Sebelum masuknya Islam di Kerajaan Gowa, kepercayaan agama dapat dijelaskan dalam tiga
bentuk utama. Pertama, terdapat kepercayaan terhadap roh nenek moyang, yang mencakup
aspek dinamis dan animisme. Kedua, terdapat kepercayaan terhadap dewa-dewi patunrung.
Ketiga, terdapat kepercayaan pada pesona-pesona jahat. Jenis kepercayaan semacam ini dapat
digolongkan sebagai animisme, yang berasal dari kata “anima” yang berarti jiwa atau roh.
Dalam keyakinan animisme, setelah kematian manusia, jiwa atau roh dianggap akan
meninggalkan tubuhnya dan dapat beralih ke makhluk hidup atau benda-benda materi. Oleh
karena itu, untuk mencegah gangguan oleh roh-roh tersebut, pemujaan kepada arwah leluhur
atau objek-objek yang dianggap memiliki kekuatan magis dianggap perlu dilakukan.
Kepercayaan ini memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Gowa
sebelum masuknya Islam, mencerminkan pandangan dunia yang berpusat pada koneksi
spiritual antara manusia dan alam semesta sekitarnya.