TEKNOLOGI PANGAN
DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Tujuan Praktikum............................................................................................................5
BAB VI PENUTUP................................................................................................................26
A. Kesimpulan...................................................................................................................26
B. Saran..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
LAMPIRAN............................................................................................................................29
LAPORAN SEMENTARA...................................................................................................31
1
DAFTAR TABEL
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Praktikum
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nanas
Nanas merupakan buah tropis dengan sensori yang menarik (sifat mekanik,
flavour, tingkat keasaman/kemanisan, dna warna) dan memiliki karakteristik nutrisi
(asam askorbat, mineral, serat, antioksidan,dll). Nutrisi atau zat gizi dalam buah nanas
ini antara lain vitamin A, fosfor, magnesium, kalsium, besi, natrium, kalium,
dekstrosa, sukrosa, dan enzim bromelin (Hayat et al., 2015). Kandungan gizi buah
nanas dalam 100 gram bahan : antara lain kalori sebanyak 52 kal, protein 0,54 gram,
lemak 0,12 gram, karbohidrat 13,12 gram, serat pangan 1,4 gram, fosfor 8 mgram, zat
besi 0,30 mgram, vitamin A 58 IU, vitamin B1 0,079 mgram, vitamin C 24 mgram,
air 86 gram, dan bagian yang dapat dimakan 53% (Sidi et al,. 2014). Tingkat
kematangan buah nanas berdasarkan perkembangan warna kulit buah antara lain tua
(apabila pada kulit nanas tidak terdapat warna kuning), setengah matang (apabila ¼
bagian dari kulit nanas berubah menjadi kuning), matang (apabila ½ dan ¾ bagian
warna kulit nanas berubah menjadi kuning) (Luketsi, 2016).
B. Manisan Basah
Manisan buah basah dinilai lebih menarik daripada manisan buah kering.
Manisan buah basah tampil seperti buah aslinya, segar, dan tidak berubah warna.
Manisan buah ini dikemas dalam stoples atau botol-botol besar dan tetap direndam
dalam air gula. Selain itu bias juga dikemas dalam plastic polietilen dengan sedikit
atau tanpa air rendaman. Manisan basah adalah manisan yang diperoleh setelah
penirisan buah dari larutan gula. Manisan basah mempunyai kandungan air yang lebih
banyak dan penampakan yang lebih menarik karena serupa dengan buah aslinya.
Manisan basah biasanya dibuat dari buah yang keras. Produk ini mempunyai
keuntungan antara lain : manisan basah kekuatan rasanya yang segar dapat dijadikan
penawar haus disaat udara panas, dan cocok dinikmati di berbagai kesempatan.
Kembali kepada selera konsumen namun keduanya memiliki potensi peluang pasar
yang cukup menggiurkan.
6
C. Manisan Kering
Manisan adalah bahan pangan setengah kering dengan kadar air kurang dari
sama dengan 25% dan kadar gula minimal 40%. Manisan buah yaitu buah segar yang
diawetkan dengan menggunakan gula yang kadarnya cukup tingi untuk memberikan
ataupun menambahkan rasa manis dan mencegah pertumbuhan mikroba. Manisan
memiliki dua jenis yaitu manisan kering dan manisan basah. Manisan kering memiliki
keunggulan yaitu dapat disimpan dalam waktu yang lama, dan dapat disimpan pada
suhu ruang (Mardiah et al., 2015).
7
secara lansgung hasil dari oksidasi quinon menjadi senyawa fenolat sebelumnya)
(Negri, 2016).
8
dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas produk buah kering (Mardiah et
al., 2015).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat :
- Baskom
- Pisau
- Piring
- Talenan
- Toples dan penutupnya (3 buah)
- Sendok
- Garpu
- Timbangan analitik
- Tampah
- Tirisan
- Thermometer
Bahan :
- Gula pasir : 1 kg
9
B. Prosedur kerja
Memotong buah dalam bentuk seragam, kemudian mencuci bersih lalu meniriskan
Merendam masing-masing perlakuan dalam larutan gula 40% selama 1 hari kemudian
meniriskan
Selama mengeringkan dalam alat pengering kabinet atau menjemur di bawah sinar matahari,
buah ditaburi gula pasir sampai kering. Atau melakukan pengeringan menggunakan oven
bersuhu 40-50 derajat celcius selama beberapa menit hingga bobotnya konstan
10
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
11
Tabel 2. Hasil Pengamatan Organoleptik Perlakuan A (Kontrol)
Penggulaan/
Hari Tekstur/Tingkat
pengeringan Warna Aroma Keterangan Skala
ke- kekerasan
kering
Penggulaan 1 Kuning Aroma Lunak Warna buah cerah, segar 5
kontrol cerah buah segar dan tekstur lunak, tidak ada
mikroorganisme
Pengeringan 1 Kuning Aroma Lunak Buah berwarna kuning 4
cerah segar buah cerah, segar, aroma buah
masih segar, tekstur lunak, rasa
terasa manis, menarik, tidak ada
mikroorganisme
2 Kuning Aroma Sedikit keras Warna buah mulai 3
pucat segar buah memudar, tekstur sedikit
mulai mengeras dan aroma buah
menghilan sedikit memyengat, tidak
g
ada mikroorganisme
3 Kuning Aroma Keras (sedikit Warna buah memucat, 2
pucat segar buah kenyal), kering tekstur keras (sedikit
agak menghilan kenyal), rasa terlalu manis,
coklat g tidak ada mikroorganisme
Penggulaan/
Hari Tekstur/Tingkat
pengeringan Warna Aroma Keterangan Skala
ke- kekerasan
kering
Penggulaan 1 Kuning Aroma Lunak Warna buah kuning 3
+ Na-Bisulfit sedikit netral sedikit pucat, tidak ber
pucat atau tidak aroma nanas, dan tekstur
berbau lunak, tidak ada
nanas
mikroorganisme
Pengeringan 1 Kuning Aroma Lunak Buah berwarna kuning 3
sedikit nanas sedikit pucat, aroma
pucat memudar nanas memudar, tekstur
lunak, tidak ada
mikroorganisme
2 Kuning Aroma Sedikit lunak Warna buah kuning 3
pucat manis pucat, aroma nanas
(gula) menghilang, tekstur
sedikit keras, tidak ada
mikroorganisme
3 Putih Aroma Sedikit lunak dan Warna buah putih sedikit 4
sedikit manis keras serta kenyal kekuningan, aroma manis
kekuningan dari gula (gula) menonjol, dan
sangat tekstur sedikit lunak dan
menonjol
keras serta kenyal, tidak
ada mikroorganisme
12
Table 4. Hasil Pengamatan Organoleptik Perlakuan C (Blanching)
Penggulaan/ Tekstur/
Hari
pengeringan Warna Aroma Tingkat Keterangan Skala
ke-
kering kekerasan
Penggulaan 1 Kuning Aroma buah Lunak Warna masih terlihat 5
blanching cerah segar sangat cerah segar dan tekstur
menonjol masih lunak, tidak ada
mikroorganisme
Pengeringan 1 Kuning Aroma buah Lunak Nanas berwarna kuning 5
cerah segar cerah segar, aroma
buah sangat menonjol
dan tekstur lunak, rasa
manis, tidak ada
mikroorganisme
2 Kuning Aroma buah Sedikit keras Warna nanas mulai 4
pucat sedikit memudar kuningnya,
memudar tekstur sedikit
mengeras dan aroma
buah tidak menonjol,
tidak ada
mikroorganisme
3 Kuning Aroma buah Keras kering Warna nanas sangat 3
pucat memudar tapi kenyal pucat, tekstur keras tapi
keputihan tidak ada kenyal rasa sangat
bau manis tidak ada rasa
asam, tidak ada
mikroorganisme
13
Tabel 5. Skala Organoleptik Perlakuan A (Kontrol)
14
Tabel 6. Skala Organoleptik Perlakuan B (Na-Bisulfit)
15
Tabel 7. Skala Organoleptik Perlakuan C (Blanching)
16
B. Pembahasan
17
b) Fungsi Bahan yang Digunakan dalam Proses Pembuatan
Pada praktikum kali ini nanas digunakan sebagai bahan utama. Nanas
merupakan buah yang memiliki aroma, rasa, dan aroma yang khas, serta disukai
sebagian besar masyarakat (Azhari, 2018). Nanas memiliki kandungan vitamin yang
cukup lengkap dengan kandungan vitamin yang paling banyak, yaitu vitamin C.
Nanas juga mengandung vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, dan niasin. Selain
vitamin terdapat juga kandungan kalsium, fosfor, besi, protein, karbohidrat, serat, dan
lain-lain dalam buah nanas (Pratiwi, 2017).
Bahan kedua, yaitu gula atau sukrosa. Gula merupakan salah satu bahan yag
banyak dilibatkan dalam proses pengawetan dan produk pangan ini. Kadar gula yang
tinggi jika ditambahkan ke dalam buah nanas, air di dalam buah akan terikat sehingga
tidak dapat digunakan untuk aktifitas mikroba dan a w akan menjadi lebih rendah. Gula
juga berperan sebagai kenampakan produk yang menarik, serta memberikan rasa dan
flavor. Penambahan gula juga akan memengaruhi keseimbangan pektin dan air, pektin
akan menggumpal dan membentuk serabut halus, kontinuitas dan kepadatan
ditentukan oleh banyaknya kadar pektin dan gula yang digunakan (Nurani, 2020).
Penambahan gula berpengaruh terhadap warna dari manisan kering karena gula dapat
menyebabkan reaksi pencokelatan yaitu karamelisasi dan reaksi Maillard sehingga
selai yang dihasilkan berwarna gelap atau cokelat (Agustina, 2016).
18
perubahan warna dan tekstur buah, serta kehilangan nilai nutrisi. Dengan mengurangi
oksidasi, natrium bisulfit membantu mempertahankan tampilan visual dan kualitas
nutrisi buah.
Bahan terakhir dalam praktikum ini adalah air. Kadar air dalam bahan pangan
seperti manisan sangat berperan unyuk menjaga konsistensi tekstur. Kadar air dari
produk pangan berupa manisan ini juga dipengaruhi oleh proses pemasakan karena
kadar air selai akan mengalami penurunan selama proses pemasakan (Gaffar et al.,
2017).
19
rendah dibanding control. Di dalam data penelitian, nilai tekstur lebih cenderung
menurun. Hal tersebut dapat dikarenakan beberapa faktor antara lain:
(1) perendaman larutan osmotik (gula) dimana tekanan osmotik di dalam buah nanas
lebih kecil dari tekanan osmotik di lingkungannya maka terjadilah perpindahan air
sehingga kandungan air dalam buah menyebabkan sel dalam buah nanas tersebut
berkurang sehingga tekanan turgor akan mengalami penurunan dimana hal itu
membuat buah nanas memiliki tesktur yang lebih tidak alot (Magdalena et al., 2015) .
(2) Jika kadar air dalam produk sangat rendah (< 15% - 10%) maka tekstur dari
produk itu sendiri akan menjadi sangat keras. Faktor lain yang dapat terjadi adalah
karena adanya perbedaan dari ketebalan produk akhir sehingga mempengaruhi analisa
tekstur saat pemotongan sampel.
2) Intensitas Warna Manisan Kering Buah Nanas
20
buah nanas itu sendiri. Sedangkan, reaksi karamelisasi pada manisan kering buah
nanas ini dikarenakan adanya penggunaan gula untuk mencapai proses dehidrasi
osmosis dan larutan gula tersebut secara otomatis akan melapisi buah nanas. Lapisan
gula yang ada di permukaan buah nanas pada saat dipanaskan akan menghasilkan
warna coklat karena molekul air dalam gula itu sendiri akan hilang. Reaksi Maillard
dapat dhambat oleh natrium metabisulfit dengan cara sulfit akan bereaksi dengan
senyawa antara yang terbentuk di dalam rangkaian reaksi Maillard menghasilkan
senyawa yang stabil, sehingga reaksi Maillard tidak akan berlanjut. Senyawa tersebut
adalah. Karamelisasi mampu dihambat juga oleh natrium metabisulfit dengan cara
sulfit akan menghambat konversi glukosa menjadi 5 hidroksimetil 2 furaldehid
sehingga menghambat pencoklatan karamelisasi. Semakin tinggi kadar natrium
metabisulfit maka produk semakin cerah.
3) Skala organoleptik
21
BAB V
PERTANYAAN PRAKTIKUM
2. Sebutkan beberapa keuntungan dan kerugian pengawetan bahan makanan dengan cara
pengeringan dan penambahan gula!
Jawab :
Keuntungan pengawetan bahan makanan dengan cara pengeringan:
1) Pemeliharaan Nutrisi: Proses pengeringan dapat membantu mempertahankan
sebagian besar nutrisi dalam bahan makanan, terutama jika dilakukan dengan
cermat.
2) Pengurangan Berat dan Volume: Pengeringan menghilangkan sebagian besar
air dari bahan makanan, mengurangi berat dan volume secara signifikan, yang
memudahkan penyimpanan dan transportasi.
3) Pemanfaatan Pangan yang Tidak Stabil: Pengeringan memungkinkan
pengawetan bahan makanan yang rentan terhadap pembusukan atau perubahan
cepat.
22
4) Peningkatan Umur Simpan: Dengan menghilangkan air yang diperlukan untuk
pertumbuhan mikroorganisme, proses pengeringan dapat memperpanjang
umur simpan produk pangan.
Kerugian pengawetan bahan makanan dengan cara pengeringan:
1) Kehilangan Sebagian Nutrisi: Meskipun sebagian besar nutrisi dapat
dipertahankan, beberapa nutrisi, seperti vitamin C dan beberapa vitamin B
kompleks, dapat hilang selama proses pengeringan.
2) Perubahan Rasa dan Aroma: Pengeringan dapat mengubah karakteristik
rasa dan aroma bahan makanan, terutama jika dilakukan dalam suhu yang
tinggi.
3) Pengaruh pada Tekstur: Beberapa produk yang mengandung air tinggi,
seperti buah-buahan, bisa mengalami perubahan tekstur yang tidak
diinginkan setelah proses pengeringan.
4) Proses yang Memakan Waktu: Proses pengeringan bisa memakan waktu,
terutama jika dilakukan secara alami atau dengan metode yang lebih
lambat. Proses cepat sering memerlukan investasi dalam peralatan yang
lebih canggih.
5) Keterbatasan Jenis Bahan Makanan: Tidak semua jenis bahan makanan
cocok untuk pengeringan, dan beberapa mungkin lebih baik diawetkan
dengan metode lain.
Keuntungan pengawetan bahan makanan dengan cara penambahan gula:
1) Peningkatan Umur Simpan: Gula berfungsi sebagai pengawet alami
dengan mengurangi ketersediaan air untuk mikroorganisme, sehingga
memperpanjang umur simpan produk pangan.
2) Pertahankan Warna dan Rasa: Penambahan gula dapat membantu
mempertahankan warna, rasa, dan tekstur bahan makanan dengan
menghambat aktivitas enzim dan reaksi oksidatif.
3) Peningkatan Kandungan Gula: Dalam beberapa produk, penambahan gula
dapat meningkatkan rasa manis, yang dapat diinginkan dalam makanan
tertentu.
4) Proses Pembuatan Sederhana: Metode ini relatif sederhana dan dapat
diaplikasikan dengan mudah di rumah atau dalam skala produksi besar.
Kerugian pengawetan bahan makanan dengan cara penambahan gula:
23
1) Kandungan Gula yang Tinggi: Penambahan gula dapat meningkatkan
kandungan gula dalam produk, yang bisa menjadi masalah kesehatan
terutama bagi mereka yang perlu membatasi konsumsi gula.
2) Perubahan Kandungan Nutrisi: Beberapa nutrisi mungkin mengalami
perubahan atau kehilangan selama proses pengawetan dengan gula,
terutama jika pemanasan diperlukan.
3) Keterbatasan pada Jenis Produk: Tidak semua produk cocok untuk
pengawetan dengan cara penambahan gula. Beberapa produk mungkin
lebih baik diawetkan dengan metode lain.
4) Resiko Kristalisasi: Gula cenderung membentuk kristal dalam produk
tertentu, seperti selai atau sirup, yang dapat mempengaruhi tekstur dan
kualitas produk.
24
5) Karakteristik Sensoris: Beberapa orang berpendapat bahwa hasil pengeringan di
bawah sinar matahari memberikan rasa dan aroma yang lebih alami karena
pengaruh langsung dari lingkungan sekitar. Oven mungkin mempengaruhi
karakteristik sensoris dengan cara tertentu.
6) Konsistensi Hasil: Oven dapat memberikan hasil yang lebih konsisten dari segi
tekstur dan kelembaban karena kontrol suhu yang lebih baik, sementara hasil
pengeringan di bawah sinar matahari dapat bervariasi tergantung pada kondisi
cuaca.
4. Mikroorganisme apakah yang sering tumbuh pada bahan makanan yang sudah
dilakukan proses penggulaan dan pengeringan?
Jawab :
Proses penggulaan dan pengeringan dapat membantu mencegah pertumbuhan
mikroorganisme pada bahan makanan dengan mengurangi ketersediaan air yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk berkembang biak. Namun, meskipun telah
dilakukan langkah-langkah pengawetan ini, masih ada kemungkinan pertumbuhan
mikroorganisme tertentu. Beberapa mikroorganisme yang dapat tumbuh pada bahan
makanan yang telah mengalami proses penggulaan dan pengeringan meliputi:
1) Khamir: Mikroorganisme ini dapat tumbuh pada bahan makanan yang memiliki
kadar gula cukup tinggi, terutama jika terdapat gula yang tidak larut.
2) Kapang: Beberapa jenis kapang bisa tumbuh pada bahan makanan yang memiliki
kandungan air tinggi, meskipun proses pengeringan telah dilakukan. Ini dapat
terjadi jika tidak dilakukan pengeringan dengan cukup baik atau jika bahan
makanan terpapar kembali dengan kelembaban setelah proses pengeringan.
3) Bakteri: Meskipun bakteri umumnya lebih sulit untuk berkembang biak pada
bahan makanan yang telah diawetkan dengan gula dan dihentikan
pertumbuhannya dengan pengeringan, beberapa jenis bakteri masih bisa tumbuh
tergantung pada kondisi penyimpanan dan kandungan gula yang tersedia.
25
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Agustina WW, Handayani MN. 2016. Pengaruh Penambahan Wortel (Daucus Carota)
terhadap Karakteristik Sensori dan Fisikokimia Selai Buah Naga Merah
(Hyloreceus Polyrhizus). Edufortech;1(1).
Azhari Saputro T, Mayun Permana IDG, Ari Yusasrini NL. 2018. Pengaruh
Perbandingan Nanas (Ananas comosus L. Merr.) dan Sawi Hijau (Brassica
juncea L.) terhadap Karakteristik Selai. 2018. J Ilmu dan Teknologi Pangan;
7(1):52.
Gaffar R, Lahming L, Rais M. 2017. Pengaruh Konsemtrasi Gula terhadap Mutu Selai
Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima). J Pendidik Teknol Pertan;3:117-25.
Luketsi, W. P. 2016. Penentuan tingkat kematangan buah nanas segar secara non-
destruktif dengan metode
ultrasonik.https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82352
Magdalena, A., Waluyo, S., & Sugianti, C. 2015. PENGARUH SUHU DAN
KONSENTRASI LARUTAN GULA TERHADAP PROSES DEHIDRASI
OSMOSIS BUAH WALUH ( Cucurbita moschata ) ( Effect of Temperature
and Concentration of Sugar Solution in The Process of Osmotic Dehydration
of Pumpkin ( Cucurbita moschata )), 2(4), 1–
8.https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jrpp/article/viewFile/Magdalena/pdf
27
Mardiah, & Putri, R. Ma. S. 2015. kajian karakteristik fisiko kimia dan sensori
manisan pipada dengan konsentrasi agar-agar serbuk yang berbeda,
4(2).http://ejournal.unisi.ac.id/index.php/jtp/article/view/99
Muchtadi, Tien., dan Sugiyono. 2014. Prinsip Proses dan Teknologi Pangan. Alfabeta,
cv. Bandung.
Novrian Syahruddin, A., Ibrahim, I., & S, N. (2015). IDENTIFIKASI ZAT GIZI
DAN KUALITAS TEPUNG KULIT PISANG RAJA (Musa sapientum)
DENGAN METODE PENGERINGAN SINAR MATAHARI DAN OVEN.
Media Gizi Pangan, 1, 116– 121.
Nurani FP. Penambahan Penambahan Pektin, Gula, Dan Asam Sitrat Dalam
Pembuatan Selai Dan Marmalade Buah-Buahan. J Food Technol
Agroindustry. 2020;2(1):27-32.
Pratiwi TF. 2017. Kajian Pengaruh Perbandingan Bubur Buah Nanas (Ananas
comosus) dan Labu Kuning (Cucurbita moschata) dengan Sukrosa dan
Glukosa terhadap Mutu Selai. Bandung : Universitas Pasundan.
Sidi, N. C., Widowati, E., & Nursiwi, A. 2014. Pengaruh Penambahan Karagenan
pada Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Fruit Leather Nanas ( Ananas
Comosus L . Merr .) dan Wortel ( Daucus Carota ), 3(4), 122–
127.http://www.jatp.ift.or.id/index.php/jatp/article/view/99
Suryani, D. R., Legowo, A., & Mulyani, S. 2014. Aroma dan Warna Susu Kerbau
Akibat Proses Glikasi D-psikosa , L-psikosa , 3(3), 121–
124.http://www.jatp.ift.or.id/index.php/jatp/article/view/75
Suryani, L., Zaini, M. A., & Yasa, I. W. S. 2016. [ The Effect of the Concentration of
Sodium Metabisulfite and Drying Method Toward Vitamin C and
28
Organoleptic of Banana Slice ( Sale )],
2(1).https://www.profood.unram.ac.id/index.php/profood/article/view/22
LAMPIRAN
me mengu
mpersiapkan alat dan bahan pas buah nanas memotong buah nanas secara
seragam
29
Bisulfit dan blanching terendam
mema menjemu
sukkan gula ke dalam gelas membuat larutan gua dengan air r nanas yang sudah perendaman gula
panas selama 1 hari
h
ha
asil pengeringan manisan
sil nanas yang sedang
kering buah nanas hasil pengeringan manisan kering
dijemur
buah nanas
30
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM TEKNOLOGI PANGAN
31
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui proses penggulaan
2. Mahasiswa mengetahui prinsip pengawetan dengan cara penggulaan
3. Mahasiswa memahami pengaruh proses pengeringan dan penambahan gula
terhadap bahan dan daya awet buah
2. Bahan
a. Buah-buahan (papaya, apel, kedondong, mangga, nanas): 1 kg atau 1 buah
b. Air kapur 0,3% Na-bisulfit
c. Gula pasir 1 kg
32
C. Prosedur Kerja
Memotong buah dalam bentuk seragam, kemudian mencuci bersih lalu meniriskan
Merendam masing-masing perlakuan dalam larutan gula 40% selama 1 hari kemudian
a)
meniriskan
Selama mengeringkan dalam alat pengering kabinet atau menjemur di bawah sinar matahari,
buah ditaburi gula pasir sampai kering. Atau melakukan pengeringan menggunakan oven
bersuhu 40-50 derajat celcius selama beberapa menit hingga bobotnya konstan
Memasukkan buah ke dalam wadah atau plastik, menutup dan menyimpannya (suhu kamar)
33
D. Hasil Pengamatan
34