Anda di halaman 1dari 15

PEMAHAMAN CSR: PEMAHAMAN PERUSAHAAN TERHADAP CSR, PRO

KONTRA CSR, POLA ATAU BENTUK CSR, TINGKATAN PROGRAM


CSR
Dosen Pengampu : Dian Indah Multazam, M. Sos
Mata Kuliah : Corporate Social Responsibility

Disusun Oleh :
Kelompok 8

Bella Yulisda Lubis 0603213130


Abhinaya Rizki Fahrunissa 0603212089
M. Bintang Chadavi 0603213134

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2033
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan
kesehatan bagi pemakalah. Tidak lupa pula Shalawat serta salam kami hadiahkan kepada
junjungan kami, Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam yang telah membawa kita
dari zaman gelap gulita, menuju zaman terang benderang. Atas keberkahan Allah pula
sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu dengan kami
beri judul “Pemahaman CSR: Pemahaman perusahaan terhadap CSR, Pro kontra
CSR, Pola atau bentuk CSR, Tingkatan program CSR”. Adapun tujuan makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Corporate Social Responsibility.
Dalam penyusunan makalah ini, tentu tidak lepas dari pengarahan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini juga, pemakalah hendak
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dian Indah Multazam, M.Sos selaku
dosen pengampu mata kuliah Corporate Social Responsibility yang telah
memberikan tugas ini kepada kami. Sehingga kami akan lebih mengerti dan juga
memahami mengenai hal tersebut.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin, pemakalah
menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata,
kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak
lain yang berkepentingan.

Medan, 16 Oktober 2023

Pemakalah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang Masalah 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
A. Pemahaman Perusahaan Terhadap CSR 4
B. Pro dan Kontra CSR 6
C. Pola atau Bentuk CSR 8
D. Tingkatan Program CSR 10
BAB III 12
PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah basis teori tentang perlunya sebuah
perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat dan lingkungan
tempat beroperasi. Secara teori, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab
moral suatu perusahaan terhadap para stakeholder terutama komunitas atau
masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. Sebuah perusahaan harus
menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut
pandang CSR adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni mencapai suatu
hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya (Febrina dan Suaryana,
2011).
Tanggung jawab sosial perusahaan menunjukan kepedulian perusahaan terhadap
pihak-pihak lain secara lebih luas daripada hanya kepentingan perusahaan saja
Tanggung jawab dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada
semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder
termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik
atau investor, pemerintah, supplier, bahkan juga competitor. Oleh karena itu, dunia
usaha perlu mencari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder
agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar
tetap bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing.
Kompleksitas permasalahan sosial yang semakin rumit dalam dekade terakhir dan
implementasi desentralisasi telah menempatkan Corporate social responsibility
sebagai suatu konsep yang diharapkan mampu memberikan alternatif terobosan baru
dalam pemberdayaan masyarakat miskin.
Perseroan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan
keuntungan atau laba perusahaan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung
jawab sosial dan lingkungannya. Jika masyarakat (terutama masyarakat terdampak)
menganggap perseroan tidak memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya serta
tidak merasakan kontribusi secara langsung bahkan hanya merasakan dampak negatif
dari beroperasinya sebuah perusahaan maka kondisi itu akan menimbulkan resistensi
masyarakat atau gejolak sosial.
Program-program corporate social responsibility yang dilaksanakan seringkali kurang
menyentuh akar permasalahan komunitas yang sesungguhnya. Seringkali pihak
perseroan masih menganggap dirinya sebagai pihak yang paling memahami
kebutuhan komunitas, sementara komunitas dianggap sebagai kelompok pinggiran
yang menderita sehingga memerlukan bantuan perseroan.
Seharusnya perseroan pada aktivitasnya tidak lagi berusaha hanya untuk
meningkatkan nilai keuntungan sebesar-besarnya, akan tetapi lebih cenderung
bersandarkan pada kebutuhan keberlanjutan usaha yang sedang dijalankannya.
Sehingga proses keberadaan perseroan dalam suatu komunitas dapat terus

3
dipertahankan. Sehingga pada makalah ini akan dibahas mengenai Pemahaman
CSR: Pemahaman perusahaan terhadap CSR, Pro kontra CSR, Pola atau
bentuk CSR, Tingkatan program CSR.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman perusahaan terhadap CSR ?
2. Bagaimana Pro dan Kontra CSR ?
3. Bagaimana pola atau bentuk CSR ?
4. Apa saja tingkatan program CSR ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui mengenai pemahaman perusahaan terhadap CSR
2. Untuk mengetahui pro dan kontra mengenai CSR
3. Untuk memahami bentu atau pola CSR
4. Untuk mengetahui tingkatan program CSR

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemahaman Perusahaan Terhadap CSR

Tanggung jawab sosial perusahaan menunjukan kepedulian perusaahaan terhadap


pihak-pihak lain secara lebih luas daripada hanya kepentingan perusahaan
sajaTanggung jawab dari perusahaan (Corporate Social Responsbility) merujuk pada
semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder
termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik
atau investor, pemeintah, supplier, bahkan juga competitor. Oleh karena itu, dunia
usaha perlu mencari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder
agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar
tetap bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing.
Pemahaman tentang CSR pada umumnya berkisar pada tiga hal pokok, yaitu CSR
adalah: pertama, suatu peran yang sifatnya sukarela (voluntary) dimana suatu
perusahaan membantu mengatasi masalah sosial dan lingkungan, oleh karena itu
perusahaan memiliki kehendak bebas untuk melakukan atau tidak melakukan peran
ini; Kedua, disamping sebagai institusi profit, perusahaan menyisihkan sebagian
keuntungannya untuk kedermawanan (filantropi) yang tujuannya untuk
memberdayakan sosial dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan
eksploitasi. Ketiga, CSR sebagai bentuk kewajiban (obligation) perusahaan untuk
peduli terhadap dan mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan yang terus
meningkat.
Pemahaman CSR selanjutnya didasarkan oleh pemikiran bahwa bukan hanya
Pemerintah melalui penetapan kebijakan public (public policy), tetapi juga perusahaan
harus bertanggungjawab terhadap masalah-masalah sosial. Bisnis didorong untuk
mengambil pendekatan pro aktif terhadap pembangunan berkelanjutan. Konsep CSR
juga dilandasi oleh argumentasi moral. Tidak ada satu perusahaan pun yang hidup di
dalam suatu ruang hampa dan hidup terisolasi. Perusahaan hidup di dalam dan
bersama suatu lingkungan. Perusahaan dapat hidup dan dapat tumbuh berkat
masyarakat dimana perusahaan itu hidup, menyediakan berbagai infrastruktur umum
bagi kehidupan perusahaantersebut,antaralaindalam bentuk jalan, transportasi, listrik,

5
pemadaman kebakaran, hukum dan penegakannya oleh para penegak hukum (polisi,
jaksa dan hakim).
Pola atau bentuk CSR juga berkembang dari yang bentuk charity principle kepada
stewardship principle (Anne, 2005). Berdasarkan charity principle, kalangan
masyarakat mampu memiliki kewajiban moral untuk memberikan bantuan kepada
kalangan kurang mampu. Jenis bantuan perusahaan ini sangat diperlukan dan penting
khususnya pada masa atau system Negara dimana tidak terdapat system jaminan
sosial, jaminan kesehatan bagi orang tua, dan tunjangan bagi penganggur. Sedangkan
dalam stewardship principle, korporasi diposisikan sebagai public trust karena
menguasai sumber daya besar dimana penggunaannya akan berdampak secara
fundamental bagi masyarakat. Oleh karenanya perusahaan dikenakan tanggungjawab
untuk menggunakan sumber daya tersebut dengan cara-cara yang baik dan tidak
hanya untuk kepentingan pemegang saham tetapi juga untuk masyarakat secara
umum.

B. Pro dan Kontra CSR


Dari pembahasan tanggung jawab sosial perusahaan di atas menimbulkan suatu
kontroversi yang hebat yang memperlihatkan dua pandangan yang saling
bertentangan antara yang menentang dan mendukung perlunya keterlibatan sosial
sebagai salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Argumen-argumen yang
menentang keterlibatan sosial tersebut antara lain:
a. Tujuan Utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya.
Keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial harus ditentang karena
justru akan menimbulkan ketidakefisienan. Ini berarti tidak relevan dengan
kegiatan dan hakekat bisnis itu sendiri. Fungsi bisnis adalah fungsi
ekonomi,bukan fungsi sosial. Artinya bisnis adalah kegiatan ekonomi bukan
kegiatan sosial. Karena itu keberhasilan suatu bisnis tidak diukur berdasarkan
kegiatan sosial, melainkan berdasarkan kinerja ekonominya,dengan terutama
memperhatikan faktor efisiensi ekonomis.
b. Tujuan yang Terbagi-bagi dan Harapan yang Membingungkan. Keberhasilan
perusahaan dalam bisnis modern penuh persaingan yang ketat ditentukan oleh
konsentrasi seluruh perusahaan, yang ditentukan oleh konsentrasi pimpinan
perusahaan. Ini akan terganggu kalau mereka masih harus terlibat dalam
berbagai kegiatan sosial yang akan menimbulkan terpecahnya perhatian

6
mereka.Demikian pula, sekali perusahaan terlibat dalam kegiatan sosial,
semakin banyak tuntutan dan permintaan akan keterlibatan sosial tersebut
yang akan semakin luas dan jauh. Ini akan melemahkan perusahaan yang
harus bersaing ketat dengan saingan-saingannya.
c. Biaya Keterlibatan Sosial. Keterlibatan sosial sebagai wujud dari tanggung
jawab perusahaan malah dianggap memberatkan masyarakat. Alasannya,
biaya yang digunakan untuk keterlibatan perusahaan tersebut bukan biaya
yang disediakan oleh perusahaan itu, melainkan merupakan biaya yang telah
diperhitungkan sebagai salah satu komponen dalam harga barang dan jasa
yang ditawarkan dalam pasarPada akhirnya yang menanggung biaya dari
keterlibatan sosial perusahaan tersebut adalah masyarakat khususnya
konsumen, dan bukan perusahaan tersebut. Jadi keterlibatan sosial malah
memberatkan masyarakat.
d. Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial. Para pimpinan
perusahaan tidak profesional dalam membuat pilihan dan keputusan moral.
Mereka hanya profesional dalam bidang bisnis dan ekonomi Karena itu
perusahaan tidak mempunyai tenaga terampil yang siap untuk melakukan
kegiatan-kegiatan sosial tertentu
Sedangkan Argumen-argumen yang menuntut perlunya keterlibatan sosial perusahaan
tersebut antara lain:
a. Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah Untuk
mendatangkan keuntungan, perusahaan harus peka dan tanggap terhadap
kebutuhan dan harapan masyarakat yang semakin berubah. Misalnya
masyarakat tidak hanya butuh barang dan jasa tertentu, melainkan barang dan
jasa dengan mutu yang baik dan juga yang kompetitif. Demikian pula,
masyarakat menuntut agar barang tersebut diproduksi dengan tetap
menghargai hak dan kepentingan karyawan serta masalah lingkungan.
b. Terbatasnya Sumber Daya Alam. Bisnis diharapkan untuk tidak hanya
mengeksploitasi sumber daya alam yang terbatas itu demi keuntungan
ekonomis, melainkan juga ikut melakukan kegiatan sosial tertentu yang
terutama bertujuan untuk memelihara sumber daya alam. Ini juga pada
akhirnya akan berguna bagi perusahaan tersebut karena perusahaan tentu akan
sulit bertahan kalau sumber daya alam terbatas itu habis dieksploitasi tanpa
dijaga kelestariannya.

7
c. Lingkungan Sosial yang Lebih Baik. Bisnis mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab moral dan sosial untuk memperbaiki lingkungan sosialnya ke
arah yang lebih baik.Semakin baik lingkungan sosial dengan sendirinya akan
ikut memperbaiki iklim bisnis yang ada. Dengan membantu memperbaiki
keadaan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar,
Dalam menyikapi CSR, terdapat pendapat yang setuju dan juga yang menolaknya.
Argumentasi yang mendukung menyatakan bahwa CSR diperlukan untuk hal-hal
sebagai berikut (Anne, 2005):
1. Menyeimbangkan antara kekuatan korporasi dengan aspek tanggungjawab;
2. Mengurangi adanya regulasi pemerintah (yang berlebihan);
3. Meningkatkan keuntungan jangka panjang;
4. Meningkatkan nilai dan reputasi korporasi;
5. Memperbaiki permasalahan sosial yang disebabkan oleh perusahaan.
Kemudian (Kotler & Nance, 2005)menambahkan dengan menekankan pada aspek
bisnis yaitu CSR dapat:
1. Meningkatkan penjualan dan pangsa pasar;
2. Memperkuat posisi merek dagang;
3. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, memotivasi dan memelihara
karyawan;
4. Menurunkan biaya operasi;
5. Menarik minat investor dan para analis keuangan.
Sedangkan argumentasi yang menentang menyatakan bahwa pada dasarnya CSR
hanya (Anne, 2005):
1. Menurunkan efisiensi ekonomi dan keuntungan usaha;
2. Membuat biaya perusahaan lebih tinggi dibandingkan kompetitornya;
3. Menimbulkan biaya tersembunyi yang secara tidak langsung akan dibebankan
kepada stakeholder;
4. Mensyaratkan tambahan kemampuan sosial yang sebenarnya tidak dimiliki
oleh perusahaan; dan
5. Membebankan tanggungjawab kepada perusahaan yang seharusnya
dibebankan kepada individu.

8
C. Pola atau Bentuk CSR
Garriga & Mele (2004: 51-71) memetakan konsep-konsep CSR ke dalam empat
kelompok besar, yaitu; (1) Instrumental theories yang memahami CSR sebagai alat
belaka untuk memperoleh keuntungan; (2) Political theories, melihat bahwa
kekuasaan sosial dari perusahaan menjadi tekanan, khususnya dalam hubungannya
dengan masyarakat dan tanggung jawabnya dalam arena politis berkaitan dengan
kekuatan ini. Hal tersebut mengarahkan perusahaan untuk menerima tugas-tugas dan
hak-hak sosial atau berpartisipasi dalam kerjasama sosial tertentu; (3) Integrative
theories, menganggap bahwa bisnis bergantung pada masyarakat untuk keberlanjutan
dan pertumbuhannya. Menurut teori ini sudah seharusnya bisnis terintegrasi dengan
tuntutan sosial yang dapat diselesaikan dengan pelaksanaan CSR; (4) Ethical theories,
memahami CSR dari suatu perspektif etis, perusahaan harus menerima tanggung
jawab sosial sebagai sebuah kewajiban etis di atas pertimbangan lainnya.
Ditinjau dari empat konsep yang dikemukakan oleh Garriga & Mele, El-Corp
merupakan korporasi bisnis yang lahir dengan prinsip-prinsip agama Islam. Dalam
ajarannya, bisnis selain sebagai alat untuk mencari keuntungan juga dianggap sebagai
cara untuk menyejahterakan ummat. Dengan kata lain, dibalik keuntungan yang
didapatkan oleh para stakeholder perusahaan dari berdirinya suatu bisnis, terdapat hak
atau kepentingan ummat didalamnya. Dengan begitu, konsep CSR Garriga & Mele
yang tepat untuk menjelaskan latar belakang pelaksanaan CSR oleh El-Corps adalah
konsep political theories.
Sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh
perusahaan di Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung
dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan
sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini,
sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti
corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas
pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan
yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan
adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara
maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana

9
abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa
yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola
Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharmam
Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan lembaga sosial/ organisasi non- pemerintah (NGO /LSM),
instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana
maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga
sosial/Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR
antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan
Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI,
ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya,
pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat
“hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang
dipercayai oleh perusahaan- perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif
mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian
mengembangkan program yang disepakati bersama (Saidi & Abidin
2004:64-65).
D. Tingkatan Program CSR
Dalam menjalankan sebuah tanggung jawab sosial oleh perusahaan terdapat tiga
tingkat kegiatan program CSR:
1. Charity, kegiatan program CSR yang bersifat ‘pemberian sumbangan’
2. Philanthropy, kegiatan program CSR yang membantu penyelesaian masalah
secara ‘parsial’
3. Citizenship, berorientasi membangun daya saing masyarakat
Kotlor dan Lee (2006) (dalam Ismail Solihin, 2011: 131) menyebutkan enam kategori
program CSRKeenam jenis program CSR adalah sebagai berikut
1) Cause Promotions

10
Dalam program ini, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya
yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
suatu masalah sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi
dari masyarakat, atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu
2) Cause Related Marketing
Dalam program ini, perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan
persentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial
berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan
kepada penjualan produk tertentu, untuk jangka waktu tertentu, serta untuk
aktivitas derma tertentu.
3) Corporate Societal Marketing
Dalam program ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan
kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan
kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup,
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kampanye corporate societal
marketing lebih banyak berfokus untuk mendorong perubahan perilaku vang
berkaitan dengan beberapa isu yakni isu-isu kesehatan, perlindungan terhadap
kecelakaan/kerugianlingkungan serta keterlibatan masyarakat
4) Corporate Philanthropy
Dalam program ini, perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam
bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut
biasanya berbentuk pemberian uang secara tunaipaket bantuan, atau pelayanan
secara cuma-cuma. Corporate philanthropy biasanya berkaitan dengan
berbagai kegiatan sosial yang menjadi prioritas perhatian perusahaan
5) Community Volunteering
Dalam program iniperusahaan mendukung serta mendorong para
karyawanpara pemegang franchise atau rekan pedagang eceran untuk
menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi-
organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran
program.
6) Socially Responsible Business Practice
Dalam program ini, perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui
aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi

11
yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
komunitas dan memelihara lingkungan hidup.
Langkah yang bisa dijadikan panduan dalam merumuskan program CSR terbagi
menjadi lima yaitu: (Suharto, 2006)
1. Engagement. Pendekatan awal kepada masyarakat agar terjalin komunikasi
dan relasi yang baik. Tahap ini juga dapat berupa sosialisasi mengenai rencana
pengembangan program CSR. Tujuan dari langkah yang pertama ini adalah
untuk membangun pemahaman, penerimaan dan kepercayaan masyarakat
yang akan dijadikan sasaran CSR.
2. Assessment. Identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat yang akan
dijadikan dasar dalam merumuskan program.
3. Plan of action. Merumuskan rencana aksi dengan memperhatikan aspirasi
masyarakat dan misi perusahaan.
4. Action and facilitation. Menerapkan program yang telah disepakati bersama.
Program bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat atau organisasi lokal,
namun bisa difasilitasi oleh LSM dan pihak perusahaan. Monitoring dan
pendampingan merupakan kunci keberhasilan implementasi program.
5. Evaluation and termination or reformation. Menilai sejauh mana keberhasilan
pelaksanaan program CSR di lapangan. Bila berdasarkan evaluasi program
akan diakhiri maka perlu adanya pengakhiran kontrak antara pihak-pihak yang
terlibat. Bila program akan dilanjutkan, maka perlu dirumuskan bagi
pengembang program CSR berikutnya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perusahaan harus mengetahui dan juga memahami mengenai CSR karena CSR
merupakan bagian terpenting dalam menjalankan perusahaan. Selain itu juga bahwa
dalam membuat suatu bisnis kita tidak hanya memikirkan mengenai bisnis kita
melainkan juga lingkungan dan masyarakat sekitar. Disisi lain pastinya terdapat
argumentasi pendukung dan tidak pendukung dalam hal CSR atau tanggung jawab
sosial perusahaan ini. Tetapi pada umumnya bahwa CSR ini pastinya menguntungkan
bagi masyarakat melalui program-program yang dilakukan sebuah perusahaan

B. Saran
1. Bagi perusahaan. Seluruh perusahaan dituntut untuk melaksanakan
kegiatan CSR tidak lagi semata-mata bekerja untuk mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik modal atau pemegang
saham, melainkan juga memberikan manfaat pada masyarakat pada
umumnya dan pada komunitas sekitar pada khususnya. Berbagai
dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang timbul akibat
berdirinya suatu kawasan industri, mengharuskan perusahaan untuk
bertanggung jawab kepada publik melalui aktivitas yang nyata.
2. Bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi. Sebagai mahasiswa Ilmu komunikasi
patutnya kita semua lebih memahami mengenai Corporate Social
Responsibility ini. Karena ini merupakan yang yang sangat penting bagi kita
sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi terutama konsentrasi Hubungan
Masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anne, L. T. (2005). Business and Society: Stake Holders, Ethics, Public Policy (International,
11 ed.): Mc Graw Hill.Initiative, G. C. (2002).
Arif Budimanta, dkk. 2008. Corporate Social Responsibility. Alternatif Bagi Pembangunan
Indonesia. Jakarta: Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD)
Eko Budi,dkk. 2021. Tinjauan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan : Studi di Filipina,
Sleman, Deepublish
Elisabet Garriga and Domènec Melé. Corporate Social Responsibility Theories: Mapping the
Territory .Journal of Business Ethics. Vol. 53, No. 1/2, Building Ethical Institutions for
Business: Sixteenth Annual Conference of the European Business Ethics Network (EBEN)
(Aug., 2004)
Hendrik Budi Untung. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika,
Kotler, P., & Nance, L. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing The Most Good for
Your Company and Your Cause: John Wiley & Sons Inc.
Lin, Aqiela dkk.Implementasi Program Corporate Social Responsibility El-Corps. Social
Work Jurnal Vol. 8 No. 2
Meilanny Budiarti S, dkk. 2014. Corporate Social Responsibility (CSR) dari Sudut Pandang
Perusahaan, Jurnal Vol 4, No 1
Saidi, Zaim dan Hamid Abidin. (2004). Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek
Kedermawanan Sosial di Indonesia . Jakarta: Piramedia
T. Romi Marnelly. 2012. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR): Tinjauan Teori
dan Praktek di Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis. Vol 2 No. 2

14

Anda mungkin juga menyukai