Anda di halaman 1dari 2

KEPERCAYAAN KERAJAAN GOWA SEBELUM MASUKNYA ISLAM

Sebelum masuknya Islam di Kerajaan Gowa, kepercayaan agama dapat dijelaskan dalam tiga
bentuk utama. Pertama, terdapat kepercayaan terhadap roh nenek moyang, yang mencakup
aspek dinamis dan animisme. Kedua, terdapat kepercayaan terhadap dewa-dewi patunrung.
Ketiga, terdapat kepercayaan pada pesona-pesona jahat. Jenis kepercayaan semacam ini dapat
digolongkan sebagai animisme, yang berasal dari kata “anima” yang berarti jiwa atau roh.
Dalam keyakinan animisme, setelah kematian manusia, jiwa atau roh dianggap akan
meninggalkan tubuhnya dan dapat beralih ke makhluk hidup atau benda-benda materi. Oleh
karena itu, untuk mencegah gangguan oleh roh-roh tersebut, pemujaan kepada arwah leluhur
atau objek-objek yang dianggap memiliki kekuatan magis dianggap perlu dilakukan.

Masyarakat Gowa menunjukkan penghormatan kepada arwah nenek moyang melalui


berbagai upacara yang diadakan di sekitar kuburan dan lokasi khusus. Upacara ini
diselenggarakan untuk individu yang dianggap memainkan peran penting dalam masyarakat,
baik karena jasa mereka dalam membangun pemukiman atau karena mereka diakui sebagai
tokoh spiritual yang dihormati. Kuburan mereka dianggap sebagai tempat yang sakral dan
diyakini memiliki keberkahan. Kepercayaan semacam ini tidak hanya bertahan setelah
masuknya Islam, namun juga masih dapat ditemui dalam masyarakat Gowa hingga saat ini.

Selain penghormatan terhadap kuburan, mereka juga melaksanakan upacara untuk


menghormati lokasi dan objek-objek yang dianggap memiliki sifat keramat, seperti batu
naparak (batu datar), pohon besar, gunung, sungai, dan posi butta (tiang tengah dalam sebuah
rumah). Praktik ini mencerminkan hubungan yang dalam antara manusia dengan alam
sekitarnya, dan menunjukkan keberlanjutan dari tradisi kepercayaan nenek moyang dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Gowa.

Kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus muncul dari kesadaran masyarakat akan


animisme, yaitu keyakinan bahwa jiwa atau roh memenuhi seluruh alam. Dalam keyakinan
ini, terdapat makhluk-makhluk halus yang bersahabat dengan manusia, namun juga ada yang
dianggap memiliki sifat jahat. Makhluk-makhluk halus yang dianggap memiliki sifat jahat,
seperti yang digambarkan oleh Abu Hamid sebagai pesona-pesona jahat, termasuk parakang,
poppo, dan tujua.

Makhluk-makhluk halus ini menimbulkan ketakutan karena diyakini memiliki kemampuan


untuk menyebabkan penyakit dan bahkan kematian. Mereka juga dikatakan memiliki
kemampuan untuk berubah bentuk, menyerupai binatang seperti kerbau atau anjing, bahkan
hingga berubah menjadi objek seperti keranjang. Ini adalah sisa-sisa kepercayaan kuno yang
masih dapat ditemukan di masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman, dan mencerminkan
hubungan antara manusia dengan dunia rohaniah yang melekat dalam kepercayaan animisme.

Kepercayaan ini memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Gowa
sebelum masuknya Islam, mencerminkan pandangan dunia yang berpusat pada koneksi
spiritual antara manusia dan alam semesta sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai