,
teknik menyusui yang dilakukan ibu postpartum sangat
berhubungan erat dengan kejadian puting susu lecet. Hal ini
disebabkan oleh teknik menyusui yang salah berupa perlekatan
bayi yang kurang sesuai dapat membuat bayi salah dalam
menghisap sehingga ketika mulut bayi bergerak menghisap terus
menerus akan menimbulkan rasa nyeri. Nyeri yang dirasakan
apabil dibiarkan saja maka akan membuat puting semakin lecet dan
akan berkembang kearah mastitis. Namun, selain teknik menyusui
puting susu lecet juga dapat disebabkan oleh perawatan payudara
yang kurang ataupun puting yang terpapar zat kimiawi seperti
sabun.
Berdasarkan interpretasi hasil penelitian dan pembahasan
puting susu lecet yang berhubungan dengan teknik menyusui pada
ibu, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara teknik
menyusui dengan kejadian puting susu lecet pada ibu, di dapatkan

nilai p-value sebesar 0,000<0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.


2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Pratiwi, Alisa Putri Nur 2023
“Pengaruh Edukasi Teknik Menyusui Terhadap Kejadian Puting
Susu Lecet Pada Ibu Postpartum”.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditunjukkan
bahwa dari 27 responden sebagian besar masih salah dalam
menerapkan teknik menyusui sebanyak 19 responden sebelum
dilakukannya edukasi teknik menyusui yang baik dan benar.
Setelah dilakukan edukasi teknik menyusui terjadi peningkatan
signifikan sebanyak 26 responden menerapkan teknik menyusui
yang benar dan 1 responden belum dapat melakukan teknik
menyusi yang benar.
Berdasarkan hasil intrepretasi penelitian dan pembahasan
diperoleh bahwa terdapat hubungan antara teknik menyusui dengan
kejadian puting susu lecet di wilayah kerja puskesmas
bontomarannu dengan nilai p=0,001.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Novita Ning Pratiwi, Sari Pratiwi
Apidianti. I 2020 “Hubungan Antara Teknik Menyusui Dengan
Kejadian Puting Susu Lecet Pada Ibu Nifas Primipara Di
Kelurahan Kangenan Kecamatan Pamekasan Kabupaten
Pamekasan”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 ibu nifas
primipara, sebanyak 20 ibu nifas primipara melakukan teknik
menyusui yang salah dan sebanyak 10 ibu nifas primipara
melakukan teknik menyusui dengan benar. Dari data umum yang
diperoleh terdapat beberapa karakteristik ibu nifas primipara yang
dapat mempengaruhi teknik menyusui yaitu, umur, pendidikan, dan
pekerjaan. Umur ibu nifas primipara yang sebagian besar berkisar
antara 15-18 tahun merupakan salah satu faktor pemicu tingginya
teknik menyusui yang salah. Upaya yang dapat dilakukan bidan
sebagai pelaksana pelayanan untuk menurunkan angka kejadian
puting susu lecet, diharapkan gerakan organisasi masyarakat
(ORMAS) juga turut andil dalam upaya pencegahan penyulit
dalam proses menyusui sehingga secara tidak langsung dapat
mendukung tercapainya sumber daya manusia yang berkualitas.
Berdasarakan analisa dan pembahasan hubungan antara teknik
menyusui dengan kejadian puting susu lecet pada ibu nifas
primipara di kelurahan kangenan kecamatan pemekasan kabupaten
pemekasan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
teknik menyusui dengan kejadian puting susu lecet. Kedua variable
memiliki kekuatan hubungan sedang.
D. KERANGKA TEORI

PENGERTIAN

MASA NIFAS,
LAKTASI, DAN
MENYUSUI.

RUMUSAN
MASALAH

Bagaimana
penerapan teknik
menyusui yang
benar dapat
menghindari puting
susu lecet.

Teknik menyusui yang benar


1. Mengoleskan ASI disekitar puting
sebelum menyusui.
2. Memperhatikan posisi tubuh ibu dan
Faktor Penyebab: bayi, penempelan mulut bayi pada
Cara pelepasan puting payudara, waktu dan frekuensi
setelah menyusui menyusui, serta perawatan payudara.
Teknik menyusui yang 3. Memasukan seluruh puting dan bagian
salah dapat areola ke dalam mulut bayi, sehingga
menyebabkan:
gusi nya tidak menekan puting.
1. Puting susu lecet,
dan rasa sakit. Penatalaksanaan:
2. Puting susu lecet,
dan pendarahan. 1. Memperbaiki posisi dan teknik
3. Puting susu lecet, peletakan menyusui.
dan infeksi. 2. Mengeluarkan ASI dari payudara yang
4. Puting susu lecet, lecet.
dan penurunan 3. Mengoleskan ASI atau krim pelembab
produksi ASI. disekitar puting atau pada puting.
4. Menyusui pada payudara yang tidak
sakit.
5. Melakukan perawatan payudara
seperti, Mengkompres dengan air
Sumber :(Yusari Asih, Risneni.2016) hangat, dan apabila terasa sangat nyeri
diperbolehkan meminumobat pereda
rasa nyeri atau sakit jika perlu atas
resep bidan/dokter.
6. Gunakan bra yang menyangga
payudara.
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan


Lokasi pemberian asuhan kepada Ny. bertempat di PMB
Emalia,yang berada di Penengahan, Lampung Selatan. Waktu yang
digunakan untuk studi kasus ini dari bulan Febuari sampai April.

B. Subjek Laporan Kasus


Subjek yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah masa
nifas pada Ny. usia tahun P A.

C. Instrument Kumpulkan Data


Instrumen yang digunakan selama melakukan laporan kasus ini
menggunakan format asuhan kebidanan masa nifas dengan menggunakan
SOAP.

D. Teknik Cara Pengumpulan Data


Data berdasarkan cara memperoleh dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
data primer dan sekunder (Riwidikdo, 2013). Antara lain:
1. Data primer
Data primer merupakan data yang secara langsung diambil dari
subjektif atau objektif oleh perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2013).
Data primer data diperoleh dari :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan
fisik pasien secara sistematis dengan cara :
1) Inspeksi
Proses observasi yang dilakukan secara sistematis
dengan menggunakan indra penglihatan dan
pandangan untuk mengumpulkan data. Inspeksi
dilakukan untuk meluhat warna konjungtiva,
pembesaran payudara, keadaan puting susu, keadaan
anogenital serta ekstremitas.
2) Palpasi
Palpasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan
dengan perabaan atau sentuhan. Metode ini
dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan
atau organ. Dalam melakukan palpasi, hanya sentuh
bagian tubuh yang akan di periksa (Prawirohardjo,
2016). Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan pada
keadaan wajah, ekstermitas, benjolan payudara,
pengeluaran ASI, kandung kemih serta keadaan
TFU.
3) Perkusi
Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan perkusi.
4) Auskultasi
Pada kasus ini pemeriksaan auskultasi dilakukan
untuk memeriksa detak jantuung, pernapasan, dan
tekanan darah.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung
dari objek kasus. Data sekunder dapat diperoleh dari:
a. Studi Dokumentasi
Pada pengambilan kasus ini penulis menggunakan catatan
untuk menyimpan dan mengambil informasi yang ada di
PMB Emalia.
b. Studi Kepustakaan
Pada studi kasus ini menggunakan studi kepustakaan dari
tahun 2019-2024
E. Bahan dan alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data antara :
1. Wawancara
Menggunakan alat :
a. Format asuhan kebidanan pada ibu nifas.
b. Buku tulis dan lembar observasi.
c. Bolpoin.
2. Observasi
Menggunakan alat:
a. Thermometer
b. Stetoskop
c. Tensi
d. Jam tangan
F. Jadwal Kegiatan

Tanggal Kunjungan Asuhan Kebidanan

Kunjungan nifas 6 1. Memeriksa keadaan


jam umum ibu
2. Memeriksa tanda bahaya
yang harus diketahui
3. Menganjurkan ibu
mobilisasi dini
4. Melakukan dan
mengajarkan perawatan
tali pusat
5. Mengajarkan teknik
menyusui yang baik dan
benar.
6. Koseling ASI Eksklusif
Kunjungan nifas hari 1. Melakukan pemeriksaan
fisik ibu.
ke 6 2. Memastikan involusi
uterus berjalan normal.
3. Mengenali tanda bahaya.
4. Mengajarkan teknik
menyusui yang baik dan
benar.
5. Konseling pada ibu
tentang asuhan pada
bayi.
Kunjungan nifas hari 1. Pemeriksaan fisik.
ke 14 2. Memastikan involusi
uterus berjalan normal.
3. Konseling terhadap ibu
dan keluarga untuk
memberikan ASI
eksklusif dan melakukan
perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan
menggunakan buku KIA.
4. Memberitahu ibu tentang
imunisasi BCG.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, F., & Syahda, S. (2022). Analisa Hubungan Teknik Menyusui dengan
Kejadian Nipple Trauma pada Ibu Menyusui di Desa Laboi Jaya
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Laboy Jaya. Jurnal Ners, 6(1), 114-
118.
Asih, Yusari dan Risneni. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta
: Cv Trans Info Media

Astari, A. D. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Primipara


terhadap Perawatan Puting Susu Lecet. Jurnal Ners Lentera, 8(1), 48-62.
Evayanti, A. (2019). Tekhnik Menyusui Yang Baik Dalam Menurunkan
Kejadian Crecked Nipple. Jurnal SMART Kebidanan, 5(2), 37.
Fauziah, S. F., & Musiin, R. (2022). STUDI KASUS: PENANGANAN
PUTING LECET PADA IBU MENYUSUI. Jurnal Kebidanan, 2(2),
76-84.
Habibah, N. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui
Dengan Keadaan Puting Susu Lecet Di Kelurahan Hajoran Kecamatan
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Jurnal Kesehatan Ilmiah
Indonesia/Indonesian Health Scientific Journal, 6(2), 174-179.
Habibah, N. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui
Dengan Keadaan Puting Susu Lecet Di Kelurahan Hajoran Kecamatan
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Jurnal Kesehatan Ilmiah
Indonesia/Indonesian Health Scientific Journal, 6(2), 174-179.
HASIBUAN, R. (2020). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui
Dengan Keadaan Puting Susu Lecet Di Kelurahan Hajoran Kecamatan
Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2020.
KINANTI, A. D. (2019). Teknik Menyusui Untuk Mengatasi Puting Susu Lecet
Terhadap Ny D Di PMB Siti Rohma P Lampung Selatan Tahun
2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
Mujenah, M., Wahyutri, E., & Noorma, N. (2023). HUBUNGAN TEKNIK
MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PUTING LECET PADA IBU
POST PARTUM DI RSD dr. H. SOEMARNO SOSROATMODJO
TANJUNG SELOR. Aspiration of Health Journal, 1(1), 135-145.
Pratiwi, N. N., & Apidianti, S. P. (2020). Hubungan antara teknik menyusui
dengan kejadian puting susu lecet pada ibu nifas primipara di Kelurahan
Kangenan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. SAKTI
BIDADARI (Satuan Bakti Bidan Untuk Negeri), 3(2), 13-21.
Sepduwiana, H. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Puting Susu
Lecet Di Klinik Rohul Sehat Desa Rambah. Maternity and Neonatal:
Jurnal Kebidanan, 9(01), 74-80.
Simamora, D. L., Ritonga, F., & Sebayang, W. (2022). Hubungan Teknik
Menyusui Yang Benar Dengan Kejadian Puting Susu Lecet Di Desa
Paku Kec. Galang Tahun 2021. Journal of Health and Medical Science,
109-118.
Sulymbona, N., Russiska, R., Marliana, M. T., & Mutaharoh, E. S. (2021).
Hubungan Cara Pemberian Asi Dengan Kejadian Masalah Pada Puting
Lecet Di Uptd Puskesmas Nusaherang. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti
Husada: Health Sciences Journal, 12(1), 97-106.
Wahyuni, R., Puspita, L., & Umar, M. Y. (2020). Hubungan Teknik Menyusui
Dengan Puting Lecet Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas
Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019. Jurnal
Maternitas Aisyah (JAMAN AISYAH), 1(2), 141-149.
LAMPIRAN
Lampiran 1

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D III KEBIDANAN TANJUNG KARANG
Jl. Soekarno Hatta No 1, Hajimena, Bandar Lampung

IZIN LOKASI PENGAMBILAN STUDI KASUS

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Alamat :
Dengan ini menyatakan bahwa:
Nama :
NIM :
Tingkat/Semester :
Telah mengambil studi kasus kebidanan di BPM Emalia sebagai salah satu
syarat menyelesaika pendidikan ahli madya kebidana pada program studi D III
Kebidanan Tanjung Karang Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

Lampung Selatan, Febuari 2024


Pimpinan PMB Emalia

Emalia SKM
Lampiran 2
SOP TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR

Pengertian Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI


kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan
benar.

Tujuan Untuk menghindari puting susu lecet.

Persiapan 1) Tempat duduk yang memiliki sandaran


Alat 2) Bantal
3) Washlap
4) Air bersih
5) Kapas DTT

Prosedur 1) Cuci tangan.


2) Bersihkan puting dan areola dengan kapas DTT.
3) Asi dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting
susu dan sekitar areola.
4) Bayi diletakkan menghadap payudara.
5) Ibu duduk atau berbaring dengan santai.

6) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi seluruh


badan bayi disanggah,, kepala dan tubuh bayi lurus,
hadapkan bayi ke dada ibu sehingga hidung bayi
berhadapan dengan puting susu, dkatkan badan ibu ke
badan bayi.
7) Sentuh bibir bayi ke puting susu dan tunggu hingga mulut
bayi terbuka lebar.

8) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang


satu didepan.
9) Perut ibu menempel pada badan bayi, kepala bayi
menghadap payudara ibu.
10) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
11) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain
menopang dibawah.

12) Dekatkan bayi ke payudara ibu sehingga bibir bayi terletak


di bawah puting susu. Dagu bayi menempel pada payudara
ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi
membuka lebar.

13) Usahakan sebagian besar arela dapat masuk dalam mulut


bayi sehingga puting susu berada dibaah langit langit dan
lidah ayi akan menekan AS keluar dari tempat
penampungan ASI yang terletak dibawah areola.
14) Susui di salah satu payudara terlebih dahulu hingga
payudara terasa kosong atau bayi melepaskan puting
sendiri.
15) Lepaskan isapan bayi dengan jari keingking ibu
dimasukkan dalam mulut bayi melalui sudut mulut bayi
atau tekan dagu kebawh hingga mulut bayi terbuka dan
terisi udara.
16) Setelah selesai menyusui, keluarkan ASI sedikit kemudian
oleskan pada puting susu dan sekitar areol. Biarkan kering
dengan sendiri.
17) Sendawakan bayi supaya tidak muntah dengan
menggendong bayi dengan tegak dan bersandar pada bahu
ibu kemudian tepuk punggung bayi perlahan lahan atau
bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu lalu tepuk perlahan
lahan punggung bayi.
Lampiran 3
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI D III KEBIDANAN TANJUNG KARANG
Jl. Soekarno Hatta No 1, Hajimena, Bandar Lampung

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI SUBYEK

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi pasien dalam Laporan Tugas
Akhir (LTA) untuk diberikan asuhan kebidanan pada masa nifas. Asuhan akan
diberikan oleh mahasiswa yang bersangkutan yaitu :
Nama : Indra Dewi Ratnandari
NIM : 2115401009
Tingkat/Semester : III (Tiga)/6 (enam)

Mahasiswa Klien

Indra Dewi Ratnandari ( )


Menyetujui,
Pembimbing Lahan

Emalia, SKM
Lampiran 3

RENCANA KEGIATAN
Tanggal Kunjungan Asuhan Kebidanan

Kunjungan nifas 6 1. Memeriksa keadaan


jam umum ibu
2. Memeriksa tanda bahaya
yang harus diketahui
3. Menganjurkan ibu
mobilisasi dini
4. Melakukan dan
mengajarkan perawatan
tali pusat
5. Mengajarkan teknik
menyusui yang baik dan
benar.
6. Koseling ASI Eksklusif
Kunjungan nifas hari 1. Melakukan pemeriksaan
ke 6 fisik ibu.
2. Memastikan involusi
uterus berjalan normal.
3. Mengenali tanda bahaya.
4. Mengajarkan teknik
menyusui yang baik dan
benar.
5. Konseling pada ibu
tentang asuhan pada
bayi.
Kunjungan nifas hari 1. Pemeriksaan fisik.
ke 14 2. Memastikan involusi
uterus berjalan normal.
3. Konseling terhadap ibu
dan keluarga untuk
memberikan ASI
eksklusif dan melakukan
perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan
menggunakan buku KIA.
4. Memberitahu ibu tentang
imunisasi BCG.

Anda mungkin juga menyukai